PA – 801. Mazmur 143:10 “Ajarlah aku melakukan kehendak- Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh- Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” Sangat penting dalam hidup ini untuk mengenal kehendak Allah dan melakukannya. Hanya orang yang melakukan kehendak-Nya yang dikenal oleh Allah. Ada kaitan yang sangat erat antar kerinduan mengenal kehendak Allah dengan karya Roh Kudus dalam kehidupan kita. Pertama, Roh Kudus menginspirasikan kehendak Allah kepada kita melalui firman-Nya; kedua, Roh Kudus membimbing kita kepada kebenaran (kehendak Allah) itu; ketiga, Roh Kuudus mengingatkan kita kepada kehendak Allah; keempat, Roh Kudus menolong kita dalam doa agar kehendak Allah yang jadi dalam hidup kita seperti Doa Bapa Kami yang Tuhan Yesus ajarkan; kelima, Roh Kudus menyadarkan kita jika kita mulai keluar dari kehendak Allah. Jadikan kerinduan pemazmur ini sebagai kerinduan kita.-
PA – 802. Mazmur 144:12 berkata, “Semoga anak- anak lelaki kita seperti tanam- tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak- anak perempuan kita seperti tiang- tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana!” Ada orang tua yang terus mengeluh terhadap anak-anaknya, dan ada pula yang bersyukur ataas keberadaan anak-anaknya. Anak-anak adalah anugerah Tuhan yang patut kita sykurii. Mereka adalah generasi penerus kita. Kepada mereka Tuhan memberikan banyak potensi yang harus dibantu oleh orang tua untuk mengembangkannya. Orang tua harus mengasihi mereka dengan mendisiplin mereka apabila sikap, perkataan dan perbuatan mereka tidak sesuai dengan firman Tuhan. Disiplin yang diberikan pada waktu yang tepat dan dengan bentuk disiplin yangg tepat pula, sambil terus dinasihati dan didoakan, akan membuat mereka menjadi generasi yang takut akan Tuhan. Ayat doa itu akan menjadi realita jika orang tua bersama Tuhan membimbing anak-anak mereka memasuki masa depan.-
PA – 803. Mazmur 145 14 berkata, “TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.” Semua orang pasti pernah jatuh, pernah gagal. Tetapi tidak semua orang bisa bangkit kembali. Ada yang trauma terhadap kegagalannya sehingga tidak mau mencoba lagi. Namun ada pula yang justru belajar dari kegagalannya dan bersama Tuhan ia banagkit kembali. Kegagalan dilihatnya sebagai bagian wajar dari suatu proses kehidupan. Di samping itu ada rang yang tertunduk karena malu, sama sekali tidak memiliki rasa percaya diiri. Tuhan mau menegakkannya kembali asalkan orang tersebut tidak malu untuk memulai segala sesuatunya dari awal. Jaga gengsi atau harga diri yang salah seringkali menjadi penghambat kemajuan. Jauh lebih baik jika mau menyadari kegagalan dan memulainya kembali bersama Tuhan.–
PA – 804. Mazmur 146:6-7 berkata, “Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama- lamanya, yang menegakkan keadilan untuk orang- orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang- orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang- orang yang terkurung,” Di sini jelas kita melihat sifat dan karya Tuhan, yaitu bahwa Ia adalah Pencipta, Setia, Adil, Mahamurah, dan Pembebas. Yang sering kurang dipahami adalah Allah sebagai Pembebas. Manusia yang ‘terkurung’ oleh dosa tidak akan pernah bisa membebaskan dirinya sendiri, atau dibebaskan oleh orang yang ‘terkurung’ dosa lainnya. Bagaimana mungkin, secara hukum, orang terpenjara bisa membebaskan orang terpenjara lainnya? Kita yang ‘terkurung’ dosa hanya bisa dibebaskan oleh seorang Pribadi yang tidak berdosa, yakni Yesus Kristus. Bersyukurlah karena Ia telah membebaskan kita … sekali untuk selamanya!
PA – 805. Mazmur 147:14 berkata, “Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.” Kesejahteraan dan kecukupan dijanjikan oleh Tuhan kepada umat-Nya. Janji ini pasti digenapi-Ny sebab Ia adalah Allah yang setia. Namun demikian tidak berarti kita tinggal berpangku tangan saja alias pasif, tidak mengerjakan apa-apa. Tuhan memerintahkan agar kita juga ikut mengusahakan kesejahteraan dan kecukupan itu dengan berdoa dan bekerja keras (Yeremia 29:7). Sejahtera (shalom) berarti ada berkat jasmani, ada kepastian keselamatan, hidup menjadi berkat, ada ketenangan, dan hidup dalam kebenaran. Kecukupan berarti mampu menyalurkan berkat Tuhan kepada mereka yang membutuhkan.-
PA – 806. Mazmur 148-150 adalah ajakan pemazmur agar segala yang bernafas memuji-muji Tuhan atas segala kebaikan dan kemurahan-Nya atas kita, umat-Nya (Maz. 150:6). Pujian bagi Tuhan itu bisa dilakukan dengan penuh sukacita dan sorak sorai, juga dengan berbagai alat musik. Ini bukan sekedar ekspresi dalam budaya Yahudi atau pelajaran di Perjanjian Lama saja atau ciri gereja dengan denominasi tertentu, melainkan firman Tuhan yang harus kita taati. Hal itu juga ditekankan dalam Perjanjian Baru (Efesus 5:19). Mari kita senantiasa memuji Tuhan – di mana saja, kapan saja, dengan alat musik apa saja, bersama siapa saja, dalam bahasa apa saja. Lagu yang dinyanyikan bisa berbentuk himne atau lagu pujian kontemporer. Inti pujian adalah hati yang terus mengucap syukur kepada Tuhan.
PA – 807. Mulai nomor ini saya akan membahas Kitab Amsal. Amsal 1:7 berkata, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Kita adalah manusia ciptaan Tuhan yang diberi mandat menaklukkan alam semesta. Sejak kanak-kanak kita belajar ilmu pengetahuan yang diharapkan berguna bagi diri sendiri dan mendatangkan kesejahteraan bagi sesama. Sayangnya, kemampuan intelek manusia yang hebat itu kemudian menjadikannya sombong dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Kata ‘pengetahuan’ hanya dibatasi pada hal-hal fisik. Padahal maksud ayat itu adalah ‘pengetahuan’ dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk ‘pengetahuan akan Tuhan’. Semuanya harus diawali dengan takut akan Tuhan, agar pengetahuan yang diperoleh mendatangkan kemuliaan bagi-Nya.-
PA – 808. Amsal 2:10-11 berkata “Karena hikmat (wisdom) akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan (knowledge) akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan (judgement) akan memelihara engkau, kepandaian (understanding) akan menjaga engkau.” Sebenarnya Tuhan menyediakan bagi manusia berbagai hal indah untuk bisa menjalani hidup di muka bumi, termasuk hikmat. Namun tergantung kepada manusia itu sendiri apakah mau membuka hati dan jiwanya. Manusia sering lebih suka membuka hati dan pikirannya untuk hal-hal negatif yang merusak. Mengapa? Karena faktor kebedosaan manusia. Untuk bisa mengubahnya dari yang negaif ke positif membutuhkan ‘revolusi mental’ yaitu perubahan menyeluruh dari ‘manusia lama’ menjadi ‘manusia baru’ yang hanya bisa dilakukan oleh Roh Kudus atas hidup manusia.-
PA – 809. Amsal 3:3-4 berkaata “Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.” Berkenan kepada Allah dan manusia merupakan suatu hal yang tidak mudah. Ada orang yang hanya mau menyenangkan sesamanya manusia, tetapi menyakiti hati Allah. Sebaliknya, ada orang yang merasa sangat rohani, dekat dengan Allah, tetapi perkataan dan perbuatannya menyakiti hati sesamanya. Untuk bisa berkenan kepada keduanya haruslah hidup dalam kasih dan kesetiaan. Kasih tanpa kesetiaan seperti minuman bersoda yang dinamis hanya di awal, kemudian memudar. Kasih sejati kepada Tuhan dan sesama diuji oleh waktu. Kasih yang semakin mendalam dengan bertambahnya waktu disebut kesetiaan. Orang yang setia akan tetap bertahan sekalipun segala sesuatunya berubah, dan di akhir kesetiaan akan ada mahkota kehidupan (Wahyu 2:10b).-
PA – 810. Amsal 3:5 berkata, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Salomo mengkontraskan mengenai “percaya kepada Tuhan” dengan “pikiranmu sendiri” karena dalam kenyataannya pikiran (rasio) bisa menjadi kendala/penghambat bagi seseorang untuk percaya kepada Tuhan. Mengapa? Pertama, karena Tuhan tidak nampak secara inderawi (kasat mata). Orang yang superrasional hanya percaya akan realita yang bisa dipahami secara akal, logis, atau realita fisik. Padahal ada realita metafisik yaitu relita yang “melampaui pikiran” (beyond our mind). Kedua, karena selama ini dengan akal budinya telah bisa menyelesaikan banyak masalah kehidupan. Ia tidak membutuhkan keberadaan Tuhan, sehingga ia menyangkali keberdaan Tuhan. Ketiga, ia tidak tahu bahwa percaya kepada Tuhan melalui hati, baru kemudian diikuti oleh pikiran sebatas yang mampu dipikirkan. Pikiran tidak boleh digunakan menghakimi Tuhan. Tuhanlah yang menjad Hakim atas pikiran kita.-
PA – 811. Amsal 3:9-10 mengatakan “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” Harta adalah sesuatu yaang sangat dibutuhkan manusia, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hartta juga sering dijadikan salah satu bentuk keberhasilan dan sekaligus derajad seseorang dalam masyarakat. Sayangnya manusia sering menggunakan hartanya untuk hidup dalam dosa: penindasan, perzinahan dan percabulan, kesombongan, kecurangan, dsb. Seharusnya harta dipakai untuk memuliakan Tuhan, yaitu dengan cara: mengembalikan persepuluhan, memberi persembahan syukur, membayar pajak, tidak menghina orang miskin melainkan menolong mereka. Ada janji Tuhan bahwa jika kita menaati ayat ini maka harta kita akan semakin bertambah dan semakin menjadi berkat.-
PA – 812. Amsal 3:13-17 berkata, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, …” Yang paling dibutuhkan oleh manusia sebenarnya adalah hikmat dan kepandaian. Sayangnya hal itu malah diabaikan. Orang meminta berkat jasmani kepada Tuhan tetapi tidak meminta hikmat bagaimana menggunakannya sesua kehendak Tuhan. Orang tua meminta kehadiran seorang anak dalam keluarga, tetapi tidak meminta hikmat untuk mendidiknya dalam jalan Tuhan. Orang meminta kedudukan dan promosi karier kepada Tuhan, tetapi tidak meminta hikmat bagamana menjalankan tugas mulia itu sehingga menjadi berkat bagi banyak orang. Orang meminta kesehatan dari Tuhan, tetapi tidak meminta hikmat agar dengan tubuh yang sehat ia bisa melayani Tuhan dan sesama. Jadi, mintalah hikmat sebab di situ ada kebahagiaan sejati!
PA – 813. Amsal 4:18 berkata “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.” Arti dari ayat ini adalah kehidupan setiap orang yang dibenarkan oleh Allah merupakan: (1) sesuatu yang pasti dan ajeg (konsisten), tidak mudah goyah, sebagaimana cahaya fajar yang pasti muncul di pagi hari; (2) sesuatu yang meningkat (progresif), dari fajar hingga tengah hari, tidak mengalami kemandegan atau stagnan namun terus mengalami kemajuan; (3) sesuatu yang menjadi berkat dan kehidupan, sebab cahaya itu dibutuhkan oleh semua orang, yang diberikan tanpa pamrih; (4) sesuatu yang terbuka (transparan), siap untuk diperiksa, tak ada yang disembunyikan, tulus dan murni.-
PA – 814. Amsal 4:23 berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Banyak orang menjaga tubuhnya dengan baik, atau menjaga rumah dan harta bendanya dengan sangat baik. Sayangnya mereka tidak menjaga hatinya denggan baik. Hal ini terbukti masih banyaknya orang yang menyimpan hal-hal negatif tentang orang lain, kekecewaan, atau kebencian dan kepahitan. Sebagai manusi hal-hal itu bisaa kita alamai, tetapi tidak boleh kita simpan terus di dalam hati. Seekor burung boleh terbang di atas kepala kita, tapi jangan sampai ia menjatuhkan kotoran bahkan bersarang di kepala kita. Justru sebaliknya, hal-hal positif sajalah yang kita simpan di hati kita. Akibatnya sungguh sangat berbeda. Mereka yang menyimpan hal-hal buruk akan memiliki wajah murung bahkan bisa menimbulkan sakit penyakit’ sedangkan yang sebaliknya akan memiliki wajah penuh sukaciita dan mendatangkan kesehatan. Bahkan dari dalamnya terpancar kehidupan. Oang di sekitar kita akan tertular hal-hal yang baik dan mereka terberkati.-
PA – 815. Amsal 5:21 berkata, “Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.” Salah satu sifat Tuhan adalah Mahatahu. Sifat ini mendatangkan berkat besar dalam kehidupan kita. Pertama, Ia tahu segala sesuatu yang menjadi kebutuhan kita bahkan sebelum kita meminta kepada-Nya dalam doa. Dengan demikian kita tidak perlu kuatir terhadap segala sesuatu. Sebagai Bapa yang baik Ia akan menyediakan dan memenuhi segala kebutuhan kita. Kedua, mencegah kita agar tidak menjadi orang yang munafik. Percuma kita menggunakan topeng guna menyembunyikan keadaan kita yang sebenarnya sebab Ia tahu hingga kedalaman hati kita. Kita harus tampil apa adanya dengaan tulus. Ketiga, kita terhindar daari kecenderungan merencanakan kejahatan dan dosa. Seringkali hal itu disembunyikan dari orang lain tetapi tidak mungkin tersembunyi di hadapan-Nya. Keempat, membuat kita tidak takut dalam mengambil keputusan penting. Dalam mengambil keputusan kita tidak tahu apakah keputusan itu benar atau salah. Asalkan kita membawa keputusan itu kepada Tuhan, dan melaksanakannya sesuai dengan firman Tuhan, maka Ia akan turut bekerja sehingga keputusan itu mendatangkan kebaikan.-
PA – 816. Amsal 6:6 berkata, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:” Sebagai binatang yang sangat kecll ia sering diabaikan orang, padahal banyak pelajaran diberikannya kepada kita, yaitu; pertama, tentang visi ke depan. Ia tahu apa yang harus diantisipasi di masa depan, sehingga ia dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Kedua, vis atau mimpi diwujudkan dengan kerja keras dan kerja cerdas. Semut rajin bekerja dan tidak mudah menyerah. Ketiga, semut bekerja dalam tim. Ketika memperoleh makanan yang jauh lebih besar dari tubuhnya, ia memanggil teman-temannya untuk bersama-sama bekerja. Keempat, semut suka keteraturan. Mereka mau berjalan beriringan, tidak saling menjegal dan menjatuhkan. Kelima, semut tidak membutuhkan pengawasan. Semut bekerja secara self-motivated, termotivasi dari diri sendiri tanpa perlu didorong-dorong. Masa kita manusia kalah sama semut?
