RINGKASAN KHOTBAH

REKAN SEPELAYANANrahasia-menjadi-seorang-rekan-kerja-yang-sangat-baik

2 Timotius 4:19-22

Setiap orang percaya dipanggil untuk melayani. Dalam pelayanan Tuhan memberikan kepada kita rekan-rekan sepelayanan. Beberapa sikap yang benar terhadap rekan-rekan sepelayanan adalah sebagai berikut:

(1)   Ada orang lain yang dipakai Tuhan untuk menolong kita – kita harus mau menerima rekan sepelayanan yang berbeda dari kita. Perbedaan itu cukup luas: karakter, temperamen, kepribadian, dan sebagainya. Perbedaan bukan bencana melainkan berkat Tuhan di mana kita dapat saling melengkapi satu terhadap yang lain.

(2)   Siap menjadi orang yang dilupakan – dalam perikop ini ada orang-orang yang namanya hanya sekali disebutkan dalam Alkitab. namun nama mereka tentu tercatat dalam Kitab Kehidupan di Kerajaan Sorga, sekalipun tidak diingat orang saat melayani di muka bumi ini.

(3)   Mensyukuri bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan – kita harus focus pada bakat, kemampuan, dan talenta atau karunia roh yang Tuhan berikan kepada kita. Dalam mengobarkan karunia itu masih dibutuhkan setidaknya 13 pilihan sebagaimana diungkapkan oleh John C. Maxwell dalam bukunya Talent Is Never Enough.

(4)   Mau memprioritaskan kehendak Tuhan – memang tidak mudah mengambil keputusan antara menunggui Trofimus yang sakit atau meninggalkannya Karen apemberitaan Injil. Namun kalau kita mengerti prioritas maka kita dapat memaksimalkan pelayanan kita.-

—– 00000 —–

KERAJAAN SORGAkerajaan-allah-yesus

Matius 13:44-46

Matius menggunakan istilah ‘Kerajaan Sorga’ tapi Markus dan Lukas menggunakan istilah ‘Kerajaan Allah’, pada prinsipnya sama. Ada 2 hal penting mengenai Kerajaan Allah.

1. Kerajaan Allah diminta, dicari dan dirindukan

  • Dalam doa Bapa Kami, orang percaya minta … datanglah kerajaan-Mu. Mereka meminta Kerajaan Allah datang dalam rumah tangga, kantor, pekerjaan, dll.
  • Kerajaan Allah dicari (Mat. 6:33)Cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya
  • Kerajaan Allah dirindukan (Mat. 13:44-46), Kerajaan Allah diumpamakan seperti harta terpendam dan mutiara yang sangat berharga. Mereka menjual segala miliknya untuk memperolehnya.

Sayang tidak banyak orang mengerti tentang nilai Kerajaan Allah. Ada orang yang mau mengorbankan segala miliknya untuk suatu kedudukan, keinginan yang dianggap memberi kepastian dalam hidupnya, tapi belum tentu mau untuk Kerajaan Allah.

Apa yang membuat  Kerajaan Allah penting, sehingga diminta, dicari dan dirindukan dan lebih berharga dari apapun?

Definisi Kerajaan Allah berkenaan dengan Kebenaran, damai sejahtera, sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Roma 14:17), dan berkenaan dengan kuasa (1 Kor. 4:20).    Contoh orang-orang yang rela mengorbankan dirinya demi Kerajaan Allah :

  • Rut : Mengambil keputusan dengan tepat untuk rela meninggalkan Moab mengikuti Naomi demi Kerajaan Allah, akhirnya mendapat suami Boas dan keturunannya masuk dalam silsilah Tuhan Yesus. Tuhan tidak mempermalukan orang yang rela berkorban untuk Kerajaan Allah.
  • Matius (Mat. 9:9), Dia memberi respon positif, saat Yesus memanggilnya meskipun ada tantangan penderitaan, ia rela meninggalkan kedudukannya sebagai pemungut cukai. Keputusan yang tepat diambil membuahkan “Injil Matius” dalam Alkitab.
  • Simon Petrus dan kawan-kawan (Luk. 5:10-11). Mereka adalah nelayan yang sukses, tapi dengan segera, tidak menunda-nunda mengikut Yesus ketika dipanggil menjadi penjala manusia.
  • Paulus (Flp. 3:7-8). Ia melepaskan masa lalunya yang hebat untuk memperoleh yang lebih hebat. Ini  adalah keputusan yang luar biasa yang harus diambil.

2. Mempertahankan Kerajaan Allah

Kerajaan Allah yang telah kita peroleh harus dipertahankan, dipegang teguh, kuat-kuat, karena banyak orang lain yang mencoba untuk mengambilnya. Contoh :

  • Esau – Ia punya “Kerajaan Allah” sebagai anak sulung Ishak, tapi karena semangkuk masakan, status itu dijualnya. Banyak terjadi karena kesenangan sesaat rela menjual imannya.
  • Nabot (1 Raja 21), ia mempertahankan kebun anggurnya (Kerajaan Allah) ketika Ahab ingin membelinya, walaupun akhirnya ia mati karena Isabel (istri Ahab) menghalalkan segala cara. Banyak orang mau mengambil Kerajaan Allah, kalau perlu dengan kekuatan atau ancaman. Tapi orang-orang yang mempertahankannya, Tuhan tidak akan mempermalukan.
  • Jemaat Tiatira (Why 2:25). Ada banyak ajaran-ajaran sesat yang muncul untuk menyesatkan iman kita, tapi Tuhan minta kita pegang teguh Kerajaan Allah itu sampai Tuhan datang. Tuhan akan memperhitungkan keputusan kita.

—– 00000 —–

HUKUM TUHAN (1)

ASPEK-ASPEK PENTING HUKUM TUHANhukum-taurat
Matius 5:17-20

             Ada beberapa pertanyaan penting yang perlu diajukan berkenaan dengan Hukum Tuhan ini, dan Alkitab memberikan jawabannya secara luar biasa:

(1)   Siapa yang memberikan Hukum – Hukum diberikan oleh TUHAN Allah sendiri. TUHAN tidak hanya memberikan kesembuhan (15:26), air (15:27), makanan (manna – 16:35), kemenangan (17:15), pemimpin (18:24-26), tetapi juga hukum (20:1-17). Hukum diberikan oleh TUHAN Karena kasih-Nya kepada umat-Nya, agar mereka dapat mengenal yang benar dan yang salah.

(2)   Kepada siapa hukum diberikan – Hukum diberikan kepada umat yang telah dibebaskan.Kebebasan atau keselamatan diperoleh lebih dulu, baru hukum diberikan. Jadi hukum dilakukan bukan untuk memperoleh kebebasan melainkan untuk mengisi kebebasan yang telah diperoleh.

(3)   Apa saja sifat-sifat hukum Allah ini – Hukum Allah bersifat: kudus, benar, baik (Roma 7:12), rohani (Roma 7:14), dan kekal (Matius 5:18).

(4)   Apa yang Tuhan Yesus ajarkan tentang Hukum Allah ini – Yesus datang untuk menggenapinya, yaitu mengajarkan hukum huruf dan roh (Mat 5:17). Kita harus juga melakukan dan mengajarkannya (Mat 5:19). Bahkan kini Hukum itu telah disajikan dalam dua hukum kasih: mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Matius 22:37,39).

 (5)   Mengapa Yesus sering mengecam para ahli Taurat – Yang dikecam bukan Hukum Allah, tetapi pelaksanaannya, yaitu: (a) ada adat-istiadat manusia yang ditambahkan kepada Hukum Taurat,  (b) yang dipentingkan hanya ‘huruf’ atau lahiriah, bukan ‘roh’, dan (c) ada penekanan yang berat sebelah, yaitu menganggap hokum yang satu lebih penting dari yang lain. Padahal semua Hukum Taurat sama nilainya.

—– 00000 —–

HUKUM TUHAN (2)
HUKUM YANG HARUS DIBERITAKANyesus-dan-taurat

Yesaya 42:1-9

 

            Hukum Tuhan yang bersifat kudus, benar, baik, rohani, dan kekal itu harus diberitakan kepada orang lain. Inilah beberapa aspek penting tentang pemberitaan Hukum Tuhan. Yesaya 42 merupakan nubuatan Mesianik yang digenapi oleh Tuhan Yesus Kristus (Mat. 12:15b-21).

(1)   Diberitakan dengan kuasa Roh Kudus (ayat 1) – Mengapa? 

  1. Roh Kudus membawa kita kepada seluruh kebenaran – Yoh. 16:13
  2. Roh Kudus menginsyafkan orang yang mendengar hukum Tuhan – Yoh. 16:8-11
  3. Roh Kudus yang memberi kuasa untuk menghalau segala penghalang – Kisah 1:8

 (2)   Diberitakan dengan santun dan penuh kesabaran serta kesetiaan (ayat 2-4) – 

Banyak metode penyampaian hukum Tuhan (Injil), tapi sebaiknya menggunakan metode yang Yesus Kristus sendiri gunakan.

  1. Saat Ia berbicara dengan perempuan Samaria
  2. Saat Ia berbicara dengan Zakheus
  3. Saat Ia membentuk kehidupan Simon Petrus

 (3)   Tujuan pemberitaan itu adalah pembebasan (ayat 5-7) – membebaskan manusia dari 3 (tiga) tingkatan belenggu 

  1. Membuka mata yang buta – belenggu ketidaktahuan
  2. Mengeluarkan orang hukuman dari tahanan – belenggu ketidakmampuan
  3. Mengeluarkan orang dari dalam penjara – belenggu dosa

 (4)   Hasil dari pemberitaan itu adalah pembaharuan hidup (ayat 8-9) – Di dalam Yesus Kristus semua orang percaya adalah status sebagai ciptaan baru, memiliki paradigm/prinsip hidup dan etika moral yang baru.-

—– 0000o —–

HUKUM TAURAT (3)
(Hukum 1 – Bagian 1)jesusphoto

 Hukum Taurat diberikan oleh Allah kepada umat-Nya setelah Ia membebaskan mereka keluar dari negeri perbudakan di Mesir. Hukum Tuhan dilakukan bukan untuk memperoleh keselamatan, melainkan karena sudah diselamatkan. Dengan demikian dalam melaksanakan hukum Tuhan bukan beban, melainkan bentuk ungkapan syukur dan terimakasih atas karya penyelamatan-Nya. Ini adalah inti iman Kristiani yang berbeda dari agama atau kepercayaan lain.

Hukum yang Pertama berbunyi, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Hukum ini berbicara tentang hubungan antara Allah dengan umat-Nya yaitu suatu bentuk hubungan yang unik: seperti hubungan kasih antara seorang suami dengan isteri. Konsep hubungan ini sudah ada dlaam Perjanjian Lama (Yesaya 62:5), maupun dalam Perjanjian Baru (2 Korintus 11:2; Wahyu 19:7-8). Dari prinsip ini Tuhan memberikan keteladanan bagi kita dan dasar yang kuat dalam pernikahan Kristiani, yaitu bahwa keduanya dalam keadaan kudus: jejaka dan perawan.

Dalam perjalanan hidup umat Israel sebagai “kekasih” Tuhan, ada 3 (tiga) hal yang penting yang disampaikan oleh Tuhan melalui Nabi Hosea:

Pertama, Tuhan sudah membebaskan kekasih-Nya dan memberinya berkat yang terbaik: makanan dan pakaian serta perhiasan rohani yang indah-indah (Hosea 2:7). Tuhan mengasihi kita dengan menyelamatkan dan memberkati kita.

Kedua, sayangnya umat Tuhan kemudian melakukan perselingkuhan atau perzinahan rohani, yaitu dengan menyembah Baal, sehingga menimbulkan sakit hati Tuhan. Maka Tuhan pun mengambil kembali apa yang sudah diberikan-Nya. Elimelekh yang tidak setia kepada Tuhan, meninggalkan Betlehem dan pindah ke Moab, justru mengalami penderitaan dan kematian di sana (Rut 1:1-5). Kita diharapkan setia kepada Tuhan dalam suka maupun duka. Penderitaan mengikut Tuhan bukan akhir, melainkan proses menuju kemuliaan.

Ketiga, Tuhan mengampuni dan menerima kekasih-Nya kembali. Ia pun memberkati dan memulihkan kekasih-Nya. Kasih setia Tuhan lebih besar dari apapun. Mari kita kembali kepada-Nya: Tuhan yang telah menyelamatkan kita dan Roh Kudus-Nya yang mempersiapkan kita menjadi mempelai-Nya.

—– ooooo —–

HUKUM TUHAN (4)

(Hukum 1 – Bagian 2)tunduk-kepada-allah-ub

Keluaran 20:2

Hukum I menekankan tentang hubungan kasih antara Tuhan sebagai “suami” dengan umat-Nya sebagai ‘isteri”. Hubungan ini harus terus dipelihara dengan baik. Ada beberapa ciri orang yang melakukan Hukum I ini.

Pertama, ia suka mencari Tuhan dan mengandalkan Dia dalam seluruh aspek kehidupannya. Ia tidak seperti umat Tuhan pada masa nabi Yesaya yang – ketika dalam keadaan terjepit saat akan diserang musuh – meminta pertolongan dari pihak lain, yaitu dari Mesir – tanpa meminta petunjuk Tuhan (Yes. 30:1-2; 31:1). Akhirnya mereka ditegur Tuhan dan mengalami kekalahan. Mengapa? Sebab ketika umat Tuhan membutuhkan pertolongan Mesir, Mesir tidak datang menolong. Begitulah akibatnya jika kita bersandar kepada manusia dan hal-hal lain yang fana. Kita harus banyak berdoa dan meminta petunjuk Tuhan saat akan membangun koalisi atau kongsi dalam bisnis, dalam membangun rumah tangga, dsb.

Kedua, ia memiliki prinsip hidup dan kehendak yang sejalan dengan firman dan kehendak-Nya. Ia harus berani menanggalkan prinsip hidup yang salah, yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Ia harus beralih memegang prinsip dan kehendak Tuhan, karena prinsip dan kehendak-Nya jauh lebih agung dan mulia dibandingkan kehendak kita (Yes. 55:6-9). Misalnya: prinsip atau etika dalam berbisnis, prinsip hidup keluarga, prinsip mendidik anak, prinsip pelayanan terhadap Tuhan dan sesama, dan sebagainya. Prinsip dari Alkitab bersifat kekal, tetap relevan sepanjang zaman.

Ketiga, ia tidak berbalik atau memperhambakan diri lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin, seperti: klenik, primbon, astrologi, fengshui, dsb.Kita sudah dibebaskan dari segala perhambaan terhadap roh-roh itu. Semua hari dijadikan Tuhan baik adanya. Waspadai budaya yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Waspadai sinkretisme, yaitu suatu penggabungan dua kepercayaan yang berbeda bahkan bisa saling bertentangan (Gal. 4:8-11). Kita tidak dapat hidup secara mendua hati: hari tententu menjadi hamba Tuhan, sementara hari lainnya menjadi hamba roh-roh yang menyesatkan. Ini bukan membuat kita fanatik, melainkan berkomitmen pada kebenaran firman Tuhan.-

 —– 00oo0 —–

HUKUM TUHAN (5)

(Hukum 1 – Bagian 3)tahta-putih-1

             Ketika Allah memberikan hukum I yang berbunyi “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Keluaran 20:3), maka setidaknya ada 3 (tiga) alasan mengapa hukum itu diberikan.

  1. Hakekat Allah itu sendiriIa mau menyatakan bahwa tidak ada illah lain yang seperti Dia. Dalam Perjanjian Lama, manusialah yang memilih kepada siapa ia akan beribadah (Yosua 24:15).Yosua menawarkan 3 (tiga) opsi: ilah yang disembah nenek moyang umat Israel di Mesopotamia, ilah orang Amori yang tinggal di Kanaan, atau Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Bagaimana melakukan pembandingan keilahian? Apakah yang akan kita sembah berpribadi atau tidak? Bersifat agung dan mulia sekaligus tinggal bersama umat manusia atau tidak? Kuasanya tak terbatas atau terbatas? Di dalam Tuhan Yesus Kristus kita menganal Allah yang berpribadi, yang transenden sekaligus imanen, dan kuasa-Nya tak terbatas. Dalam Perjanjian Baru, Tuhan yang memilih kita (Yoh. 15:16). Itu berarti sejak dalam kekekalan Allah Tritunggal telah memilih dan menetapkan kita untuk menerima kasih karunia-Nya. Orang yang menjadi pilihan Allah inilah yang dimampukan Roh Kudus untuk memilih Dia. Jadi kedua prinsip dalam PL dan PB ini tidak bertentangan, melainkan salin melengkapi.Tuhan Yesus yang telah memilih kita mampu menjadikan segala sesuatunya baik (Mrk. 7:37), dan di dalam Dia saja ada kepastian keselamatan (Kisah 4:12). Yang dibutuhkan dari kita adalah percaya kepada-Nya dan kepada apa yang diwahyukan dalam Alkitab.
  2. Relasi – Ada 3 (tiga) jenis ketergantungan antara manusia dengan yang disembah-Nya: tidak ada ketergantungan sama sekali, saling tergantung, atau sangat tergantung. Yesus Kristus menyatakan bahwa kita sangat tergantung kepada-Nya. Tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa (Yoh 15:5).
  3. Lingkungan – Dunia di sekitar kita selalu penuh dengan godaan yang mencoba memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Salomo telah terseret dan mdi akhir hidupnya jauh dari Tuhan. Demas pun demikian. Ia lebih mengasihi dunia ini (2 Tim. 4:10). Godaan akan selalu ada, tetapi kita harus menang!

 —– 00000 —–

 HUKUM TUHAN (6)

(Hukum 2 – Bagian 1)

JANGAN MEMBUAT PATUNG UNTUK MENYEMBAHNYApatunglembuemas

Keluaran 20:4-6; Imamat 26:1

                              

Hukum ini menyatakan beberapa hal penting:

Pertama, Allah memberikan kepada manusia banyak potensi dan krteatifitas, termasuk seni memahat patung. Bahkan Allah sendiri pernah menyuruh Musa membuat ular tembaga, agar umat Tuhan yang dipagut oleh ular tedung tetap hidup. Pemulihan bukan dari ular tembaga melainkan karena umat Tuhan mau sadar, bertobat, dan Tuhan berkemurahan mengampuni mereka (Bil. 21:4-9). Bahkan peristiwa ini digunakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia berbicara kepada Nikodemus tentang Anak Manusia (yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri) yang ditinggikan, supaya mereka yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:14).

Kedua, ternyata manusia tidak hanya membuat patung dari bahan-bahan tertentu (kayu, batu, logam, dsb.) sebagai ekspresi seni namun kemudian mengganti Allah dengan patung itu. Manusia melakukan penyembahan berhala dengan patung itu, termasuk memberikan korban bakaran di hadapan ular tembaga, hingga zaman Raja Hizkia yang kemudian menghancurkannya (2 Raja 18:4).

Ketiga, dalam bahasa Ibrani kata “menyembah” juga berarti “mencium” sebagai bentuk kasih. Orang yang menyembah berhala berarti “mencium” berhala itu sebagai kekasihnya. Penyembahan berhala ini menyakiti hati Tuhan, sebab Ia adalah Allah yang cemburu adanya. Peristiwa dalam Keluaran 32 di mana umat Israel menyembah anak lembu emas menunjukkan bahwa mereka bagaikan “kuda yang liar”, yang tidak terkendali sehingga menyakiti hati Tuhan yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir.

Keempat, akibat dari dosa penyembahan berhala ini adalah kutukan Tuhan sampai kepada generasi yang keempat. Penyembahan berhala merupakan bentuk tidak mengasihi Tuhan. Dan orang yang tidak mengasihi Tuhan dikutuk (1 Kor. 16:22).

Kelima, sebaliknya, Tuhan memberkati orang yang mengasihi Dia dengan berkat atas roti, minuman, dan segala penyakit pun dilalukan dari kehidupan umat yang setia dan mengasihi-Nya (Kel. 23:24-26).

—– 00000 —–

HUKUM TUHAN (7)

(Hukum Kedua – Bagian 2)

JANGAN MEMBUAT PATUNG UNTUK MENYEMBAHNYAsalomo

Keluaran 20:4-6

             Salah satu tokoh dalam Perjanjian Lama yang perlu dipelajari dalam kaitan dengan penyembahan berhala ini adalah Raja Salomo. Ada beberapa fakta penting dalam kehidupan Raja Salomo yang perlu kita pahami dengan baik.

Pertama, Salomo ditetapkan Tuhan menggantikan Daud, ayahandanya, menjadi raja atas Israel. Penetapan Tuhan ini dibuktikan dengan pengakuan dari saudara-saudaranya dan dari seluruh bangsa Israel (1 Taw 28:5-7; 29:23-25).

Kedua, Salomo meminta sesuatu yang amat penting dalam menjalankan amanat yang dipercayakan Tuhan kepadanya, yaitu hikmat. Tuhan mendengar doanya. Ia bukan hanya memperoleh hikmat, namun juga kekayaan, kemasyhuran, kemuliaan, kekuatan, sehingga ia menjadi acuan hikmat bagi banyak bangsa di seluruh muka bumi (2 Taw. 1:11-12; 1 Raja-raja 4:29-34).

Ketiga, Salomo juga memiliki Kecerdasan Rohani (Spiritual Quotient) yang tinggi. Ia mendirikan Bait Suci, menahbiskannya, dan mengajak seluruh umat untuk hidup melekat kepada Tuhan. Allah Yahweh berkenan terhadap karyanya yang luar biasa dengan bikti mengirimkan api dari langit yang membakar habis seluruh persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan (1 Raja-raja 8:54-61; 2 Taw. 7:1-3).

Keempat, Salomo memperoleh banyak hadiah dari raja-raja di sekitarnya, termasuk banyak perempuan. Ia mengasihi mereka lebih dari pada kasihnya kepada Tuhan. Hatinya berpaut kepada mereka. Salomo menimbulkan sakit hati Tuhan dengan beribadah kepada dewa-dewa berhala perempuan-perempuan itu. Ada dewi Asytoret dari bangsa Fenisia, ada dewa Milkom dan Molokh dari bangsa Amon, dan ada dewa Kamos dari bangsa Moab (1 Raja-raja 11:1-8).

Kelima, Salomo memperoleh hukuman Tuhan. Akibat penyembahan berhala ini, Tuhan membangkitkan musuh bagi Salomo: Hadad orang Edom, Rezon bin Elyada, Yerobeam bin Nebat. Bahkan pada generasi yang berikutnya Tuhan mengambil dan membagi dua Kerajaan Israel (1 Raja 11:9-11).

Mari kita tetap setia kepada Tuhan, dan tidak jatuh ke dalam penyembahan berhala. Mereka yang setia sampai akhir akan memperoleh mahkota kehidupan (Why. 2:10).

