SIMON PETRUS


Setiap kali kita merayakan Paskah, maka serangkaian peristiwa yang terjadi pada saat-saat terakhir Yesus Kristus, baik ketika Ia memasuki kota Yerusalem, ketika Ia mengadakan perjamuan malam terakhir dengan para murid-Nya, ketika Ia di berdoa di taman Getsemani dan ditangkap di sana, ketika Ia dibawa ke tempat Imam Besar Kayafas, ketika Ia di bawa ke Pilatus, Herodes, dan kembali ke Pilatus, hingga Ia disiksa dan disalibkan, sangat menyentuh hati kita. Di dalam beberapa  peristiwa itu terdapat salah seorang murid-Nya yang bernama Simon Petrus, yang memberikan beberapa pelajaran penting dalam kehidupan kita di masa kini.

Sebelumnya kita akan kembali melihat kehidupan Simon Petrus serta pengakuan-pengakuannya yang dicatat di dalam Alkitab.

1. Panggilan terhadap Simon Petrus

Simon Petrus harus berterimakasih kepada Andreas, saudaranya, karena dialah yang membawanya kepada Tuhan Yesus. Yohanes menyatakan bahwa Yesus kemudian mengubah namanya dari Simon (yang berarti buluh yang mudah lunglai tertiup angin) menjadi Kefas atau Petrus (yang berarti batu karang) (Yoh. 1:42). Yesus pulalah yang mengubah profesinya dari penjala ikan menjadi penjala manusia (Luk. 5:10). Simon Petrus dan beberapa temannya di Kapernaum meninggalkan jala mereka lalu mengikut Yesus. Alasannya sederhana: mereka telah mengalami mukjizat Tuhan di mana mereka berhasil memperoleh begitu banyak ikan sehingga jala mereka mulai koyak, bahkan kapal-kapal mereka nyaris tenggelam karena banyaknya ikan yang berhasil ditangkap.

Tuhan memanggil kita untuk mengubah kita. Ada kuasa pembaharuan dalam panggilan-Nya. Mereka yang mau menerima panggilan-Nya akan mengalami pembaharuan yang luar biasa, bahkan bersifat radikal. Kita dipanggil dari gelap kepada terang, dari hamba dosa kepada hamba kebenaran. Hidup yang lama diubah dengan hidup yang baru (2 Kor. 5:17).

2. Pengakuan-pengakuan Simon Petrus

Dalam kehidupan Simon Petrus, baik sebelum maupun sesudah ia menjadi murid Yesus, ada beberapa pengakuannya yang luar biasa.

Pertama, pengakuan keberdosaan. Sebagai seorang nelayan kawakan di Kapernaum yang terletak di tepi Danau Galilea, Simon Petrus telah gagal menangkap ikan sepanjang malam. Sementara Yesus Kristus, sekali menyuruh mereka kembali bertolak ke tempat yang dalam, langsung diperoleh begitu banyak ikan. Ia merasa dirinya benar-benar tidak berharga di mata Tuhan. Ia tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” (Luk. 5:8). Ini adalah pengakuan yang tulus dari seseorang yang menyadari keadaan dirinya.

Ketika kita berjumpa dengan Kristus, maka kita akan diperhadapkan kepada sebuah cermin yang sangat jelas: siapa Tuhan dan siapa diri kita yang sebenarnya. Kita bukanlah banyaknya harta yang kita miliki, atau tingginya kedudukan dan jabatan kita, atau banyaknya gelar pendidikan yang berhasil kita raih. Kita adalah orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat. Pengakuan keberdosaan harus pernah keluar dari mulut kita. Sama seperti Rasul Paulus sendiri yang menyadari dirinya sebagai orang yang paling berdosa. Tetapi justru karena itulah maka kita akan dapat merasakan betapa besar kasih-Nya yang menyelamatkan kita (1 Tim. 1:15-16). Bukankah hanya orang sakit yang perlu tabib? Demikian pula hanya orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat!

Kedua, pengakuan keilahian. Di Kaisarea Filipi, ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya siapa Dia sebenarnya, maka Simon Petrus memberikan pengakuan percaya atau credo yang luar biasa: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16). Yesus memberikan respons membenarkan pengakuan tentang keilahian-Nya, bukan karena itu berasal dari diri Simon Petrus, melainkan karena Bapa berkenan menyatakan kebenaran itu kepadanya. Simon Petrus telah menjadi sarana pewahyuan Allah tentang Yesus Kristus, Anak-Nya Yang Tunggal itu. Simon Petrus menjadi alat pemberitaan kebenaran. Simon Petrus telah mengenal Yesus Kristus dengan sebenarnya, sebab Ia memang adalah Mesias, Sang Juruselamat.

Berapa lama kita mengikut Yesus? Sudahkah kita mengenal Dia dengan sebanarnya? Atau, apakah kita masih menganggap-Nya sebagai jongos kita yang harus selalu memenuhi keinginan kita? Ia lebih dari sekedar jongos. Sekalipun Ia berkata bahwa Ia datang untuk melayani, bukan untuk dilayani, tetapi bukan berarti bahwa kita lebih tinggi dari pada-Nya. Ia juga lebih dari para nabi sebagaimana pandangan orang-orang pada zaman itu. Ia adalah Tuhan yang mulia dan memiliki kedaulatan penuh atas hidup kita. Ia adalah Raja di atas segala raja. Sejauh mana kita mengenal Yesus Kristus akan menentukan sikap hidup kita terhadap Dia.