PA – 817. Amsal 7:2 berkata, “Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu.” Kehidupan di dunia in tidak ditentukan oleh lamanya, melainkan oleh kualitasnya. Untuk bisa memiliki hidup yang berkualitas kita harus berpegang pada perintah-Nya, yaitu firman-Ny yang telah diberikan kepada kita. Firman Tuhan menjadi seperti tempat kita bersandar sehingga hidup ini tidak mudah terseret oleh pendapat orang-orang di sekitar kita. Berapa banyak yanag telah meninggalkan prinsip firman Tuhan yang kekal dan beralih kepada pendapat manusia yang fana? Ajaran Tuhan harus disimpan seperti kita menjaga biji mata kita. Jangan mudah menukar ajaran firman Tuhan dengan ajaran manusia. Ajaran firman Tuhan tidak kuno atau kettinggalan zaman. Ia tetap relevan jika kita mampu memahami dan menerapkannya dengan benar. Ajaran firman Tuhan juga tetap tidak berubah, sedangkan prinsip atau ajaran manusia mudah berubah, tergantung era, situasi dan kondisi. Miliki kemantapan hati untuk hanya berpegang pada firman-Nya.-
PA – 818. Amsal 8:22 berkata, “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.” Hikmat Allah bukan sesuatu yang muncul ketika kita belajar di sekolah, melainkan sudah ada sebelum dunia diciptakan. Itu berarti hkmat Allah sama dengan rencana atau rancangan Allah sendiri. Memang harus ada rancangan sebelum melakukan segala sesuatu. Orang yang gagal merancang sama dengan merangcang untuk gagal. Rancangan Allah bagi kita itu kekal, tidak berubah, sempurna, dan mendatangkan masa depan yang penuh harapan. Ketika kita berjalan menurut jalan-Nya maka rancangan-Nya berjalan mulus atas kita; ketika kita keluar dari jalan Tuhan, Ia tetap akan mengarahkan kita kepada jalan-Nya, namun ada harga yang harus kita bayar sebagai konsekuensi perbuatan kita. Tak ada seorang pun yang tahu persis raancangn Allah dalam hidupnya, namun Roh Kudus akan menolong kta memahaminya sejauh yang Ia ingin nyatakan kepada kita. Syaratnya? Bergaul atau bersekutu secara tekun dengan Tuhan!
PA – 819. Amsal 9:9 berkata, “Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.” Biasanya kita mengajar dan memberi nasihat kepada orang yang tidak berpengetahuan. Tapi ayat di atas justru berkata sebaliknya. Mengapa? Karena orang bodoh atau bebal tidak suka belajar dan tidak senang dikoreksi. Ia merasa dirnya sudah benar bahkan yang paling benar daan menganggap yang lain semua salah. Ia bahkan akan memusuhi orang yang mencoba membimbingnya ke arah yang benar. Sebaliknya, orang bijak dan orang benar adalah orang yang selalu ingin belajar dan bersedia dikoreksi karena ia sadar bahwa dirinya tidak sempurna. Ia tahu bahwa Tuhan dapat memakai orng lain – siapapun dia – untuk membentuknya menjadi insan yang semakin berkenan kepada-Nya!
PA – 820. Amsal 10:22 berkata “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” Daalam ayat ini ada empat hal penting berkaitan dengan berkat jasmani. Pertama, Tuhan adalah sumber berkat sejati, bukan orang tua, anak, pelanggan, majikan, juga bukan kuasa kegelapan (Iblis). Kedua, proses berkat. Kata “menjadikan” berarti tidak instan, melainkan perlu proses: kerja keras dan cerdas, menghemat, dsb. Ketiga, berkat jasmani harus ‘kaya’ artiinya ‘melimpah’ yaitu bisa dinikmati orang lain yang membutuhkan. Berkat Tuhan harus disalurkan sebagian bagi orang lain juga. Keempat, jenis dan kapasitas pekerjaan berbeda satu dengan yang lain. Kerjakan apa yang Tuhn percayakan sesuai bakat, kemampun, dan kegairahan (passion), maka janji Tuhan akan menjadi nyata atas kita.-
PA – 821. Amsal 11:24 berkata, “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Dalam firman Tuhan sering muncul prinsip hidup yang berbeda dengan apa yang selama ini dipegang banyak orang. Biasanya orang yang menyebar harta menjadi miskin karena lama kelamaan hartanya habis. Biasanya orang yang menghemat akan bertamba kaya. Tapi ayat di atas justru berkata sebaliknya: yang menyebar harta bertambah kaya; yang menghemat selalu berkekurangan. Mengapa? Karena ‘menyebar’ di sini berarti menabur atau investasi Kerajaan Allah. Ia membagi hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan dengan kasih. Tuhan berkenan atas kemurahan hatinya dan semakin mencurahkan berkat-Nyaa kepada orang tersebut. Sebaliknyaa, jika orang itu kikir dan tidak pernah peduli kepada orang lain, ia menjadi seperti Laut Mati, tidak ada kehidupan di dalamnya.-
PA – 822. Amsal 12:25 berkata, “Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.” Setiap orang bisa kuatir terhadap apapun, namun seringkali yang dikuatirkan tidak terjadi. Kekuatiran yang terus bertambah membuat beban pikiran menjad berat dan bisa mendatangkan sakit, yang disebut psikosomatis. Kekuatiran bisa datang dari kurangnya iman. Oleh sebab itu dibutuhkan “perkataan yang baik” atau firman Tuhan untuk menguatkan hati, yaitu bahwa: (a) Tuhan setia dalam menyertai kita; (b) kekuatiran tidak menyelesaikan masalah; (c) apa yang dikuatirkan harus diurai satu per satu: mana yang bisa dicegah dan mana yang harus dihadapi; (d) berserah kepada Tuhan dalam iman.-
PA – 823. Amsal 13:13 berkata, “Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.” Apa artii meremehkan firman? Pertama, merasa tidak membutuhkan firman Tuhan karena menganggap prinsip-prinsip dalam firman Tuhan sudah usang dan ketinggalan zaman. Kedua, tidak mempercayai janji Allah dalam firman-Nya. Itu sama artinya dengan menganggap Allah berdusta atau tidak setia terhadap janji-Nya, padahal Allah tidak mungkin berdusta dan tidak mungkin tidak setia. Kebenaran dan kesetiaan adalah sifat hakiki Allah. Ketiga, tidak memperhatikan pemberitaan firman dalam ibadah yaitu sibuk dengan dirinya sendiri saat beribadah. Padahal ibadah yang dilakukan dengan benar berkenan kepada Tuhan. Keempat, tidak menaati perintah yang ada di dalamnya. Ketidaktaatan dianggap sebagai hal yang biasa, padahal sangat penting d hadapan Allah. Orang yang meremehkan firman Tuhan “akan menanggung akiibatnya” (Ing. Will be destroyed). Oleh sebab itu mari kita mengindahkan firman Tuhan.-
PA – 824. Amsal 14:12 berkata, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Banyak orang mengalami hal ini karena sangkaan atau dugaan manusia cenderung keliru. Karena hakekat keberdosaan maka manusia mengalami kesulitan untuk mengenal jalan yang benar-benar lurus yang berujung pada kehidupan, bukan maut. Banyak informasi yang ditelan begitu saja termasuk informasi tentang kehidupan di balik kematian. Padahal seharusnya dikaji dan diselidiki secara mendalam apakah informasi tersebut akurat, pasti, dan dapat dipercaya. Hal ini sangat penting mengingat jika kita sudah tiba di ujung jalan, tidak ada lagi kesempatan untuk berbalik (no U turn). Akhirnya hanya penyesalan saja yang ada … untuk selama-lamanya. Jauh lebih baik jika sekarang ini kita kembali mengadakan checking atas jalan yang sedang kita tempuh: benar-benar lurus dan akan berakhir dengan kehidupan, ataukah sepertinya lurus namun akan berkhir dengan maut. Yesus berkata bahwa jalan yang benar-benar lurus itu sempit dan pintunya sesak dan hanya sedikit orang yang mau melewatinya (Matius 7:13-14).-.
PA – 825. Amsal 15:22 berkata! “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.” Dalam menggambil keputusan yang benar untuk melakukan sesuatu hanya ada dua jenis orang: yang hanya berdasarkan pemikirannya sendiri dan yang meminta pertimbangan orang lain yaitu para ahli. Hasilnya pasti berbeda karena pemikiran dengan pertimbangan yang banyak melihat dari sisi-sisi yang lebih banyak sehingga lebih lengkap. Salah satu sumber pertimbangan adalah Alktab, sebab ditulis oleh 40 orang dalam inspirasi Roh Allah sendiri, dalam rentang waktu 1500 tahun tanpa ada yang bertentangan. Pertimbangan yang didasarkan pada firman Tuhan secara benar pasti akan menghasilkan keputusan yang berkenan kepada Allah. Hasil keputusan tidak akan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk menjadi berkat bagi banyak orang dan memuliakan Tuhan.-
PA – 826. Amsal 16:18 berkata “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Sikap congkak muncul dalam diri manusia karena keberdosaannya, dimana ia merasa dirinya lebih dari orang lain: lebiih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, lebih tinggi jabatannya, bahkan lebih rohani dari orang lain. Orang congkak lupa bahwa semua yang ada padanya, dan kelebihan yang dimilikinya adlah mutlak dari Tuhan. Ia hanya penggelola saja. Orang congkak juga lupa bahwa Tuhan juga memberikan kelebihan-kelebihan kepada orang lain. Biasanya sikap congkak dilanjutkan dengan sikap menghina sesamanya dan mengabaikan Tuhan. Banyak contoh bagaimana Tuhan kemudian menjatuhkan orang yang congkak, karena itu berarti melawan Tuhan. Sebaliknya, kita perlu selalu dan tetap rendah hati, karena itu sikap yang berkenan kepada Tuhan. Setiap pujian yang diberikan orang lain kepada kita harus dikembalikan kepada Tuhan.-
PA – 827. Amsal 17:22 mengatakan bahwa “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Ada orang yang menggunakan obat terlarang yaitu ecstacy agar selalu bisa ceria padahal akan merusak kesehatan tubuh dan mental, atau mahir tampil dalam kepura-puraan agar selalu nampak gembira padahal hatinya hancur. Yang lain lagi didasarkan pada kelimpahan harta benda dan kenyamanan hidup padahal itu tidak kekal. Kegembiraan sejati bisa diperoleh hanya apabila kita tahu bahwa Allah menyertai kita senantiasa. Jika hati kita gembira, maka kesehatan pun terjaga. Sebaliknya, jika semangat kita pudar kesehatan kita pun tertular. Suasana hati nenentukan kesehatan diri. Apapun yang orang lain perbuat atas kita, dan apapun kondisi di sekitar kita, jangan sampai menghilangkan kegembiraan kita. Apakah itu berarti kita mengabaikan semuanya? Bukan! Melainkan mengatasi semuanya! Bukankah jika Tuhan di pihak kita, tidak akan ada yang melawan kita?
PA – 828. Amsal 18: 21 berkata bahwa “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Artinya setiap orang harus berhati-hati dalam perkataan: kapan harus bicara atau tidak, apa yang harus dikatakan, nada suara yang bagaimana yang harus digunakan, serta dampak atau akibat dari perkataan itu. Berarti pertimbangkan secara mendalam sebelum menyampaikan perkataan, jangan sebaliknya. Jika ia sembrono dalam berkata-kata, akibatnya sangat mengerikan baik bagi si pembicara maupun bagi orang lain. Hati-hati ketika suami marah kepada isteri atau sebaliknya, ketika orang tua marah kepada anak-anaknya. Gunakan kata-kata yang tepat, jangan mengeluarkan makian atau kata-kata negatif, sebab ada kuasa dalam perkataan kita. Akibatnya bisa fatal. Gunakan kata-kata yang positif dan konstruktif, niscaya kita akan menuai yang baik. Oleh sebab itu pelajari dan teladani cara Tuhan Yesus berkomunikasi dengan perkataan-Nya maka kita akan menjadi orang yang bijaksana.-
PA-829. Amsal 19:21 berkata, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.” Tidaklah salah merancang atau merencanakan segala sesuatu dalam hidup ini. Justru jika kita gagal merencanakan sesuatu sama artinya dengan merencanakan kegagalan. Demikian dikatakan oleh Benjamin Franklin (1706-1790). Untuk dapat menyusun perencanaan yang baik harus mampu memperhitungkan banyak aspek. Selanjutnya, setelah perencanaan disusun, diikuti dengan bagaimana melaksanakannya. Di sinilah biasanya muncul beberapa kemungkinan.
Kemungkinan pertama, pelaksanaan tepat sama dengan apa yang direncanakan. Tidak ada yang meleset sedikit pun. Baik menyangkut durasi waktu, orang, dana, proses, semua berjalan lancar. Inilah yang seringkali diharapkan terjadi.
Namun kemungkinan kedua adalah, pelaksanaan tidak tepat sama atau bahkan sama sekali jauh dari apa yang telah direncanakan. Orang lalu mengatakan bahwa itu perencanaan yang gagal. Apa yang menjadi penyebab kegagalan sebuah rencana? Banyak! Salah satunya memang bisa perencanaan itu sendiri yang salah, tapi bisa pula tidak. Perencanaannya sudah benar, namun Tuhan tidak mengizinkan pelaksanaannya. Mengapa? Karena Tuhan memiliki rencana yang lain atas kehidupan kita: rencana yang lebih baik, lebih indah, lebih sempurna.
Jika demikian halnya, kita harus penuh kebesaran hati untuk selalu membawa rencana kita kepada-Nya dalam doa: “Tuhan, kalau boleh biarlah rencana ini jadi. Tetapi jika tidak, jadilah rencana-MU!” Dengan demikian kita akan terus berjuang, tetapi juga berserah.-
PA-830. Perencanaan berkaitan dengan pertimbangan. Mengenai pertimbangan (counsel) atau nasihat (advice) ini, Amsal 20:18 berkata, “Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperangah dengan siasat.”
Ada beberapa orang yang hidup tanpa pertimbangan sama sekali. Ia melakukan segala sesuatu secara terburu-buru, berpikiran pendek. Ketika ada orang lain yang memberi masukan pentingnya keputusan itu dipertimbangkan dulu, mereka akan menjawab tidak perlu pertimbangan ini dan itu. Akibatnya, perencanaan yang disusunnya gagal total (Amsal 15:22 – “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak”).
Sebaliknya, beberapa orang lainnya, hidup dengan terlalu banyak pertimbangan. Apakah ini baik? Tidak! Banyak penasihat baik, tetapi terlalu banyak menjadi tidak baik! Mengapa? Karena dengan terlalu banyaknya pertimbangan, menyebabkan tidak adanya tindakan. Melakukan ini takut salah, melakukan itu juga takut salah. Itulah yang dialami oleh Suku Ruben saat diajak berperang oleh Debora. Sementara suku-suku lainnya memberi respons yang baik, Suku Ruben terus mempertimbangkannya.
Beberapa orang lainnya lagi hidup hanya dengan pertimbangannya sendiri, atau mengandalkan pertimbangan orang lain yang dipandang lebih berotoritas dari dirinya. DI satu sisi ini baik, tetapi jika hanya pertimbangan dari manusia saja (baik diri sendiri maupun orang lain), juga bisa menyebabkan kegagalan, karena ketidaksempurnaan itu sendiri, atau karena sifat subyektivitas manusia. Rasul Paulus sesaat pun tidak minta pertimbangan kepada manusia, termasuk para rasul lain yang lebih senior dirinya (Galatia 1:15-16).
Yang terbaik adalah hidup dalam pertimbangan bersama dengan Tuhan. Mengapa? Karena “Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.” (Amsal 21:30).-
PA-831. Amsal 21:1 berkata, “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingin.”. Ayat ini berbicara mengenai kemustahilan dan sekaligus keniscayaan. Adalah suatu hal yang mustahil untuk bisa mengubah hati seseorang, apalagi hati seorang raja atau pemimpin. Raja Salomo sendiri mengakuinya:“Seperti tingginya langit dan dalamnya bumi, demikianlah hati raja-raja tidak terduga.” (Amsal 25:3). Namun, bagi TUHAN tidaklah mustahil untuk mengubah hati seorang pemimpin. Bahkan TUHAN mampu mengarahkannya kemana Ia mau. Dalam ALkitab ada beberapa orang yang hatinya berubah:
Yakub, yang semula tidak mengizinkan Benyamin dibawa oleh kakak-kakaknya ke Mesir, akhirnya mengizinkannya (Kejadian 42:4; 43:13). Saul, yang adalah warga masyarakat biasa dikuasai oleh Roh TUHAN sehingga berubah menjadi manusia lain … kepenuhan seperti seorang nabi (1 Samuel 10:6). Raja Koresy, yang bukan bagian dari umat Tuhan (Israel), dan merupakan raja Asyur yang sangat berwibawa, hatinya dipalingkan oleh TUHAN sehingga bersedia membantu umat Tuhan dalam pekerjaan membangun Bait Allah (Ezra 6:22). Rasul Paulus, yang semula tidak bersedia menumpang di rumah Lydia Bersama dengan rekan-rekan sepelayannya kemudian bersedia menerimanya (Kisah Para Rasul 16:15).