—– 00000 —–

HUKUM TUHAN (8)

(Hukum Kedua – Bagian 3)

JANGAN MEMBUAT PATUNG UNTUK MENYEMBAHNYAberhala

Keluaran 20:4-6

Saat ini Negara Yunani sedang dalam kondisi perekonomian yang mahaberat. Di zaman lampau Kekaisaran Yunani pernah menguasai dunia ini, dan memberikan kontribusi yang penting, termasuk dalam kekristenan. Perjanjian baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine, di mana kita belajar tentang istilah-istilah seperti logos, Alfa dan Omega, dsb. namun ada hal-hal yang perlu diwaspadai dalam budaya Yunani yang hebat itu, khususnya berkaitan dengan penyembahan berhala. Dalam Kisah 17:22-34 dikisahkan tentang bagaimana Rasul Paulus memberitakan Injil Kebenaran kepada para penyembah berhala di Kota Atena, kota yang penuh dengan barang-barang pujaan dan sesembahan berhala. Pertama, kita harus memiliki hati yang peduli sebagaimana Rasul Paulus sedih ketika melihat praktek penyembahan berhala di Kota Atena (ayat 16). Kedua, kita harus menindaklanjuti kasih dan kepedulian itu dengan tindakan nyata. Rasul Paulus berbicara dengan banyak orang, termasuk dengan para ahli pikir Epikuros (paham yang mendewakan kenikmatan hawa nafsu dan menganggap tidak ada kehidupan kekal di balik kematian), dan ahli piker Stoa (mendewakan keselarasan dengan alam). Ketiga, kita harus memberitakan inti Injil yang benar dengan cara yang benar pula, sebagaimana yang disampaikan Rasul Paulus dalam pimpinan Roh Kudus di Aeropagus, yaitu tempat perdebatan tentang ajaran baru di Atena.

(a)      Rasul Paulus memberikan pujian atas ketekunan beribadah mereka. Ini menjadi introspeksi bagi kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, apakah kita tetap bergairah dalam beribadah atau tidak.

(b)     Rasul Paulus menjelaskan siapa sebenarnya “Allah yang tidak dikenal” yang selama ini disembah oleh orang-orang Atena:

  • Allah adalah Sang Pencipta yang Mahakuasa, Mahakaya, dan Mahamulia.
  • Allah memberikan hidup, nafas, dan segala sesuatu kepada seluruh umat manusia. Ini disebut dengan anugerah umum (common grace).
  • Allah menentukan musim dan batas kediaman umat manusia, termasuk di sebuah gereja lokal di mana iman kita dapat bertumbuh.
  • Tujuan karya Allah adalah supaya manusia mencari, menjamah dan menemukan Dia yang tidak jauh dari kita.
  • Allah menghendaki agar semua orang bertobat.
  • Allah menyediakan keselamatan di dalam karya penebusan Yesus Kristus.-

—– 00000 —–

HUKUM TUHAN (9)

(Hukum Kedua – Bagian 4)

PERCAYA KEPADA ALLAH DAN DIPERCAYA OLEH ALLAHyesus-kekuatan

 

Dalam 2 Timotius 1:12 ada dua hal yang ditekan oleh Rasul Paulus, yaitu arti percaya kepada Allah dan arti dipercaya oleh Allah. Kedua hal ini perlu dipahami dengan benar dalam kaitan dengan Hukum Kedua Dasatitah, “Jangan Menyembah Berhala”.

 1.      Percaya kepada Allah

            Ada orang yang kurang mengadakan pengecekan terhadap orang yang bermaksud baik kepadanya. Akhirnya ia tertipu dan kehilangan sejumlah harta. Namun hal itu belum seberapa dibandingkan dengan jika kita kehilangan kehidupan kekal kita karena kita tidak tahu kepada siapa kita percaya. Iman atau kepercayaan kita akan menentukan keselamatan kekal atau tidak.

Ada orang yang melakukan banyak kegiatan bagi Allah yang dipercayainya, namun tanpa pengertian yang benar. Mereka mendirikan kebenaran mereka sendiri dan mengatasnamakan Tuhan, misalnya penganut agama Yahudi pada zaman Paulus (Roma 10:1-3). Yang lain lagi percaya kepada ‘apa kata orang” tentang siapa Yesus Kristus (Matius 16:13-14). Alkitab menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki tiga pengurapan: Imam, Raja, dan Nabi. Namun Ia juga adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Matius 16:15-16). Ia adalah Allah sendiri yang menjadi manusia, menderita dan mati di kayu salib, bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga dan akan datang kembali menjemput setiap orang yang percaya kepada-Nya untuk memberikan keselamatan kekal. Ia lebih utama dari apapun dan dari siapapun (Kolose 1:15-17).

2.      Dipercaya oleh Allah

            Kepada setiap orang percaya, ada dua hal yang Allah percayakan. Pertama, kesetiaan untuk tetap hanya beribadah kepada-Nya saja, dan tidak terjebak dalam penyembahan berhala, termasuk berhala modern, seperti: pengagunga terhadap sesama manusia (tokoh, teman, keluarga termasuk diri sendiri, hobby, bisnis dan pekerjaan, prinsip hidup yang tidak sesuai firman Tuhan, bahkan bisa pelayanan itu sendiri.

Kedua, pelbagai potensi, bakat, talenta yang harus dimaksimalkan bagi kemuliaan Tuhan,  dan kesejahteraan pribadi serta seluruh umat manusia. Kita tidak boleh iri dengan potensi yang ada pada orang lain, melainkan memfokuskan diri pada potensi yang Tuhan berikan kepada kita sendiri, baik dalam studi, pekerjaan, maupun pelayanan.

—– 00000 —–

 HUKUM TUHAN (Bagian 10)

(Hukum 3 – Bagian 1)

JANGAN MENYEBUT NAMA TUHAN DENGAN SEMBARANGAN

Keluaran 20:7

 Kata ‘sembarangan’ sama dengan kata ‘sia-sia’. Jadi “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sia-sia …”

1.        Siapakah Allah?

Dalam mempelajari sesuatu dibutuhkan adanya metode atau cara yang tepat. Metode dalam mempelajari suatu hal tidak bisa digunakan untuk mempelajari hal yang berbeda. Metode belajar biologi tak bisa digunakan untuk belajar teologi. Berkaitan dengan pengenalan akan Allah dipelajari dalam teologi. Metode yang tepat adalah pewahyuan (revelation), dan pengalaman (experience).

Pertama, Allah mewahyukan atau menyatakan diri-Nya dalam dua cara, yaitu pewahyuan umum (melalui alam, sejarah, dan hati nurani), dan pewahyuan khusus (Alkitab dan Pribadi Yesus Kristus).  Kedua, pewahyuan itu diteguhkan dengan pengalaman. Pengalaman tidak mengubah atau menggantikan pewahyuan, melainkan meneguhkannya. Pewahyuan tanpa pengalaman adalah teori yang mati, sedangkan pengalaman tanpa pewahyuan bisa menyesatkan.

2.        Apa manfaat mengenal Allah dan nama-Nya?

Pengenalan menentukan sikap dan tindakan kita. Orang yang mengenal Allah dengan benar akan beribadah dengan cara yang benar, akan berperilaku terhadap Tuhan dan sesamanya dengan benar.  Harus ada kesesuaian antara apa yang kita imani dan percayai dengan yang kita lakukan. Ketidaksesuaian membuat kita menjadi orang yang menggunakan topeng kemunafikan.

3.        Contoh dalam Alkitab?

Pertama, Abraham. Ia mendapatkan pewahyuan bahwa Allah adalah Elshaddai, yaitu Allah yang Mahakuasa (Kej. 17:1). Itu berarti Abraham tak perlu kuatir. Apa yang mustahil baginya tidak mustahil bagi Allah. Allah membuktikannya dengan memberikan Ishak kepada Abraham di masa tuanya. Kemudian berdasarkan pengalamannya ia menyebut TUHAN itu Jehovah Jireh, Tuhan yang Menyediakan. Dengan demikian pewahyuan yang diterimanya dan pengalaman yang diperolehnya menjadikan Abraham Bapa Orang Beriman.

Kedua,  Musa. Ia memperoleh pewahyuan bahwa nama Allah Abraham, Ishak dan Yakub adalah Y-H-W-H (Yahweh – Kel. 3:14). Dengan nama yang hidup dan berkuasa itulah Musa menghadap Firaun dan membawa bangsanya keluar dari Mesir. Dari pengalaman umat Israel baik pemberian manna, air, tiang awan dan tiang api di padang gurun, maupun hasil panen di Tanah Perjanjian, membuktikan bahwa memang Tuhan itu adalah Jehovah Jireh.

—– 00000 —–

HUKUM TUHAN (BAGIAN 11)

(Hukum Ketiga – Bagian 2)

SIKAP DAN TINDAKAN YANG KURANG PATUT KEPADA TUHANblogs-j-vacancy-com_berkat_perpuluan

 

            Menyebut nama Tuhan dengan sembarangan atau dengan sia-sia merupakan pelanggaran terhadap Hukum Ketiga. Ini adalah bentuk sikap atau tindakan yang kurang patut kepada Tuhan. Padahal Ia adalah Juruselamat dan Pembebas umat Tuhan dari perbudakan di Mesir. Bentuk lain sikap dan tindakan yang kurang patut kepada Tuhan berkaitan dengan persembahan.

Dalam 1 Tawarikh 16:29 dinyatakan bahwa kita harus memberi kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, yaitu melalui dua hal: persembahan dan kekudusan hidup. Tentang persembahan, perlu dipahami dasar mengapa setiap orang percaya harus memberi kepada Tuhan. Dasar atau alasan yang paling baik adalah karena Tuhan telah memberikan pahala atau upah terbesar kepada kita yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibr. 11:6) Upah yang terbesar adalah Allah sendiri (Kej. 15:1 – I am your shield, and your exceeding great reward (NKJV)). Berarti ketika kita memberi kepada Tuhan, itu bukan karena Ia berkekurangan, melainkan karena kita mengasihi-Nya sebab Ia telah memberikan yang terbaik – diri-Nya sendiri – kepada kita. Setidaknya ada 5 (lima) jenis sikap atau tindakan yang kurang patut dilakukan terhadap Tuhan dalam kaitan persembahan ini: 

  1. Datang kepada Tuhan dengan tangan hampa (Ulangan 16:16)
  2. Memberi yang cacat dan buruk, padahal Tuhan adalah Raja di atas segala raja (Maleakhi 1:8; 14b)
  3. Memberi dari hasil perbuatan jahat, misalnya perjudian, pemerasan, pencurian, dsb. (Amos 5:21-24)
  4. Dalam keadaan bermasalah dengan saudara, seperti kepahitan, ketidakharmonisan hubungan, dsb. (Matius 5:23-24)
  5. Memberi dengan menipu Tuhan – Ananias dan Safira (Kisah 5:3)

            Contoh yang benar – Maria yang menuangkan minyak narwastu murni seharga 300 dinar (upah kerja setahun) bagi Tuhan Yesus Kristus yang dikasihinya (Yohanes 12:1-8).

—– 00000 —–

KETELADANAN BARNABASst-barnabas

             Dalam setiap pelayanan yang berkembang, sslalu ada campur tangan Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja-Nya, di mana Roh Kudus-Nya mengurapi dan memimpin orang-orang yang siap dipakai-Nya. Dalam Sejarah Gereja di Kisah Para Rasul juga ada orang-orang yang dipakai Tuhan. Salah satunya adalah Yusuf Barnabas. Inilah beberapa hal yang bisa diteladani dalam kehidupan Barnabas.

1. Ia rela berkorban (Kisah 4:36-37) – Barnabas menjual ladang, miliknya dan menyerahkannya kepada Tuhan. Ia sadar bahwa apa yang ada padanya adalah milik Tuhan secara mutlak, dan ia hany dipercaya mengelolanya. Ketika Tuhan menghendaki lading itu untuk dilepaskan bagi pengembangan pekerjaan Tuhan, ia pun dengan penuh kerelaan melepaskannya (bdk. Ananias dan Safira dalam Kisah 5:1-11).

2. Ia berlapang dada (Kisah 9:27) – Barnabas mampu melihat ha;-hal positif dalam diri seseorang, termasuk dalam diri Saulus yang baru bertobat dan meyakinkan para murid lainnya yang kala itu belum bisa menerima Saulus, agar juga mau menerimanya. Saulus kemudian menjadi seorang rasul yang besar. Ada peran Barnabas di dalamnya.

3. Ia berkarakter (Kisah 11:22-26) – Barnabas memiliki karakter yang baik:

  • bersukacita atas kasih karunia Allah, yaitu bersyukur atas pencapaian yang ada, dan tidak menggerutu atas apa yang belum bisa dicapai;
  • menasihati jemaat untuk tetap setia;
  • orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman, sehingga sejumlah orang dibawa kepada Tuhan;
  • menyadari kebutuhannya akan orang lain, sehingga kemudian mengajak Saulus.

4. Ia berkharisma (Kisah 13:12; 14:3) – Oleh pertolongan Roh Kudus Barnabas berhasil melayani bersama Rasul Paulus di Siprus dan tempat-tempat lain. Pemberitaan Injil yang dilakukannya disertai dengan tanda dan mukjizat.

5. Ia mampu mengelola perbedaan pendapat dengan baik (Kisah 15:35-41) – Ada perbedaan pendapat antara Paulus dan Banabas mengenai Yohanes Markus sehingga akhirnya mereka ‘berpisah baik-baik’. Tak ada kebencian di antara keduanya. Mereka berpisah karena memiliki ‘gaya pelayanan’ masing-masing. Barnabas mampu membimbing Yohanes Markus, Paulus pun mampu membimbing Silas, Timotius, dan lain-lain. Masing-masing dengan gaya kepemimpinannya sendiri.-

—– 00000 —–

NATAL DAN WAKTU TUHANchristmas-eve-usa

              Dalam sebuah perencanaan selalu ada kaitannya dengan waktu: bilamakah suatu kegiatan dilakukan, bagaimana urut-urutan pekerjaan yang harus dilakukan, dan sebagainya. Dalam perencanaan-Nya Allah juga berurusan dengan waktu. Lihat pengaturan waktu Tuhan dalam alam ciptaan: ada waktu kapan suatu jenis tanaman ditanam dan dituai, ada waktu kapan matahari terbit dan tenggelam. Termasuk dalam hal perencanaan Allah ini adalah pengaturan waktu yang tepat dalam peristiwa Natal (Galatia 4:4-5). Apa bukti “… ketika genap waktunya” dalam Natal?

  1. Ketika harus didahului oleh kelahiran Yohanes Pembaptis (Lukas 1:57-60). Yesus Kristus adalah Mesias yang dijanjikan. Kedatangan-Nya harus diawali dengan seseorang yang mempersiapkan jalan bagi-Nya. Dialah Yohanes Pembaptis yang lahir melalui mukjizat. Ayahnya, yaitu Imam Zakharia dan ibunya, yaitu Elizabet, sudah berusia lanjut. Namun malaikat Tuhan menyatakan bahwa mereka akan mengalami mukjizat. Mukjizat ini telah ikut meneguhkan berita yang disampaikan malaikat kepada Maria, bahwa ia pun akan mengalami mukjizat di mana ia akan mengandung oleh Roh Kudus. Natal adalah Mukjizat!
  2. Ketika Yusuf dan Maria bertunangan (Matius 1:18). Mereka menjaga kekudusan pertunangan mereka. Kekudusan merupakan syarat untuk dapat dipakai oleh Allah bagi kemuliaan nama-Nya. Natal adalah kekudusan!
  3. Ketika Kaisar Agustus memerintah dalam Kekaisaran Romawi (Lukas 2:1-7). Ia adalah seorang yang memiliki kuasa penuh. Ia mengadakan sensus penduduk yang mengharuskan semua orang pulang mendaftarkan diri di tempat asal-usulnya. Yusuf dan Maria bisa saja beralasan untuk tidak menaati keputusan Agustus tersebut: alasan ekonomi, atau kehamilan Maria.  Namun Yusuf dan Maria tetap menjalani ketaatan akan perintah itu hingga tiba di Betlehem. Di sanalah Maria melahirkan Sang Mesias sesuai dengan nubuatan nabi Mikha. Natal adalah ketaatan!
  4. Ketika Raja Herodes Agung memerintah di Yudea (Matius 2:13-15). Ia adalah seorang raja yang kejam. Yusuf dan Maria kembali menderita karena harus mengungsi ke Mesir sampai Herodes Agung mati. Bagaimanapun juga, ada pengenapan nubuatan dalam tindakan Herodes yang kejam itu, yang membunuh anak-anak di Betlehem. Allah setia pada janji-Nya! Ada orang-orang yang mungkin berbuat jahat atas kita, tetapi kita harus tetap berpegang pada kebenaran firman Tuhan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Roma 8:28). Natal adalah kesetiaan!

—– 00000 —–

MOTIVASI PELAYANANbigstock-motivational-concept-got-mot-30228101

1 Petrus 5:1-4

            Pada masa kini, istilah pelayanan banyak dibahas dalam dunia bisnis. Mereka yang mengutamakan pelayanan bagi para pelanggan dipandang akan lebih berhasil dibandingkan mereka yang mengabaikannya. Bagaimana dengan pelayanan di kalangan umat Kristiani sendiri? Agar makna pelayanan – baik dalam keluarga, dalam pekerjaan, di lingkup gereja, maupun di tengah masyarakat – tidak kabur, sebaiknya kita kembali kepada apa yang Alkitab katakan.

Ketika seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu termasuk pelayanan, maka baik disadari atau tidak ia didorong oleh sesuatu di dalam dirinya (baik berasal dari luar maupun dari dalam diri sendiri), yang disebut dengan motivasi. Ada beberapa motivasi yang harus kita miliki jika mau melayani Tuhan dan sesama dengan benar.

Pertama, motivasi sukarela bukan terpaksa. Seseorang akan melayani dengan sukarela jika ia memiliki kasih. Sebaliknya, jika ia melakukannya dengan terpaksa pasti karena ia telah meninggalkan kasih yang mula-mula kepada Tuhan (seperti jemaat di Efesus dalam Wahyu 2:4), atau kasihnya telah menjadi dingin (sebagaimana yang Tuhan Yesus pernah peringatkan dalam Matius 24:12).

Kedua, motivasi pengabdian bukan mencari keuntungan diri sendiri. Yang dilayani adalah kawanan domba Allah (God’s flock), yaitu milik kepunyaan Allah sendiri yang sangat berharga di hadapan-Nya, sehingga juga disebut pusaka milik Allah (God’s heritage). Oleh sebab itu kita harus melayani mereka dengan penuh pengabdian, bukan dengan roh ketamakan yaitu memanfaatkan pelayanan untuk memperoleh profit sebanyak-banyaknya. Tuan kita adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri, bukan Mammon. Kita tidak dapat melayani dua tuan, tetapi  memilih salah satu: Tuhan Yesus Kristus atau keuntungan diri sendiri (Mat. 6:24). Pelayanan harus dilihat sebagai tempat kita memberikan sesuatu, bukan untuk memperoleh sesuatu.

Ketiga, motivasi melayani bukan menguasai (arogan). Semakin tinggi posisi seseorang, maka ia harus semakin melayani, seperti yang Tuhan Yesus Kristus ajarkan (Mrk. 10:43). Itu berarti ia akan bersedia menerima masukan dan teguran dari siapapun demi peningkatan kualitas pelayananannya.

Keempat, motivasi upah. Tuhan Yesus Kristus sebagai Gembala Agung akan mengaruniakan mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu, yang kekal bagi kita yang mau melayani. Jika kita berorientasi pada kemuliaan yang kekal ini, kita tidak akan mudah putus asa atau undur dari pelayanan hanya karena tidak memperoleh sesuatu yang bersifat layu (sementara/fana).

—– 00000 —–

KAWAN SEKERJA ALLAHpartner

1 Korintus 3:9

Seorang rekan memberitahu bahwa putranya yang telah lulus akan bekerja membantu ayahnya di perusahaan yang dimiliki keluarga. Tentu satu hal yang membanggakan bisa bekerja bersama ayah yang mengasihinya. Acara reality show Apprentice (Pemagangan) yang digagas oleh pebisnis internasional Donald Trump pada tahun 2004 mendapat sambutan luas, karena banyak orang ingin bekerja bersamanya. Namun ternyata ada seleksi yang sangat ketat, sehingga tidak sedikit yang gugur di tengah jalan. Bagaimana dengan predikat kita sebagai ‘kawan sekerja Allah’?

Pertama, yang perlu kita sadari adalah bahwa Allah yang Mahakuasa, yang mampu melakukan segala sesuatu sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya yang mutlak justru mencari dan memilih orang-orang yang mau dipakai-Nya. Yang dipakai-Nya adalah orang-orang yang seringkali dianggap bodoh, dianggap lemah dan tak berarti oleh dunia ini (1 Kor. 1:27-29). Ada yang memberikan tanggapan langsung (mis. Yesaya, Simon Petrus), ada pula yang beradu argumentasi dulu dengan Allah (mis. Musa). Mereka semua menjadi ‘kawan sekerja Allah’ yang luar biasa.

Kedua, seorang ‘kawan sekerja Allah’ haruslah manusia rohani, bukan manusia duniawi. Manusia duniawi tidak suka akan makanan keras firman Tuhan (ayat 1-2), dan suka iri hati atau berselisih (ayat 3). Sebaliknya, manusia rohani suka akan teguran firman Tuhan, turut bersyukur atas keberhasilan orang lain, dan suka berdamai dengan menerima orang lain apa adanya.

Ketiga, seorang ‘kawan sekerja Allah’ memahami tentang fungsi dan tugas masing-masing, yang bisa berbeda satu dengan yang lain. Paulus yang menanam, Apolos yang menyiram. Keduanya sama penting (ayat 4-7). Semua orang Percaya dapat dipakai Tuhan sesuai dengan karunia Roh yang Tuhan berikan kepadanya.

Keempat, seorang ‘kawan sekerja Allah’ akan menerima upah yang telah Allah sediakan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan (ayat 8).

Jika seseorang telah menjadi ‘kawan sekerja Allah’, maka kehidupannya akan menghasilkan dampak yang luar biasa, baik terhadap diri sendiri (yaitu memiliki gambar diri yang sehat, tidak rendah diri dan tidak sombong), juga terhadap orang lain (hidupnya menjadi berkat yang luar biasa).

—– 00000 —–

KETELADANAN NUHdfe4b1630b9a54d0a07db15eee6f102a

Dalam Kitab Kejadian terdapat banyak kisah tentang orang-orang yang dipakai Tuhan. Bahkan dalam budaya Tionghoa, misalnya, ada huruf-huruf mandarin yang merupakan bentukan dari huruf-huruf yang mewakili kisah-kisah dalam Kitab Kejadian, termasuk kisah Nuh. Nuh adalah orang yang memperoleh pujian dari Allah karena apa yang dilakukannya menyenangkan hati-Nya. Ada beberapa hal yang dilakukan Nuh yang dapat kita teladani di akhir zaman ini.

Pertama, Nuh adalah seorang yang berani tampil beda (Kej. 6:9). Ia adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Pada zaman itu manusia hidup dalam kejahatan semata-mata atau terus menerus (Kej. 6:5 – continually) dan menjalani kehidupan yang rusak di bumi (Kej. 6:5 ­, 12corrupt). Ini bukan suatu hal yang sebab manusia mudah tergoda untuk mengikuti apa yang terjadi di sekitarnya. Nuh mampu berani tampil beda karena ia adalah seorang yang terbiasa bergaul dan bersekutu dengan Allah (walk in habitual fellowship with God).

Kedua, Nuh melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepadanya.  Saat Tuhan menyuruh Nuh membangun bahtera, ia melakukannya walaupun saat itu belum memiliki kemampuan sebab ia adalah seorang petani (Kej. 6:22; 8:20). Nuh mau belajar taat di bawah tuntunan Tuhan sendiri.  Nuh juga taat saat Tuhan menyuruhnya masuk ke dalam bahtera beserta seluruh keluarganya dan menyambut kedatangan pelbagai jenis binatang yang berbeda-beda (Kej. 7:5). Dibutuhkan kebesaran hati untuk menerima sesuatu yang berbeda yang Tuhan berikan pada kita.