Ketiga, pengakuan kesetiaan. Pengakuan Simon Petrus terhadap keilahian Yesus Kristus dilanjutkan dengan pengakuan kesetiaan. Ketika Tuhan Yesus menyampaikan tentang penderitaan yang akan dialami-Nya, Simon Petrus berkata: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama dengan Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (Mat. 26:35). Ini merupakan suatu komitmen yang luar biasa. Janji setia sampai mati!

Apa yang kita katakan kepada Tuhan ketika Ia meminta kita untuk mengikut Dia? Apakah kita hanya akan mengikuti-Nya di waktu senang, ataukah akan mengikuti-Nya juga di waktu susah? Pengakuan kesetiaan dibutuhkan, agar iman kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh dunia ini. Sekali mengikut Dia, ikut Dia selamanya. Tuhan berjanji bahwa jika kita setia mengiring Dia sampai mati, mahkota kehidupan telah disediakan bagi kita (Why. 2:10b).

3. Penyangkalan Simon Petrus

Sayangnya pengakuan kesetiaan Simon Petrus di atas lebih banyak berdasatkan emosi belaka. Kesetiaan atau komitmennya dinyatakan dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Itulah sebabnya Simon Petrus jatuh dalam dosa penyangkalan, sebagaimana yang Yesus Kristus telah katakan. Ia menyangkal Juruselamat, Guru sekaligus Sahabatnya sebanyak tiga kali, yaitu ketika ia dipergoki oleh seorang hamba perempuan, seorang hamba lain, dan beberapa orang secara bersama-sama. Semuanya terjadi di halaman gedung Mahkamah Agama. Dan … ayam pun berkokoklah … (Mat. 26:69-75).

Kita pun mungkin sering menyatakan kata-kata kesetiaan kepada Tuhan tetapi dengan didasarkan kepada kemampuan diri sendiri. Ketika kita diperhadapkan kepada orang-orang lain di dunia ini: dalam bisnis, studi, keluarga, dan masyarakat, kita menyangkal Dia dan kebenaran firman-Nya. Kita kembali menggunakan prinsip dunia ini dan tidak lagi hidup berdasarkan prinsip Kerajaan Allah. Tak ada orang yang kebal terhadap godaan untuk menyangkal Yesus. Kita sama rapuhnya dengan Simon Petrus, walaupun dalam bentuk dan intensitasyang berbeda.

4. Pemulihan Simon Petrus

To err is human. Berbuat kesalahan itu manusiawi. Benar! Tak ada manusia yang sempurna. Simon Petrus pernah menyangkal Tuhan Yesus. Kita pun mungkin pernah menyangkali-Nya. Namun ketika kesalahan itu disadari, dosa itu disesali dan mau dilanjutkan dengan pertobatan, maka selalu datang pemulihan.

Kembali di tepi Danau Galilea, ketika Tuhan Yesus mempertanyakan kembali komitmen Simon Petrus untuk mengikut dan melayani-Nya, maka keluar kalimat yang luar biasa dari mulutnya: “Benar Tuhan. Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” (Yoh. 21:15-17). Walaupun

kata “kasih” yang diucapkan Simon Petrus sebanyak tiga kali itu adalah kata Yunani fileo, yang kadarnya tidak setinggi kasih agape, tetapi itu merupakan suatu kejujuran dan ketulusan hati, bukan sesuatu yang emosional dan didasarkan pada kekuatan diri sendiri.

Akhirnya, Simon Petrus dipulihkan. Ia dipenuhi dengan Roh Kudus di loteng Yerusalem, kemudian mengalami perubahan drastis dari seorang penyangkal Kristus menjadi rasul Kristus. Pelayanannya didasarkan pada kasihnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberinya kesempatan sekali lagi. Simon Petrus tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Sejarah gereja mencatat bahwa di akhir hidupnya ia mati sebagai martyr … disalibkan. Tetapi ia merasa tidak layak disalibkan sama seperti Gurunya. Simon Petrus disalibkan …  dengan kepala di bawah.

Selalu ada pemulihan dari Tuhan bagi mereka yang mau kembali kepada-Nya. Tuhan sedang memberikan kesempatan kedua kepada kita. Mari kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk menjadi pengikut dan pelayan-Nya yang lebih sungguh-sungguh lagi.

—– 00000 —–

By:  Petrus F. Setiadarma

Iklan

5 respons untuk ‘SIMON PETRUS

  1. Semangat pak petrus alamat blog gia cbyt udah pindah ke giacbyt.co.cc atau gia.cibaduyut.blospot.com atau lewat hp di giacbyt.mofuse.mobi disitu kita ada link kegia lainnya terima kasih pak petrus salam bwt jemaat dipringgading

  2. trimaksih,menjadi salah satu sumber buat suamiku yg mau mengenal lebih jauh tentang santo petrus krn mau dibaptis dgn nama Petrus.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s