Oleh sebab itu jika kita menghadapi orang-orang berotoritas dengan keputusan tertentu, dan kita rindu ada perubahan keputusan ke arah yang lebih baik, kita dapat memberi masukan sekaligus berdoa agar Tuhan yang mengubahnya seperti yang Tuhan mau.
PA-832. Amsal 22:6 – “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Kesenjangan antara anak-anak muda dengan orang tua terus terjadi. Mengapa? Karena orang tua tidak menyadari bahwa dengan lebih kritisnya sikap mereka, maka setidaknya ada tiga hal yang telah berhasil dilakuan oleh orang tua.
Pertama, mereka berhasil menumbuhkembangkan anak mereka dari bayi hingga menjadi orang muda. Ini suatu keberhasilan, bukan? Tentu saja sikap mereka sebagai orang muda tidak akan sama dengan Ketika mereka masih kecil. Tak ada satu pun orang tua yang menginginkan anak remajanya bersikap seperti ketika ia masih berusia satu tahun.
Kedua, mereka berhasil dalam doa-doa mereka. Tentu ketika Tuhan mengaruniakan anak itu kepada mereka, ada doa yang dinaikkan agar anak itu bertumbuh dengan baik, sehat tubuh, jiwa, dan rohnya. Dan doa itu benar-benar dijawab Tuhan, dan kini mereka bertumbuh sebagai anak muda.
Ketiga, mereka berhasil dalam mengirimkan anak-anak mereka ke dunia Pendidikan. Terbukti dengan mereka lebih banyak mengkritisi apa yang disampaikan oleh orang tua. Mereka tidak lagi sekedar membebek, melainkan beradu argumentasi.
Jadi, orang tua dapat meminta hikmat dari Tuhan untuk terus mendidik mereka dengan firman Tuhan, dan dengan cara yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan mental mereka. Itu saja.
PA-833. Amsal 23:18 berkata “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Ada orang yang hanya fokus pada masa lalu, menyesalinya atau terlalu bangga atas pencapaiannya selama ini. Ada orang yang hanya fokus pada masa kini dan menghabiskan semua waktu dan tenaga untuk kepentingan sesaat. Mari kita belajar untuk fokus ke masa depan, dengan beberapa alasan berikut. Pertama, berfokus pada masa depan menentukan apa yang kita lakukan pada masa kini. Saat mengalami kegagalan kita akan mudah bangkit kembali. Kedua, membuat kita tidak berpuas diri dan terus mengalami peningkatan kualitas hidup dan karya kita. Ketiga, Tuhan telah menyediakan masa depan yang lebih baik dari masa kini (Ibrani 11:40a). Ini merupakan pengharapan yang pasti! Keempat, menjadikan kita seorang visioner yang memiliki wawasan luas dan mampu melihat lebih jauh daripada sekedar ‘sibuk’ tanpa arah.-
PA-834. Amsal 24:3-4 berkata “Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan,
dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.” Ini bukan hanya ayat tentang mendirikan rumah secara fisik (house), melainkan juga secara moral yaitu membangun rumah tangga (home). Pertama, rumah tangga dibangun dengan hikmat dan kepandaian, yaitu berdasar kepada firman Tuhan, bukan pada materi belaka. Hubungan suami-isteri, orangtua-anak harus mengacu pada tuntunan firman Tuhan, bukan pedoman yang dibuat oleh manusia. Kedua, kehidupan dalam rumah tangga diisi dengan hal-hal yang indah dan menarik, yakni: iman, kasih, dan pengharapan. Setiap hari tidak akan pernah menjadi hari yang membosankan, sebab Tuhan akan memimpin kita dalam pengalaman hidup yang penuh tantangan sekaligus kemenangan. Ketiga, komunikasi sangatlah penting. Ungkapkan kasih dengan ‘bahasa’ yang dimengerti oleh orang yang kita kasihi, apakah itu: pujian, pemberian, kebersamaan, pelayanan, atau sentuhan.-
PA-835. Amsal 25:2 mengatakan “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.” Banyak rahasia (misteri) dalam diri Allah yang ingin dinyatakan-Nya kepada kita oleh Roh Kudus-Nya. Namun seringkali kita tidak bergairah menyelidikinya. Padahal jika kita mau menyelidikinya, Roh Kudus akan menolong kita sehingga lebih banyak rahasia Allah dalam firman-Nya dibukakan bagi kita. Caranya adalah dengan menyediakan waktu untuk bergaul karib dengan Dia, dekat dan melekat dengan Tuhan dalam doa dan firman seperti Henokh (Kejadian 5:21-24). Orang yang mengerti rahasia Allah dalam kehidupan ini akan menjadi orang yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan dan pergumulan hidup, akan lebih bersukacita karena ada pengharapan akan masa depan, akan lebih mengasihi sesama karena ia memahami isi hati Allah. Sebaliknya, orang yang tidak mau menggali rahasia Allah akan menjalani hidup ini apa adanya, tanpa kegairahan, tanpa sukacita, dan tanpa pengharapan.-
PA-836. Amsal 26:22 berkata, “Seperti sedap-sedapan perkataan pemfitnah masuk ke lubuk hati.” Arti dari ayat ini adalah orang seringkali memberi hatinya dirasuki oleh kata-kata fitnah, sehingga ia menjadi sakit hati dan perlu waktu yang lama untuk dipulihkan. Bukankah sedap-sedapan (bumbu) yang merasuk susah bahkan tidak mungkin dikeluarkan? Oleh sebab itu kita harus menjaga hati ini agar tidak tercemar oleh perkataan yang menyakitkan. Caranya? Setiap kali kita mendengar ada orang yang menyampaikan sesuatu, kita harus menyaring atau memilah-milahnya. Perkataan yang positif dan bersifat membangun sajalah yang kita terima. Sedangkan perkataan yang negatif dan bersifat merusak harus kita tolak. Bukankah Tuhan memberikan kepada kita hak dan kuasa atau otoritas untuk menerima atau menolak? Dari pada perkataan negatif terlanjur masuk dan susah dihapuskan, lebih baik mencegahnya masuk ke dalam hati kita. Sebaliknya, mari kita ucapkan hal-hal yang positif dan bersifat membangun terhadap orang lain sebagai bukti bahwa kita dapat menjadi berkat bagi mereka.-
PA-838. Amsal 28:20 mengatakan “Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.” Bagaimana kita bisa menjadi orang yang dapat dipercaya? Jika kita selalu menggenapi setiap janji yang kita ucapkan dan melaksanakan setiap tugas yang dipercayakan kepada kita oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya. Orang yang dapat dipercaya sangat kontras dengan orang yang ingin cepat menjadi kaya. Yang penting bisa meraupkeuntungan sebanyak-banyaknya, dan secepat-cepatnya, sehingga janji yang ada dalam kesepakatan dengan relasi bisnis sering diabaikan, barang yang dijual tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, barang palsu dibilang asli, dsb. Jika ia adalah seorang pejabat, tidak akan mempedulikan nasib rakyat, yang penting ia bisa memperkaya dirinya sendiri. Fakta telah menunjukkan bahwa orang yang seperti itu pasti suatu kali akan kelihatan ‘belang’-nya. Oleh sebab itu jadilah orang yang bisa dipercaya, baik oleh Tuhan maupun oleh sesama.-
PA-839. Amsal 29:18a mengatakan “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat” Dalam bahasa Inggris dikatakan “Where there is no vision, the people perish.” Artinya, “Bila tidak ada visi, binasalah rakyat.” Mengapa? Pertama, orang yang tidak punya visi tidak memiliki arah tujuan. Visi menetapkan tujuan hidup kita sehingga lebih terarah. Kedua, orang yang tidak punya visi tidak punya gairah apapun. Ia hanya akan menjalani hidup apa adanya, tanpa ada upaya meraih sesuatu di hari depan. Ketiga, orang yang tidak punya visi tidak berpengharapan. Padahal pengharapan adalah dorongan untuk hidup penuh semangat. Keempat, orang yang tidak punya visi tidak bisa dipakai Tuhan. Pelayanan yang sejati bagi Tuhan pasti akan mendatangkan pertumbuhan dan perkembangan, dan itu memerlukan visi. Jika tidak, pelayanan hanya akan menjadi rutinitas yang menjemukan, karena tidak ada kemajuan apapun. Jadi, jangan tidak memiliki visi dan jangan mengikuti orang yang tidak punya visi.-
PA-840. Amsal 30:18-19 berkata “Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.” Ayat-ayat ini berbicara tentang empat hal penting dalam kehidupan kita: pertama, kekuatan bagai rajawali. Seekor burung rajawali memilki kekuatan dalam menembus badai dan memiliki mata yang tajam untuk melihat mangsanya di tanah. Kita pun harus demikian. Saat badai kehidupan datang, jangan menghindar. Mintalah kekuatan dari Tuhan untuk memghadapinya, dan mata rohani yang tajam sehingga justru di dalam badai kita dapat melihat ada berkat besar yang Tuhan sediakan bagi kita. Kedua, kecerdikan bagai ular. Kecerdikan diperlukan bukan untuk memperdaya orang lain, melainkan untuk berjaga-jaga agar tidak diperdaya orang lain karena kita hidup seperti domba di tengah serigala. Ketiga, ketenangan bagai kapal. Kita hanya dapat memiliki ketenangan di tengah-tengah pergumulan hidup apabila kita melekat erat dengan Tuhan. Peganglah janji-Nya bahwa Ia sekali-kali tidak akan meninggalkan kita. Keempat, kesetiaan bagai dua sejoli. Miliki hubungan yang intim dengan Tuhan dalam doa seperti sedang memadu kasih. Perintah Tuhan tidaklah berat dilakukan jika dasarnya adalah kasih kepada Tuhan. Orang yang mengasihi akan melakukan apa pun yang diminta oleh orang yang dikasihinya, bukan?
PA-841. Amsal 31:10 berkata “Isteri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.” Inti dari gerakan emansipasi wanita yang banyak didengungkan menghendaki kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini tidak bertentangan dengan Alkitab. Namun demikian sebenarnya Allah sudah menetapkan fungsi dan peran masing-masing dalam sebuah keluarga. Isteri seringkali hanya dilihat sebagai seorang yang “tunduk” dalam arti tak berdaya. Padahal kata“tunduk” berarti memiliki hati seorang hamba, yang mau melayani seluruh keluarga, sama seperti Yesus Kristus sendiri. Ayat-ayat berikutnya menunjukkan aktivitas seorang isteri yang menjadi berkat besar bagi keluarganya. Bisa dipercaya (ayat 11), rajin bekerja (ayat 12-19), giat dalam pelayanan sosial (ayat 20), terhormat (ayat 22), mendukung suaminya sehingga “dikenal di pintu gerbang” (berhasil dalam bisnis – ayat 23), menjadi penasihat (ayat 26), takut akan Tuhan (ayat 30), dan sebagainya. Jadilah seorang isteri yang terpuji di hadapan Tuhan dan manusia!
PA-842. Dalam Pengkhotbah 1:14 Salomo berkata “Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” Pernyataaan ini merupakan kebenaran dan bukan fatalisme. Orang yang menganut paham fatalisme adalah orang yang sangat putus asa menghadapi kehidupan ini. Ia melihat segala sesuatu sebagai takdir dari Tuhan dan ia sama sekali tidak dapat mengubahnya. Salomo tidak dmikian. Lewat pernyataannya itu ada beberapa kebenaran penting. Pertama, pentingnya mengadakan evaluasi dan perenungan kembali atas apa yang telah kita capai selama ini. Dari situ kita akan menjadi orang yang lebih bijaksana dan rendah hati bahwa pencapaian tersebut bukanlah hasil dari kekuatan diri kita sendiri, melainkan karena Tuhan turut bekerja di dalamnya. Kedua, bukan kita saja yang berjuang dalam hidup ini, tetapi semua umat manusia. Dari sini kita bisa menjadi orang yang tidak hanya mengasihi diri sendiri, melainkan menaruh kepedulian terhadap orang lain juga, terutama yang berjuang lebih berat dari kita. Ketiga, kegagalan dan keberhasilan merupakan bentuk keseimbangan. Dengan demikian kita tidak mudah putus asa melainkan kembali bangkit menatap masa depan bersama Tuhan. Di dalam Dia tidak ada yang sia-sia!
PA-843 Dalam Pengkhotbah 2:24 Salomo berkata “Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah.” Ada dua golongan besar orang yang bersikap ekstrim bertentangan dengan ayat di atas.Yang pertama hidup dalam perarakan dan penghematan luar biasa sehingga terkesan tidak menikmati hidup ini secara wajar. Yang kedua menikmatinya secara berlebihan sebagai hedonis yang melupakan Allah sama sekali. Alkitab menyatakan agar kita hidup secara seimbang. Pada waktu kita diberkati Tuhan lewat kerja keras dan kerja cerdas yang kita lakukan, nikmatilah hasilnya bersama dengan seluruh keluarga. Kita hidup bukan untuk bekerja melainkan kita bekerja untuk hidup. Dalam menikmati berkat Tuhan itu bagikanlah sebagian bagi orang lain yang membutuhkan. Kegiatan makan minum, berekreasi, membeli barang-barang kebutuhan, bukanlah dosa. Hal itu baru llah disebut dosa apabila dilakukan alam keangkuhan seakan-akan semuanya diperoleh dengan kekuatannya sendiri.-
PA-844. Dalam Pengkhotbah 3:11 Salomo berkata “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Waktu adalah pemberian Allah yang sangat berharga bagi manusia namun sayangnya manusia tidak menyadarinya sehingga memperlakukan waktu secara tidak benar. Beberapa bentuk kesalahan manusia dalam mengelola waktu adalah sebagai berikut.
Pertama, banyak orang membuang waktu dengan sia-sia yaitu melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat sama sekali. Kedua, ada yang menggunakan waktunya hanya untuk dirinya sendiri tanpa peduli pentingnya kebersamaan dengan orang lain. Ketiga, ada yang melakukan sesuatu dengan menentukan waktunya sendiri tanpa mau mengerti apakah itu terlalu cepat atau terlalu lambat. Padahal Tuhan telah menentukan segala sesuatu indah pada waktunya. Mari kita mau bersabar menantikan waktu Tuhan seperti Daud yang menjadi raja pada waktunya dan bukan seperti Yakub yang memperoleh hak kesulungan lebih cepat dari waktunya.
PA-845. Dalam Pengkhotbah 4:9 dikatakan bahwa “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.” Ayat ini mengajak para kaum lajang (single) untuk menikah. Memang ada orang yang diberi oleh Tuhan karunia melajang, tetapi selain itu sebaiknya menikah. Ada orang yang takut menikah karena beberapa alasan: belum siap secara materi, belum siap secara mental, takut salah pilih, takut terikat, dan sebagainya. AlasanAlasan-alasan tersebut ada yang benar tetapi ada pula yang tidak. Sebagian besar ketakutan untuk menikah karena terlalu banyak membaca novel atau terlalu banyak menonton telenovela di televisi atau mendengar dan melihat adanya konflik antarpasangan atau keluarga yang tidak harmonis dan kemudian hancur berantakan. Padahal masih banyak pasangan yang harmonis dan diberkati Tuhan. Sebagaimana ayat di atas menyatakan bahwa Berdua lebih aik, maka kita harus mengamankannya dan terus berdoa serta berjuang ke arah itu. Keluarga yang harmonis bisa menjadi berkat bagi banyak oran dan menghasilkan generasi selanjutnya nb yang takut akan Tuhan. Jadi dalam hal berumahtangga jangan menolak tetapi juga jangan sembrono melainkan mewujudkannya dengan melibatkan Tuhan sepenuhnya.