Ketiga, Nuh juga adalah seorang yang menyelamatkan keluarganya dengan iman (Ibr. 11:7) dan sekaligus sebagai pemberita kebenaran (2 Pet. 2:5). Nuh melakukan kedua tugas mulia itu dengan baik dan seimbang. Kita harus membawa keluarga kita dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus agar terhindar dari murka Allah yang akan dating, dan memberitakan Injil Tuhan kepada sesama kita. Apakah kemudian mereka memberikan respons yang positif atau tidak adalah urusan mereka dengan Tuhan.

Keempat, Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban kepada-Nya (Kej. 8:20). Korban pujian dari hati yang bersyukur harus terus kita persembahkan atas karya penyelamatan Allah dalam kehidupan kita di dalam Tuhan Yesus Kristus.

—– 00000 —–

TIGA SIKAP TERHADAP FIRMAN TUHANattitude-is-everything

Lukas 24:13-32

Sikap (attitude) seseorang menentukan tindakan yang dilakukan dan hasil yang diperoleh. Demikian pula dengan sikap orang percaya terhadap firman Tuhan. Dalam perikop ini kita akan belajar tentang 3 (tiga) sikap orang percaya terhadap firman Tuhan.

Pertama, sikap mengabaikan firman Tuhan (ayat 13-16). Kedua murid Tuhan Yesus (Kleopas dan temannya) bercakap-cakap, bahkan bertukar pikiran tentang apa yang terjadi pada hari kebangkitan Tuhan yesus Kristus, tetapi tidak sedikitpun menyinggung firman Tuhan. Mereka seakan-akan mengabaikan firman Tuhan. Hal ini juga sering dilakukan oleh orang percaya. Mereka merasa bahwa banyak hal dalam hidup ini yang tidak ada sangkut-pautnya dengan firman Tuhan. Keluarga, bisnis, pekerjaan, studi dan pelayanan semuanya dilakukan dengan cara pemikirannya sendiri. Orang yang seperti ini tidak mengenali Tuhan Yesus yang hadir dalam hidupnya.  Yang ada hanya kemuraman, tidak ada sukacita. Kalaupun Tuhan menolong mereka, tetapi mereka tidak menyadarinya.

Kedua, sikap menerima firman Tuhan, tetapi hanya sebagian saja (ayat 17-24). Ketika Yesus bertanya kepada mereka, mereka mulai menggunakan beberapa kebenaran dalam firman Tuhan: bahwa Yesus Kristus adalah seorang nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perbuatan di hadapan Allah dan manusia, dan sebagainya. Namun mereka terlalu banyak menggunakan kata “tetapi …” (hingga empat kali). Kata “tetapi” ini membuat kuasa firman Tuhan tidak bekerja dalam kehidupan mereka. Saat firman Tuhan berkata “Ampunilah musuhmu” selalu ditambahi dengan kata “tetapi musuh yang kuhadapi berbeda …”, atau ketika firman Tuhan berkata, “Berilah maka kamu akan diberi …”, juga ditambah oleh orang ini dengan “tetapi kalau sekarang tanggal tua …?” mari kita berhenti menambahkan kata “tetapi” terhadap firman Tuhan. Terimalah seluruh firman dan katakan, “Amin, mampukan aku melakukan firman-Mu, Tuhan!”

Ketiga, sikap menerima firman Tuhan dengan sepenuhnya (ayat 25-32). Ketika Yesus Kristus sendiri yang menjelaskan firman Tuhan kepada mereka, hati mereka berkobar-kobar! Mereka rela dikatakan “bodoh” dan “berhati lamban”, bahkan kemudian mereka mengundang-Nya tinggal bersama mereka. Ketika Yesus memecahkan roti barulah mata mereka celik, tetapi Ia kemudian meninggalkan mereka. Orang yang menerima firman sepenuhnya akan terus merasa lapar dan haus akan firman Tuhan. Persekutuan dengan Tuhan dalam firman dan dalam Perjamuan kudus dapat mencelikkan mata rohani kita, sehingga kita dapat mengenal Yesus Kristus dengan benar.-

 —– 00000 —–

OTORITAS ORANG PERCAYA

 Mazmur 2

            Banyak orang Kristen mengalami masalah karena tidak memahami adanya otoritas dari Allah di dalam dirinya, atau karena keliru dalam menggunakan otoritas itu. Jika kita benar dalam memahami dan menggunakan otoritas ini, maka kehidupan kita akan mengalami terobosan yang luar biasa.

  1. Pentingnya Otoritas – Sebagai orang-orang percaya kita membutuhkan otoritas dari Allah. Ada dua alasan besar mengapa otoritas Allah kita butuhkan. Pertama, karena kepada kita diberikan tugas atau mandate atau amanat yang bersifat global, yaitu memenuhi, menaklukkan dan menguasai seluruh alam ciptaan (Kej. 1:28). Kedua, karena ada peperangan rohani yang terus-menerus dengan Iblis dan dosa. Jangan menjadi seperti Kain yang kalah karena tidak menggunakan otoritas Allah dalam melawan dosa, sehingga ia membunuh Habel, adiknya Sebenarnya ia bisa menolak godaan dosa yang sudah mengintip di depan pintu, tetapi itu tidak dilakukannya (Kej. 4:7).
  2. Sumber Otoritas Sejati – Alkitab menyatakan bahwa Tuhan Allah sendiri adalah sumber otoritas yang sangat kita butuhkan (Maz, 2:6; Mat. 28:18; Kolose 1:15-17).
  3. Penyalahgunaan Otoritas – Ketika seseorang menerima otoritas dari Tuhan, keputusan selanjutnya ada di tangan orang itu apakah akan menggunakannya dengan benar atau tidak. Sayangnya lebih banyak yang menyalahgunakan otoritas dari Allah. Setidaknya ada 2 (dua) bentuk penyalahgunaan otoritas. Pertama, otoritas digunakan untuk melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya, termasuk firman Tuhan (Maz. 2:2). Misalnya, otoritas akal budi tidak boleh dipakai untuk menghakimi Alkitab, melainkan harus tunduk pada otoritas Alkitab yang merupakan otoritas tertinggi (2 Kor. 10:5). Kedua, otoritas digunakan di luar batas kewenangan, misalnya: Raja Uzia yang memperoleh pengurapan dan otoritas sebagai raja, tetapi mau mencampuri urusan pelayanan iman; atau, otoritas sama sekali tidak digunakan, misalnya: Raja Saul yang takut kepada rakyat, sehingga akhirnya ia berdosa kepada Tuhan.
  4. Penggunaan otoritas dengan benar – Sebaliknya, otoritas dari Allah harus digunakan dengan benar, misalnya: (a) dalam menyampaikan permohonan doa kepada Tuhan, yaitu meminta bangsa-bangsa (Maz. 2:8); (b) dalam melaksanakan tugas sebagai pimpinan, yaitu bijaksana dan penuh pengajaran (Maz. 2:10); (c) dalam beribadah kepada-Nya di mana kita bisa memerintahkan jiwa kita untuk menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran (Maz. 2:11).-

 —– 00000 —–

ANDALAN HIDUPdaud-24-des

Yesaya 31:1-3

 

            Pada zaman lampau, di masa Hizkia memerintah di Kerajaan Yehuda (, ada prinsip hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang menang. Pada masa kini, situasinya tidak jauh berbeda. Ada prinsip ‘manusia menjadi pemangsa sesamanya’ (homo homini lupus). Kita hidup di zaman yang penuh kompetisi, sehingga ada orang yang sama sekali tidak siap dan berusaha menghindarinya. Hal ini nampak misalnya ketika ada peserta magang yang mengundurkan diri dalam acara Apprentice di televisi yang dipandu oleh Bp. Tony Fernandez (CEO Air Asia). Apa yang dilakukan oleh Raja Hizkia ketika kerajaan Asyur yang sangat kuat mencoba menaklukkan kerajaannya (kisah lengkap bisa dibaca di Yesaya pasal 36-37)?

Raja Hizkia pertama-tama mengandalkan Mesir. Ia melihat dengan mata jasmaninya betapa kuatnya kerajaan Asyur yang menyerbunya, sehingga ia membutuhkan bantuan dari kerajaan lain. Mesir saat itu dipandang cukup kuat untuk bisa dimintai pertolongan. Sayangnya, Raja Hizkia tidak meminta petunjuk Tuhan saat ia meminta pertolongan Mesir (Yes. 30:1-2). Akhirnya Mesir mengecewakan, karena tidak menepati janji. Alkitab berkata bahwa terkutuklah orang yang mengandalkan manusia (Yer. 17:5-6).

Kemudian, sadar akan kesalahannya, Hizkia mengandalkan Tuhan. Ia adalah Allah yang Mahakuasa dan berkemurahan. Kalau Mesir menolong pasti meminta imbalan, Tuhan tidak demikian. Untuk memperoleh pertolongan Tuhan kita harus bertobat, tinggal diam, tenang dan percaya, yaitu menantikan TUHAN (Yes. 30:15). Hasilnya sungguh luar biasa. Pada saat dimana tentara Asyur sudah mengepung kota Yerusalem, Malaikat Tuhan datang menghabisi tentara Asyur dengan cara yang supranatural, sehingga ada 185.000 tentara yang tewas. Sanherib, raja Asyur sendiri kembali ke Niniwe, dan di sana ia dibunuh oleh kedua anaknya (Yes. 37:36-38). Kemenangan besar diperoleh karena mengandalkan Tuhan. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (Yer. 37:7-8).

Oleh sebab itu mari kita berhenti mengandalkan kekayaan atau kedudukan kita, atau kemampuan diri kita atau mengandalkan sesama manusia yang penuh dengan kelemahan. Semua sifatnya sementara dan bisa mengecewakan. Sebaiknya kita mengandalkan Tuhan, yang kuasa-Nya tidak terbatas. Ia dapat menolong kita dengan cara-Nya yang ajaib-

—– 00000 —–

GEREJA YANG BENARchurch

Matius 16:13-21

           Tuhan Yesus Kristus dengan sengaja membawa kedua belas murid-Nya ke Kaisarea Filipi karena Ia hendak menunjukkan suatu peragaan dari alam guna meneguhkan pengajaran-Nya, khususnya tentang kemesiasan-Nya. Kaisarea Filipi (sekarang disebut Banias) adalah suatu tempat di kaki Gunung Hermon, di mana di sana terdapat tiga hal penting. Pertama, kuil penyembahan kepada dewa Pan, yang didedikasikan oleh Raja Herodes Agung kepada Kaisar Agustus. Saat itu Kaisar Agustus disebut sebagai Anak Ilahi”. Kedua, di sana terdapat gunung batu terjal yang amat kokoh. Ketiga, di sana terdapat sumber air yang meluap-luap, mengalir ke sungai Yordan. Dengan ketiga hal itulah Yesus mau mengajarkan tentang Gereja Yang Benar.

1.  Memiliki dasar atau fondasi yang benar – Di atas ‘batu karang’ (Yun. ‘petra’) yaitu Yesus Kristus sendiri yang adalah Mesias yang dijanjikan oleh para nabi di Perjanjian Lama (1 Korintus 3:11). Berarti kita harus:

(a)   Memiliki pengenalan akan Yesus Kristus dengan benar melalui pewahyuan Roh Kudus saat kita membaca dan merenungkan Alkitab. Yesus Kristus adalah pusat berita di setiap kitab dalam Alkitab. Jangan hanya demi menambah pengetahuan tanpa pengenalan yang benar terhadap Yesus Kristus, seperti halnya orang-orang Farisi (Yohanes 5:39-40).

(b)  Memiliki hubungan intim dengan Yesus Kristus agar hidup ini menghasilkan buah, khususnya kerendahan hati. Relasi yang jauh dari Tuhan membuat kita tinggi hati, namun jika kita mendekat bahkan melekat kepada Tuhan, maka kita akan sadar bahwa diri kita bukan apa-apa. Katakan dalam doa kita: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” (Yohanes 6:28).

2. Memiliki kuasa dan otoritas yang benar – Ada Roh Kudus yang diutus Bapa untuk menyertai kita, Roh yang lebih besar dari roh-roh dalam dunia ini (1 Yohanes 4:4), bahkan … alam maut tidak akan menguasainya. Jadi kita tidak perlu takut terhadap apapun sebab kepada kita diberi kuasa untuk menang. Tidak ada yang bisa diandalkan selain otoritas dari Tuhan. Telah terbukti bahwa kerajaan sekuat apapun tidak langgeng, misalnya: Babilonia, Media-Persia, Yunani, Romawi. Hanya Kerajaan Tuhan yang tetap tegak. Gereja punya otoritas untuk meruntuhkan, dan kemudian membangun yang lebih baik (Yeremia 1:10).

3. Melakukan tindakan yang benar – Gereja Tuhan harus memberi dampak ke dunia di sekitarnya. Umat Tuhan dapat melakukan suatu aksi yang seimbang antara yang bersifat vertikal (pujian dan penyembahan kepada Allah dalam roh dan kebenaran), serta secara horizontal (memberi bantuan kepada sesama yang membutuhkan).-

—– 00000 —–

 

KEBENARAN YANG MEMERDEKAKANtruth

Dari Yohanes 8:32 kita akan belajar tentang dua hal yang penting, yaitu: bagaimana kita bisa mengetahui kebenaran, dan bagaimana proses kebenaran itu memerdekakan kita.

1. Mengetahui Kebenaran

Ada dua jenis kebenaran: kebenaran relatif yang berasal dari manusia, dan kebenaran mutlak yang berasal dari Allah. Pada umumnya manusia dapat mengetahui kebenaran melalui ketiga cara sebagai berikut: (a) Secara naluri atau alamiah, yaitu dengan melihat pelbagai gejala atau fenomena alam (Luk. 12:54-55). Ini disebut kebenaran alamiah (natural truth); (b) Secara empiris dan logis, yaitu dengan metode penelitian yang benar (Dan. 12:4). Ini disebut dengan kebenaran ilmiah (scientific truth); (c) Secara wahyu, yaitu dengan menerima pernyataan Allah melalui hamba-hamba-Nya. Ini disebut dengan kebenaran wahyu (revelational truth).

Alkitab atau firman Allah adalah firman yang diwahyukan Allah secara tertulis. Tuhan Yesus berkata bahwa kita akan mengetahui kebenaran jika kita “tetap di dalam Dia”. Artinya: (a) menerima kebenaran firman Tuhan apa adanya dengan iman, tanpa menambahi atau menguranginya sedikit pun (Why. 22:18-19); (b) meminta Roh Kudus memberikan pengertian yang benar, dan selalu mengingatkan kita akan kebenaran firman Tuhan (2 Pet. 1:21); (c) menerapkan kebenaran firman Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita (Yak. 1:23).

2. Mengalami Kemerdekaan

Ada dua jenis kemerdekaan, yaitu kemerdekaan semu yang hanya bersifat jasmani, dan kemerdekaan sejati yang bersifat jasmani dan rohani. Beberapa contoh berikut ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa jika kita menerima firman Tuhan dengan penuh iman, kita akan mengalami kemerdekaan sejati:

(a)       Kita merdeka dari dosa dan kutuk dosa jika menerima kebenaran tentang karya penebusan Yesus Kristus (Gal. 3:13);

(b)       Kita merdeka dari belenggu kebiasaan buruk jika menerima kebenaran tentang pentingnya waktu (Efs. 5:16-17), dan kekudusan hidup (1 Pet. 1:16);

(c)       Kita merdeka dari kekuatiran jika menerima kebenaran tentang janji pemeliharaan Allah Bapa atas kehidupan anak-anak-Nya (Flp. 4:19);

(d)      Kita merdeka dari ketakutan mengambil keputusan jika menerima kebenaran tentang Allah yang turut bekerja (Roma 8:28).

 —– 00000 —–


PEMBAWA KABAR BAIK20130402-100725

Kisah Para Rasul 26:15-29

Setiap orang percaya adalah seorang pembawa Injil (Kabar Baik), karena kita adalah umat pilihan Allah (1 Petrus 2:9). Salah satu contoh pembawa berita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa adalah Rasul Paulus. Perikop Alkitab yang kita renungkan merupakan ‘pembelaan’ Rasul Paulus di hadapan Raja Agripa. Di dalamnya ada beberapa hal penting tentang aspek-aspek seorang Pemberita Injil.

 

  1. Panggilan Seorang Pemberita Injil (ayat 15) – Tuhan punya banyak cara memanggil dan memilih kita untuk menjadi pengikut Kristus dan alat-Nya. Ada yang melalui ajakan sanak keluarga atau teman, ada yang melalui kesembuhan dari sakit, dsb.
  2. Isi kesaksian Injil (ayat 16; 22b-23) – Inti Injil adalah apa yang Tuhan Yesus telah kerjakan dan akan Ia kerjakan dalam hidup, termasuk karya penebusan-Nya sesuai nubuatan Kitab Suci. Jadi, isi kesaksian berkaitan dengan penggenapan janji Allah dalam firman-Nya.
  3. Persiapan Saksi Tuhan (ayat 17, 19) –  Tuhan ‘mengasingkan’ orang yang akan dipakai-Nya, yaitu dikuduskan untuk suatu tujuan khusus. Orang yang mau dipakai Tuhan tidak boleh lagi secara semaunya memperkatakan ucapan yang tidak patut. Lot, misalnya, tidak mampu membawa kedua calon menantunya untuk menyingkir dari Sodom dan Gomora yang saat itu hendak dihancurkan Allah, sebab ia dianggap berolok-olok (tidak serius) dengan ucapannya. Pemberita Injil juga harus konsisten dengan tugas panggilannya.
  4. Tujuan kesaksian Injil (ayat 18, 20) – Injil diberitakan supaya manusia berbalik dari gelap kepada terang, dari kuasa Iblis kepada Allah, dengan bukti pertobatan yang nyata/pemuridan. Ini bukan suatu hal yang mudah, dibutuhkan kekuatan dan pengurapan Roh Kudus di dalam kita agar apa yang kita ucapkan memiliki kuasa menarik orang datang kepada Tuhan.
  5. Dampak kesaksian Injil (ayat 18) – Ketika Injil diberitakan dan orang-orang menerimanya, maka ia akan memperoleh memperoleh pengampunan dosa dan kehidupan kekal. Inilah adalah janji Allah yang pasti akan digenapi-Nya.
  6. Tantangan kesaksian dan pertolongan Tuhan (21-22a) – Selalu akan ada tantangan ketika kita memberitakan Kabar Baik. Namun, karena Tuhan menyertai kita, maka Ia akan melindungi kita sebagaimana Ia melindungi Rasul Paulus, hingga ia menuntaskan tugas pelayanan sampai garis akhir.- 

—– ooooo —–

TUHAN HADIR SEBAGAI RAJAking2

Ibrani 12:27-28

             Ketika Tuhan hadir di tengah-tengah umat manusia, maka Ia dapat hadir sebagai raja. Raja di atas segala raja. Kerajaan-Nya adalah kerajaan yang tak tergoncangkan, tidak seperti kerajaan yang dibangun oleh manusia. Sepanjang sejarah umat manusia berulang kali terjadi jatuh bangunnya kerajaan. Kerajaan yang dibangun oleh manusia selalu bisa dan mudah digoncangkan. Apakah yang Tuhan kerjakan dengan kedudukan-Nya sebagai Raja?

Pertama, Ia menghancurkan kerajaan yang dibangun oleh keangkuhan manusia. Alkitab mencatat setidaknya ada 7 pemerintahan atau kerajaan yang dibangun oleh keangkuhan manusia, dan semuanya dibumihanguskan oleh Tuhan. Inilah daftar pemerintahan atau kerajaan itu:

  1. Kejadian 11:1-6 – Menara Babel yang dibangun agar manusia tidak terserak (menentang kehendak Allah, bdk. Kej. 1:28), dan terhindar dari air bah jika terjadi air bah lagi seperti yang terjadi pada zaman Nuh. Tuhan Allah mengacaukan bahasa mereka, sehingga pembangunan menara itu gagal total.
  2. Nahum 2:13 – Kerajaan Asyur (runtuh 609 SM) di mana penduduk kota Niniwe tidak mau bertobat, tidak seperti nenek moyang mereka seratus tahun sebelumnya pada zaman Yunus.
  3. Daniel 2:44-45 – Kerajaan atau kekaisaran Babilonia (runtuh 539 SM), Persia (runtuh 330 SM), Yunani (runtuh 168 SM) dan Romawi (runtuh 395 M), dihancurkan dan kini hanya tinggal kenangan belaka.

Sebagai umat Tuhan pun kita harus introspeksi diri agar tidak membangun ‘kerajaan’ bisnis, intelek, atau apapun yang bermaksud menentang Tuhan (2 Kor. 10:5).

Kedua, Tuhan Yesus Kristus yang hadir dengan kerajaan-Nya yang tak tergoncangkan itu bisa diterima atau ditolak. Orang yang menolak Kerajaan Allah ini, berarti dia merajakan Iblis atau dirinya sendiri, dan itu akan berakhir dengan kebinasaan. Sebaliknya, orang yang menerimanya akan memperoleh kehidupan kekal (doa Bapa Kami – Matius 6:10).

Ketiga, karena kita telah menerimanya, mari kita mengucap syukur dan beribadah atau melayani Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Ada empat ciri pelayanan yang berkenan kepada Allah, yaitu: kekudusan (sanctification), penundukan diri (submission), keunggulan (skill), dan kepekaan (sensitivity).

 —– 00000 —–

TUHAN HADIR SEBAGAI BAPAjesus_118

            Kita akan memahami kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita sebagai seorang bapa. Dengan memahami hubungan ini: Allah sebagai bapa dan kita sebagai anak-anak-Nya, maka hal itu sekaligus menjadi proyeksi dan refleksi dalam kehidupan keluarga kita, di mana Allah telah menetapkan pola ke-bapa-an itu kepada kita.

  1. Karya Tuhan sebagai Bapa bagi kita – inilah beberapa hal yang Tuhan telah kerjakan bagi kita, anak-anak-Nya:      
  2. Sikap kita kepada Tuhan sebagai Bapa
  1. Mewahyukan perkara ilahi kepada kita (Matius 16:17) – tanpa pewahyuan dari Allah, maka pernyataan para murid tentang siapa Yesus Kristus menjadi salah semua. Kita juga memberikan bekal rohani bagi anak-anak kita dari Alkitab, sebagai wahyu Allah yang tertulis. Hanya dengan kebenaran Alkitab anak-anak kita akan memiliki kebenaran yang mutlak.
  2. Mencipta dan memelihara (Filipi 4:19) – Allah mampu menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada dan memelihara alam ciptaan-Nya. Kita tidak perlu kuatir sebab kebutuhan kita pasti akan dicukupi-Nya. Kita pun harus mengenal pelbagai kebutuhan anak-anak kita dan memenuhi kebutuhan mereka.
  3. Mengampuni dan memulihkan (Lukas 15:22-23) – Allah tahu bahwa kita masih bisa melakukan dosa. Namun seperti halnya anak yang hilang disambut kembali dan dipulihkan bapanya, maka kita pun harus mengaku dosa kepada Tuhan sehingga kita dipulihkan. Kita juga harus memaafkan dan memulihkan kembali anak-anak kita.
  4. Mendisiplin dan menghibur (Ibrani 12:9-11) – Ketika kita hidup dalam ketidaktaatan berulang kali, maka Allah dengan kasih-Nya mendisiplin kita, agar kita tidak semakin jatuh. Ketika disiplin diberikan mendatangkan dukacita, namun buahnya adalah kehidupan yang benar yang mendatangkan sukacita.