PA-846. Dalam Pengkhotbah 5:18 dikatakan “Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya — juga itu pun karunia Allah.” Karunia Allah adalah pemberian dari Allah sendiri berdasarkan kehendak-Nya dan seringkali tanpa syarat. Karunia Allah diberikan atas kedaulatan-Nya tanpa bisa diganggu gugat. Dalam ayat ini ada beberapa karunia Allah: pertama, kekayaan dan harta benda. Memang ada faktor kerja keras dan kerja keras untuk memperoleh kekayaan namun jika Tuhan tidak mengaruniakan kekayaan kepada seseorang, ia akan tetap miskin. Kedua, Allah mengaruniakan kuasa untuk menikmatinya. Ada orang yang kaya tapi hidup dalam kecemasan dan kekhawatiran. Sebaliknya ada orang yang kaya dan menikmati kekayaannya secara wajar oleh karunia Tuhan. Tentu dalam menikmati kekayaan itu Tuhan menginginkan agar kita mengingat orang lain yang membutuhkan sehingga kita dapat membagikannya kepada mereka. Menikmati kekayaan dalam karunia Tuhan juga bukan berarti cinta akan uang, melainkan menggunakannya juga untuk mengembangkan pekerjaan Tuhan di muka bumi ini dengan memberikan persembahan kepada-Nya secara sukacita dan sukarela.-
PA – 847. Pengkhotbah 6:11 berkata, “Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan. Apakah faedahnya untuk manusia?” Seorang ahli berkata bahwa jika seseorang hendak mengenal keberadaan orang lain, dengarkan saja orang itu berbicara dalam 15 menit. Mengapa? Karena sebagaimana bahasa menunjukkan bangsa, maka kata-kata yang dikeluarkan seseorang akan menunjukkan siapa jati dirinya. Karena kata-kata memiliki kuasa, kita harus menjaga perkataan yang kita keluarkan. Pertama, jangan menyampaikan perkataan yang kotor, sia-sia, dan sembrono, melainkan perkataan yang membangun. Kedua, jangan mengatakan hal-hal yang buruk atau menjelekkan orang lain, apalagi jika itu hanya isu dari mulut ke mulut, melainkan perkataan yang baik tentang orang itu. Ketiga, jangan mengeluarkan perkataan negatif saat marah kepada siapapun karena akan berdampak dalam diri orang itu, melainkan perkataan yang positif dan menjadi berkat. Keempat, jangan berkata dusta yang melawan kebenaran, karena kita bukan anak dari Sang Pendusta, yaitu Iblis (Yohanes 8;44). Perkataan kita harus berdasar kepada kebenaran firman Tuhan.-
PA – 848. Dalam Pengkhotbah 7:1 dikatakan bahwa “Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.” Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan maka kita harus menjaga beberapa nama. Pertama nama Tuhan Yesus Kristus. Kehidupan kita disorot oleh banyak orang. Apabila perkataan, sikap dan tindakan kita tercela, maka nama Tuhan Yesus Kristus menjadi celaan bagi banyak orang. Kedua, nama kita sendiri. Ada kehormatan yang Tuhan berikan dalam diri kita, yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Ketiga, nama bangsa dan negara kita. Ketika kita bepergian wisata atau bekerja di luar negeri, jaga baik-baik martabat bangsa. Patuhi segala undang-undang dan aturan di negara lain, dan jangan melecehkan bangsa sendiri di depan bangsa lain. Miliki semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi. Di samping itu ayat ini mengatakan bahwa “hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.” Ini prinsip yang sama sekali berbeda dengan prinsip dunia ini. Kematian sering dianggap kesialan dan kekalahan, padahal justru kematian merupakan keuntungan dan kemenangan, asalkan kita mati di dalam Tuhan. Artinya selama hidup kita beriman kepada Allah yang hidup dan berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Kita akan dapat berkata: hidup adalah Kristu, dan mati adalah keuntungan.
PA – 849. Dalam Pengkhotbah 8:17 mengatakan bahwa “maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. …” Dalam ayat ini ada beberapa pengertian penting. Pertama, setiap orang harus menyadari keterbatasan dirinya, termasuk dalam menyelami segala pekerjaan Allah. Ada orang yang mungkin secara intelek memiliki kemampuan berpikir yang luar biasa, namun ia amat terbatas. Semakin tinggi ilmu yang dimilikinya, sebenarnya semakin sempit pemikirannya. Kedua, manusia hanya dapat menyelami segala pekerjaan Allah jika Allah berkenan mengaruniakan kemampuan itu kepada-Nya. Ada bagian dalam diri dan karya Allah yang diwahyukan kepada manusia sehingga kemudian – dengan pertolongan Roh Kudus – manusia dapat memahami apa yang diwahyukan itu. Ketiga, salah satu hal yang tidak dapat kita salami adalah mengenai masa depan. Manusia dapat memprediksi atau menduga apa yang akan terjadi, tetapi tidak dapat memastikannya. Itulah sebabnya menyangkut masa depan kita harus berkata “Insya Allah …” artinya, “Jika Allah menghendakinya …” Keempat, misteri dalam diri Allah tersebut jutsru menunjukkan keagungan-Nya. Manusia harus mau merendahkan diri di hadapan-Nya dan mengakui-Nya sebagai Allah Yang Tak Terbatas, menyembah-Nya dan menaati apa yang dikatakan-Nya. Jalan-jalan-Nya jauh lebih tinggi dibandingkan jalan-jalan kita. Dengan menyadari hal ini maka sikap penyembahan kepada Allah yang benar akan selalu ada dalam diri kita.-
PA – 850. Kitab Pengkhotbah 9:8 berkata “Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.” Ayat ini membicarakan dua buah simbol penting: pakaian dan minyak. Pakaian melambangkan perbuatan kita yang warnanya harus putih, artinya dalam kebenaran dan kekudusan, tanpa cacat dan cela. Setiap orang tidak mungkin bisa memiliki perbuatan semacam ini karena status dirinya yang dilahirkan sebagai roang berdosa. Pakaian putih ini merupakan karya penebusan (redemption) dan pembenaran (justification) dari Yesus Kristus sendiri di kayu salib Golgota. Setelah kepada kita dikenakan ‘pakaian putih’ itu maka kita memiliki tugas memeliharanya. Dengan pertolongan Roh Kudus kita menjaga perbuatan kita benar di hadapan Allah dan manusia. Selanjutnya, minyak merupakan lambing dari pengurapan dari Roh Kudus. Itu harus tetap ada dalam kehidupan kita. Pengurapan Roh Kudus berkaitan dengan status kita: setelah dibenarkan kita dipakai oleh Tuhan, menjadi kawan sekerja Allah, yang membutuhkan kuasa dalam menyatakan kasih Allah bagi dunia ini. Orang yang diurapi oleh Roh Kudus memiliki kuasa untuk menjadi saksi-saksi-Nya dan memiliki kepekaan untuk mendengar suara-Nya dan memiliki kerendahan hati untuk menaati semua perintah-Nya. Jadi dua hal ini: menjaga hidup dalam kebenaran dan kekudusan serta melayani Tuhan dan sesame dalam pengurapan Roh Kudus harus tetap melekat dalam hidup kita.-
PA – 851. Pengkhotbah 10:18 berkata, “Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah”. Alkitab menentang kemalasan dan kelambanan. Ada orang-orang yang tidak merasa bersalah jika ia malas dan lamban. Seorang hamba Tuhan yang menggunakan uang gereja secara salah atau hidupnya mengarah kepada perbuatan amoral biasanya diberi disiplin atau sanksi oleh majelis jemaat, bagaimana jika ia malas dan lamban? Kedua sifai ini – malas dan lamban – bisa menyebabkan kehancuran di masa kini dan masa depan. Sebaliknya, etika Kristiani yang dibangun atas dasar kebenaran firman Allah menekankan kerajinan dan kecepatan. Setiap pelajar Kristen harus rajin belajar, dan setiap orang Kristen dewasa harus rajin bekerja dan rajin melayani. Dalam kemalasan ada unsur egois, hanya mencari kesenangan diri sendiri dan tidak memedulikan orang lain, termasuk keluarganya. Sedangkan dalam kelambanan ada unsur kemalasan juga dan tidak melihat pentingnya berpacu atau berkompetisi yang sehat dengan orang lain. Mari kita bergerak cepat, berpacu dengan waktu, berlari-lari, bukan berjalan santai, agar banyak orang terberkati dan nama Tuhan dipermuliakan.-
PA – 852. Pengkhotbah 11:4 berkata, “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” Ketika seseorang akan mengmbil sebuah keputusan, maka seyogyanya ia harus mempertimbangkan banyak hal agar keputusan yang diambil tidak keliru. Namun ketika pertimbangan menjadi terlalu banyak, bisa menimbulkan ketakutan untuk mengambil keputusan. Itulah yang dimaksudkan oleh ayat ini. seorang petani perlu mempertimbangkan angin dan awan untuk menabur dan menuai. Namun jika ia senantiasa memperhatikan angin dan awan, ia tidak akan kunjung bekerja. Pertimbangan itu perlu, tetapi sewajarnya. Setelah pertimbangan yang cukup dilakukan, maka keputusan harus diambil apapun risikonya. Setiap keputusan ada risikonya sendiri. Bahkan tidak mengambil keputusan pun ada risikonya. Namun bagi kita, orang yang percaya kepada Tuhan, kita disertai oleh Tuhan. Tentu kita berusaha semaksimal mungkin agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Tetapi kalaupun kita bisa salah dalam mengambil keputusan, Tuhan akan turut bekerja, mengubah keputusan kita menjadi sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Roma 8:28). Jadi jangan takut melangkah. Angin dan awan akan yang melambangkan pelbagai kemungkinan adanya tantangan akan selalu ada, namun ingatlah bahwa Allah beserta kita. Mulailah bertindak, maka Tuhan akan menolong dan memberkati kita.-
PA – 853. Pengkhotbah 12:1 berkata, “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, …” Orang muda identik dengan banyaknya kesempatan, besarnya kekuatan atau energy, penuh dengan idealisme, dan semangat belajar yang tinggi. Sayangnya banyak di antara orang muda yang tidak hidup dengan benar. Pertana, mereka tidak menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Setiap jam, menit, dan detik dibuang percuma untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat: hanya berfoya-foya dan menghabiskan uang orang tua, atau bermain game tanpa batas waktu yang jelas. Kedua, kekuatan dan energy yang mereka miliki tidak digunakan untuk hal-hal yang konstruktif atau sifatnya membangun melainkan untuk hal-hal yang destruktif atau merusak. Betapa banyak anak muda yang terlibat dalam tawuran, atau mencorat-coret petunjuk jalan dan dinding yang dicat bagus? Ketiga, mereka mengandalkan idealism mereka sendiri dan tidak memiliki roh penundukan diri kepada otoritas di atasnya (orang tua, guru, pemerintah, hamba Tuhan, bahkan Tuhan sendiri). Mereka lebih suka memberontak tanpa tahu arah tujuan hidup yang jelas. Keempat, semangat belajar yang tinggi tidak dibarengi dengan adanya fondasi iman yang kuat, sehingga mudah terprovokasi dan jatuh dalam radikalisme (agama) yang keliru. Bagi Saudara yang masih muda, biarlah keempat hal yang ada pada Saudara digunakan bagi Tuhan dan sesame. Bagi orang tua yang mempunyai anak-anak muda, arahkan mereka dengan penuh kasih saying dan ketegasan agar mereka menjadi alat Tuhan yang memuliakan nama-Nya.-
PA – 854. Sesudah Kitab Pengkhotbah kita akan belajar dari Kitab Kidung Agung (Song of songs). Dalam Terjemahan Lama Bahasa Indonesia di mana terdapat banyak serapan dari bahasa Arab, kitab ini disebut Syirul-asyar Solaiman, artinya “syair di atas segala syair” atau “nyanyian yang paling baik” yang ditulis oleh Salomo. Dalam Kidung Agung 1:5 ada pernyataan dari mempelai perempuan, “Memang hitam aku, tetapi cantik, …” Itu adalah gambaran tentang diri kita sendiri. Pertama, di hadapan Tuhan kita ini hitam, penuh dengan dosa karena mewarisi dosa Adam dan dosa yang kita perbuat sendiri. Keberdosaan harus disadari dan diakui, agar kita kemudian merindukan adanya Juruselamat. Hanya orang sakit yang membutuhkan dokter, dan hanya orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat. Jika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa, kita benar-benar akan bersyukur sebab Allah menyediakan solusi atas dosa kita melalui karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib. Kedua, di hadapan Tuhan kita terlihat cantik, karena kita adalah ciptaan-Nya yang mulia. Tidak mungkin kita merupakan hasil perkembangan dari makhluk yang lebih rendah. Kita adalah ciptaan Allah yang dihembusi oleh nafas Allah sendiri, jauh lebih mulia dari ciptaan lainnya (Kejadian 2:7). Dengan menyadari bahwa kita berharga di hadapan Allah, bahwa kita adalah citra Allah, maka kita tidak akan rendah diri karena di dalam diri kita sebenarnya ada potensi yang besar. Mungkin potensi itu berbeda dari potensi orang lain, namun jika kita mau mensyukuri dan menggunakannya semaksimal mungkin, maka hidup kita akan menjadi lebih baik dan menjadi berkat bagi orang lain. Hitam … tetapi cantik. Itulah keberadaan kita yang sebenarnya: hina sekaligus mulia!
PA – 855. Dalam Kidung Agung 2:2 dinyatakan bahwa, “- Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.” Bunga bakung merupakan lambang keelokan Gereja dalam pandangan Kristus. Salomo menggambarkan bahwa kehidupan umat Tuhan yang indah itu berada di tengah-tengah lingkungan yang sama sekali berbeda, yang digambarkan dengan duri-duri. Ungkapan ini saya dengan yang Tuhan Yesus katakan bahwa kita diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala (Matius 10:16). Bakung itu indah, domba itu jinak. Tetapi duri itu tajam, serigala itu ganas. Apa yang harus kita lakukan? Kita diminta cerdik dan tulus. Kita tidak boleh berubah identitas: bakung harus tetap bakung, domba harus tetap domba. Bakung tidak boleh berubah menjadi duri. Domba tidak boleh berubah menjadi serigala. Benar tetaplah benar dan jujur tetaplah jujur, sekalipun kita berada di tengah-tengah lingkungan yang tidka benar dan tidak jujur. Kudus tetaplah kudus, walaupun berada di tengah dunia yang najis dan tercemar. Kita hanya dapat melakukan hal tersebut apabila Roh Kudus menolong kita, sebab kita manusia sering mudah terpengaruh, seperti domba yang mudah tersesat. Mintalah pimpinan Tuhan agar kita tetap hidup saleh dan takut akan Tuhan di tengah lingkungan yang tidak takut akan Dia.-
PA – 856. Kidung Agung 3:5 menyatakan, “…jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!” Mengapa? Cinta yang dimaksud di sini adalah hubungan kasih di antara dua orang dewasa yang menuju ke pertunangan atau pernikahan. Cinta dalam kaitan ini bukanlah cinta monyet dengan berbagai rayuan gombal yang nampaknya romantic, melainkan cinta sejati yang sebenarnya menuntut beberapa syarat. Pertama, cinta sejati menuntut kedewasaan dalam sikap mental. Memang benar bahwa kedewasaan tidak ditentukan oleh usia, tetapi usia yang terlalu muda juga pasti belum dewasa secara mental. Disarankan agar seorang perempuan baru boleh memulai hubungan cinta (asmara) dalam usia 17 tahun, dan seorang laki-laki pada usia 20 tahun, karena pada usia itu pada umumnya telah dewasa. Kedua, cinta sejati tidak buta (tepatnya membabi-buta), melainkan mengarah kepada pribadi seseorang yang kemudian dibawa ke dalam doa dan diamati benar-benar dari segi: iman kepercayan, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi, kepribadian dan temperamen serta karakter, kesehatan fisik, mental dan spiritual, dan sebagainya. Jadi tidak asal-asalan. Jika cinta digerakkan sebelum diingininya (belum waktunya), maka biasanya asal-asalan dan membabi-buta. Ketiga, cinta sejati melibatkan Sang Kasih, yaitu Allah sendiri. Hubungan dua orang dewasa yang melibatkan Tuhan Allah pasti akan menjaga kekudusan. Ia pasti akan meminta Roh Kudus memimpinnya dan meminta konfirmasi dari Tuhan apakah pria/wanita yang sedang didekatinya adalah memang jodoh dari Tuhan baginya. Jadi berhati-hatilah dan sabarlah sebab segala sesuatu akan menjadi indah pada waktunya!
PA – 857. Dalam Kidung Agung 4:10 dinyatakan demikian: “Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala macam rempah.” Hubungan antara Yesus Kristus dengan Gereja-Nya digambarkan seperti hubungan antara pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan. Ada pujian dari Kristus atas kita, Gereja-Nya, bahwa cinta kita kepada-Nya lebih nikmat dari anggur. Benarkah demikian? Ia juga mengatakan bahwa minyak kita lebih harum dari segala macam rempah. Benarkah demikian? Anggur merupakan minuman yang paling nikmat di Israel. Anggur melambangkan sukacita dan memberikan semangat. Orang yang minum anggur dengan kadar alkohol yang wajar akan menyehatkan. Anggur juga lambang dari penderitaan karena harus melalui pemerasan. Apabila cinta kita kepada Tuhan dikatakan “lebih nikmat dari anggur”, berarti kita akan selalu bersukacita di dalam Tuhan, semangat dalam melayani Tuhan dan sesama, memiliki hubungan yang sehat dengan Tuhan, dan rela menderita bagi Dia! Kita juga harus menghasilkan baru atau aroma yang harum, yaitu memancarkan “bau” Kristus di mana-mana. Artinya, keberadaan dan identitas kita sebagai pengikut Kristus harus nyata. Ada kasih, pengampunan, kebenaran, integritas, di mana pun kita berada!
PA – 858. Dalam Kidung Agung 5:16 dinyatakan bahwa mempelai laki-laki “Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai puteri-puteri Yerusalem.” Memang demikianlah halnya dengan Yesus Kristus, Sang Mempelai Laki-laki. Kata-kata-Nya, yaitu firman-Nya dan janji-janji-Nya manis semata-mata. Perkataan Tuhan menghibur dan menguatkan. Kalaupun Ia menegur, teguran-Nya lembut dan didasari oleh kasih yang besar agar kita kembali kepada jalan yang benar. Janji-Nya tak pernah gagal. Di samping itu, “segala sesuatu padanya menarik.” Kepribadian Yesus Kristus bukan hanya menarik hati orang Kristen, tetapi sebagian besar orang di dunia ini. jika ada orang yang tidak terpesona dengan-Nya, bahkan menghina-Nya, itu karena mereka tidak mengenal-Nya dengan benar. Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi Manusia, penuh dengan kelemah-lembutan dan kerendahan hati, namun juga tegas terhadap dosa. Pengajaran-Nya merupakan prinsip universal yang bisa dipahami dengan baik. Misalnya, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 7:12). Ia mengangkat harkat manusia berdosa dengan pengampunan dan penebusan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Ia memiliki integritas yang tinggi: apa yang dilakukan-Nya sesuai dengan apa yang diajarkan-Nya.
PA – 859. Kidung Agung 6:13a berkata “Kembalilah, kembalilah, ya gadis Sulam, kenbalilah, kembalilah, supaya kami dapat melihat engkau! …” Ini adalah seruan seorang laki-laki sebagai gambaran dari Allah yang terus memanggil kekasih-Nya, yaitu umat manusia yang diciptrakan-Nya, untuk kembali kepada-Nya. Karena dosa, manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, pergi jauh meninggalkan persekutuan dengan Allah. Dosa telah menciptakan jarak yang begitu lebar antara manusia dengan Allah. Inisiatif untuk membawa manusia kembali kepada Allah adalah dari diri Allah sendiri. Sejak di Taman Eden suara yang penuh kasih ini memanggil, “Adam, di manakah engkau?” dan “Kain, di manakah adikmu itu?” Allah tidak akan pernah berhenti dari merindukan kepulangan kekasih-Nya kepada-Nya. Dalam visualisasi perumpamaan anak yang hilang seringkali yang dipertontonkan adalah perilaku sang anak bungsu yang hidup dalam keduniawian dan hawa nafsu dosa. Seharusnya yang diperlihatkan adalah kondisi sang ayah yang tidak pernah lepas dari merindukan kedatangan putra bungsunya itu, yang telah meninggalkannya begitu lama. Bagi kita yang telah jauh dari Allah, mari kit amau kembali kepada-Nya. Ia telah mempersiapkan pengampunan yang besar atas segala dosa kita. Selanjutnya, apabila kita sudah berada dalam pelukan-Nya, maka kita akan mendengar detak jantung-Nya, yaitu kerinduan akan pertobatan manusia, sehingga kita terdorong membawa sesama yang hilang untuk kembali kepada-Nya.-
PA – 860. Kidung Agung 7:10 berkata “Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.” Jika kita mengamati sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, maka nampaknya dunia yang amat luas ini hanya milik mereka berdua. Dan memang demikianlah seharusnya! Kemesraan dalam hubungan cinta antara Allah di dalam Yesus Kristus dengan kita pun demikian. Kita adalah milik-Nya, karena kita diciptakan-Nya menurut citra-Nya sendiri, mulia dan amat berharga di hadapan-Nya. Ia akan melindungi kita seperti biji mata-Nya. Ia akan menyertai kita kemana pun kita pergi, dan di di mana pun kita berada. Kasih-Nya terus dicurahkan atas kita. Sebaliknya, Yesus Kristus adalah milik kita. Ketika kita menyatakan bahwa Ia adalah milik kita, maka Ia harus menjadi yang paling berharga dalam hidup ini. Memiliki Kristus berarti memiliki segalanya. Kita memang hidup di dunia ini tetapi kemegahan dunia tidak sebanding dengan kemuliaan-Nya. Orang Kristen yang masih hidup secara duniawi dan berfoya-foya dalam kesenangan dunia ini nampaknya belum mampu memandang Kristus di atas segala-galanya. Selanjutnya, ketika kita dengan Tuhan saling memiliki, maka akan ada gairah (passion) yang luar biasa untuk saling menyenangkan hati orang yang dikasihi. Seluruh hidup berfokus pada sang kekasih. Bagaimana dengan kita? Apakah fokus hidup ini adalah Kristus atau yang lain?
PA – 861. Kidung Agung 8:7 mengatakan “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.” Di sini cinta atau kasih digambarkan dalam 3 (tiga) ilustrasi sederhana, yaitu: api, batu karang, dan permata berharga. Kasih seharusnya bagaikan api yang terus menyala, tidak boleh pudar apalagi padam. Kitalah yang harus terus mengusahakannya yaitu dengan selalu menyediakan minyak dan mengipasinya terus menerus. Artinya, kasih harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Jika kita mengabaikannya sesaat saja, maka ia akan pudar. Jika kita masih terus membiarkannya, ia akan mati, dan sulit untuk menyalakannya kembali. Kasih juga bagaikan batu karang yang kokoh kuat. Sekalipun ada tantangan ia akan tetap kokoh tegak. Kasih tidak mudah bergeser sekalipun oleh masalah yang amat berat. Ia harus menjadi motivasi satu-satunya dalam setiap aspek hidup kita. Kita melakukan segala sesuatu dalam kasih yang berdasar kepada kasih Allah sendiri kepada kita. Terakhir, kasih juga digambarkan sebagai permata yang sangat berharga dan tak tak ternilai. Apapun akan dilakukan demi kasih. Ia tidak bisa digantikan oleh yang lain. Oleh sebab itu mari kita terus alami kasih Allah kepada kita, dan kemudian memelihara kasih kita kepada-Nya dan kepada sesama.-
PA – 862. Mulai nomor ini kita akan menggali Kitab Yesaya. Kitab ini disebut ‘Alkitab mini’ karena beberapa hal berikut ini. Pertama, jumlah pasal sama dengan jumlah kitab dalam Alkitab, yaitu 66 buah. Kedua, Kitab Yesaya terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu Bagian I (39 pasal dari pasal 1-39) dan Bagian II (27 pasal dari pasal 40-66 ), sama seperti pembagian dalam Alkitab, yaitu Perjanjian Lama (39 pasal) dan Perjanjian Baru (26 pasal). Ketiga, Bagian I lebih banyak berisi peringatan dan hukuman Allah atas umat-Nya (seperti Perjanjian Lama), dan Bagian II lebih banyak berisi penghiburan Allah atas umat-Nya (seperti Perjanjian Baru). Keempat, inti berita dari Kitab Yesaya adalah nubuatan Mesianis dalam pasal 53 (tepat di tengah-tengah Bagian II), sama seperti inti berita dalam Alkitab adalah Yesus Kristus, Sang Mesias yang dijanjikan. Dari uraian di atas kita tahu bahwa oleh Roh Kudus-Nya Allah mengilhami para penulis Kitab Suci, termasuk Yesaya, sehingga berita yang disampaikan sinkron satu dengan yang lain, merupakan suatu pesan yang komprehensif dan terintegrasi dengan sangat indahnya. Mari kita menikmati firman Allah setiap hari, karena firman-Nya berkuasa membentuk pribadi kita menjadi semakin berkenan di hadapan Allah dan manusia.-
PA – 863. Orang Kristen pada umumnya memberi tanda pada Yesaya 1:18 dan senang menyanyikan lagu yang liriknya diambil dari ayat itu yang mengatakan, “Marilah, baiklah kita berperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Betapa tidak! Dosa sebesar apapun, kesalahan sebanyak apapun, Tuhan bersedia mengampuninya asal kita mau mengakuinya di hadapan-Nya. Namun, sayangnya banyak yang mengabaikan ayat di atasnya (Yesaya 1:17), yang berbunyi, “belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” Artinya, pengampunan dari Tuhan berkaitan dengan kepedulian sosial. Kekristenan bukan agama yang hanya memiliki aspek vertical, berurusan dengan Tuhan, melainkan juga memiliki aspek horizontal, yaitu mengasihi sesama. Jangan harap ada pengampunan dari Tuhan apabila kita sama sekali tidak mengasihi atau mempedulikan sesame kita. Di Perjanjian Lama, kepedulian terhadap sesama merupakan syarat untuk memperoleh pengampunan dan keselamatan dari Tuhan. Tetapi di Perjanjian Baru, prinsip yang dipegang oleh orang Kristen sekarang adalah bahwa kepedulian terhadap sesame merupakan tindak lanjut dari pengampunan dan keselematan yang kita telah terima dari Tuhan. Jadi, segera wujudkan kepedulian itu dengan berbuat baik kepada sesama, mengupayakan keadilan, mengendalikan orang kejam, membela hak anak-anak yatim, dan memperjuangkan perkara janda-janda!
PA – 864. Ada suatu ajakan yang sangat indah: “Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.” (Yesaya 2:3). Ajakan semacam ini pada umumnya mendapatkan respons yang sangat sedikit. Mengapa? Karena tujuan ajakan ini adalah untuk memperoleh pengajaran, yaitu pengajaran tentang jalan-jalan Tuhan. Akan berbeda responsnya jika ajakan ini membuat seseorang menerima berkat-berkat jasmani. Zaman akhir ini ada keprihatinan yang besar, di mana materialisme telah melanda kehidupan umat Tuhan. Mereka lebih suka materi dari pada pengajaran. Bahkan sampai orang tua pun seringkali lebih suka memberi materi kepada anak-anaknya, dan sangat sedikit dalam memberikan pengajaran: bagaimana menghormati orang tua, guru, dan hamba Tuhan; bagaimana beribadah dengan benar; bagaimana menjaga kebersihan diri dan lingkungan, bagaimana mengasihi sesama, dan sebagainya. Materi memang perlu, tetapi bagaimana memiliki sikap terhadap materi itu lebih perlu. Materi memang penting, tetapi bagaimana menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan sesama itu lebih penting. Memperoleh keuntungan dalam berdagang itu penting, tetapi bagaimana memperoleh keuntungan dengan cara yang benar itu lebih penting. Miliki kerinduan terhadap pengajaran firman Tuhan yang mendalam, atau kerohanian kita akan sangat dangkal di hadapan Tuhan.-
PA – 864. Dalam Yesaya 3:10-11 tertulis “Katakanlah berbahagia orang benar! Sebab mereka akan memakan hasil pekerjaannya. Celakalah orang fasik! Malapetaka akan menimpanya, sebab mereka akan diperlakukan menurut perbuatannya sendiri.” Ketika manusia diciptakan oleh Allah dengan kehendak bebas, maka manusia langsung terbagi ke dalam dua kelompok besar: kelompok ‘orang benar’ dan kelompok ‘orang fasik’. Perbedaannya sangat jelas. Orang benar berbahagia, sedangkan orang fasik celaka dan tertimpa malapetaka. Orang benar memakan hasil pekerjaannya, sedangkan orang fasik diperlakukan menurut perbuatannya sendiri. Karena dilahirkan dalam keadaan berdosa, maka kecenderungan menjadi orang fasik jauh lebih besar dari pada menjadi orang benar. Untuk menjadi orang fasik atau melakukan kejahatan seseorang tidak perlu diajar; tetapi untuk menjadi orang benar ia harus terus menerus diajar. Jumlah orang fasik pada umumnya lebih banyak dari orang benar. Orang fasik merupakan mayoritas, sedangkan orang benar minoritas. Tuhan selalu memberi kesempatan kepada orang fasik untuk bertobat dan menjadi orang benar. Namun apabila kesempatan itu tidak digunakan, yang akan mereka alami adalah kebinasaan. Sebaliknya, orang benar harus terus bertahan dalam kebenaran Tuhan sekalipun mungkin secara fisik (materi) menderita. Sekali-kali jangan berkompromi atau bergeser menjadi orang fasik. Di penghujung jalan kehidupan orang benar adalah kebahagiaan bersama Tuhan!
PA – 865. Yesaya 4:4 mengatakan “apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar.” Allah akan terus melakukan pemurnian atas umat-Nya, sebab Ia menginginkan umat-Nya hidup tanpa noda dan cela. Kondisi itu tidak akan dapat kita usahakan sendiri, melainkan hanya bisa dilakukan oleh Tuhan atas diri kita. Caranya adalah dengan selalu datang kepada Tuhan agar Ia memurnikan kita. Beberapa hal yang harus dimurnikan adalah: dari segala bentuk dosa yang menjijikkan, dari motivasi pelayanan yang salah, dari dendam dan kebencian serta kepahitan terhadap sesama, dari intrik-intrik yang jahat, dan sebagainya. Yang mengerjakan pemurnian itu adalah Roh Kudus yang disebut sebagai ‘roh yang mengadili dan yang membakar’. Berarti ada proses peradilan dan pembakaran yang bisa mendatangkan penderitaan sesaat. Namun jika kita rela menjalani proses pemurnian ini, maka hidup kita akan berkenan kepada-Nya.-
PA – 866. Yesaya 5:4 mengatakan “… Aku menanti supaya dihasilkannya buah yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?” Ini adalah ungkapan kekecewaan hati Tuhan. Ia menggambarkan umat-Nya seperti kebun anggur yang diusahakan-Nya dengan sebaik-baiknya. namun ternyata hasilnya sangat mengecewakan. Tuhan telah melakukan banyak hal yang baik dalam kehidupan kita: menciptakan kita, memelihara kita, menebus kita, dan menyertai serta memberkati kita. Namun seringkali dengan segala berkat yang Tuhan limpahkan, tidak kita gunakan untuk memuliakan nama-Nya, melainkan justru untuk bergeliman dalam dosa dan kesenangan kita sendiri. Saat kita miskin kita dekat dengan Tuhan. namun saat kita kaya, kita hanya berfoya-foya, dan hidup dalam dosa. Seringkali kita menjadi orang yang tidak tahu balasa budi terhadap Tuhan. Mari kita mau berubah, dari kehidupan yang selalu mengecewakan-Nya menjadi hidup yang menyenangkan hati-Nya. Ia masih emmberi kita kesempatan untuk berubah. Sekalipun Ia panjang sabar, namun Ia juga Allah yang adil. Apabila kesempatan yang Ia berikan tidak kita gunakan sebaik-baiknya, maka murka-Nyalah yang akan turun atas kita. Mari kita berubah, menghasilkan buah kehidupan yang berkenan kepada-Nya.-
PA – 867. Dalam Yesaya pasal 6:1-13 kita dapat belajar banyak hal mengenai orang yang dipakai Tuhan. Pertama, ia bersandar kepada Allah yang kekal, bukan kepada manusia yang fana. Raja Uzia yang besar dan hebat itu telah mati. Sehebat apapun, kemampuan manusia ada batasnya. Kondisi bangsa saat itu bisa mengalami kekacauan berkaitan dengan regenerasi kepemimpinan. Tetapi Yesaya mampu melihat TUHAN – Raja segala raja – tetap duduk di atas takhta-Nya. Kedua, ia mampu menjunjung tinggi kekudusan Allah dan bersedia menjalai proses pengudusan. Yesaya sadar bahwa dirinya adalah seorang yang najis bibir, tidak layak melayani Tuhan. Tetapi kemudian Tuhan menyuruh malaikat-Nya menguduskan dirinya dan melayakkannya. Ketiga, ia menyatakan kesiapan diutus Tuhan. Yesus tidak menunda-nunda waktu dalam menaati panggilan Tuhan. Proyek besar Allah harus segera ditangani. Itulah sebabnya ia berkata, “Ini aku Tuhan, utuslah aku!” Keempat, menjadi seorang hamba Tuhan tidak selalu pelayanannya diterima oleh mereka yang dilayani. Yang lebih sering dialami adalah penolakan. Yesaya pun menghadapi hal yang sama, tetapi ia tidak patah semangat. Yesaya tidak pernah mundur karena ia tahu bahwa Tuhan ada di pihaknya. Mari kita siap menjadi alat-Nya, menjadi terang bagi sekitar kita yang menerangi dunia yang gelap ini.-
PA – 868. Dalam Yesaya 7:9 dikatakan “…Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” Pada masa itu Kerajaan Yehuda akan diserang oleh Kerajaan Israel dan Kerajaan Aram. Raja Ahas ketakutan “seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin”. Namun ada pesan Tuhan kepada Raja Ahas bahwa ia akan tetap menang dalam peperangan itu asalkan ia percaya. Di hadapan kedua raja dari Aram dan Israel bagaikan “puntung kayu api yang berasap”. Seringkali kita memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu masalah dibandingkan dengan persepsi Tuhan. Dalam persepsi kita masalah itu bagaikan api besar yang akan membakar dan menghanguskan hidup kita. Tetapi dalam persepsi Tuhan, masalah yang kit ahadapi hanya bagaikan “puntung kayu api yang berasap”. Jika cara pandang atau persepsi kita ubah, maka sikap pun akan berubah: dari ketakutan kepada keberanian, dari pesimisme kepada optimism, dari putus asa kepada pengharapan. Letaknya adalah pada kata percaya! Sebesar apapun masalah yang kita hadapi, jika kita berjalan dengan Tuhan, percaya kepada-Nya, dan menggunakan cara pandang-Nya, maka hati kita akan penuh dengan ketenangan dan ketentraman. Sebab, jika Tuhan di pihak kita siapakah lawan kita?