Setelah kita memperoleh keempat karya Tuhan sebagai bapa, inilah beberapa sikap kepada Allah yang harus kita miliki, yaitu: (a) menerima proses pembentukan, karena Ia adalah “penjunan” dan kita adalah “tanah liat” (Yesaya 64:8); (b) menghormati-Nya baik dalam ibadah, dalam memberikan persembahan, dan dalam seluruh aspek kehidupan kita (Maleakhi 1:6); (c) berseru kepada-Nya dalam doa dengan penuh iman (Matius 6:9); (d) mengenal dan memiliki persekutuan yang erat dengan Yesus Kristus(Yohanes 1:18).-

—– ooooo —–

YESUS KRISTUS SEBAGAI NABIfeb20

Ulangan 18:15-20

Dalam Perjanjian Lama, ada tiga jabatan penting yang ditetapkan Allah untuk mendatangkan kesejahteraan bagi umat-Nya, yaitu: Raja, Imam, dan Nabi. Raja adalah seseorang yang dipilih dan ditetapkan Allah untuk menggembalakan umat-Nya sabagai sebuah bangsa. Raja akan mengatur kehidupan bangsanya dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Imam bertugas mewakili umat di hadapan Allah dalam menyembah dan mempersembahkan korban bagi pengampunan dosa. Nabi bertugas menjadi jurubicara Allah, yaitu menyampaikan kehendak Allah bagi umat manusia.

Seorang nabi yang dinubuatkan dalam Kitab Ulangan ini digenapi oleh Yesus Kristus. Nabi seperti Musa yang dinubuatkan di sini digenapi oleh Yesus Kristus. Orang-orang pada masa itu juga sudah menganggap Yesus Kristus sejajar dengan nabi-nabi, namun dalam pengakuan Simon Petrus yang diilhami oleh Allah Bapa sendiri, Yesus Kristus adalah Mesias, lebih dari sekedar nabi.

Yesus Kristus bukan hanya sebagai jurubicara Allah dengan menyampaikan firman Allah, melainkan Logos atau Firman itu sendiri yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh. 1:1-3). Dibandingkan dengan Musa, Yesus Kristus jauh lebih unggul (Ibr. 3:5-6), antara lain:

  1. Musa membebaskan bangsanya dari perbudakan di Mesir, Yesus Kristus membebaskan seluruh umat manusia dari perbudakan dosa melalui karya penebusan di kayu salib.
  2. Musa memberikan hukum Taurat yang mematikan, Yesus memberikan hukum kasih yang menghidupkan.
  3. Musa adalah seorang nabi, namun tetap sebagai manusia ia tidak sempurna. Semua nabi tidak sempurna. Namun Yesus Kristus sempurna, karena Ia adalah Allah dan Manusia Sejati.
  4. Musa melakukan mukjizat sebagai alat Tuhan, Yesus Kristus melakukan mukjizat dari kuasa-Nya sendiri, sebab Ia adalah Tuhan (Luk. 7:16-17).

Kita diberi kebebasan untuk mau menerima ajaran-Nya atau tidak, dengan segala konsekuensinya. Jika kita menolak-Nya maka kita tetap akan tinggal dalam kegelapan dan kebinasaan. Namun, jika kita menerima-Nya, kita akan beralih dari gelap kepada terang, dari kebinasaan kepada kehidupan kekal.-

—– ooooo —–

SANG JURUSELAMATrevelation_churches

             Dalam setiap peristiwa bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, angina badai, puting beliung, dan sebagainya, selalu ada dua pihak yang menggunakan dua singkatan penting. Pertama, singkatan yang diteriakkan oleh mereka yang membutuhkan bantuan: SOS (Save Our Souls = Selamatkan Jiwa Kami); kedua, singkatan dari tim yang berupaya memberikan bantuan, yaitu SAR (Search and Rescue = Cari dan Selamatkan).

1. Siapakah Sang Juruselamat Itu?

Dalam Perjanjian Lama, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, yang memperkenalkan nama-Nya sebagai YHWH (Yahweh = TUHAN), menyatakan diri sebagai Sang Juruselamat satu-satunya yang mampu menyelamatkan umat-Nya (Yesaya 43:11). Tidak ada juruselamat lain! Hal ini juga disampaikan oleh Rasul Petrus ketika ia menyampaikan pembelaan iman di hadapan Mahkamah Agama (Kisah 4:12). Nama yang dimaksud oleh Rasul Petrus adalah nama Tuhan Yesus Kristus, karena Yesus Kristus sendiri menyatakan bahwa Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang (Lukas 19:10).

2. Siapa yang Diselamatkan?

Dalam Perjanjian Lama, yang pertama-tama diselamatkan adalah umat Israel jasmani, yaitu keturunan dari Abraham, Ishak dan Yakub. TUHAN menyelamatkan mereka dari perbudakan di Mesir dan menghentar mereka hingga memasuki Tanah Perjanjian. Namun, ada pula orang-orang yang bukan Israel juga diselamatkan.

Contoh pertama adalah: Rahab (Yosua 6:25). Ia disebut perempuan sundal (orang berdosa). Namun ia mengasihi keluarganya dan menginginkan agar ia beserta seluruh keluarganya diselamatkan saat Yosua dan segenap orang Israel menyerbu Yerikho. Bahkan, akhirnya Rahab terdaftar sebagai salah satu nama dalam silsilah Yesus Kristus (Mat. 1:5).

Contoh kedua adalah Zakheus (Luk. 19:1-10). Ia adalah seorang pemungut cukai (orang berdosa). Ia kaya karena sikap egoisnya dalam memperkaya diri sendiri secara tidak jujur. Ia dianggap sampah masyarakat. Namun ketika ia memiliki kerinduan akan keselamatan, ia berupaya melihat Yesus dengan memanjat pohon ara. Tuhan Yesus menyatakan hendak menumpang di rumah Zakheus. Zakheus diselamatkan!

3. Cara Penyelamatan

Dalam menyelamatkan manusia, Tuhan menggunakan dua cara. Pertama, melalui orang-orang yang dipilih-Nya menjadi agen penyelamatan-Nya, misalnya para hakim di zaman hakim-hakim seperti: Otniel, Ehud, Gideon, Yefta, Simson, Debora, dan lain-lain (Hak. 2:18). Kita harus bersedia menjadi alat penyelamatan Tuhan bagi keluarga dan sesame kita. Kedua, secara langsung Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang. Dengan pengorbanan-Nya di kayu salib Ia menyediakan keselamatan itu dengan cuma-cuma. Hingga kini, ada pula orang-orang yang bukan Kristen memperoleh penglihatan atau kunjungan Yesus Kristus sendiri dan mereka kemudian beriman kepada-Nya.

4. Dampak Keselamatan

Sesudah seseorang diselamatkan, ada perubahan atau transformasi kehidupan yang sangat drastis. Zakheus berubah dari orang yang egois menjadi seorang filantropis, yang bersedia menyerahkan separuh hartanya untuk digunakan bagi orang miskin, dan mengembalikan empat kali lipat milik orang yang pernah diperasnya. Matius, juga seorang pemungut cukai, bahkan menyerahkan seluruh hidupnya menjadi pengikut dan murid Yesus Kristus. Tuhan memakainya menjadi rasul yang menuliskan Injil, yaitu Injil Matius.-

 

KUASA KEBANGKITAN KRISTUS

Kisah kebangkitan Yesus Kristus bukan merupakan dongeng, melainkan suatu realitas, fakta sejarah, sebagaimana dicatat dalam Matius 28:1-10. Rasul Paulus menyatakan bahwa yang dikehendakinya adalah mengenal kuasa kebangkitan Kristus (Flp. 3:10). Kata “mengenal” di sini bukan hanya sekedar tahu dan mengerti, tetapi juga mengalami. Dalam mempelajari sesuatu, setiap orang harus melakukan empat hal: belajar tahu (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi (learning to be), dan belajar hidup bersama orang lain (learning to live together). Kuasa kebangkitan Kristus bukan sekedar untuk diketahui atau dimengerti, melainkan harus dialami. Setidaknya ada 4 (empat) hal yang bisa kita alami:

  1. Kuasa kebenaran firman Tuhan (1 Kor. 15:2-3) – Sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus telah terjadi sesuai dengan Kitab Suci (Alkitab). Artinya, Allah setia kepada janji-Nya yang dinyatakan dalam firman-Nya. Kleopas dan rekannya memiliki kemantapan hati dan sukacita ketika Yesus Kristus menjelaskan kebenaran firman kepada mereka dalam perjalanan ke Emaus, padahal sebelumnya mereka murung dan penuh keraguan (Lukas 24:13-35). Pegang firman Tuhan dan imani kebenarannya, agar kita mengalami kuasa-Nya!
  2. Kuasa atas dosa dan maut (1 Kor. 15:55-56) – Tak ada yang bisa menolong manusia untuk menang atas dosa dan maut selain kuasa kebangkitan Yesus Kristus. Manusia akan selalu didatangi godaan dosa. Hanya kuasa kebangkitan Kristus yang memampukan kita menjadi pemenang. Demikian pula terhadap maut. Paulus berkata bahwa hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Kematian bukan lagi sesuatu yang kita takuti, melainkan kita hadapi dengan penuh iman sebagai jalan untuk pindah dari yang fana kepada kekekalan!
  3. Kuasa atas kemustahilan (Kisah 26:8, 22-23) – Di hadapan Raja Agripa Rasul Paulus memberikan kesaksiannya, bahwa Tuhan Yesus Kristus yang dilayaninya adalah Tuhan atas kemustahilan. Artinya, Yesus Kristus mampu mengadakan mukjizat serta memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan membebaskan. Yesus Kristus juga mampu bangkit dari antara orang mati sebagai yang sulung, di mana kelak orang-orang percaya juga akan mengalami kebangkitan dari antara orang mati dan bersatu dengan Kristus untuk selama-lamanya.
  4. Kuasa atas masa depan (Roma 6:9-11) – Dalam kebangkitan Kristus ada kuasa atas masa depan, di mana hidup kita tidak lagi ditujukan bagi diri sendiri, melainkan bagi Kristus. Kehidupan masa depan adalah kehidupan yang dijamin oleh Tuhan sendiri, namun di dalamnya ada kewajiban untuk menjadi saksi dari kebangkitan-Nya. Hidup kit aharus berdampak bagi orang lain: melalui doa, sikap hidup, perkataan dan perbuatan kita.-

 —– 00000 —–

 

S H A L O M6a00d83451f9ca69e2013488b3e18f970c-800wi

Zakharia 8:12-17

 Kata Ibrani “shalom” telah sering digunakan oleh orang-orang Kristen sebagai salam ketika berjumpa dengan saudara seiman atau sapaan mengawali suatu ibadah atau persekutuan. Kata ini secara singkat berarti “damai sejahtera”. Allah menaburkan damai sejahtera dalam kehidupan umat-Nya, yang di dalamnya terdapat hal-hal penting berikut.

  1. Berkat jasmani (ayat 12) – Ungkapan “pohon anggur memberikan buahnya, tanah memberikan hasilnya, langit memberikan air embunya” menunjuk kepada pemeliharaan Tuhan berupa berkat-berkat jasmani yang dibutuhkan oleh umat-Nya. Sesudah umat Tuhan mengalami didikan Tuhan selama 70 tahun di negeri pembuangan, yaitu Babilonia, Tuhan memulihkan umat-Nya. Bentuk pertama pemulihan itu adalah kecukupan dalam berkat jasmani.
  2. Kepastian keselamatan (ayat 13) – Dalam kata “shalom” juga terkandung kepastian keselamatan, karena TUHAN sendiri yang berjanji kepada umat-Nya, yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakub, yang kita kenal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Keselamatan yang dimaksud adalah perlindungan Tuhan selama kita masih hidup di dunia ini dan kehidupan kekal di sorga kelak. Kepastian ini penting karena bisa mendatangkan sukacita dan pengharapan selama kita masih hidup di muka bumi ini.
  3. Menjadi berkat (ayat 13) – Sesudah kita memperoleh berkat jasmani dan rohani, yaitu kepastian keselamatan, maka kita harus menjadi berkat. Ini adalah komitmen kita, bahwa hidup baru dalam Yesus Kristus harus menghasilkan buah-buah yang bisa dinikmati oleh orang lain. Orang Kristen sejati tidak hanya fokus pada diri sendiri, melainkan bagaimana menjadi berkat bagi orang lain.
  4. Ketenangan hati (ayat 13) – Hal lainnya yang terkandung dalam kata “shalom” adalah ketenangan hati, di mana kita tidak perlu takut atau gelisah lagi. Banyak orang punya banyak berkat jasmani, tetapi tanpa ketenangan hati. AKibatnya selalu gelisah, cemas, tidak bisa tidur dan berakibat kepada gangguan kesehatan. Yesus Kristus juga memberikan damai sejahtera kepada para murid-Nya sesudah Ia bangkit dari kematian.
  5. Kehidupan dalam kebenaran (ayat 16-17) – Selain keempat hal di atas, maka jika kita memiliki “shalom” maka kita harus memiliki kehidupan dalam kebenaran, keadilan, dan kekudusan.

Mintalah agar damai sejahtera Allah senantiasa memelihara hati dan pikiran kita di dalam Yesus Kristus (Flp. 4:7).-

—– 00000 —–

 

KARYA ROH KUDUS DALAM KELUARGAkeluarga

Yohanes 20:19-23

             Sekalipun kita berada dalam waktu sesudah memperingati kenaikan Yesus Kristus ke sorga dan sedang menantikan hari raya Pentakosta dalam doa 10 hari ini, tetapi bagian Alkitab di sekitar kebangkitan Yesus Kristus masih relevan bagi kita, karena di dalamnya ada janji karya Roh Kudus bagi setiap keluarga. Ada 3 (tiga) pertanyaan penting:

Pertama, mengapa setiap keluarga membutuhkan karya Roh Kudus? Karena setiap pribadi dan keluarga memiliki banyak ketakutan (ayat 19a). Ada ketakutan mengenai masalah ekonomi, kesehatan, keberadaan anak-anak di sekolah dan di pergaulan. Bahkan ada ketakutan dalam diri anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Isteri atau suami yang takut pada pasangannya, atau anak-anak yang takut kepada orang tuanya yang sangat galak dan tidak mendidik dengan benar. Ada ketakutan mencengkeram kehidupan setiap keluarga!

Kedua, karya apa yang Roh Kudus kerjakan dalam setiap keluarga? Roh Kudus mengingatkan kita bahwa di tengah-tengah ketakutan itu ada damai sejahtera Kristus (ayat 19b). Alkitab menyatakan ada 2 (dua) jenis damai sejahtera, yaitu damai sejahtera Kristus dan damai sejahtera dari dunia ini (Yoh. 15:26). Damai sejahtera Kristus bersifat sejati dan kekal, sedangkan yang dari dunia ini bersifat semu karena berdasar pada hal-hal yang sementara.

Ketiga,bagaimana Roh Kudus melakukan karya-Nya itu? Ada 4 (empat) hal yang Roh Kudus kerjakan yang membuat setiap keluarga bisa memiliki damai sejahtera:

(a)    Mengingatkan kita pada karya Yesus Kristus di kayu salib Golgota (ayat 20). Ia telah menanggung segala beban dan dosa kita. Oleh karya penebusan Kristus kita dibebaskan, diampuni, dan dipulihkan. Bahkan oleh bilur-bilur-Nya kita pun disembuhkan.

(b)   Mengingatkan kita bahwa setiap keluarga diutus untuk menjadi saksi-Nya (ayat 21). Jika kita hanya fokus pada masalah keluarga kita sendiri, kita tidak akan pernah bisa menjadi utusan Tuhan untuk menolong orang atau keluarga lain.

(c)    Mengingatkan kita bahwa Ia berada di dalam kita, karena Yesus Kristus telah memina kepada Bapa agar Ia mengirimkan Penolong yang lain (ayat 22). Jika Roh Kudus memenuhi kehidupan kita, maka yang menjadi prioritas kita adalah menjadi pelaku dari kehendak Allah.

(d)   Mengingatkan kita agar kita mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita, termasuk setiap anggota dalam keluarga kita (ayat 23). Karena kita telah diampuni oleh Tuhan, dan kita masih membutuhkan pengampunan Tuhan di masa mendatang, maka kita wajib saling mengampuni.-

 —– ooooo —–

YESUS KRISTUS SEBAGAI BATU PENJURUcornerstone

1 Petrus 2:1-10

‘Batu penjuru’ adalah ‘sebuah batu besar yang ditempatkan pada fondasi di sudut utama suatu bangunan baru. Batu ini menghubungkan bagian ujung tembok dengan tembok sebelahnya, sehingga keduanya menyatu.’ Ada 3 (tiga) hal penting tentang batu penjuru, yaitu: merupakan yang pertama, penentu arah, dan menyatukan. Dalam Yesaya 28:16 telah dinubuatkan bahwa Allah meletakkan di Sion sebuah batu penjuru, dan nubuatan ini telah digenapi oleh Yesus Kristus! Itu berarti bahwa Yesus Kristus adalah Pribadi yang pertama dan utama dalam hidup kita, kebenaran yang mengarahkan seluruh aspek hidup kita, dan mempersatukan semua orang yang percaya.

Berkenaan dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru ini, maka manusia terbagi menjadi dua kelompok besar. Bagi mereka yang percaya Ia sangat berharga atau mahal (1 Pet. 2:6), tetapi bagi yang tidak percaya Ia menjadi batu sentuhan dan batu sandungan (1 Pet. 2:7; Kisah 4:11). Mereka yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah Batu Penjuru: telah menyucikan diri oleh ketaatan kepada kebenaran, dan telah dilahirkan kembali oleh firman Allah yang hidup dan yang kekal (1 Pet. 1:22-23). Status kita sekarang adalah kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Efs. 2:19-20). Konsekwensinya adalah bersedia melakukan 4 (empat) hal berikut ini:

(1)   Membuang hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, yaitu: segala kejahatan, tipu muslihat, segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah (1 Pet. 2:1);

(2)   Menjadi seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan rohani (milk of the word) (1 Pet. 2:2). Murni dalam arti tidak disusupi prinsip hidup pembicara atau kebenaran manusiawi; rohani dalam arti firman Tuhan tidak boleh digunakan secara sembarangan.

(3)   Bersedia dipergunakan sebagai ‘batu hidup’ untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah (1 Pet. 2:4).

(4)   Memahami tujuan panggilan Tuhan, yaitu agar kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (1 Pet. 2:9).-

—– ooooo —–

YESUS KRISTUS SEBAGAI IMAM BESAR AGUNGimam-besar-agung-1

 

Dalam Perjanjian Lama ada tiga jabatan yang ditetapkan oleh Allah, yaitu jabatan raja, nabi, dan imam. Imam-imam telah ditetapkan harus berasal dari keturunan Lewi, salah seorang anak Yakub. Imam-imam itu dipimpin oleh seorang Imam Besar, diawali oleh Harun, kakak Musa. Seorang Imam Besar mewakili umat di hadapan Allah. Bertugas menjadi pengantara dari manusia kepada Allah, yaitu mempersembahkan pelbagai jenis korban dan meminta pengampunan Allah bagi umat-Nya. Penulis Surat Ibrani membandingkan keberadaan Imam Besar dalam Perjanjian Lama dengan Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung dalam Perjanjian Baru, supaya kita memahami dan mengalami kedahsyatan karya-Nya sebagai Imam Besar kita. Dalam Ibrani 9:11-14 terdapat beberapa perbandingan sebagai berikut:

 

  1. Imam Besar dalam PL mengikuti imamat Lewi, sedangkan Yesus Kristus mengikuti imamat Melkisedek, yaitu Imam Besar kepada siapa Abraham tunduk dan memberikan persepuluhannya. Melkisedek adalah penyataan Allah sebagai manusia dalam PL.
  2. Imam Besar dalam PL mempersembahkan korban bagi dosa bangsa Israel dan dosanya sendiri, sedangkan Yesus Kristus mempersembahkan diri-Nya menjadi korban penebusan bagi dosa seluruh umat manusia.
  3. Imam Besar dalam PL terbatas karena faktor usia. Ketika mencapai usia tertentu, mereka tidak dapat lagi menjalankan tugas itu dan harus dialihkan kepada generasi berikutnya. Sebaliknya, Yesus Kristus tidak terbatas karena Ia adalah Allah yang kekal.
  4. Imam Besar dalam PL tidak sempurna, ada yang tidak hidup dalam kebenaran firman Tuhan (misalnya: Imam Eli); sedangkan Yesus Kristus senantiasa taat kepada Bapa-Nya dan memberikan kepada kita keteladanan ketaatan ini.
  5. Imam Besar dalam PL tidak mampu berempati dan menolong hingga tuntas saat bangsanya menderita, sedangkan Yesus Kristus mampu berempati dan menolong kita semua hingga tuntas.

 

Sikap yang benar yang harus kita miliki terhadap Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung kita adalah: selalu datang mendekat kepada-Nya, yaitu kepada takhta kasih karunia, supaya kita memperoleh pertolongan tepat pada waktunya (Ibr. 4:16).-

—– 00000 —–

 

ALLAH HAKIM YANG ADILadvocate

 

            Dalam suatu pemerintahan yang demokratis selalu ada 3 (tiga) bagian penting, yaitu: eksekutif (presiden atau perdana menteri berikut kabinetnya), legislatif (dewan perwakilan rakyat), dan judikatif (badan peradilan). Adanya hakim dan jaksa yang adil sangat dibutuhkan oleh seluruh komponen bangsa. Dalam setiap bangsa selalu ada legenda tentang adanya hakim yang adil, misalnya: Di Tiongkok ada legenda Judge Bao yang menghakimi dengan adil.

Kita patut bersyukur karena Alkitab menyatakan bahwa Allah yang kita panggil Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus adalah Hakim yang adil. Apa yang Ia lakukan dan bagaimana sikap kita terhadap Hakim yang mahaadil itu? Inilah yang Allah lakukan.

Pertama, Ia mengadakan pembedaan perlakuan terhadap orang-orang tertentu. Abraham yang rindu agar keponakannya, yaitu Lot dan keluarganya diselamatkan dari rencana hukuman Allah atas Sodom dan Gomora yang telah sangat berdosa di hadapan-Nya. Abraham yakin bahwa Allah tidak akan menghukum orang benar bersama-sama dengan orang fasik (Kej. 18:25). Ini adalah prinsip kerja Allah, bahwa Ia memberikan anugerah umum (common grace) kepada semua orang, baik yang baik maupun yang jahat; tetapi Ia juga memberikan anugerah khusus (special grace) kepada orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya (Mal. 3:18).

Kedua, Ia merendahkan dan meninggikan orang-orang tertentu untuk duduk di posisi terhormat (Maz. 75:7-8). Ada orang yang sangat ambisius untuk memperoleh jabatan penting, sehingga menggunakan cara-cara yang salah: politik uang, saling menjegal atau memfitnah, dan menggunakan kuasa kegelapan. Sebagai orang percaya keberhasilan kita dalam studi, pekerjaan, dan pelayanan, tidak tergantung pada itu semua, melainkan pada kuasa tangan Tuhan yang sanggup meninggikan kita.