PA – 869. Dalam Yesaya 8:20 dikatakan “Carilah pengajaran dan kesaksian!” Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar. dua hal penting yang dapat membuat man kita kuat adalah pengajaran dan kesaksian. Yang satu tidak bisa dipisahkan dari yang lain. Jika hanya sekedar pengajaran tanpa kesaksian, maka hanya akan berupa teori saja, tidak membumi. namun sebaliknya, jika hany akesaksian atau pengalaman tanpa dasar pengajaran yang kuat, akan sangat subyektif dan bisa menyesatkan. oleh sebab itu dua hal ini tidak boleh lenyap dari kehidupan kita. Pengajaran harus bersumber dari firman Tuhan dengan penafsiran yang benar sesuai pimpinan Roh Kudus, dan kesaksian yang disampaikan harus selaras dengan firman Tuhan juga, tidak menambahi atau mengurangi sedikit pun.
PA – 870. Salah satu nubuatan terbesar mengenai kedatangan Mesias atau Al-Masih adalah yang disampaikan oleh Yesaya dalam Yesaya 9:5, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Ayat ini menubuatkan nama-nama agung yang disandang oleh Sang Mesias. Nama “Penasihat” menunjuk pada kemampuan-Nya memberikan tuntunan atau pedoman kehidupan berupa ajaran yang sangat agung dan bersifat universal. “Ajaib” menunjuk kepada kemampuan-Nya menyatakan banyak mukjizat dan tanda ajaib baik dalam kekekalan maupun selama pelayanan-Nya di muka bumi ini. “Allah yang Perkasa” menunjukkan kedahsyatan-Nya yang tak tertandingi. “Bapa yang Kekal” menunjukkan pemeliharaan dan kedekatan-Nya dengan kita, anak-anak-Nya. “Raja Damai” menyatakan pesan yang dibawa-Nya dan karya penebusan-Nya, yaitu mendamaikan manusia dengan Allah, dengan sesama, dengan alam, dan dengan dirinya sendiri. Semua nubuatan itu telah digenapi di dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus, yang datang ke dalam dunia ini, 700 tahun setelah nubuatan di atas disampaikan oleh nabi Yesaya. Dengan menerima-Nya maka kita memiliki sumber kehidupan sejati.-
PA – 871. Dalam Yesaya pasal 10 ada pernyataan dari Tuhan yang luar biasa menegur kita, “Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya, dan seolah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu!” Pernyataan Tuhan ini menyadarkan kita tentang siapakah Tuhan dan siapakah kita. Ia yang berdaulat dan berkuasa penuh atas hidup kita, sedangkan kita, manusia ciptaan-Nya, adalah alat ditangan-Nya. Berarti pertama-tema kita harus selalu berdoa, “Tuhan, pakailah aku menjadi alat bagi kemuliaan-Mu!” Kedua, selalu menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepada kita dengan kualitas terbaik. Untuk itu, sebagai “kapak” atau “gergaji” kita harus terus mau mengasah agar semakin tajam. Ketiga, selalu meminta agar Tuhan menolong kita untuk tetap rendah hati. Tanpa adanya orang yang menggunakan peralatan, maka semua peralatan tidak dapat berbuat apa-apa dari dirinya sendiri, sehebat apapun peralatan itu. Tanpa Tuhan yang memakai kita, maka kita pun tidak akan mampu melakukan sesuatu apapun. Keempat, sesama ‘peralatan’ tidak saling menyakiti. Ketika semua peralatan diletakkan dalam kotak karena ‘tidak sedang digunakan’, maka ia tidak akan iri terhadap peralatan lain yang sedang digunakan, dan di antara perlataan tidak ada tindakan saling menyakiti. Mari kita menerima keberadaan orang lain yang mungkin menjadi alat yang berbeda dengan kita di tangan Tuhan. Yang jelas dan pasti adalah bahwa ketika suatu proyek Tuhan jadi dan kita menjadi alat-Nya, segala kemuliaan hanya bagi Tuhan saja!
PA – 872. Yesaya 11:1-3 merupakan nubuatan terhadap Sang Mesias, bahwa Ia adalah ” Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.” Nubuatan ini telah digenapi oleh pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus. Dari nubuatan ini kita belajar beberapa hal: pertama, jangan mengabaikan ‘tunas’. justru tunas merupakan sesuatu yang berpotensi menjadi besar. Termasuk jangan mengabaikan anak kecil. Dalam diri mereka juga ada potensi untuk menjadi besar. Didiklah mereka untuk mengasihi Tuhan dan mengembangkan potensi mereka sendiri dengan cara Tuhan. Kedua, peran Roh Kudus. Istilah “Kristus” (Al-Masih) artinya “Yang Diurapi”. Artinya, Roh Kudus bekerja secara penuh dalam hidup-Nya, menyatakan kasih dan kuasa Allah secara tak terbatas. Kita pun harus bergantung penuh terhadap pimpinan Roh Kudus. Tanpa Dia, hidup dan pelayanan kita akan hambar. Roh Kuduslah yang menghidupkan dan membuat kita terus menyala-nyala bagi Tuhan. Ketiga, penuh pertimbangan yang bijak. setiap kali Yesus Kristuis diminta pendapat oleh orang Yahudi, jawaban-Nya sangat bijak dan membungkam mulut mereka yang bermaksud menjebak-Nya. Ia tidak pernah masuk dalam perdebatan yang tak bermakna, melainkan menggunakan kata-kata yang sangat tepat dengan dasar kebenaran. Kita pun dapat menggunakan kata-kata yang tepat terhadap semua orang – atas dasar kebenaran – bukan untuk menyakiti, melainkan untuk menegur dan membangun.-
PA – 873. Yesaya 12:2 mengatakan “Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.” Ini adalah suatu pernyataan dan pengakuan yang juga harus dimiliki oleh setiap orang percaya. Allah adalah sumber segala sesuatu yang baik secara jasmani, termasuk keselamatan selama kita hidup di dunia ini. Keselamatan di muka bumi ini menyangkut keluputan dari marabahaya yang berasal dari alam, perlindungan dari upaya orang yang ingin mencelakai kita, luput dari kecelakaan yang bisa menimpa kita, serta perlindungan dari kuman yang menyebabkan kita sakit bahkan kesembuhan dan pemulihan dari sakit itu sendiri. Namun, di samping itu, Allah adalah keselamatan kita juga sesudah kita meninggalkan dunia ini. Jika Ia hanya merupakan sumber segala kebutuhan kita di muka bumi ini, tetapi sama sekali tidak memberikan jaminan apapun kepada kita untuk keselamatan kita setelah kita meninggalkan dunia ini, maka kita menjadi orang yang paling malang. Mengapa? Karena keberadaan kita di bumi ini sementara, jauh lebih singkat dibandingkan keselamatan kita kelak dalam kekekalan. Apa artinya kita selamat di bumi dan menikmati segala yang baik, tetapi jiwa kita binasa? Mari kita bersyukur dan bermazmur bagi-Nya untuk dua karya-Nya yang besar dan ajaib ini: keselamatan selama di muka bumi, dan keselamatan kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus.-
PA – 874. Yesaya 13:19 mengatakan: “Dan Babel, yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang Kasdim yang megah, akan sama seperti Sodom dan Gomora pada waktu Allah menunggangbalikkannya:” Dalam bahasa Ibrani, kata Babel berarti “kekacauan”, tetapi dalam bahasa Sumeria diartikan sebagai “pintu gerbang Allah”. Apa yang dipandang oleh Allah sebagai kekacauan seringkali justru diartikan sebagai bagian dari keilahian. Misalnya: Alkitab menyatakan bahwa perceraian tidak berkenan kepada Allah, tetapi para artis justru menyatakan bahwa perceraian bisa dianggap sebagai takdir yang ditetapkan oleh Allah. Sema sekali bertentangan, nukan? Jika hal ini terus dilanjutkan, yaitu tidak mau bertobat dari kehidupan yangf kecau balau, menyimpang dari kehendak Allah, maka akan berakhir dengan datangnya murka Allah. Orang-orang Babel dianggap sama berdosanya dengan orang-orang Sodom Gomora. Di Babel ada dosa kecongkakan atau kesombongan, dan di Sodom Gomora ada dosa amoral. Ada yang menganggap dosa yang satu lebih ringan dari pada dosa yang lain, padahal sebenarnya tidak. Dosa tetaplah dosa, yang jika tidak dibereskan di hadapan Allah akan menciptakan kesenjangan yang semakin lebar antara kita dengan Allah. Manusia menjadi musuh Allah. Namun jika bersedia diselesaikan oleh Allah dengan mengaku dan menerima karya penebusan-Nya, maka kesenjangan itu akan berubah menjadi kedekatan dan pemulihan. Manusia menjadi sahabat Allah, bahkan menjadi anak-anak-Nya.-
PA – 875. Yesaya 14:27 berkata “TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? Tangan-Nya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?” Setiap kali kita akan melakukan sesuatu, pada umumnya kita akan merancangkannya lebih dahulu, menyusun strateginya, merencanakan antisipasi terhadap pelbagai dampak yang akan ditimbulkan oleh tindakan kita. Namun dalam kenyataannya rancangan kita gagal karena satu dan lain hal yang tidak kita duga. Tidak demikian halnya dengan Tuhan. Rancangan-Nya sempurna atas kita, umat pilihan-Nya. Rancangan-Nya tidak pernah gagal. tak ada seorang pun yang mampu mengubah atau membatalkan rancangan Tuhan. Dari kebenaran ini kita memperoleh pengertian bahwa: pertama, kita tidak perlu takut akan masa depan, sebab rancangan-Nya tentu indah dan baik bagi kita. Kedua, kita tidak perlu kuatir terhadap apapun yang orang lain akan lakukan atas hidup kita, karena Tuhan akan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Ketiga, sebaliknya, apabila Tuhan merancangkan murka-Nya atas orang berdosa yang tidak mau bertobat, melainkan mempermainkan kebenaran, rancangan murka Tuhan atas mereka akan dilaksanakan-Nya. Oleh sebab itu mari kita berjuang dan sekaligus berserah sesuai dengan rancangan-Nya.-
PA-876. Dalam nubuatannya terhadap bangsa Moab (Yesaya ps. 15-16), terselip suatu nubuatan yang luar biasa, yang berkata “maka suatu takhta akan ditegakkan dalam kasih setia dan di atasnya, dalam kemah Daud, akan duduk senantiasa seorang hakim yang menegakkan keadilan, dan yang segera melakukan kebenaran.” (Yesaya 16:5). Nubuatan itu digenapi di dalam pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus. Dalam nubuatan tersebut ada beberapa hal yang perlu dipahami dengan benar. Pertama, Yesus Kristus adalah Raja, sebab bagi-Nya tersedia sebuah takhta. Sudahkah Ia menjadi raja atas kehidupan kita? Sudahkah kita menerima kedaulatan pemerintahan-Nya secara penuh, ataukah kita lebih sering memberontak terhadap pengaturan-Nya yang sempurna? Kedua, ciri pemerintahan Kristus adalah kasih setia. Ciri ini harus nampak dalam kehidupan kita sehari-hari, penuh kasih dan pengampunan; jauh dari kekerasan, kebencian, balas dendam, dan sebagainya. Ketiga, ciri lain pemerintahan Kristus adalah keadilan dan kebenaran. Kita harus hidup seperti itu: adil dan tidak memihak; benar, jujur, dan tidak melakukan dosa serta kejahatan. Apabila semua orang percaya, di mana pun ia berada, ke manapun ia pergi, menerapkan prinsip atau cirri Kerajaan Kristus ini, maka damai sejahtera akan mengalir ke sekitar kita, dan banyak orang terberkati oleh kehadiran kita.-
PA-877. PA-877. Yesaya 17:1-11 merupakan nubuatan Yesaya terhadap Damsyik, ibukota Kerajaan Aram (sekarang Damaskus, ibukota Suriah). Kota ini dinubuatkan akan hancur lebur. Mengapa? “Sebab engkau telah melupakan Allah yang menyelamatkan engkau, dan tidak mengingat gunung batu kekuatanmu. …” (Yesaya 17:10) Memang tidak setiap penderitaan merupakan akibat dari melupakan Tuhan dan meninggalkan Dia. Tetapi ada pula penderitaan yang merupakan akibat dosa semacam itu, termasuk apa yang dialami oleh Damaskus. Orang bisa melupakan Tuhan yang telah menyelamatkannya karena beberapa hal. Pertama, ia merasa tidak membutuhkan Tuhan lagi, sebab ia merasa mampu melakukan segala hal dengan kemampuan dan kekuatannya sendiri. Kedua, ia tergoda oleh ilah-ilah lain yang ada di sekitarnya dan melihat kehidupan para penyembah berhala itu lebih makmur secara materi. Ketiga, ia kecewa terhadap Tuhan karena ada doa-doa yang tidak dijawab seperti yang diharapkannya. Kekecewaan ini bisa berlanjut dengan melupakan dan meninggalkan Dia. Keempat, ia tergoda oleh kesenangan dunia dengan hidup dalam pesta-pora dan kenajisan. Dagingnya menuntut kenyamanan dalam dosa, dan kemudian ia menikmati dosa itu. Kiranya keempat hal ini tidak menimpa kita. Mari kita tetap ingat akan kasih Allah yang telah menyelamatkan kita, dengan menunjukkan kesetiaan kita kepada-Nya.-
PA-878. Dalam Yesaya ps. 18 Nabi Yesaya menyampaikan nubuatan tentang Etiopia (Afrika): “Pada waktu itu juga persembahan akan disampaikan kepada TUHAN semesta alam dari kaum yang jangkung dan berkulit mengkilap, dan dari kaum yang ditakuti dekat dan jauh, yakni bangsa yang berkekuatan ulet dan lalim, yang negerinya dilintasi sungai-sungai, ke tempat nama TUHAN semesta alam, yaitu gunung Sion.” (ayat 7). Beberapa kali bangsa Etiopia disebutkan di dalam Alkitab sebagai bangsa yang ‘jangkung dan berkulit mengkilap’, ‘ditakuti dari dekat dan jauh’, serta ‘ulet dan lalim’. Dengan kata lain Etiopia termasuk bangsa yang sangat sulit ditaklukkan, kejam, tak berperikemanusiaan. Bangsa Etiopia sering terlibat sebagai tentara bayaran yang disewa bangsa-bangsa lain karena keuletannya dalam berperang. Namun sesulit apapun bangsa ini, tokh mereka juga dapat bertobat dan mempersembahkan korban kepada TUHAN. Dari pernyataan ini kita memperoleh pelajaran yang berharga bahwa: (1) Tuhan mengasihi bangsa-bangsa, karena Ia yang menciptakan mereka sesuai dengan citra-Nya sendiri, (2) Tuhan memberi kesempatan kepada bangsa-bangsa untuk bertobat dan kembali kepada-Nya; (3) Tuhan punya cara yang ajaib untuk membuat bangsa sekeras apapun datang kepada-Nya; (4) Tuhan menerima persembahan bentuk apapun dari bangsa-bangsa. Ia tidak pernah menolak mereka. Mari kita miliki hati Tuhan ini, yaitu hati misi, dan terus berdoa bagi orang lain dan bangsa-bangsa, sekejam dan sejahat apapun, untuk bertobat dan datang kepada Tuhan.-
PA-879. Dalam Yesaya 19 terdapat nubuatan terhadap orang Mesir. Yesaya menyatakan bahwa “TUHAN akan menyatakan diri kepada orang Mesir, dan orang Mesir akan mengenal TUHAN pada waktu itu; mereka akan beribadah dengan korban sembelihan dan korban sajian, dan mereka akan bernazar kepada TUHAN serta membayar nazar itu.” (Yesaya 19:21). Sebagaimana Tuhan mengasihi umat-Nya, Tuhan juga mengasihi orang Mesir yang pernah memperbudak umat Tuhan. Tuhan memang merancangkan suatu hukuman atas Mesir yang merupakan penyembah berhala. Namun apabila Tuhan melawat mereka dan mereka mau berpaling kepada-Nya, maka hukuman itu tentu akan diganti dengan pemulihan. Bentuk pemulihan adalah peralihan dari penyembahan berhala kepada penyembahan yang benar: mereka akan mengenal TUHAN, beribadah dengan korban yang berkenan kepada TUHAN, dan mengucapkan nazar serta menepatinya. Apakah penyembahan kita kepada TUHAN juga semacam itu? Jika kita mengaku menyembah Tuhan, maka bentuknya adalah: kita rindu semakin mengenal-Nya melalui firman-Nya, memberikan korban yang terbaik kepada Tuhan berupa persembahan dan pelayanan sesuai dengan potensi yang Tuhan berikan, dan berkomitmen untuk setia kepada-Nya. Jika belum, lakukanlah ketiga hal itu sekarang juga!
PA-880. Yesaya 20:5 menyatakan “Maka orang akan terkejut dan malu karena Etiopia, pokok pengharapan mereka, dan karena Mesir, kebanggaan mereka.” Pada masa itu Etiopia dan Mesir merupakan andalan bangsa-bangsa yang membutuhkan pertolongan. Kedua bangsa dipandang sebagai bangsa yang unggul dan menyediakan pasukan bayaran yang tiada tandingannya. Namun kemudian mereka terkejut dan malu karena andalan dan kebanggaan mereka dikalahkan oleh bangsa Asyur. Ternyata di atas gunung yang tinggi masih ada gunung yang lebih tinggi. Kisah sejarah ini memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa tak ada seorang manusia – sehebat apapun – yang bisa diandalkan dan dibanggakan. Banyak orang menjadi kecewa terhadap seorang tokoh yang selama ini dipuja, dan dirasa dapat diandalkan. Ternyata dalam tempo yang tidak lama mulai kelihatan kekurangan dan keterbatasannya. Apalagi jika tokoh itu adalah panutan di Gereja, maka biasanya kekecewaan akan berlanjut dengan undur dari persekutuan dan meninggalkan Tuhan. Berulangkali kali Alkitab mengajarkan agar kita tidak boleh mengandalkan manusia, sebab sesama manusia penuh dengan keterbatasan: pejabat negara dibatasi oleh masa jabatan atau masa pensiuannya, orang kaya dibatasi oleh jumlah harta dan besar hutang yang tak pernah dipaparkan, orang pandai dibatasi oleh semakin sempitnya ilmu yang ia kuasai. Hanya Tuhan yang tak terbatas. Andalkan Dia dalam seluruh aspek hidup kita.-
PA-881. Yesaya 21 merupakan nubuatan atas kejatuhan Babel, yaitu lambang kemegahan hidup duniawi yang menentang Allah. Dalam nubuatan itu ada kalimat yang mengajak kita untuk selalu waspada. Ayat 8 mengatakan “Kemudian berserulah orang yang melihat itu: “Di tempat peninjauan, ya tuanku, aku berdiri senantiasa sehari suntuk, dan di tempat pengawalanku aku terpancang setiap malam.” Di zaman lampau keberadaan seorang pengawas yang bertugas di menara kota sangatlah penting. Ia tidak boleh lalai dan lengah sedikit pun, apalagi yang bertugas di malam hari. Ia harus mampu mengalahkan rasa kantuknya. Apabila ia lalai memperingatkan penduduk kota dan musuh yang biasanya memang memanfaatkan kelalaian penjaga menara kemudian datang menyerbu, maka ia akan dipersalahkan dan dituntut pertanggungjawabannya. Ini adalah gambaran bahwa kita harus selalu waspada dalam melihat kondisi zaman di mana kita hidup. Mata jasmani dan rohani kita harus selalu mengawasi apa yang terjadi di sekitar kita. Pengawasan ini mendatangkan manfaat bagi kita. Apabila ada hal yang membahayakan kita bisa mengantisipasinya dengan baik. Seringkali sesuatu yang buruk datang dan mendatangkan penderitaan karena kita tidak siap sebelumnya. Ini disebut sebagai langkah preventif atau pencegahan. Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, bukan? Jadi, waspadalah!
PA-882. Dalam Yesaya 22 disebutkan tentang dua nama yang jarang dibahas yaitu: Sebna dan Elyakim. Sebna adalah seorang pejabat tinggi pada pemerintahan Hizkia, panitera negara, dan kepala istana. Sebagai orang kaya dan berpendidikan tinggi ia ditegur keras oleh Yesaya, karena ia menyediakan bagi dirinya kuburan batu yang dipahat, megah dan mencolok (ayat 16). Akhirnya ia dicopot dari jabatannya oleh Tuhan dan digantikan oleh Elyakim. Sebaliknya, kepada Elyakim diberikan otoritas yang luar biasa, yang sekaligus merupakan nubuatan Mesianis, yaitu “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.” Dari kedua orang ini kita memperoleh pelajaran penting: apa yang diawali dengan Roh (sesuatu yang baik), jangan diakhiri dengan daging (sesuatu yang buruk). Sebna bagus pada awalnya, tetapi buruk pada akhirnya; Elyakim selalu baik sejak dari awal hingga akhir. Mari kita terus berjuang bersama dengan Tuhan agar hidup kita selalu berkenan kepada-Nya dari awal sampai akhir. Begin a good start and finish well!
PA-883. Yesaya 23:9 mengatakan “TUHAN semesta alam yang telah memutuskannya untuk mematahkan kesombongan, untuk menghinakan segala yang permai dan semua orang mulia di bumi.” Setiap kali seseorang mencapai prestasi tertentu, hanya ada dua kemungkinan sikap yang muncul: rendah hati atau sombong. Kerendahan hati adalah sikap yang Tuhan kehendaki, tetapi kesombongan akan dipatahkan-Nya. Mengapa kesombongan harus dipatahkan? Pertama, kesombongan menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak tahu diri. Ia tidak menyadari bahwa dirinya terbatas, dan bahwa semua prestasi yang berhasil dicapainya adalah karena anugerah Tuhan semata-mata. Kedua, kesombongan membuat seseorang lupa akan Tuhan karena ia merasa dirinya sendiri mampu sehingga tidak membutuhkan Tuhan. Ketiga, kesombongan membuat seseorang merendahkan orang lain hanya dari pandangan mata jasmaninya saja. Ia selalu akan merasa dirinya lebih hebat dari orang lain. Keempat, kesombongan membawa seseorang memiliki sikap seperti Lucifer, salah satu penghulu malaikat yang dicampakkan keluar dari sorga, sebab dalam kesombongannya mau menjadikan dirinya sendiri sebagai Tuhan.-
PA-884. Yesaya 24:5 mengatakan “Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi.” Makna pertama ayat ini adalah dampak secara fisik yang terjadi atas planet bumi karena ulah manusia yang mengeksploitasi sumber daya alam: pembakaran hutan, reklamasi pantai, penggundulan hutan, tinggal di bantaran sungai, membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Tidaklah heran jika kemudian terjadi bencana alam, tanah longsor, yang menelan banyak korban jiwa. Yang dibutuhkan adalah penghentian atas segala bentuk eksploitasi itu. Makna kedua adalah bahwa bumi dalam arti semua manusia yang hidup di atasnya, menjadi cemar karena dosa. Dosa identik dengan melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian. Dosa mendatangkan kecemaran atau polusi secara jasmani dan rohani. Undang-undang, ketetapan dan perjanjian abadi dibuat bukan untuk dilanggar, bukan merupakan pembatasan yang menyengsarakan manusia, melainkan pagar yang menertibkan manusia. Tanpa pagar hukum ini manusia yang liar akan hidup seperti binatang buas, menjadi pemangsa sesamanya. Yang dibutuhkan adalah pertobatan!
PA-885. Yesaya 25:8 menyatakan “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; …” Ini adalah ungkapan kebenaran tentang sorga, suatu tempat kediaman yang kekal yang diperuntukkan Allah bagi orang-orang yang melakukan kehendak-Nya. Banyak orang meragukan tentang sorga, bahkan mengajak orang lain untuk membayangkan bahwa tidak ada sorga. Jika tidak ada sorga maka tidak ada pula yang namanya neraka. Jika tidak ada sorga dan neraka, berarti tidak ada penghakiman Allah. Dan jika tidak ada penghakiman Allah maka tidak ada pula pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang kita lakukan. Dengan kata lain, orang akan melakukan segala sesuatu menurut maunya sendiri. Yang benar adalah bahwa sorga dan neraka itu ada. Penghakiman Allah itu ada. Kehidupan kekal dan kebinasaan kekal itu ada. Justru dengan adanya sorga dan neraka ini setiap manusia akan ditentukan tempatnya melalui penghakiman yang dilakukan oleh Allah Yang Mahaadil. Itulah sebabnya kita harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita katakan dan lakukan. Jika kita melakukan kehendak-Nya yaitu hidup dalam kebenaran, dan karenanya kita menderita penuh deraian air mata di bumi ini, maka kelak kita tidak akan mencurahkan air mata lagi di sorga sana. Sebaliknya, jika kita terus tertawa-tawa dalam pesta pora kemabukan dunia dan tidak pernah mau taat kepada kehendak Allah, bahkan menganggap Allah tidak ada, maka kelak akan penuh dengan tangisan dan kertak gigi … untuk selama-lamanya.-
PA-886. Yesaya 26:3 berkata “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Dalam ayat tersebut ada urutan sebagai berikut: orang yang percaya kepada Tuhan hatinya teguh, sehingga Tuhan pun akan menjaganya dalam damai sejahtera (perfect peace – damai sejahtera yang sempurna). Kepercayaan (trust) kepada Tuhan membuat hati seseorang menjadi teguh, sebab Tuhan jauh lebih kuat, lebih mampu, lebih hebat dari dirinya. Ia tidak akan takut akan apapun. Manusia boleh merencanakan hal-hal buruk dalam hidupnya, tetapi karena ia percaya kepada Tuhan bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkannya, maka ia tidak gentar. Kalaupun sesuatu yang nampaknya buruk terjadi padanya, ia tetap percaya bahwa di dalamnya Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan dalam hidupnya. Dengan hati yang teguh ia tidak akan mudah berpaling dari Tuhan saat badai hidup menyerang. Ia justru akan semakin melekat kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan menjagainya dengan damai sejahtera. Hal ini juga dikatakan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, bahwa pada-Nya ada damai sejahtera – bukan seperti yang diberikan oleh dunia ini yang seringkali palsu dan sementara, melainkan damai sejahtera yang sejati dan abadi. Dengan dijagai damai sejahtera Allah, maka kita memiliki ketenangan hati dalam menghadapi apapun.-
PA-887. Yesaya 27:5 berkata “kecuali kalau mereka mencari perlindungan kepada-Ku dan mencari damai dengan Aku, ya mencari damai dengan Aku!” Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa dan berdaulat penuh atas seluruh alam semesta termasuk atas kehidupan kita. Setiap keputusan dan ketetapan-Nya kekal, tidak berubah. Namun dalam ketetapan Allah ada yang bersifat mutlak tanpa bisa ditawar sedikit pun, ada pula yang memiliki perkecualian. Termasuk yang bersifat perkecualian adalah ketetapan-Nya untuk menghukum manusia akibat dosa mereka. Dosa itulah yang membuat manusia berada pada posisi menjadi musuh Allah. Upah dosa itu maut! Allah siap mendisiplin umat-Nya, namun kalau mereka mau bertobat dan kembali berdamai dengan-Nya, maka hukuman dan disiplin itu tidak akan dijatuhkan-Nya. Maut akan diganti dengan kehidupan, karena status manusia yang bertobat berubah menjadi sahabat Allah. Bertobat berarti tidak lagi mengikuti jalan sendiri, melainkan menerima Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan, yang disediakan bagi kita yaitu Yesus Kristus. Status kita yang menerima-Nya akan lebih dekat lagi: dari sahabat Allah menjadi anak-anak Allah. Ketika status kita adalah anak-anak-Nya, maka kita pun berhak menerima janji-janji Allah dan hidup dalam kasih serta kuasa-Nya yang berlimpah-limpah.-
PA-888. Dalam Yesaya 28:23-29 terdapat perumpamaan tentang petani yang memperlakukan dua kelompok tanaman yang berbeda. Kelompok pertama diwakili oleh jintan himan dan jintan putih, kelompok kedua diwakili oleh gandum jawawut dan jelai kehitam-hitaman dan sekoi. Dalam perumpamaan ini terdapat beberapa pengertian penting. Pertama, Tuhan memperlakukan setiap orang secara berbeda sesuai dengan karakter masing-masing: jenis pertama disebarkan, jenis kedua ditaruh. Kedua, proses yang Tuhan kerjakan bergantian antara membajak, mencangkulo, menyisir. Demikian pula terhadap kita ada proses yang saling bergantian: antara senang dan susah, sukses dan gagal, agar terjadi keeseimbangan. Ketiga, beratnya proses tidak akan menghancurkan kita, melainkan hanya sampai batas maksimal, karena Tuhan tidak akan membiarkan kita dicobai lebih dari kemampuan kita. Keempat, seluruh proses diizinkan Tuhan terjadi dalam kehidupan kita atas hikmat-Nya, bukan secara ngawur atau sewenang-wenang. Tujuannya adalah agar kita menghasilkan panen atau buah dalam kehidupan kita sesuai tipe kita masing-masing. Oleh sebab itu kita harus bersyukur untuk setiap proses yang Tuhan kerjakan dalam hidup ini. Tujuannya hanya agar karakter kita serupa dengan Yesus Kristus sendiri.-
PA-889. Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,” (Yesaya 29:13). Dua unsur penting dalam kehidupan kita harus digunakan secara seimbang, yaitu unsur yang nampak dari luar (jasmani – “bibir dan mulut”), dan unsur yang tidak nampak yang ada di dalam (rohani – “hati”). Saat itu umat Tuhan hanya menampakkan unsur luar saja dalam memuliakan Tuhan, padahal hatinya menjauh. Ibadah hanya dilakukan secara rutinitas belaka, sekedar melaksanakan kewajiban keagamaan, tanpa pemahaman dan penjiwaan. Akibatnya, selesai ibadah orang tersebut kembali kepada kehidupannya yang penuh hawa nafsu dan kedagingan. Bahkan perbuatan hawa nafsur itu terkadang dibalut dengan kulit keagamaan. Kita juga tidak boleh hanya beribadah dengan hati tanpa ada ungkapan pujian yang keluar dari bibir dan mulut kita, sebab orang lain tidak akan dikuatkan karena tak ada ucapan syukur yang keluar dari mulut kita. Kalau keduanya kita lakukan, yaitu beribadah secara jasmani dan rohani, maka ibadah itu berkenan kepada Tuhan.-
PA-890. Yesaya 30:1 mengatakan “Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,” Pada waktu itu umat Tuhan sedang menghadapi ancaman dari Kerajaan Asyur. Di tengah kepanikan mereka tidak meminta pertolongan Tuhan agar Ia member kemenangan, melainkan meminta pertolongan kepada Kerajaan Mesir. Tuhan diabaikan. Itulah sebabnya Yesya diutus Tuhan menegur mereka. TUHAN adalah Perancang Agung, dan Roh Kudus-Nya memberikan dorongan kepada orang-orang yang mau diarahkan kepada hal-hal yang dahsyat dan luar biasa. Namun kita seringkali justru mengandalkan manusia tanpa tuntunan Tuhan. Dalam menghadapi tantangan hidup bukannya berseru kepada Tuhan, melainkan mencari pertolongan dari manusia tanpa dorongan Roh Tuhan. Apakah tidak boleh meminta tolong kepada orang lain? Boleh-boleh saja, asalkan didahului dengan doa berkonsultasi dengan Roh Tuhan, kepada siapa kita harus meminta pertolongan. Jadi bukan semau kita meminta pertolongan kepada orang tertentu. Ketika kita berdoa, dan Roh Kudus menyuruh kita datang kepada si A untuk mendapatkan pertolongan, barulah kita datang kepada si A. Jika tidak demikian, maka apa yang kita lakukan adalah dosa, sebab mengabaikan tuntunan Tuhan dan mengambil keputusan sendiri.-