Ketiga, Ia mampu melihat sampai ke dalam hati (Yer. 11:20). Penghakiman manusia hanya sebatas apa yang nampak kasat mata, namun penghakiman Allah sampai ke dalam batin dan hati kita. Itu berarti bahwa Allah pasti sangat obyektif dalam menilai keberadaan kita.

Keempat, Ia memberi upah kepada orang yang setia mengikut dan melayani Dia. Rasul Paulus meyakini hal itu (2 Tim. 4:8). Sebagaimana dalam pertandingan atau perlombaan diharapkan ada wasit dan juri yang adil, maka Allah pun menjadi ‘wasit’ atas kita.

Sikap kita sebagai orang percaya terhadap Allah sebagai Hakim yang adil antara lain: tidak menghakimi orang lain, menyerahkan diri kepada Tuhan agar Ia yang membela kita terhadap orang yang menyakiti kita, dan tetap memberitakan Yesus Kristus yang datang untuk menyelamatkan semua orang berdoa, agar luput dari hukuman Allah (Yoh. 3:17).-

—– ooooo —–

TUHAN ADALAH PENJUNANf43ffdc43794055eed87052def02f3d7

Yeremia 18:1-6

Dalam proses penciptaan alam semesta, Allah cukup dengan menyampaikan firman-Nya. Ia berfirman dan semuanya jadi. Namun ketika Ia menciptakan manusia, Ia membentuk manusia dari debu tanah, kemudian menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej. 2:7). Proses pembentukan ini berhenti hanya pada manusia pertama dan hanya saat penciptaan, melainkan dikerjakan oleh Allah secara terus menerus. Berikut ini adalah beberapa hal penting yang harus kita pahami dalam karya Allah sebagai yang membentuk kita.

1. Waktu Pembentukan – Yeremia mendapati bahwa tukang periuk atau penjunan itu ‘sedang bekerja’. Ini menunjukkan bahwa Allah pun ‘sedang bekerja’, dari kekal sampai kekal. Allah Roh Kuduslah yang terus terus menerus akan membaharui kita (Kol. 3:10)

2. Tujuan Allah Membentuk Kita – Ketika Allah membentuk kita, Ia memiliki tujuan dan maksud tertentu (purpose), yaitu agar kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus, sebagai standar kehidupan teragung (Roma 8:29-30).

3. Cara Allah Membentuk Kita – Allah membentuk anak-anak-Nya dengan dua cara:

(a) Secara langsung – yaitu melalui kebenaran firman-Nya yang kita baca dan dengar. Oleh sebab itu ketika Allah mau membentuk kita, jangan keraskan hati, melainkan miliki hati yang lembut, yang siap untuk dibentuk menjadi pribadi yang lebih menyenangkan hati Tuhan (2 Tim. 3:15-17).

(b) Secara tidak langsung – yaitu melalui orang-orang yang ada di sekitar kita. Besi menajamkan besi, dan manusia menajamkan sesamanya (Amsal 27:17).

4. Hasil Pembentukan oleh Allah – Hasilnya bergantung kepada Allah dan bersedia tidaknya individu yang dibentuk-Nya. Ada penderitaan dan pengorbanan, namun akan menghasilkan karakter yang unggul (Roma 8:18).

5. Sikap Kita terhadap Proses Pembentukan –

  1. Bersyukur – Karena Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28).
  2. Berserah – Karena rencana-Nya pasti lebih indah dari pada rencana kita (Yes. 55:8-9).
  3. Memancarkan kemuliaan Allah – sebagai bejana kemuliaan-Nya, kita harus memancarkan hal-hal yang positif dan mendatangkan berkat bagi banyak orang.- 

—– ooooo —–

 

BANYAK YANG DIPANGGIL SEDIKIT YANG DIPILIHchosen

Matius 22:14

 

Pendahuluan

 

Allah itu Mahakuasa. Namun dalam banyak hal Allah ‘membutuhkan’ orang-orang untuk menjadi mitra kerja-Nya. Itulah sebabnya dalam setiap zaman Allah – yang empunya lading pelayanan – selalu mencari, memanggil, dan memilih orang-orang yang dapat dipakai-Nya menjadi alat di tangan-Nya bagi kemuliaan-Nya.

Pada diri orang-orang yang dicari, dipanggil, dan dipilih Allah, ada kehendak bebas yang bisa digunakan oleh individu yang bersangkutan untuk menyatakan respons yang positif dengan menerima ajakan Allah tersebut, atau respons yang negatif dengan menolak ajakan Allah yang mulia itu. Itulah sebabnya ada kalanya Allah dipuaskan dengan orang-orang yang memberikan respons positif terhadap panggilan dan pilihan-Nya (mis. Yesaya – Yes. 6:8; Matius – Mat. 9:9). Tetapi adakalanya juga Allah sedih sebab tidak ada satu pun yang menanggapi panggilan dan pilihan-Nya itu (Yehezkiel 22:30). Kali ini kita akan melihat seluruh proses panggilan dan pilihan Allah ini.

 

Proses Panggilan dan Pilihan Allah

 

            Dalam perikop ini, Tuhan Yesus sedang menyampaikan sebuah perumpamaan tentang orang-orang yang diundang dalam sebuah perjamuan kawin (Matius 22:1-14). Dari sini kita akan belajar banyak hal.

Pertama, panggilan dan pilihan Allah bertujuan mendatangkan sukacita, bukan dukacita. Peta perjamuan kawin merupakan momen istimewa di mana setiap orang bersukacita. Pelayanan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tidak akan merupakan suatu beban berat yang men-dukacitakan, melainkan kepercayaan dan kehormatan besar yang menyukacitakan.

            Kedua, panggilan dan pilihan Allah bisa diterima atau ditolak. Terdapat banyak alasan yang bisa digunakan untuk menolak panggilan Allah ini. Namun sebenarnya juga terdapat banyak alasan untuk menerimanya. Menerima atau menolak memang merupakan hak azasi setiap manusia, tetapi tentu akan disertai dengan akibatnya masing-masing.

Ketiga, panggilan dan pilihan Allah selalu member kesempatan kedua. Kalau ada orang yang pada mulanya menolak, bisa saja setelah diberi kesempatan kedua ia menerimanya. Namun demikian ada pula yang tetap bersikukuh tidak mau mengiyakan panggilan dan pilihan Allah itu, bahkan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hokum Tuhan.

Keempat, panggilan dan pilihan Allah bisa datang dalam kehidupan orang-orang yang sebenarnya tidak layak, yaitu ‘orang-orang yang dijumpai di jalan-jalan’. Apa yang dianggap bodoh dan hina bagi dunia, dipanggil dan dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat (1 Kor. 1:26-29).

Kelima, panggilan dan pilihan Allah – walaupun terbuka bagi semua orang – namun tetap membutuhkan pemenuhan syarat-syarat yang sangat ketat. Salah satu persyaratan itu adalah ‘pengenaan pakaian pesta’, yaitu mengenakan karakter Yesus Kristus sendiri yang disebut sebagai buah Roh (Gal. 5:22-23).

Keenam, keberhasilan dalam pelayanan bukan terletak pada kuantitas, melainkan pada kualitas. Kualitas lebih dahulu, baru kemudian kuantitas menyusul (bdk. kemenangan Gideon).

 —– 00000 —–

UCAPAN SYUKUR YANG BERKUALITAS7ed4dded-fa64-455f-c53b-4e8a808bcc72

Kolose 3:16-17

Banyak orang bisa mengatakan bahwa ia telah mengucap syukur kepada Tuhan, tetapi ucapan syukur yang dimaksudkannya belum tentu berkualitas di hadapan Tuhan. Rasul Paulus menyatakan setidaknya ada 3 (tiga) ciri utama pengucapan syukur yang berkualitas.

1. Melimpah dengan perkataan Kristus atau firman Tuhan (ayat 16a)

Orang yang limpah dengan firman Tuhan akan memiliki pengertian yang mendalam terhadap rencana dan kehendak Allah dalam hidupnya (Neh. 8:10-13):

  1. Ada tangisan karena penyesalan dan pertobatan atas dosa dan pelanggaran terhadap Hukum Tuhan (Taurat) yang saat itu dibacakan. Tangisan semacam ini pasti dialami oleh orang yang menerima teguran firman Tuhan agar hidupnya dipulihkan.
  2. Ada sukacita karena Tuhan memberikan pengampunan dan pemulihan atas umat-Nya. Sukacita bisa berbentuk perayaan yang disertai makan minum. Namun itu pun dengan membagikan sebagian untuk mereka yang membutuhkan.

Ketika kita limpah dengan firman Tuhan, kita juga bisa memahami kedaulatan dan waktu Tuhan. Contoh: Imam Zakharia dan Elisabet (Luk. 1:6, 13). Tuhan telah menetapkan kapan waktu yang tepat untuk Yohanes Pembaptis lahir dari rahim Elisabet, yaitu mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus, Sang Mesias.

2. Memiliki gaya hidup sebagai pemuji dan penyembah (ayat 16b)

Orang yang percaya bahwa Tuhan bertakhta di atas pujian umat-Nya akan menyatakan rasa syukurnya dalam pujian dan penyembahan kepada Tuhan.

  1. Pujian dan penyembahan adalah salah satu ciri manusia baru. Kita harus terus memuji dan menyembah Tuhan, sebab kita semua adalah ciptaan baru dalam Kristus (2 Kor. 5:17).
  2. Pujian dan penyembahan mendatangkan kuasa Allah. Dalam Alkitab banyak contoh tentang kuasa Allah yang bekerja saat umat-Nya memuji dan menyembah Dia. Misalnya: tembok Yerikho yang roboh atau belenggu Paulus dan Silas yang terlepas.

3. Melakukan segala sesuatu di dalam nama Tuhan Yesus Kristus (ayat 17)

Di tengah-tengah masyarakat, kehidupan orang percaya senantiasa disorot, sehingga jika melakukan segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus, maka:

  1. Hal itu menjadi identitas kita sebagai pengikut Yesus Kristus. Jangan merusak identitas ini dalam situasi dan kondisi apapun, agar kita tidak menjadi batu sandungan.
  2. Hal itu mendorong kita memiliki integritas yang baik, yaitu kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.-

—– ooooo —–

YESUS KRISTUS: HIKMAT ALLAHhimat-allah

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, semua orang membutuhkan hikmat. Firman Tuhan menyatakan bahwa jika ada di antara kita yang kekurangan hikmat, kita dapat memintanya kepada Tuhan, dan Ia akan memberikannya kepada kita (Yak. 1:5). Hikmat adalah “pengertian dan pemahaman yang mendalam tentang segala sesuatu, yang memampukan kita memiliki persepsi dan mampu berkata, bersikap dan berbuat sesuai dengan pengertian itu.” Orang-orang yang mengasihi hikmat disebut filsuf dan hikmat itu sendiri disebut filsafat (dari kata filosofia yang artinya ‘mengasihi hikmat’). Dalam sejarah manusia banyak cabang filsafat. Ada filsafat Yunani dengan tokoh-tokohnya: Plato, Socrates, Aristoteles; ada filsafat China dengan tokoh-tokohnya: Konfusius, Mencius, dsb.

Dalam dunia ini hanya ada 2 (dua) sumber hikmat. Pertama, hikmat dari bawah, yaitu dari dunia, hawa nafsu dan setan-setan dengan ciri-ciri: iri hati, mementingkan diri sendiri, yang bisa mendatangkankan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yak. 3:15-16). Kedua, hikmat dari atas, yaitu dari Allah, dengan ciri-ciri: murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belasa kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik (Yak. 3:17).

Alkitab menyatakan bahwa hikmat dari atas itu adalah Yesus Kristus sendiri (1 Kor. 1:24). Hikmat Yesus Kristus melebihi hikmat Salomo (Luk. 11:31). Dalam meneladani kehidupan tokoh-tokoh Alkitab, termasuk Salomo, setiap orang percaya harus bersikap obyektif. Apa yang baik kita pegang dan lakukan, yang buruk kita tinggalkan. Hikmat yang dimiliki Salomo digunakan untuk banyak hal yang membuat Ratu Sheba tercengan-cengang (1 Raja 10:3-5): (1) memberi solusi karena berpengetahuan luas, (2) menciptakan kesenian dalam keindahan istananya, (3) urusan makanan dan minuman, baik penataan (table manner) maupun kualitasnya, (4) dalam mengatur sumberdaya manusia, yaitu cara kerja para pelayannya, (5) kesopanan dalam berbusana, yaitu menggunakan busana sesuai konteks tempat yang tepat, dan (6) dalam mengatur peribadahan kepada Tuhan. Hikmat Yesus Kristus melampui hikmat Salomo. Misalnya dalam ibadah: hikmat Salomo pada penataan luar ibadah, hikmat Yesus Kristus pada penataan yang lebih mendalam, yaitu dalam roh dan kebenaran.

Oleh sebab itu, kita harus menyambut Yesus Kristus sebagai Penasihat AJaib (Yes. 9:5), dan selalu bersekutu dengan firman-Nya, sebab firman Tuhan mampu membuat kita lebih bijaksana, lebih berakal budi, dan lebih mengerti dibandingkan orang-orang tua (Maz. 119:98-100).-

—– 00000 —–

F O K U Sfocussed-2bon-2bgod

Ibrani 12:1-3

Fokus adalah sesuatu, seseorang, situasi, dan sebagainya, yang memperoleg perhatian khusus.  Fokus akan menjadi pendorong seseorang untuk menggunakan segala waktu, daya, keuangan, dan sebagainya, yang ada padanya. Dalam kerohanian, Yesus Kristus harus menjadi fokus dari setuap orang percaya.

1. Mengapa?

Ketika Simon Petrus berfokus pada Yesus Kristus, ia dapat berjalan di atas air. Namun ketika ia mulai merasakan deburan ombak di kakinya, fokusnya berubah, sehingga ia nyaris tenggelam (Mat. 14:28-31). Penulis Surat Ibrani menyatakan bahwa dengan menjadikan Yesus Kristus sebagai fokus perjalanan iman kita, maka kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Ada orang yang menjadikan hamba Tuhan atau berkat Tuhan sebagai fokus hidupnya. Ia kelak bisa kecewa. Namun jika kita menjadikan Yesus Kristus fokus kita, bukan sesuatu atau orang lain, ada kekuatan ekstra, dahsyat dan luar biasa dalam menghadapi pergumulan hidup ini, sama seperti burung rajawali yang mampu terbang tinggi mengatasi angin dan bagai.

2. Dalam hal apa?

Setidaknya ada 4 (empat) hal yang Tuhan Yesus kerjakan yang membuat kita harus berfokus kepada-Nya:

  1. Ia memimpin kita dalam iman – Rasul Paulus mengatakan bahwa perjalanan hidup orang percaya adalah dengan percaya atau iman, bukan dengan penglihatan (2 Kor. 5:7).
  2. Ia membawa iman kita kepada kesempurnaan – Iman merupakan suatu hal yang aktif dan dinamis. Iman harus terus bergerak menuju kesempurnaan, melalui pengajaran firman yang kita terima dan pengalaman hidup kita bersama Tuhan (Kol. 1:18).
  3. Ia menjadi teladan dalam hal menanggung salib dan kemudian memperoleh sukacita – Ia mengajar kita tentang prinsip “tidak ada hasil tanpa pergumulan”. Hanya orang yang mau menabur dengan air mata yang akan bersorak-sorai di saat panen (Maz. 126:5).
  4. Ia menjadi teladan dalam hal menanggung bantahan atau pelbagai kontradiksi di sekitar kehidupan dan pelayanan-Nya – Orang-orang percaya diutus oleh Tuhan seperti domba di tengah serigala, di manakita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti burung merpati (Mat. 10:16). Kita harus berani tampil beda di tengah-tengah dunia ini.

3. Bagaimana mewujudkannya?

Untuk mewujudkan kehidupan yang berfokus kepada Yesus Kristus,  kita harus menanggalkan dosa yang begitu merintangi kita dan tekun mengikut Dia.-

—– 00000 —–

 

KARYA ROH KUDUStheworkoftheholyspirit_slide1x_365_y_273

             Gereja Isa Almasih dulunya bernama Sing Ling Kauw Hwee yang artinya Sidang/Jemaat Roh Kudus. Sebagai gereja yang beraliran Pentakosta, setiap jemaat diharapkan memahami dan mengalami pribadi dan karya Roh Kudus dalam kehidupannya sehari-hari. Karya Roh Kudus tidak bertentangan dengan akal budi kita, melainkan melampuinya. Inilah beberpa karya Roh Kudus yang perlu kita alami:

 

  1. Karya Mencipta dan Memperbaharui (Mazmur 104:30) – Sebagai dalam Penciptaan, Roh Kudus mampu menjadikan dari tidak ada menjadi ada. Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi ada banyak penemuan atau ciptaan yang membuat manusia menjalani kehidupan ini lebih efektif dan efisien. Wright Brothers misalnya, adalah dua orang bersaudara yang mampu menciptakan pesawat terkendali pertama yang diluncurkan pada tanggal 17 Desember 1903. Sejak saat itu manusia dapat bepergian dengan menggunakan pesawat terbang. Roh Kudus juga memperbaharui. Kita harus waspada dengan kebiasaan lama yang telah kita jalani, agar tidak alergi atau menolak hal-hal baru yang Roh Kudus sediakan bagi kita.
  2. Karya Mempertobatkan (Lukas 1:15-17) Melalui pelayanan Yohanes Pembaptis, Roh Kudus memulihkan hubungan yang kurang harmonis dalam keluarga. Hubungan bapa dan anak dipulihkan. Orang tua diingatkan kembali kepada kewajiban utamanya untuk mendidik anak-anak dalam takut dan taat kepada Tuhan. Mereka harus dididik, tidak dibiarkan begitu saja, agar mereka tidak tersesat di kemudian hari. Perobatan juga berarti kesadaran untuk berubah dari pikiran orang durha (suka memberontak, suka hal-hal yang najis), kepada pikiran orang benar yang berkenan kepada Allah. Kata Yunani metanoia, yang berarti ‘pertobatan’ memiliki arti asal: ‘berubah pikiran’, yaitu dari pikiran yang salah kepada pikiran yang benar.
  3. Karya Menuntun (Mazmur 143:10) – Roh Kudus adalah Roh yang baik yang bersedia menunjun kita di tanah yang rata, bukan berbatu-batu. Namun Ia juga akan menuntun kita untuk naik dan terbang tinggi bagaikan burung rajawali, yang mampu melintasi angin dan badai. Roh Kudus rindu menuntun kita naik level, tidak terus menerus di tanah datar. Kehidupan rohani yang dipimpin Roh Kudus akan semakin dewasa dan kuat melalui tantangan kehidupan. Ada tantangan, tetapi Ia akan memberikan kemenangan!

 —– 00000 —–

 

SOLUSI BERSAMA TUHANgod-solution

2 Tawarikh 15:1-19

             Raja Asa adalah cicit dari Raja Salomo. Dalam masa pemerintahannya, ia ditemui Nabi Azarya bin Oded yang menasihatinya agar ia menguatkan hati dan tidak patah semangat, sebab Tuhan menjanjikan adanya upah bagi setiap usaha yang diupayakannya dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya (ayat 7). Kita akan belajar tentang bagaimana Asa memperoleh solusi ketika ia bersama dengan Tuhan.

  1. Perlu ada kesadaran keseriusan tentang besarnya masalah, yaitu kekacauan di sana-sini (ayat 6). Di seluruh pelosok kerajaannya, setiap penduduk merasa tidak aman (ayat 5). Ini bukan masalah yang ringan. Di mana ada kekacauan dalam hidup ini, maka itu adalah masalah serius yang harus segera diselesaikan.
  2. Setiap masalah ada penyebabnya. Pada masa itu penyebab masalah timbulnya kekacauan dan ketidakamanan adalah karena lama sekali umat Tuhan hidup tanpa Allah yang benar, tanpa pengajaran imam-imam dan tanpa hokum (ayat 3). Berarti setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Inilah pangkal kekacauan (chaos)
  3. Solusi diawali dengan adanya hamba Tuhan yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus, yaitu Nabi Azarya bin Oded (ayat 1). Tuhan menyampaikan pesan kepadanya dan Azarya menaati-Nya. Ia memberikan nasihat dan janji Tuhan kepada Raja Asa.
  4. Solusi juga tergantung pada sikap terhadap masalah itu. Setidaknya ada 3 (tiga) sikap seseorang dalam menghadapi masalah: (a) bersikap apatis (masa bodoh) dan pesimis sehingga tidak melakukan sesuatu apapun; (b) bersikap peduli dan optimis sehingga menyelesaikannya bersama Tuhan; (c) menyelesaikan masalah dengan pikiran sendiri sehingga menimbulkan masalah baru. Raja Asa menyelesaikannya bersama Tuhan.
  5. Ada 2 (dua) bentuk usaha yang dilakukan Raja Asa:
  • Ia membaharui mezbah TUHAN (ayat 8b)Artinya, ia memulihkan kembali keintiman hubungan dengan Tuhan. Ketika pemulihan hubungan ini terjadi, maka solusi ada di depan mata;
  • Ia mampu mengajak seluruh bangsa berkomitmen untuk setia mencari TUHAN (ayat 15) – keteladanan seorang pemimpin yang baik akan memberikan dampak atas semua orang.
  1. Hasil dari usaha Raja Asa benar-benar dahsyat: TUHAN mengaruniakan keamanan atas seluruh wilayah kerajaan-Nya (ayat 15b), bahkan musuh dari luar pun tidak memeranginya untuk waktu yang sangat lama, yaitu 35 tahun (ayat 19)

—– 00000 —–

KEMENANGAN SEJATItrue-victory

             Tuhan Yesus Kristus berkata bahwa kita adalah domba-domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Dalam Roma 12:21 ada dua hal yang harus dilakukan berkaitan dengan keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kejahatan, yaitu jangan sampai kita dikalahkan oleh kejahatan (tindakan pencegahan atau preventif), dan kita harus mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (tindakan penyembuhan atau kuratif).