PA-891. Yesaya 31:3 merupakan teguran Tuhan kepada umat-Nya sebagai kelanjutan dari pasal sebelumnya. Ayat ini mengatakan, “Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. …” Orang Mesir dikenal sebagai tentara yang tangguh dan kuda-kuda mereka dikenal sebagai sarana peperangan yang hebat. Sekalipun demikian Tuhan menyatakan bahwa semuanya terbatas. Sama seperti Achilles, salah satu tokoh dalam mitologi Yunani yang digambarkan sebagai seorang pejuang yang hebat tetapi ternyata memiliki kelemahan pada tumitnya, atau Hercules yang begitu kuat tetapi punya kelemahan terhadap perempuan. Semua orang punya kelemahan. Itulah sebabnya kita tidak dapat mengandalkan mereka. Demikian pula halnya dengan kuda-kuda. Setangkas apapun lompatannya dan secepat apapun larinya, mereka tetap bisa tergelincir dan jatuh. Pada masa kini “kuda-kuda” itu bisa berbentuk kepandaian, kekayaan, penampilan diri, jabatan, relasi, dan sebagainya. Semua serba terbatas dan sama sekali tidak bisa kita andalkan! Mari kita bertekad hanya mengandalkan Tuhan dalam hidup ini. Ia adalah roh yang berkuasa, bahkan Allah yang Mahakuasa. Tak ada kelemahan sedikit pun pada-Nya. Ia kekal, tidak berubah. Andalkan Tuhan senantiasa, maka kita tidak akan pernah kecewa.-
PA-892. Yesaya 32:15 mengatakan “Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas: Maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan.” Selalu akan ada perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan seseorang apabila Roh Kudus turun ke atasnya dan tinggal di dalam dirinya. Roh Kudus adalah Allah Yang Mahakuasa yang sanggup mengubah kehidupan kita: dari padang gurun yang gersang dan tak memiliki kesegaran sama sekali menjadi kebun buah-buahan yang menyegarkan banyak orang. Buah yang dihasilkan adalah kebenaran dan keadilan (ayat 16). Di mana ada kebenaran dan keadilan maka di situ akan ada damai sejahtera. Keterkaitan ketiganya sangat erat. Namun justru ketiganya sudah semakin langka. Di mana-mana sulit menjumpai kebenaran. Yang ada justru tipu-menipu, ketidakjujuran, tidak ada integritas. Demikian pula dengan keadilan. Hanya orang yang bisa membayar yang dimenangkan dalam perkara di pengadilan. Belum lagi adanya nepotisme: asal ada hubungan saudara maka jabatan dan kemudahan pun diperoleh. Akibatnya, damai sejahtera pun ikut menjadi langka. Itu semua adalah akibat perbuatan daging, bukan karya Roh Kudus. Oleh sebab itu kitalah yang harus memulainya, sekarang juga. Jika bukan kita, siapa lagi; jika bukan sekarang, kapan lagi.-
PA-893. Yesaya 33:6 mengatakan “Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion.” Dalam ayat ini ada 4 (empat) hal penting yang harus kita miliki, yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu: keamanan, hikmat dan pengetahuan, takut akan Tuhan. Pertama, keamanan. Kita akan aman bukan karena kekuatan fisik, melainkan karena mereka memiliki hikmat, pengetahuan, dan takut akan Tuhan. Dengan ketiga hal itu umat Tuhan akan aman, terlindungi dari pengajaran yang keliru dan menyesatkan. Kedua, hikmat dan pengetahuan dapat kita peroleh jika hati kita tenang, jiwa merasa aman dan nyaman. Saat Indonesia dijajah oleh bangsa lain, kemajuan di bidang pendidikan sangat lamban. Bagaimana orang bisa memperoleh hikmat dan pengetahuan secara formal jika kondisi keamanan mengkhawatirkan. Berikan rasa aman kepada anak-anak kita, sehingga mereka tenang dalam memperoleh hikmat dan pengetahuan. Ketiga, takut akan Tuhan membuat seseorang memperoleh hikmat dan pengetahuan serta memberikan rasa aman. Kisah Raja Salomo (Solaiman) telah menunjukkan hal itu. Karena ia takut akan Tuhan, maka Tuhan memberinya hikmat dan pengetahuan, sehingga negerinya aman dari serbuan musuh. Ada wibawa Tuhan bagi orang yang takut kepada-Nya.-
PA-894. Yesaya 34:16 mengatakan “Carilah di dalam kitab TUHAN dan bacalah: Satupun dari semua makhluk itu tidak ada yang ketinggalan dan yang satu tidak kehilangan yang lain; sebab begitulah perintah yang keluar dari mulut TUHAN, dan Roh TUHAN sendiri telah mengumpulkan mereka.” Ayat ini menyatakan kedaulatan Tuhan atas alam ciptaan-Nya. Tuhan berdaulat untuk mencerai-beraikan kesatuan di antara umat manusia yang bermaksud menentang-Nya (mis. dalam pembuatan Menara Babel dalam Kejadian ps. 11), tetapi Ia juga berdaulat mengumpulkan dan menyatukan orang-orang untuk menjadi alat kemuliaan-Nya (mis. dalam peristiwa Hari Pentakosta di loteng Yerusalem – Kisah Para Rasul ps. 2). Sebaliknya, perpisahan di antara hamba-hamba Tuhan dengan maksud agar Kabar Baik semakin disebarluaskan juga bisa dilakukan-Nya (mis. kasus perpisahan antara Rasul Paulus dan Barnabas dalam Kisah Para Rasul ps. 13), dan menyatukan orang-orang untuk dikumpulkan bagi kebinasaan mereka (mis. dalam perumpamaan pengumpulan berkas lalang untuk dibakar). Implikasinya adalah: apabila dalam suatu ibadah kita merindukan orang-orang berkumpul, maka jangan menggunakan rekayasa manusia melainkan dengan doa, mengagungkan nama Tuhan dan meninggikan salib-Nya, maka Ia yang akan mengumpulkan mereka datang kepada-Nya. Ketika Tuhan Yesus ditinggikan, maka Roh Kudus-Nya akan mengumpulkan orang-orang itu untuk datang kepada-Nya.-
PA-895. Yesaya 35:5-6 mengatakan “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara;” Kata keterangan waktu ‘pada waktu itu’ menunjuk kepada saat seseorang diselamatkan. Ia akan mengalami perubahan yang luar biasa, yaitu selain perubahan pada fisik dan mental, juga ada perubahan atau pembaharuan secara spiritual. Mata rohani yang tadinya ‘buta’ yaitu tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah menjadi celik, dapat membedakan di antara keduanya dengan benar. Telinga rohani yang tadinya tak pernah mendengar suara pimpinan Roh Kudus melalui firman-Nya kini selalu rindu mendengar suara-Nya. Kaki rohani yang tadinya hanya diam lumpuh alias diam di tempat, hidup yang stagnan, kini dapat melangkah secara aktif mengikuti kehendak Bapa. Mulut yang tadinya tak pernah membicarakan Kabar Baik kini terbuka lebar menceritakan kasih Allah bagi semua manusia. Perubahan ini mendatangkan banyak berkat bagi orang-orang di sekitarnya. Orang yang diselamatkan seharusnya memberikan dampak positif dan konstruktif bagi sesamanya!
PA-896. Yesaya 36:21 mengatakan “Tetapi orang berdiam diri dan tidak menjawab dia sepatah katapun, sebab ada perintah raja, bunyinya: “Jangan kamu menjawab dia!” Ketika Kerajaan Asyur menyerbu Kerajaan Yehuda, juru minuman agung raja Asyur mengintimidasi seluruh rakyat agar takluk dan menyerah saja kepada Asyur. Kata-kata yang disampaikan menghujat Yahweh, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, seolah-olah Ia tidak mampu melindungi umat-Nya. Yahweh disamakannya dengan ilah-ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa lain yang berhasil mereka taklukkan. Tentu saja jika hal itu terjadi kepada kita, yaitu iman kita dihina dan kepercayaan kita dilecehkan atas dasar kebencian, maka sikap kita adalah diam! Secara lebih luas, apabila ada fitnahan, kata-kata yang memojokkan kita atas dasar kebencian, maka jika kita memberikan klarifikasi apapun tidak akan mereka terima. Apapun yang kita katakana akan selalu salah dalam pandangan mereka. Sikap terbaik adalah diam. Sikap ini juga ditunjukkan oleh Yesus ketika Ia diperhadapkan dalam suatu pengadilan Mahkamah Agama yang tidak mengakui kemesiasan-Nya dan yang meragukan kuasa mukjizat-Nya. Sikap diam bukan berarti takut, tetapi suatu sikap yang didasari oleh hikmat Allah. Bukankah Allah pun pernah ‘diam’, tidak menyampaikan firman-Nya kepada umat-Nya selama 400 tahun sampai kemudian Yohanes Pembaptis muncul? Minta hikmat-Nya, kapan kita harus berbicara dan kapan kita harus diam!
PA-897. Yesaya 37:31 mengatakan “Dan orang-orang yang terluput di antara kaum Yehuda, yaitu orang-orang yang masih tertinggal, akan berakar pula ke bawah dan menghasilkan buah ke atas.” Dua aspek penting kehidupan orang percaya yang digambarkan sebagai tanaman adalah: akar dan buah. Akar berbicara tentang fondasi iman yang kuat yang akan menopang seluruh batang tanaman di atasnya yaitu seluruh kehidupan, dan buah berbicara tentang karya-karya nyata yang menjadi berkat bagi banyak orang. Dasar atau fondasi iman harus dibangun di atas firman Alllah yang kekal dan tidak berubah, tidak boleh hanya di atas pengalaman subyektif kehidupan seseorang. Iman muncul dari pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17), dijaga dan dipelihara dengan mata tertuju kepada Yesus Kristus, yang membawa iman kita kepada kesempurnaan (Ibrani 12:2). Pengalaman hidup di dalam iman memang penting sebagai peneguh iman, tetapi tidak boleh menjadi sandaran iman. Mengenai buah kehidupan yaitu perbuatan baik yang keluar dari kehidupan kita, biarlah orang lain menikmatinya dengan penuh sukacita dan mereka kemudian memuliakan Bapa yang di sorga. Bahkan ketika kebaikan yang kita tunjukkan dibalas dengan perbuatan jahat, kita tidak boleh jemu untuk terus menyatakan kebaikan (2 Tesalonika 3:13).-
PA-898. Yesaya 38:5 mengatakan “…Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi,” Ini adalah perkataan Tuhan melalui Nabi Yesaya kepada Raja Hizkia yang sakit dan hampir mati. Raja Hizkia berdoa karena ia membutuhkan kesembuhan. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh hati dan Tuhan menjawabnya dengan menambah usmurnya 15 tahun lagi. Bagaimana keputusan Tuhan bisa diubah oleh doa manusia? Apakah kita boleh berdoa untuk mengubah keputusan Tuhan semacam ini? Tentu berdoa kepada Tuhan harus. Kita memang harus berdoa dan meminta kepada Tuhan apa yang menjadi kebutuhan kita. Namun, kita harus kembali kepada kedaulatan Tuhan, yaitu kekuasaan-Nya yang mutlak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Tidak ada keputusan atau ketetapan Tuhan yang bisa diubah oleh manusia. Keputusan atau ketetapan Tuhan hanya bisa diubah oleh Tuhan sendiri. Doa bukan memerintahkan Tuhan agar memenuhi keinginan kita. Doa adalah sarana kita meminta agar Ia berbelas kasihan memenuhi kebutuhan kita. Ketika Tuhan berkenan memberikannya, kita akan memperolehnya. Namun ketika Tuhan memiliki kehendak yang berbeda dengan kehendak kita, maka Tuhan tentu tidak akan member apa yang kita minta. Jadi intinya tetap adalah “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” sebagai yang Tuhan Yesus ajarkan dalam Doa Bapa Kami. Percayalah, bahwa apapun jawaban doa yang kita terima semuanya demi kebaikan kita dan bagi kemuliaan-Nya.-
PA-899. Yesaya 39:8 menyatakan “…Tetapi pikirnya: “Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!” Setelah Raja Hizkia sembuh dari penyakitnya, ia mendapatkan tamu dari Babilonia. Raja Hizkia melakukan kekeliruan dengan memamerkan semua rahasia kekuatan militernya kepada mereka sehingga ia ditegur oleh Tuhan melalui Nabi Yesaya. Namun nampaknya Raja Hizkia tidak menyesali kekeliruannya. Ia berpendapat bahwa asalkan ada damai dan keamanan seumur hidupnya itu cukup. Ia tidak mau tahu bahwa akibat perbuatannya itu akan mendatangkan kesengsaraan da penderitaan bagi generasi yang kemudian. Terbukti bahwa beberapa tahun kemudian Kerajaan Yehuda diserbu oleh Kerajaan Babilonia hingga runtuh pada tahun 586 SM. Kita tidak boleh bersikap egois seperti Raja Hizkia yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia menabur kesalahan, dan anak cucunya yang akan menuai penderitaan. Pada masa kini banyak orang tua seperti itu. Ia melakukan dosa termasuk perceraian tanpa mau mempedulikan akibatnya, yaitu adanya kutukan bagi anak cucunya. Seharusnya hal ini dipertimbangkan. Suami isteri tidak boleh egois dan keras kepala tanpa mempedulikan nasib anak-anaknya kelak. Justru yang harus dilakukan adalah taburlah kebaikan dan perkenanan Tuhan agar generasi yang kemudian memperoleh berkat Tuhan yang berkelimpahan!
PA-900. Yesaya 40:31 berkata “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Yesaya 40 menyampaikan perbandingan yang sangat menyolok antara manusia dengan TUHAN, Allah Pencipta langit dan bumi. Manusia digambarkan seperti rumput dan bunga rumput, yang sebentar berkembang dan sebentar pula menjadi layu. Sedangkan Tuhan, Dia adalah Pencipta yang Mahakuat dan Mahakuasa. Tidak ada yang dapat disebandingkan dengan Dia. Jika kita menanti-nantikan Tuhan, maka kita akan menjadi orang yang mendapat kekuatan baru. Bahkan kita digambarkan seperti rajawali yang sangat kuat. Tidak ada sumber kekuatan lain dalam hidup ini selain dari pada Tuhan sendiri. Kalau pun ada orang yang mengatakan bahwa sumber kekuatannya adalah dirinya sendiri, atau hartanya, atau kepandaiannya, maka itu tidak akan berlangsung lama. Sedangkan orang yang mengandalkan Tuhan, ia akan memiliki kekuatan yang semakin besar.-