  1. Jangan dikalahkan oleh kejahatan. Kita harus menang terhadap kejahatan karena jatidiri kita adalah “lebih dari pemenang”. Tuhan Yesus Kristus yang memberi kita kemampuan untuk menang terhadap kejahatan, yaitu dengan beberapa cara.
  • Berdoa meminta agar Allah Bapa melepaskan kita dari pada yang jahat (Mat. 6:13b). Yesus Kristus mengajarkan Doa Bapa kami agar kita memohon perlindungan-Nya dari kejahatan yang bisa dilakukan orang atas hidup kita, baik secara fisik atau dengan menggunakan kuasa kegelapan.
  • Menggunakan akal budi, yaitu dengan bijaksana bisa menempatkan diri kita agar tidak memancing atau member kesempatan orang lain melakukan kejahatan terhadap kita (Mat. 6:13a).
  • Memiliki kepekaaan rohani seperti Nehemia (Neh. 6:10-12). Kedekatan hubungannya dengan Allah Yahweh membuat Nehemia mampu mengetahui dengan benar bahwa orang-orang yang nampaknya mau menolongnya, yang menggunakan kata-kata rohani, ternyata dusta dan bermaksud jahat kepadanya. Kita pun harus memiliki kepekaan semacam ini.
  1. Kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan. Kadang-kadang sekalipun kita sudah waspada dan berhati-hati, masih bisa menjadi korban kejahatan. Jika itu yang terjadi kita harus membalasnya dengan kebaikan, sebab kita adalah anak-anak Allah yang harus meneladani apa yang Allah sendiri lakukan, yaitu memberkati mereka yang jahat sekalipun (Luk. 6:27, 35). Selain itu kita harus percaya bahwa Allah turut bekerja untuk mengubah dampak perbuatan jahat orang lain atas kita menjadi kebaikan, seperti halnya Yusuf (Kej. 50:20). Oleh sebab itu kita harus menyatakan kebaikan terhadap mereka yang berbuat jahat kepada kita dalam bentuk: memberkati mereka dengan bentuk melepaskan pengampunan kepada mereka (Roma 12:14), dan menolong mereka apabila suatu saat mereka mengalami kesulitan.-

—– 00000 —–

PENGAKUAN IMAN0e4465161_1440184971_sermons-series-logo-the-apostles-creed

             Roma 10:10 menyatakan bahwa dengan hati kita percaya dan dibenarkan, dengan mulut kita mengaku dan diselamatkan. Artinya, dua hal ini: iman atau percaya dalam hati harus diakui terhadap orang lain. Hal ini disebut dengan Pengakuan Iman. Iman yang didalam diakui dengan mulut dan diikuti dengan sikap dan tindakan yang sesuai.

Isi dari Pengakuan Iman itu adalah: “Yesus Kristus adalah Tuhan!” (Flp. 2:9-11). Pengakuan ini mengandung konsekuensi bahwa Yesus Kristus adalah Pemilik kehidupan kita. Dialah yang menentukan segala-galanya dalam kehidupan kita. Jika kita mengaku bahwa Ia adalah Tuhan, kita pun harus menaati firman-Nya dengan pertolongan Roh Kudus-Nya.

Pengakuan Iman harus memiliki dasar atau yang kuat. Jika tidak pengakuan itu mudah diingkari atau disangkal. Artinya orang yang pernah mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus berbalik dari iman. Untuk dapat memahami dasar atau alasan Pengakuan Iman, bisa dilihat dalam kehidupan salah seorang murid Yesus, yaitu Simon Petrus. Pengakuannya dalam Matius 16:16 bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus), yaitu Anak Allah yang hidup didasarkan pada dua hal penting, yaitu pengalaman dan pewahyuan.

Pemahaman Simon Petrus terhadap kemesiasan Yesus didasarkan pada kenyataan bahwa ia melihat dan mengalami pelbagai karya yang dahsyat dari Yesus, seperti: mukjizat lima roti dan dua ikan (Mat. 14:13-21), berjalan di atas air (Mat. 14:22-33), kesembuhan ilahi (Mat. 14:34-36), mukjizat tujuh roti dan ikan kecil-kecil (Mat. 15:32-39). Namun itu belum cukup. Pengakuan Simon Petrus juga berdasarkan pewahyuan dari Allah Bapa sendiri (Mat. 16:17).

Pengakuan Iman bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus) berdasarkan pewahyuan harus lengkap. Yesus Kristus bukan hanya mampu menyatakan pelagai mukjizat namun Ia adalah Juruselamat, yang rela menderita, mati di kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga (Mat. 16:21). Sayangnya Simon Petrus menolak pernyataan Yesus mengenai hal itu karena ia hanya menggunakan pikiran manusia (Mat. 16:22). Ia ditegor keras oleh Yesus. Satu kali kelak Yesus Sang Mesias akan datang kembali sebagai Hakim yang Adil (Mat. 16:27). Kita harus selalu mempersiapkan diri menanti kedatangan-Nya dalam kemuliaan.-

—– ooooo —–

 

KEBANGKITAN KRISTUShe-is-risen-message-lvl1-copy

1 Korintus 15:1-11

             Dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengingatkan kembali tentang Injil. Dalam pesannya kita perlu memahami hakikat Injil sebagai berikut dalam kaitan dengan Kebangkitan Yesus Kristus.

  1. Aspek-aspek Injil (ayat 1-2) – Injil yang artinya “Kabar Baik” memiliki beberapa aspek penting, yaitu: pemberitaan, penerimaan, peneguhan, dan pengingatan. Pemberitaan Injil bisa melalui media apa saja, dan selalu ada kemungkinan untuk ditolak atau diterima. Penerimaan Injil harus dilanjutkan dengan peneguhan dan pengingatan agar tidak mudah digoyahkan oleh “Injil yang lain” yang tidak berintikan Yesus Kristus.
  2. Inti Injil (ayat 3-4) – Inti Injil adalah tentang keberdosaan umat manusia, dan karya nyata Yesus Kristus yang telah rela mati bagi dosa-dosa kita, dikuburkan, dan bangkit pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. Yesus Kristus mati di kayu salib bukan sekedar sebagai orang baik, tetapi kematian-Nya merupakan bentuk penebusan atas dosa seluruh umat manusia.
  3. Saksi Injil (ayat 5-7) – Kebangkitan Yesus Kristus diteguhkan dengan banyaknya saksi-saksi. Di antara mereka ada 2 (dua) nama yang disebut secara khusus, yaitu Kefas (Simon Petrus) dan Yakobus. Mengapa?
  • Karena Kefas adalah salah seorng murid Yesus yang pernah menyangkali-Nya. Ia mewakili orang yang menyangkal Yesus, misalnya: tidak mau mengakui dan menaati pengajaran firman Tuhan. Kefas akhirnya dipulihkan (bdk. Yoh. 21:15-19).
  • Karena Yakobus adalah saudara Yesus Kristus, yang tinggal serumah dengan-Nya, tetapi tidak memercayai-Nya (Yoh. 7:5). Baru sesudah kebangkitan-Nya, Yakobus percaya kepada-Nya.

Kefas dan Yakobus akhirnya menjadi pemimpin jemaat yang gigih di Yerusalem, dan keduanya menulis surat kiriman, yaitu Surat Petrus dan Surat Yakobus.

  1. Pengalaman Pribadi (ayat 8-9) – Yesus Kristus secara pribadi menjumpai Saulus (kini Paulus) di jalan ke Damsyik (Damaskus), padahal Saulus adalah penganiaya jemaat. Yesus Kristus mengubahnya menjadi pemberita Injil yang setia.
  2. Dampak (ayat 10-11) – orang yang menyadari keberdosaan dirinya sajalah yang akan sangat bersyukur atas kasih karunia Allah, dan akan memberikan sesuatu yang lebih drai rata-rata kepada Yesus Kristus, Penebusnya, yang telah mati dan bangkit baginya.

 —– ooooo —–

 

T O M A S250px-caravaggio_-_the_incredulity_of_saint_thomas

             Musik angklung adalah musik tradisional khas Indonesia dengan peralatan yang semuanya terbuat dari bambu. Untuk bisa menghasilkan nada-nada yang merdu dan indah, diawali dengan adanya bambu-bambu yang rela menjalani berbagai proses seperti: dipotong, dihaluskan, dilubangi dan sebagainya. Ada proses kehidupan yang ditetapkan Tuhan atas kita sehingga kita bisa menjadi berkat. Kali ini kita akan belajar dari kehidupan Tomas.

  1. Tomas termasuk murid pilihan (Lukas 6:12-16) – Tomas tidak menolak saat Tuhan Yesus memilihnya, karena ia dipilih oleh Sang Mesias, yang diharapkan membebaskan bangsanya dari penjajahan secara politis. Ia bersedia dipilih melayani Tuhan Yesus karena mengharapkan masa depan yang lebih baik. Bagaimana tanggapan kita saat Tuhan memilih kita untuk melayani-Nya? Apakah kita menolak atau menerima panggilan-Nya?
  2. Tomas rela mati bersama Tuhan Yesus (Yohanes 11:16) – Tidak banyak murid yang memberikan pernyataan luar biasa seperti ini. Mengikut Yesus harus mau mengalami semuanya: berkat-Nya, sukacita-Nya, kemuliaan-Nya, tetapi juga penderitaan dan kematian-Nya. Ungkapan ‘mati bersama Kristus’ berarti: mati dari kehidupan yang lama.
  3. Tomas bertanya dengan tulus (Yohanes 14:4-5) – Ketika Tuhan Yesus menyatakan bahwa ia akan pergi dan murid-murid tahu jalan ke sana, hanya Tomas yang bertanya kepada-Nya bahwa ia tidak tahu jalan itu. Pertanyaan Tomas yang tulus mendapatkan jawaban Yesus Kristus yang menjadi dasar Kekristenan hingga kini, bahwa Ia adalah Jalan, kebenaran, dan Hidup.
  4. Tomas mau percaya dengan bukti (Yohanes 20:24-25) – Ini merupakan hal yang manusiawi di mana seseorang baru percaya setelah ada bukti. Ini baru proses, karena setelah Yesus Kristus memberikan bukti kepadanya, ia mau percaya.
  5. Tomas menyembah Tuhan (Yohanes 20:28) – Yesus Kristus sengaja datang kembali untuk menjumpai Tomas. Setelah Tomas berjumpa Tuhan, ia langsung menyembah-Nya, “Ya Tuhanku, ya Allahku”. Ia menyatakan adanya hubungan yang erat antara Tuhan dengan dirinya. Bagaimana hidup penyembahan dan hubungan kita dengan Tuhan?
  6. Tomas menjadi sakai yang setia (Kisah 1:12-14) – Ia ikut serta menjadi 120 orang murid yang berkumpul di loteng Yerusalem. Setelah hari Pentakosta – sekalipun nama tomas tidak ditemukan lagi dalam Alkitab – tetapi menurut catatan sejarah gereja ia memberitakan Injil sam;pai ke India dan mati syahid karena Injil di India.-

—– 00000 —– 

JANGAN LAMBANlazy-cat

            Kata “lamban” (Ing. slothful) berarti “tidak cekatan (dalam bekerja dsb); lembam; tidak tangkas”. Dalam Roma 12:11 ungkapan “kerajinan yang kendor” sama dengan “lamban”, sikap yang berlawanan dengan sikap penuh gairah dengan roh yang menyala-nyala. Setiap orang harus sekaligus memiliki sikap “cerdas dan tangkas”, tidak lamban (Jawa: klelat-klelet). Orang yang lamban akan mengalami kemiskinan (Amsal 10:4), dan jika berlanjut akan mengalami kelaparan (Amsal 19:15). Dalam hal apa saja kita tidak boleh lamban?

Pertama, jangan lamban dalam menjauhi dosa – Dalam Kejadian 19:15-17 dikisahkan bahwa keponakan Abraham, yaitu Lot, dikehendaki Allah untuk diselamatkan beserta isteri dan kedua anaknya, dari pemusnahan yang akan dijatuhkan atas kota Sodom dan Gomora yang penuh dosa. Namun ia nyaris binasa karena berlambat-lambat atau lamban (Kej. 19:15-17). Ketika kita tahu kita berada dalam komunitas atau pergaulan yang salah dan berdosa di hadapan Tuhan, kita harus segera keluar dari sana, agar tidak terkena hukuman Tuhan.

Kedua, jangan lamban dalam mendengarkan firman Allah (Ibrani 5:11) – Ada orang yang telah memiliki prinsip-prinsip tersendiri bagi dirinya. Ketika ia mendengar firman Allah yang berbeda, ia masih mempertimbangkan dalam waktu yang cukup lama untuk memilih mana yang benar. Seharusnya ia segera menerima prinsip firman Allah yang pasti benar dan membuang prinsipnya yang bertentangan dengan firman Allah itu.

 Ketiga, jangan lamban dalam memercayai firman Allah – Tuhan Yesus menegur Klepoas dan temannya karena hati merek alamban dalam memercayai kebenaran firman Allah (Lukas 24:25). Itulah sebabnya mereka tetap muram sekalipun Yesus Kristus telah menyatakan kemenangan-Nya atas dosa dan maut dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Orang yang lamban memercayai kebenaran firman Allah tidak mengalami kuasa firman Tuhan!

 Keempat, jangan lamban dalam menaati firman Tuhan (Ibrani 6:11-12) – Abraham bersegera, bangun pagi-pagi benar, guna menaati perintah TUHAN yang menyuruhnya untuk mempersembahkan Ishak, anaknya. Ia tidak berlambat-lambat. Itulah sebabnya ia memperoleh penggenapan janji Allah yang luar biasa.

Kelima, jangan lamban dalam mengobarkan talenta (Matius 25:26) Lamban identik dengan kemalasan. Orang yang ketiga dalam perumpamaan itu telah memperoleh 1 talenta (jumlah yang besar, pada masa kini senilai Rp. 300 juta.-), namun ia lamban dalam mengobarkannya. Itulah sebabnya ia tidak mengalami keberhasilan seperti kedua temannya yang telah mengobarkan talentanya.-

—– 00000 —–

BELAS KASIHAN (COMPASSION)compassion-word

             Salah satu karakter Kristiani yang harus dimiliki oleh setiap anak Tuhan adalah belas kasihan (Ing. compassion). Karakter belas kasihan ini bersifat universal. Artinya, semua orang – beragama atau tidak – memiliki hati nurani untuk peduli dan berbelas kasihan atas sesamanya yang sedang menderita. Putri Firaun, misalnya, menaruh belas kasihan saat melihat ada bayi Ibrani – yang kemudian diberinya nama Musa – terapung dalam sebuah keranjang di Sungai Nil (Kel. 2:6). Belas kasihan itu ternyata di kemudian hari memunculkan Musa sebagai pahlawan iman yang membawa bangsanya keluar dari perbudakan di Mesir.

Karakter belas kasihan ini jug amerupakan sifat Allah yang kekal. Ia adalah Allah yang penyayang dan pengasih (compassionate and gracious God), yang menaruh belas kasih atas umat manusia yang diciptakan-Nya menurut citra-Nya (Maz. 86:15). Jika kita mengaku sebagai anak-anak-Nya, maka kita pun harus memiliki karakter Allah ini di dalam diri kita!

Yesus Kristus pun memiliki belas kasihan saat Ia melihat orang banyak terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Dalam kepedulian-Nya itu Ia menyatakannya dalam tindakan nyata: (a) mempedulikan semua orang, baik di kota maupun di desa, (b) mengajarkan kebenaran agar orang tidak tersesat, (c) memberitakan Kabar Baik yaitu Injil yang menyelamatkan, dan (d) melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (Mat. 9:35-36). Hati yang berbelas kasihan akan diikuti oleh tindakan nyata yang menjadi berkat bagi banyak orang.

Dalam pengajaran-Nya, Yesus Kristus juga menegaskan bahwa belas kasihan berkaitan dengan memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada kita. Dasarnya adalah karena Allah yang mengampuni dosa kita yang digambarkan sebagai hutang yang tak terbayar. Masakan kita yang telah diampuni sedemikian rupa bisa tega terhadap orang yang kesalahannya tidak seberapa atas kita (Mat. 18:27, 33)? Melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati, Tuhan Yesus juga mengaitkan belas kasihan dengan memberikan pertolongan kepada sesama yang menderita tanpa melihat latar belakang agama, status sosial-ekonomi, dan sebagainya (Luk. 10:30-35). Rasul yang paling dikasihi Tuhan, yaitu Yohanes, juga mengingatkan kita agar kita tidak menutup hati terhadap mereka yang berkekurangan (1 Yoh. 3:17). Mari kita nyatakan belas kasihan kepada sesama yang menderita. Apa yang kita perbuat bagi mereka sama artinya dengan kita melakukannya bagi Tuhan.-

—– 00000 —–

RASA CUKUP45556-quotes-about-contentment

            Rasa cukup (Ing. contentment) adalah suatu karakter rohani yang diajarkan Alkitab. Ada beberapa fakta penting mengenai rasa cukup ini. Pertama, setiap orang percaya harus memiliki rasa cukup, tidak boleh tamak (Amsal 27:20). Tuhan Yesus sendiri mengajarkan agar kita waspada terhadap segala jenis ketamakan (Luk. 12:15). Kedua, setiap orang percaya harus memiliki rasa cukup, tidak boleh iri hati (Amsal 14:30). Saudara-saudara Yusuf iri hati terhadap Yusuf, padahal Yusuf adalah adik mereka sendiri. Iri hati itu menimbulkan kedengkian dan kemudian tindakan mereka terhadap Yusuf sangat kejam. Ketiga, rasa cukup dalam ibadah harus kita miliki agar kita tidak menjadi orang yang cinta uang (1 Tim. 6:6-10). Cinta akan uang bisa menimbulkan kekacauan dan bahkan kebinasaan.

Rasa cukup yang sejati hanya bisa kita peroleh ketika kita mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan (Maz. 16:11; 84:10). Memiliki rasa cukup tidak tergantung pada kaya atau miskinnya kehidupan kita. Saat kita kaya tidak menyangkal Tuhan, dan saat kita miskin tidak menyalahkan Tuhan (Amsal 30:8-9). Rasul Paulu telah belajar memiliki rasa cukup baik dalam kekurangan maupun dalam kelimpahan (Flp. 4:11-13).

Orang yang memiliki rasa cukup tetap bisa memiliki ambisi untuk mencapai prestasi yang baik, asalkan hal-hal berikut ini diperhatikan: (a) peningkatan prestasi atau bisnis bukan untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain; (b) dalam mengejar prestasi atau keberhasilan bisnis tetap ada damai sejahtera Tuhan; (c) pencapaian prestasi atau keberhasilan sesuai dengan waktu dan perkenan Tuhan, di mana jika kita setia dalam hal kecil Tuhan menambahkan hal yang besar; (d) perlu ada ujian penyangkalan diri agar kita tidak memuaskan hawa nafsu kita semata-mata.

Beberapa latihan rohani yang sangat praktis dapat kita lakukan untuk belajar memiliki rasa cukup, yaitu: belajar mengucap syukur, suka memberi dan membagi-bagikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan, mengembalikan persepuluhan, berpuasa, bekerja dan beristirahat, dan bersikap seperti seorang anak kecil.-

—– 00000 —–

 

HATI HAMBAservantsheart_01

Dalam HUT ke-70 Kemerdekaan RI kembali terngiang di telinga kita tentang salah satu factor yang dapat memajukan bangsa dan negara kita, yaitu adanya revolusi mental. Revolusi mental ini berkaitan dengan pembangunan karakter (character building),  di mana salah satunya yang Tuhan Yesus ajarkan adalah mengenai hati hamba.

Keberadaan kita sebagai orang percaya adalah orang-orang yang dulunya berstatus sebagai ‘hamba dosa’, namun oleh karena kita percaya akan karya penebusan Yesus Kristus atau menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita dimerdekakan dan kini bersatatus ‘hamba kebenaran’. Sebagai hamba dosa manusia senang dan terpikat oleh hal-hal yang berbau dosa dan akan berakhir kepada kebinasaan. Sebaliknya, sebagai hamba kebenaran, kita pun harusnya senang dan terpikat dengan hal-hal yang terkait dengan kebenaran. Seseorang yang berstatus sebagai hamba kebenaran akan memiliki hati hamba dengan ciri-ciri sebagai berikut.

Pertama, ia bersikap proaktif. Sikap proaktif ini sesuai dengan ajaran Yesus Kristus sendiri dalam Matius 7:12, yaitu apa yang kita ingin orang lain lakukan bagi kita, kita harus melakukannya lebih dulu bagi mereka. Orang yang proaktif akan memperoleh manfaat besar karena ia selalu mendahului baik dalam mengingatkan orang lain, dalam memberi hormat, dalam memaafkan, dan sebagainya.

Kedua, ia akan bekerja dengan penuh tanggung jawab (Luk. 12:43). Banyak orang tidak mengurus hal yang dipercayakan Tuhan kepadanya, melainkan sibuk mengurusi orang lain yang sama sekali tidak di bawah tanggung jawabnya. Anggaplah sesaat lagi Tuhan akan menjemput kita agar kita selalu memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama.

Ketiga, ia tahu tentang prioritas yaitu mana yang harus diutamakan. Tuhan Yesus menyatakan bahwa seorang hamba harus melayani tuannya lebih dahulu baru kemudian mengurus urusannya sendiri (Lukas 17:7-8).

Keempat, ia akan memiliki kerendahan hati (Lukas 17:10). Seorang hamba yang telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik akan tetap berkata bahwa ia hanya seorang hamba yang tidak berguna. Jangan seperti Raja Uzia, yang saat masih muda mengandalkan Tuhan sehingga ia berhasil, namun setelah berada di puncak kejayaan ia tinggi hati dan melakukan hal yang menyakiti hatiu Tuhan sehingga akhirnya Tuhan menolaknya.

Teladan utama seorang yang berhati hamba adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Ia datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mrk. 10:45). Ini berbeda dengan Yohanes dan Yakobus yang lebih mendahulukan hak dari pada kewajiban yang harus mereka lakukan (Mrk. 20:20-28). Markus menulis bagaimana sebagai hamba, Tuhan Yesus segera dan selalu bersegera melakukan tugas yang disuruhkan Bapa kepada-Nya.-

—– 00000 —–

 

SOLUSI DENGAN CARA TUHANgive-god-your-problems

             Dalam 1 Korintus 10:13 dinyatakan bahwa selama kita masih hidup di muka bumi ini kita akan selalu menghadapi masalah kehidupan. Terhadap masalah itu kita tidak boleh melebih-lebihkannya seolah-olah hanya kita sendiri yang memiliki masalah yang berat, namun juga tidak boleh menyepelekannya. Setiap masalah harus dipandang sebagai masalah ‘biasa”. Di dalam ayat ini ada dua janji Tuhan: pertama, Ia tidak akan membiarkan kita menanggung masalah yang lebih besar dari kemampuan kita; kedua, Ia akan memberikan jalan keluar.

Solusi terhadap masalah hanya bisa diperoleh dengan dua cara: cara manusia atau cara Tuhan. Manusia diberi hak untuk memilih karena kepada manusia diberikan kehendak bebas. Hak untuk memilih tidak sama dengan hak untuk berdosa. Hak untuk memilih bersifat netral, sedangkan kehidupan berdosa jelas bertentangan dengan kehendak Allah.

Cara manusia biasanya diambil saat dalam kondisi terdesak sehingga panik dan keputusan yang diambil biasanya keliru. Dalam Alkitab terdapat beberapa contoh. Pertama, Elimelekh mengambil keputusan meninggalkan Betlehem yang sedang mengalami kelaparan (Rut 1:1-4), padahal tak lama kemudian Tuhan memulihkan Betlehem (Rut 1:6). Elimelekh kurang sabar dalam menantikan pertolongan Tuhan. Kedua, Raja Saul mengambil keputusan melanggar firman Tuhan ketika ia berada dalam keadaan terdesak (1 Samuel 15:24-26). Seharusnya ia tidak perlu takut terhadap rakyat, sebab padanya ada pengurapan otoritas sebagai seorang raja. Tuhanlah yang menetapkannya sebagai raja, bukan rakyat. Sayangnya, Saul menolak menggunakan cara Tuhan sehingga akhirnya ia pun ditolak oleh Tuhan. Ketiga, salah seorang rekan sepelayanan Rasul Paulus, yaitu Demas, telah meninggalkan Paulus karena ia lebih mengasihi dunia ini hidup (1 Tim. 4:10).

Sebaliknya, cara Tuhan hanya bisa diperoleh dalam ketenangan dan tidak akan keliru. Daud adalah contoh yang sangat jelas. Sekalipun ia berada dalam keadaan terdesak bahkan terjepit, tetapi ia tetap memantapkan kepercayaannya kepada Tuhan, sehingga ia memperoleh kemenangan dan tetap dikasihi oleh Tuhan (1 Sam. 30:6).

Jadi, apabila kita menghadapi setiap masalah kehidupan, ketiga hal ini perlu kita lakukan: (1) dengan tekun memulai setiap hari dalam persekutuan dengan Tuhan melalui doa dan perenungan firman-Nya; (2) menyediakan waktu yang tenang sehingga keputusan bisa benar; (3) menyerahkan setiap keputusan ke dalam tangan Tuhan agar Ia turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Rom 8:28).-

—– 00000 —–

 

KOMITMENkomitmen-kerja

Yesaya 56:6-8

             Komitmen adalah “suatu kesediaan untuk memberikan yang terbaik untuk sesuatu atau seseorang yang dipercaya, atau suatu janji atau suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.”  Ada orang yang punya komitmen yang bersifat menghancurkan (destruktif) sebagaimana terjadi dalam bentuk teror di berbagai belahan dunia, yang rela menyerahkan nyawanya demi yang diyakininya. Sebagai orang percaya kita harus memiliki komitmen yang bersifat membangun (konstruktif). Dalam Yesaya 56:6-8 terdapat 5 (lima) hal penting yang di dalamnya kita harus memiliki komitmen.

  1. Komitmen untuk mengasihi Tuhan (ayat 6) – Kasih kepada Tuhan merupakan respons yang sepatutnya dimiliki oleh setiap orang percaya karena Ia telah lebih dulu mengasihi kita. Tuhan Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib Golgota, guna menebuskan dosa kita. Orang yang mengasihi Tuhan tidak akan pernah undur dari pelayanan. Sebaliknya, ia akan selalu memberikan yang terbaik dari bagi Tuhan Yesus Kristus, Juruselamatnya.
  2. Komitmen untuk beribadah dan menaati firman Tuhan (ayat 6) – Dalam beribadah juga dibutuhkan adanya komitmen untuk tepat waktu, memuji dan menyembah Tuhan dengan sepenuh hati, mendengar dan menaati firman Tuhan, serta bertumbuh terus dalam ketaatan. Apa gunanya mengikuti ibadah tetapi tidak ada komitmen untuk taat kepada firman Tuhan?
  3. Komitmen untuk berdoa (ayat 7) – Doa adalah sarana di mana kita dapat memuji dan menyembah Tuhan serta berkomunikasi dengan Tuhan. Orang yang berkomitmen untuk bertekun dalam doa, akan memiliki pengendalian diri yang lebih baik, dan pelayanannya lebih berdampak.
  4. Komitmen untuk meninggalkan dosa-dosa (ayat 7) – Ada pelayanan kelepasan yang dilakukan oleh hamba-hamba Tuhan, namun jika orang yang bersangkutan enggan berkomitmen meninggalkan dosa-dosanya, ia akan tetap tidak bisa dilepaskan. Kita harus melihat dosa sebagai penghalang besar dalam hubungan kita dengan Tuhan, tidak memperkenan hati Tuhan. Karena Tuhan membenci dosa, kita pun harus membencinya.
  5. Komitmen untuk memenangkan jiwa (ayat 8) – Ayat ini berkata bahwa sudah ada jiwa-jiwa yang berhimpun di rumah Tuhan. Namun ada janji Tuhan bahwa Ia masih akan menambah jiwa-jiwa apabila kita mau berkomitmen memberitakan kasih Allah kepada mereka. Seseorang diselamatkan karena iman yang diperoleh dari mendengar firman Tuhan yang diberikan oleh orang-orang yang mau berkomitmen memberitakan Injil-Nya.-

—– ooooo —–

MENELADANI UCAPAN SYUKUR TUHAN YESUS KRISTUSjesus-praying-wallpaper

             Alkitab mengajar kita agar senantiasa mengucap syukur dalam segala hal. Ada satu pengucapan syukur yang ternyata tidak berkenan kepada Tuhan. Orang Parisi dalam perumpamaan Tuhan Yesus seakan-akan rohani dengan menaikkan doa ucapan syukur kepada Allah, padahal dalam hatinya ia ingin membenarkan dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, yaitu si pemungut cukai (Lukas 18:11). Orang percaya tidak boleh menaikkan ucapan syukur semacam itu. Ketika kita mengucap syukur kita rindu memberitakan Kabar Baik agar orang-orang berdosa dapat mengenal kebenaran dan bertobat. Tuhan Yesus menyatakan bahwa yang dibenarkan justru adalah si pemungut cukai yang rendah hati mau mengakui keberadaan dirinya.

Agar kita tidak salah dalam mengucap syukur seperti kasus di atas, mari kita teladani ucapan syukur yang dinaikkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri.

Pertama, Ia mengucap syukur atas berkat jasmani (Matius 15:36). Di tangan-Nya ada 7 ketul roti dan ikan kecil-kecil. Namun Tuhan Yesus tidak meremehkan hal-hal kecil itu. Ia justru mengucap syukur dan kemudian mukjizat terjadi. Apa yang tadi nampaknya kecil ternyata kemudian mampu memberi makan kepada lebih dari 4000 orang.

Kedua, Ia mengucap syukur atas keselamatan yang diberikan sebagai anugerah (Matius 26:27-28). Cawan yang merupakan lambing pencurahan darah penebusan selalu mengingatkan kita akan karya Tuhan Yesus Kristus yang telah rela satu kali mati di kayu salib Golgota bagi kita, orang-orang berdosa. Keselamatan yang tidak diberikan sebagai anugerah akan membuat manusia membanggakan dirinya. Namun jika keselamatan kita terima sebagai anugerah, akan membuat kita senantiasa bersyukur dan tetap rendah hati.

Ketiga, Ia mengucap syukur untuk pengungkapan firman Tuhan (Lukas 10:21). Kita hidup di tengah dunia yang gelap. Kita membutuhkan firman Tuhan karena firman itu adalah pelita dan terang yang disediakan Allah bagi kita agar kita tidak jatuh atau tersesat. Firman Tuhan juga bagaikan kompas bagi nakhoda kapal yang sedang berada di lautan luas. Oleh sebab itu bertekunlah dalam membaca dan melakukan firman Tuhan oleh pertolongan Roh Kudus-Nya.

Keempat, Ia mengucap syukur untuk kesempatan memberikan kesaksian (Yohanes 11:41:43). Allah Bapa pasti mendengarkan doa yang Yesus panjatkan. Namun Yesus Kristus sendiri mengarahkan agar orang-orang yang akan melihat mukjizat kebangkitan Lazarus yang akan dilakukan-Nya memuliakan Bapa dan percaya kepada-Nya. Orang yang mengucap syukur dengan benar akan memberi kesaksian yang membuat orang mengarah kepada Allah Bapa dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, bukan mengarah pada dirinya sendiri.-

—– ooooo —–

I M A N U E Limmanuel_1_1110_624

Matius 1:23

 

Nama “Imanuel” yang berarti “Allah menyertai kita” merupakan penggenapan nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Yesua (Yes. 7:14). Ketiak seorang nabi menyampaikan pesan Tuhan, maka ada tiga aspek di dalamnya: aspek kekinian, yaitu peristiwa yang langsung terjadi pada waktu itu; aspek masa depan, yaitu beberapa waktu setelah nabi mengucapkan nubuatannya; dan aspek mesianis, yaitu nubuatan tentang Mesias atau Kristus. Beberapa hal penting berkaitan dengan Imanuel ini adalah sebagai berikut.

Pertama, Allah sendiri rindu menyertai kehidupan umat-Nya. Dalam Yosua 1:5 TUHAN berkata bahwa sebagaimana Ia menyertai Musa, Ia juga akan menyertai Yosua, pengganti Musa, yang akan membawa umat Israel memasuki Tanah Perjanjian. Jika kita berada di posisi Musa, kita tidak perlu kuatir terhadap pengganti kita – dalam bisnis, kepemimpinan, atau pelayanan – sebab sebagaimana Tuhan menyertai kita, Tuhan juga akan menyertai pengganti kita. Jika kita berada di posisi Yosua, kita juga tidak perlu khawatir, sebab penyertaan-Nya sama (Yes. 41:10).

Kedua, kita sendiri membutuhkan penyertaan Tuhan. Dalam 3 Yohanes 1:2, diharapkan agar kondisi kita baik secara tubuh, jiwa maupun roh, semuanya baik-baik saja. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Jika kita menggunakan akal budi kita untuk memelihara itu semua dengan penuh tanggung jawab, dan penyertaan Tuhan yang memberi kepada kita kemampuan dan kekuatan. Jika hanya sekedar mengandalkan akal budi kita yang terbatas, akan ada banyak masalah yang tidak mampu kita atasi. Tetapi jika kita mengandalkan penyertaan Tuhan, maka banyak hal akan dapat kita atasi dengan penuh kemenangan.

Ketiga, Tuhan pasti menggenapi janji-Nya. Kedatangan Yesus Kristus merupakan penggenapan janji Allah. Matius yang memandang Yesus sebagai Raja menuliskan silsilah Yesus Kristus dalam Matius pasal 1 dengan mengaitkannya langsung dengan Daud, karena memang ada janji Tuhan terhadap Daud bahwa kerajaannya akan kokoh selama-lamanya (2 Sam. 7:16; 1 Raja 8:24).

Keempat, sikap kita terhadap Sang Imanuel. Karena Ia adalah Allah yang setia, yang senantiasa menyertai kita di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, maka sudah sepatutnya kita juga lebih setia lagi mengikut dan melayani Yesus Kristus. Ia akan datang kembali – bukan lagi sebagai bayi yang lemah – melainkan sebagai Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuan.-

 —– 00000 —–

ALFA DAN OMEGAalfaomega

            Ada dua cara kita mengenal pribadi, hobi, atau karakter seseorang. Cara pertama adalah dengan cara menebak siapa dia. Biasanya cara ini memberikan hasil meleset, karena kita hanya melihat apa yang di depan mata. Cara kedua adalah dengan menerima pernyataan orang itu tentang dirinya. Jika ia yang memperkenal diri dan memberitahukan kepada kita hobby atau karakternya, maka kita dapat mengenalnya lebih baik. Kita dapat mengenal Yesus Kristus dengan cara kedua, yaitu menerima pernyataan tentang Diri-Nya sendiri, sebagai Alfa dan Omega (Why. 1:8) Apa makna pernyataan ini dalam kehidupan kita?

Pertama, Yesus Kristus adalah firman Tuhan Allah. Ia adalah Sang Firman (Logos), yaitu Allah sendiri yang datang sebagai manusia (Yoh. 1:1, 14). Yesus Kristus penuh dengan kemuliaan, kasih karunia dan kebenaran. Berarti bagi kita yang percaya kepada-Nya kita mengalami kuasa firman Allah bekerja di dalam kita. Firman itu mempunyai kuasa mencipta, dari yang tidak ada menjadi ada. Dan apa yang diciptakan-Nya … sungguh amat baik.

Kedua, Yesus Kristus adalah YHWH (Yahweh) itu sendiri, yaitu Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dialah Allah yang kekal, yang mengutus Musa untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir (Kel. 3:14). Sebelumnya Musa mencoba membebaskan bangsanya dengan caranya sendiri. Barulah setelah 40 tahun Tuhan mendidiknya dalam ‘sekolah padang gurun’, Musa siap membebaskan umat Tuhan, melainkan dengan cara YHWH, cara Tuhan sendiri. Mari kita menyelesaikan banyak masalah dalam hidup ini dengan cara Tuhan saja.

Ketiga, Yesus Kristus adalah Allah Yang Mahakuasa. Ia adalah El-shadday (Kej. 17:1-2). Untuk bisa mengalami kedahsyatan dari karya Allah yang Mahakuasa ini, kit aharu shidup tidek bercela di hadapan-Nya.

Keempat, Yesus Kristus memberi kepuasan bagi semua orang yang datang kepadanya, bagaikan orang yang haus yang merindukan air. Meskipun Yesus menyatakan kepuasan itu aada dalam langit baru dan bumi baru di mana kita kelak akan tinggal dalam kekekalan (Why. 21:6), namun kepuasan itu juga bisa kita peroleh di dalam Dia saat kita masih hidup dalam dunia ini, Jadikan Yesus Kristus sebagai sumber kepuasan atas dahaga jiwa kita.

Kelima, Yesus Kristus menyatakan kembali sebagai Alfa dan Omega, yang Awal dan Yang Akhir dalam kekekalan (Why. 22:13). Artinya, Ia tidak berubah. Kasih, kuasa, dan firman-Nya tidak berubah. Dunia di sekitar kita bisa terus berubah, namun Allah kita tetap kekal selama-lamanya!

—– ooooo —– 

 

SUMBER BERKAT SEJATIblessings

Zakharia 10:1-2

             Hari Raya Imlek bagi orang Tionghoa merupakan hari raya musim semi. Setiap hari raya Imlek selalu berkaitan hujan yang turun dengan deras. Nabi Zakharia menyatakan adanya empat hal penting berkaitan dengan “hujan” yang tetap relevan bagi kita, umat Tuhan yang hidup di Akhir Zaman ini.

Pertama, setiap manusia memiliki kebutuhan. Kebutuhan manusia terbagai atas kebutuhan jasmani (berupa “hujan” – ayat 1), dan bimbingan (berupa “penggembalaan” – ayat 2). Para orang tua harus memahami adanya dua kebutuhan ini. Jika kepada anak-anak diberikan gawai (gadget) yang canggih, kepada mereka juga harus diberi bimbingan bagaimana dan kapan menggunakan peralatan itu. Berkat jasmani harus disertai dengan adanya bimbingan bagaimana menggunakannya bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.

Kedua, setiap manusia berupaya memenuhi kebutuhannya. Biasanya manusia memenuhi kebutuhannya melalui dua cara, yaitu dengan bekerja keras dan berdoa meminta berkat dan bimbingan. Hujan yang turun akan sia-sia jika petani tidak mau menggarap tanahnya. Hujan bahkan bisa menjadi bencana jika manusia tidak bijak dalam mengeksplorasi alam. Saluran air harus tersedia, tanah resapan harus dijaga, dan sebagainya.

Ketiga, permohonan doa meminta berkat jasmani dan bimbingan harus dialamatkan pada alamat yang tepat. Hanya Allah Bapa yang dapat memberikan pemberian terbaik dan anugerah yang sempurna (Yak. 1:17). Ketika kita meminta kepada Tuhan, Ia akan menjawab sesuai dengan kehendak-Nya: ya, tunggu, atau tidak. Oleh sebab itu jika kita memahami rahasia doa, kita tidak akan pernah kecewa terhadap Dia, apapun jawaban doa yang Ia berikan kepada kita karena pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Ada orang yang mencari berkat jasmani (pesugihan, pengasihan, dll.) dan bimbingan (ramalan masa depan, membaca garus tangan, dll.) kepada para peramal (ayat 2). Mereka lebih suka “membuat kolam sendiri” dari pada datang kepada Tuhan sebagai sumber air hidup (Yer. 2:13). Kita harus menolak dengan tegas hal-hal semacam itu.

Keempat, dampak atau akibat yang sangat berbeda. Dalam Yohanes 10:10, Yesus Kristus menyatakan bahwa Iblis atau Pencuri itu hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan. Jika kita berurusan dengan paranormal maka berarti kita mengadakan perjanjian kutuk dan maut. Namun jika kita melekat kepada Tuhan, Ia akan memberikan hidup yang berkelimpahan, penuh dengan damai sejahtera yang sejati.-

—– 00000 —–

R A H A S I Asecret

            Markus 4:22 menyatakan bahwa tidak ada hal tersembunyi yang tidak akan diungkapkan dan tidak ada rahasia yang tidak akan dinyatakan. Ayat ini menyangkut dua pengertian tentang kata “rahasia”, yaitu Rahasia Allah, dan Rahasia Manusia.

Pertama, Rahasia Allah. Kemuliaan Allah adalah merahasiakan sesuatu dan kemuliaan raja-raja adalah menyelidiki sesuatu (Ams. 25:2). Seorang anak bersukacita saat mampu mengetahui rahasia game yang dimainkannya. Hal itu membuatnya naik ke level lebih tinggi. Demikian halnya dengan kita yang rindu mengetahui rahasia dalam diri Allah. Setidaknya ada 3 (tiga) rahasia yang perlu kita pahami, yaitu:

  1. Rahasia firman Tuhan (1 Kor. 2:9-10) – Seseorang yang mau menyelidiki rahasia firman Tuhan harus memiliki kerelaan dipimpin oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan menyatakan rahasia firman Allah kepada kita. Oleh sebab itu setiap orang percaya tidak boleh hanya mengandalkan pewahyuan yang diterima oleh hamba Tuhan pemberita firman, melainkan juga bisa memperolehnya sendiri dalam persekutuan dengan Roh Kudus.
  2. Rahasia pernikahan (Efs. 5:32) – Pernikahan Kristen, khususnya hubungan suami-isteri, sebenarnya memiliki dasar dan prinsip yang jauh lebih kokoh karena merupakan cerminan atau refleksi dari rahasia hubungan Kristus dengan jemaat. Cara mendidik anak pun ada di dalam rahasia firman Tuhan, misalnya dengan berulang-ulang menceritakan tentang karya Tuhan dalam kehidupan kita kepada mereka.
  3. Rahasia Akhir Zaman – Henokh (Yud. 1:14), keturunan ketujuh dari Adam memperoleh rahasia Akhir Zaman, karena ia mau bergaul (berjalan) dengan Allah sepanjang hidupnya.           

Kedua, Rahasia Manusia. Berkaitan dengan ini, ada dua hal penting yang harus kita pahami, yaitu:

  1. Kita harus tetap menjaga rahasia orang lain yang diberitahukan kepada kita dalam rangka konseling, curahan hati, dan sebagainya. Kita tidak boleh ‘bocor mulut’ (Ams. 25:9). Kita tidak akan menjadi orang yang bisa dipercaya jika kita membocorkan rahasia orang lain.
  2. Kita juga harus memiliki integritas, yaitu kesamaan antara perkataan dan tindakan kita, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Mungkin selama ini kita mencoba menutupi hal-hal buruk atau negatif dari orang-orang di sekitar kita, satu kali Tuhan bisa membongkarnya dan membuat kita tersipu malu. Jauh lebih baik jika kita tampil tanpa kemunafikan, melainkan dengan ketulusan dan kemurnian hati.

—– 00000 —–

PERTOBATAN MATIUSstmatthew

Matius 9:9-13

            Kita akan belajar dari 4 (empat) tahapan pertobatan Matius, salah seorang murid Yesus.  Agar kita lebih mudah memahami tahapan pertobatan ini, Tuhan Yesus menggunakan metafora berbentuk paralelisme antara orang sakit dengan orang berdosa.

  1. Sadar dan insyaf bahwa dirinya adalah orang sakit / berdosa Yohanes 16:8) – Tidaklah mudah membuat orang sdaar bahwa ia sedang sakit atau berstatus sebagai orang berdosa. Ada tanda-tanda seseorang itu sakit atau berdosa. Sebagai keturunan dari Adam dan Hawa, semua manusia dilahirkan dalam keadaan atau berstatus dosa. Kita semua mewarisi dosa asal yang hukumannya adalah maut (Roma 6:23). Roh Kuduslah yang bisa menyadarkan seseorang bahwa ia adalah orang berdosa. Matius pun sadar bahwa sebagai seorang pemungut cukai yang bekerja bagi penjajah, ia adalah orang berdosa.
  2. Sadar bahwa dari dirinya sendiri tidak akan mampu mengalami pemulihan dari sakit / keberdosaan (Roma 7:24-25) – Jika seseorang tahu bahwa ia sakit atau berdosa, dan merasa mampu mengatasinya, ia tidak membutuhkan seorang tabib atau juruselamat. Nyatanya tidak ada seorang pun yang mampu, termasuk dengan amal baik kita, sebab kesalehan manusia di hadapan Allah seperti kain yang kotor. Matius pun sadar bahwa dengan kemampuannya sendiri ia tidak mungkin dapat membebaskan diri dari belenggu dosa.
  3. Percaya bahwa hanya Yesus Kristus saja yang dapat menjadi Tabib / Juruselamat (Roma 3:25) – Jika seseorang merasa tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri, ia akan bertanya tabib siapa yang bisa menyembuhkannya. Dibutuhkan adanya kepercayaan bahwa tabib itu akan bisa menolongnya. Demikian pula dengan kepercayaan kepada Yesus sebagai Juruselamat. Perlu ada pemberitaan dan kesaksian bahwa Ia adalah Juruselamat satu-satunya yang ditetapkan Allah menjadi Jalan Keselamatan bagi kita. Matius pun percaya kepada Yesus tentunya karena sebelumnya ia banyak mendengar tentang siapa Yesus Kristus itu.
  4. Menerima-Nya sebagai Juruselamat, mengikut Dia, menjadi murid-Nya, dan setia sampai akhir (Roma 5:10) – Setelah memiliki kepercayaan kepada tabib, maka ia akan, meminum obat yang diberikannya dan menerima nasihat-nasihatnya agar sembuh. Demikian pula dengan sikap kita terhadap Yesus Kristus, Kita menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat serta hidup dalam ketaatan total kepada kehendak-Nya. Matius pun akhirnya mengikut Yesus, bahkan menuliskan Injil Matius, dan di akhir hidupnya ia setia sampai mati sebagai seorang syuhada (martyr).-

 —– 00000 —–

URAPAN ROH KUDUSpentecost-5

             Hari Raya Pentakosta semula adalah perayaan pengucapan syukur atas hasil panen gandum. Berarti Pentakosta bisa bermakna “menerima”. Umat Tuhan menerima berkat Tuhan berupa panen gandum. Namun, dalam Ulangan 16:10, Hari Raya Pentakosta disebut juga Hari Raya Tujuh Minggu, dan umat Tuhan diberi kesempatan memberikan persembahan sukarela sesuai dengan berkat Tuhan yang diterima. Dalam hal ini, Pentakosta bisa juga berarti “memberi”.

Dalam Perjanjian Lama, orang-orang yang diurapi adalah orang-orang yang ditetapkan Tuhan untuk menduduki jabatan tertentu, yaitu: raja, imam, dan nabi. Dalam menjalankan tugasnya itu mereka menerima dan memberi secara seimbang. Dalam Perjanjian Baru, orang-orang yang diurapi Roh Kudus adalah semua orang percaya yang rindu menerima dan memberi. Orang-orang percaya yang memperoleh urapan Roh Kudus menerima hal-hal berikut.

Pertama, berkat-berkat jasmani yang dilambangkan dengan gandum.

Kedua, kuasa (authority) dan tenaga (power) untuk menjadi Saksi Kristus (Kisah 1:8). Kata Yunani yang dipakai adalah dunamis, yang kemudian digunakan untuk bahan peledak, yaitu dinamit. Di dalam dinamit ada inherent power, atau potensi/kekuatan yang terpendam. Potensi itu akan berdampak berubah ledakan besar apabila digunakan. Demikian halnya dengan kuasa Roh Kudus yang baru berdampak jika digunakan dalam kehidupan dan pelayanan kita.

Ketiga, kebenaran, damai sejahtera dan sukacita (Roma 14:17). Kuasa dan otoritas yang tidak disertai dengan kebenaran akan menghancurkan dan hanya bermanfaat bagi orang yang memilikinya. Namun jika digunakan dalam kebenaran akan mendatangkan damai sejahtera dan sukacita besar.

Orang-orang percaya yang memperoleh urapan Roh Kudus juga memberi hal-hal berikut kepada orang-orang di sekitarnya (Yes. 61:1-3), yaitu: memberitakan Kabar Baik atau Injil kepada semua orang, merawat atau memberikan konseling kepada mereka yang mengalami remuk hati, penghiburan dan kata-kata penguat (encouragement) kepada mereka yang patah semangat dan berduka, serta kesembuhan dan kelepasan (healing and deliverance). Bertindaklah segera untuk menyatakan kuasa Roh Kudus ini agar banyak orang tertolong.

—– 00000 —–

 KUASA FIRMAN TUHANayatalkitab

Yesaya 55:6-13

            Selama hidup di muka bumi ini manusia bisa mengalami krisis demi krisis. Baru-baru ini negara Venezuela mengalami krisis ekonomi karena harga minyak dunia jatuh. Namun krisis ekonomi tidak separah krisis ketiadaan firman Tuhan (Amos 8:11). Kini banyak kecenderungan mimbar tidak lagi menjadi tempat memberitakan kebenaran firman Tuhan, melainkan sekedar tempat untuk humor dan kelucuan untuk menyenangkan telinga pendengar belaka, atau tafsirannya menurut mau sang pembicara.

Istilah “firman Tuhan” bisa berarti logos, yaitu pribadi Yesus Kristus sendiri atau firman Tuhan secara umum (Yoh. 1:1) atau rhema yaitu firman yang diterima seseorang secara khusus pada waktu yang khusus pula (Roma 10:17). Firman Tuhan memiliki kuasa yang sangat dahsyat. Untuk bisa mengalaminya kita perlu memahami hal-hal berikut.

  1. Keunggulan firman Tuhan (ayat 8-9) – Apabila kita punya rencana atau rancangan A, tetapi kemudian firman Tuhan menyatakan agar kita melakukan rancangan B, maka kita harus menanggalkan rancangan kita dan menggantinya dengan rancangan atau kehendak Tuhan sendiri.
  2. Firman Tuhan bisa memberi kehidupan dan pertumbuhan (ayat 10) – Allah mempunyai maksud saat Ia menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya. Kita tidak boleh sekedar hidup seperti ciptaan Tuhan lainnya, melainkan hidup seperti yang Tuhan kehendaki. Hal itu hanya bisa tercapai jika hidup kita selaras dengan firman Tuhan.
  3. Firman Tuhan mendatangkan sukacita dan perubahan besar (ayat 12-13) – Ketika kita kuatir tentang sesuatu dan kesedihan, maka firman Tuhan mampu memberikan sukacita besar karena dan pengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus dan pemeliharaan ajaib dari Allah Bapa bagi kita. Dari hidup seperti semak duri (hidup yang menyakiti orang lain) menjadi hidup seperti pohon sanobar (hidup menjadi berkat); dari hidup seperti kecubung/semak belukar (hidup penuh kekacauan), menjadi hidup seperti pohon murad (hidup penuh damai sejahtera dan penuh kemurahan).
  4. Firman Tuhan memberikan jaminan kekal (ayat 11) – Firman Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia. Orang yang hidup sesuai firman Tuhan juga tidak akan sia-sia melainkan menghasilkan dampak yang luar biasa. Ini adalah jaminan Tuhan sendiri.

Akhirnya, orang yang mau menerima firman Tuhan, berpegang padanya dan hisup dalam ketaatan, akan mendatangkan kemasyhuran dan kemuliaan bagi  Allah, karena ia hidup sesuai dengan isi hati Allah sendiri.

———- 0000000000 ———- 

PENGAKUAN IMANradical-change-e1312110201574

            Pengakuan itu sangat penting. Status seseorang sebagai kekasih, suami/istri, atau anak/ orang tua harus diakui. Demikian halnya dengan pengakuan kepada siapa kita percaya. Setiap orang percaya harus berakar dalam pengakuan iman.

Pertama, pentingnya Pengakuan Iman. Dalam Roma 10:9, pengakuan iman dari mulut kita dengan dasar hati yang percaya sangat penting, sebab berakibat kepada keselamatan kita. Pengakuan di sini memiliki nilai juridis, sama seperti pentingnya pengakuan dalam suatu sidang pengadilan. Pengakuan akan berakibat apakah seseorang akan dibebaskan atau dinyatakan bersalah. Demikian pula dalam pengakuan iman. Hati yang percaya dan mulut yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, merupakan dua sisi dari sekeping mata uang. Keduanya tidak bisa dipisahkan.

Kedua, asal Pengakuan Iman. Dalam Matius 16:13-20 kita dapat melihat adanya 3 (tiga) sumber dari mana pengakuan iman itu berasal: menurut kata orang, menurut kata diri sendiri, atau menurut pewahyuan dari Allah Bapa. Jika hanya berasal dari apa kata orang maka banyak orang akan tersesat, sebab ternyata pandangan orang-orang terhadap Yesus Kristus pada saat itu semuanya salah. Jika berasal dari diri sendiri juga sangat subyektif karena berdasarkan pengalaman. Pengalaman tidak boleh menjadi fondasi pengakuan iman. Yang benar adalah bahwa pengakuan iman harus berasal dari pewahyuan Allah sendiri.

Ketiga, isi Pengakuan Iman. Sayangnya pengakuan iman Simon Petrus terhadap Yesus Kristus sebagai Mesias diisi dengan pemikirannya sendiri. Itulah sebabnya Tuhan Yesus melarang mereka memberitakan bahwa Ia adalah Mesias (Mat. 16:20), sebab pengenalan para murid terhadap-Nya belum lengkap. Itulah sebabnya Tuhan Yesus melengkapi pewahyuan itu dengan menyatakan bahwa Ia akan menderita, mati, dan bangkit pada hari yang ketiga.  (Mat. 16:21-23). Pengakuan Iman harus lengkap dan tuntas agar orang dapat mengenal Yesus Kristus dengan benar!

Keempat, dampak Pengakuan Iman. Pengakuan Iman setiap orang percaya bagaikan bau yang harum, yang akan menghadapi dua respons yang sangat berbeda. Bau itu bisa menghidupkan bagi mereka yang mau menerinya, atau mematikan bagi mereka yang menolaknya (2 Kor. 2:15-16). Itu tergantung kepada keputusan setiap orang. Oleh sebab itu tetaplah berpegang pada Pengakuan Iman ini, di mana saja dan kapan saja, hingga Tuhan Yesus datang kembali paa kali yang kedua.-

 —– 00000 —–

PERUBAHAN YANG AJAIBradical-change-e1312110201574

            Seperti tema HUT ke-70 GIA Pringgading yaitu “Bertumbuh Lebih Kuat untuk Menjadi Berkat bagi Bangsa-Bangsa”, kata “bertumbuh lebih kuat” berarti bahwa kita diminta untuk mengalami sebuah perubahan dalam Tuhan yang ajaib. Bagaimanakah perubahan yang ajaib? Dalam Ibrani 11:40a, terdapat suatu janji Tuhan mengenai sesuatu yang lebih baik.

Salah seorang tokoh Alkitab yang mengalami perubahan lebih baik adalah Yabes. 1 Tawarikh 4:9-10 menceritakan kondisi awal dan kondisi akhir Yabes. Kondisi akhir Yabes adalah lebih dimuliakan atau dengan kata lain lebih diberkati dan lebih baik. Kondisi akhir inilah yang menjadi sebuah tujuan awal kita. Maka dari itu, kita juga harus tahu bagaimana kondisi awal Yabes yaitu kesakitan dan penuh penderitaan. Setelah itu, iapun mengalami sebuah proses perubahan dalam hidupnya. Bagaimana proses kehidupan Yabes atau cara Yabes mengalami perubahan dari suatu penderitaan menjadi suatu kemuliaan?

Pertama, memiliki sikap yang benar. Sikap adalah hal kecil yang bisa menimbulkan perbedaan yang besar. Ada dua pilihan sikap dalam menghadapi suatu kesulitan, yaitu memandang kesulitan itu sebagai “akhir” atau sebagai “proses”. Orang yang memandang kesulitan sebagai “akhir” cenderung menyerah, pesimis, pasif, dan putus asa. Sedangkan orang yang memandang kesulitan sebagai “proses” akan bersikap aktif, optimis, dan berpengharapan akan masa depan yang cerah. Yabes telah memiliki sikap yang benar yaitu memandangnya sebagai “proses”.

Kedua, memiliki tindakan yang benar. Dalam 1 Tawarikh 4:10a dikatakan bahwa Yabes berseru kepada Allah Israel. Yabes percaya dan mengandalkan kekuatan Allah yang bisa mengubahkan kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Isi seruan Yabes adalah mengenai berkat yang melimpah, daerah yang semakin luas, penyertaan dan perlindungan Tuhan, serta tidak tertimpa kesakitan. Dan Allah mengabulkan permintaannya itu (1 Tawarikh 4:10b). Syarat pengabulan sebuah doa adalah: motivasi yang benar (untuk memuliakan Allah dan menjadi berkat) dan perkenanan Allah (berserah pada kemurahan dan rencana indah Tuhan).

Ketiga, memiliki iman yang hidup: kerja keras dan kerja cerdas. Selain berdoa, hidup kita juga harus disertai perbuatan. Start where you are, berarti mulailah dari dimana kau berada; Use what you have, berarti pakailah apa yang kau miliki; Do what you can, berarti lakukan yang kamu bisa.-

—– ooooo —–

MENJADI ORANG PILIHAN TUHAN3572485

            Baru-baru ini Presiden Joko Widodo menggunakan hak prerogatif beliau dalam proses reshuffle kabinet. Beliau mereposisi beberapa menteri ke kementerian yang berbeda dan mengganti beberapa menteri dengan orang-orang baru. Beliau memilih orang-orang tertentu untuk membantunya dalam menjalankan pemerintahan di negeri tercinta ini.

Allah kita juga memiliki kewenangan penuh yang mutlak, yaitu kedaulatan tertinggi untuk memilih orang-orang yang bisa dipakai-Nya menjadi alat kemuliaan-Nya. Mari kita pelajari beberapa hal penting dalam proses pemilihan ini.

Pertama, pilihan Allah atas kita telah ditentukan sebelum dunia dijadikan (Efs. 1:4). Nabi Yeremia, misalnya, juga telah dikenal dan ditetapkan Tuhan sejak ia berada di kandungan ibunya. Ia dipilih dan ditetapkan untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Yer. 1:4-5). Itu berarti bahwa pemilihan Allah atas kita bukan berdasar pada sesuatu yang kita miliki, melainkan semata-mata berdasar kepada kasih-Nya. Hal ini patut kita syukuri. Kedua, pilihan Allah atas kita bertujuan menyelamatkan kita (Efs. 1:4). Tujuan pilihan Allah atas kita adalah agar kita hidup kudus dan tak bercacat di hadapannya. Kita tidak boleh kehilangan identitas kekudusan dan kesempurnaan ini. Kita memang “domba’ yang diutus ke tengah “serigala”. Seberat apapun keadaan kita, identitas sebagai “domba” harus dipertahankan. Jangan berubah menjadi “serigala”, melainkan tetaplah sebagai “domba” dengan Tuhan Yesus sebagai Gembala yang Baik yang tidak akan membiarkan kita menjadi mangsa “serigala-serigala” tersebut.

Ketiga, pilihan Tuhan atas kita bertujuan agar kita menghasilkan buah yang manis dan lebat (Yoh. 15:16). Dalam Yesaya 5 Tuhan pernah menyatakan kekecewaan-Nya sebab kebun anggur yang dibangun-Nya (yaitu gambaran dari umat Israel), ternyata menghasilkan buah yang masam. Kita harus menghasilkan buah yang manias seperti korma atau anggur, menjadi berkat bagi banyak orang. Tentunya dimulai dari lingkungan terdekat/keluarga sebagai “Yerusalem” kita, barulah kemudian ke lingkup yang lebih luas, hingga sampai ke ujung bumi (Kisah 1:8).

Keempat, pilihan Tuhan atas kita sangatlah istimewa, sebab kita merupakan orang-orang yang tidak terpandang bagi dunia, dianggap bodoh oleh dunia (1 Kor. 2:26-27). Tujuannya adalah agar kita tidak rendah diri saat di­-bully oleh sekitar kita, tetapi juga tidak tinggi hati, sebab semuanya adalah dari Tuhan. Contoh yang sangat jelas adalah Daud. Ia diabaikan oleh keluarganya. Bahkan Samuel, seorang nabi Tuhan memiliki pandangan yang keliru. Ia hanya melihat apa yang di depan mata, padahal Tuhan melihat hati. Daud dipilih Tuhan karena ia berkenan kepada-Nya dan melakukan segala kehendak-Nya (Kisah 13:22). 

—– ooooo —–

 KEMERDEKAAN DI DALAM ROH KUDUSholy-spirit-life-diaken

2 Korintus 3:17

 

            “… di mana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan.” Ayat ini menyatakan bahwa ada kemerdekaan di dalam Roh Kudus. Karena Roh Kudus adalah Allah yang Mahahadir, berarti kemerdekaan di dalam Dia bisa dialami di mana saja, kapan saja dan oleh pelayanan hamba Tuhan siapa saja. Adalah keliru jika hanya ketika di suatu tempat tertentu, pada waktu tertentu dan dilayani hamba Tuhan tertentu, seseorang dapat mengalami freedom (kemerdekaan) dan deliverance (kelepasan).

Ada dua kesalahpahaman besar dalam memahami kemerdekaan di dalam Roh Kudus ini. Pertama, disalahartikan sebagai kebebasan dalam beibadah semau kehendak hati kita. Di tengah-tengah jemaat Korintus pernah terjadi kekacauan akibat kesalahpahaman ini. Jemaat Korintus memiliki bermacam-macam karunia, namun penggunaan karunia-karunia itu mendatangkan kekacauan. Misalnya, karunia berbahasa Roh. Sebenarnya karunia ini sangat bermanfaat, yaitu dalam membangun iman pribadi dan jemaat. Namun pada saat digunakan di tengah jemaat harus disertai dengan karunia mengartikan bahasa Roh, agar iman seluruh jemaat dibangun. Jika tidak, karunia itu akan sia-sia, sebab jemaat tidak memahami apa yang diucapkan. Semuanya haris berjalan dengan sopan dan teratur (1 Kor. 14:40). Kedua, disalhartikan sebagai kebebasan dalam menambahkan pengalaman rohani sebagai pewahyuan baru yang melengkapi Alkitab sebagai wahyu Allah yang telah final. Padahal Alkitab menyatakan bahwa kita tidak boleh menambahkan atau mengurangi isi Kitab Suci (Why. 22:18).

Roh Kudus menyatakan bahwa melalui karya Yesus Kristus kita telah dimerdekakan dari 3 (tiga) hal besar dalam hidup ini, yaitu: dari kuasa dosa (Roma 6:8), dari adat-istiadat yang sia-sia seperti memelihara hari, bulan dan tahun-tahun (Gal. 4:8-11), dan dari pola hidup agamawi yang bisa menjadi beban berat dalam hidup ini. Pada zaman Gereja Mula-mula pernah ada persyaratan tambahan keselamatan, bahwa jika seseorang mau menerima Kristus harus disunat terlebih dahulu padahal seharusnya itu tidak perlu. Kita diselamatkan oleh iman dan anugerah Allah semata-mata (Kisah 15:19).

Setelah kita mengalami dan menerima kemerdekaan di dalam Roh Kudus, kita mempunyai dua tugas besar, yaitu: memproklamasikan kemerdekaan itu dengan menyatakan pantulan karakter Yesus Kristus dalam hidup kita ke sekitar kita (2 Kor. 3:18), dan membebaskan mereka yang masih terbelenggu, baik oleh kemiskinan, keterbelakangan, dosa dan kemaksiatan, serta oleh kuasa kegelapan. Kita hanya dalam melakukan tugas mulia itu dengan pertolongan Roh Kudus (Luk. 4:18-19).-

—– ooooo —–

PEMURNIANwoman-praying1-1

            Kitab Daniel 12:10 memberikan peringatan kepada mereka yang hidup di Akhir Zaman, bahwa akan ada banyak orang yang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji. Proses ini hanya dapat dipahami bukan oleh orang fasik (the wicked) melainkan hanya bisa dipahami oleh orang-orang bijaksana (the wise).

            Tuhan Yesus Kristus sendiri yang akan melakukan pemurnian sebagaimana yang dilakukan-Nya dalam Matius 21:12-17. Bait Allah yang didatangani oleh Tuhan Yesus pada waktu itu adalah bangunan fisik, tetapi yang dimaksudkannya juga tentunya adalah dalam pengertian rohani, yaitu bahwa tubuh kita adalah Bait-Nya (1 Kor. 3:16). Rupanya telah terjadi penyimpangan dalam memfungsikan Bait Allah. Seharusnya Bait Allah menjadi rumah doa segala bangsa sebagaimana dimaksudkan semula (1 Raja-raja 8:35-36), namun kemudian terjadi penyimpangan menjadi sarang penyamun (a den of thieves). Apa perbedaan antara pendoa dengan penyamun?

Pertama, pendoa sejati tahu memisahkan mana urusan jasmani dan mana urusan rohani sedangkan penyamun membalut urusan jasmani dengan kemasan rohani. Nampaknya rohani padahal nyatanya tidak demikian. Ada perbedaan antara yang nampak di luar dengan yang ada di dalam. Berarti seorang pendoa sejati berhati murni, sedangkan seorang penyamun bersikap munafik.

Kedua, pendoa sejati akan lebih memerhatikan kepentingan bersama dan cenderung mendahulukan orang lain, sedangkan seorang penyamun lebih mementingkan diri sendiri dan cenderung mencelakai orang lain.

Ketiga, pendoa sejati melihat orang lain sebagai mitra yang berbeda tetapi saling melengkapi, sedangkan penyamun melihat orang lain sebagai pesaing dan biasanya mensyukuri penderitaan yang dialami orang lain (bdk. sikap bangsa Edom terhadap penderitaan yang dialami bangsa Israel – Yeh. 35:15).

Keempat, pendoa sejati membangun hubungan intim dengan Tuhan bagaikan anak dengan Bapa, bahkan bagaikan mempelai perempuan dengan mempelai laki-laki; sedangkan penyamun membangun hubungan transaksional atau hitung-hitungan dengan Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya.-

—– ooooo —–

LYDIApaulus-mengajar-lidia-dkk-di-pinggir-sungai

            Rasul Paulus dan teman-teman sepelayanannya sedang dalam memenuhi visi dari Tuhan untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah di daerah Makedonia. Kota pertama yang dikunjunginya adalah kota Filipi. Yang menarik adalah bahwa dalam upaya penjangkauan jiwa-jiwa itu terdapat pelajaran penting yang bersifat universal dalam hidup ini. Dalam Kisah Para Rasul 16:13-15 kita dapati adanya 8 (delapan) pelajaran yang dimaksudkan.

            Pertama, pentingnya prinsip dugaan (ayat 13). Di hari Sabat Rasul Paulus menduga akan ada orang-orang Yahudi yang beribadah di sinagoge. Dugaannya tepat dan di sinagoge itulah ia dan rekan-rekannya memberitakan Injil. Dalam hidup ini sebagian besar peristiwa sebenarnya bisa kita duga. Tuhan memberikan akal budi kepada kita untuk bisa menduga apa yang akan terjadi, baik terhadap hal yang buruk atau hal yang baik.

Kedua, pentingnya menetapkan skala prioritas (ayat 13). Rasul Paulus menetapkan perempuan-perempuan sebagai skala prioritas penginjilannya. Ia mengganggap mereka lebih mudah dijangkau lebih dahulu. Dalam setiap kesempatan kita harus mampu melihat mana yang lebih dulu harus diutamakan atau didahulukan berdasarkan skala prioritas yang benar.

Ketiga, pentingnya mendengar orang yang berotoritas berbicara (ayat 14). Lydia adalah orang kaya, yang berhasil dalam bisnisnya. Namun demikian ia tahu diri. Ia berhasil dalam bidang bisnis, tetapi ia membutuhkan Rasul Paulus sebagai hamba Tuhan yang berotoritas dalam menyampaikan firman Tuhan. Kesediaan mendengar semacam ini membutuhkan kerendahan hati, dan orang-orang yang bersedia mendengar seperti Lydia akan dapat memahami pesan dengan baik dan menerimanya dengan kelapangan hati.

Keempat, pentingnya memiliki sikap hidup beribadah kepada Tuhan (ayat 14). Artinya, dalam segala aspek hidup ini kita harus melibatkan Tuhan. Ia adalah Allah yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan kita (Roma 8:28). Setiap keberhasilan harus dipandang sebagai anugerah-Nya, bukan semata-mata kehebatan kita. Setiap kegagalan pun dilihat dalam perspektif Tuhan agar kita bisa menjadi orang yang lebih bijaksana.

Kelima, pentingnya Tuhan membuka hati (ayat 14). Seringkali kita berhadapan dengan orang-orang yang menutup hatinya untuk hal-hal yang baik, dan lebih terbuka untuk hal-hal yang buruk. Agar berbagai hal yang baik bisa diterima, dibutuhkan adanya campur tangan Tuhan dalam membuka hati orang-orang tersebut. Jika Tuhan yang membuka hati, maka apa yang tadinya mustahil menjadi niscaya. Bukankah hati raja seperti batang air di tangan Tuhan (Amsal 21:1).

            Keenam, pentingnya memperhatikan seluruh keluarga (ayat 15). Lydia tidak hanya menikmati keselamatan di dalam Yesus Kristus seorang diri. Ia mengasihi seisi keluarganya sehingga semuanya terselamatkan. Apakah keberhasilan kita juga dibagikan kepada anggota keluarga yang lain? Apakah pengalaman iman bersama Tuhan dan kepastian keselamatan kita di dalam Yesus Kristus sudah dibagikan kepada mereka?

Ketujuh, pentingnya memiliki motivasi yang benar (ayat 15). Apa motivasi Lydia meminta Rasul Paulus dan rekan-rekannya menumpang di rumahnya? Tentu bukan supaya Rasul Paulus tidak mengungkat-ungkit dosa dalam bisnisnya, melainkan sebagai ungkapan terimakasih yang tulus atas pelayanan Rasul Paulus kepadanya dan kepada seisi keluarganya. Apa motivasi Rasul Paulus menerima permintaan Lydia? Tentu bukan sesuatu yang memang sudah diinginkannya dari semula, melainkan agar Lydia berkesempatan melakukan sesuatu yang indah bagi Tuhan yang telah menyelamatkannya melalui perbuatan baik kepada hamba-hamba-Nya.-

 —– ooooo —–

 

BERTUMBUH DAN BERKEMBANG

Dalam Yesaya 54:2-3, kita diminta untuk melapangkan tempat kemah kita. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kita diminta untuk bertumbuh dan berkembang. Bertumbuh dan berkembang tidak dibatasi oleh usia. Bertumbuh dan berkembang bisa berarti mengenai pelayanan kita, bisnis kita, dan sebagainya. Ada 3 (tiga) prinsip penting mengenai bertumbuh dan berkembang ini.

Pertama, Tuhan menghendaki kita untuk bertumbuh dan berkembang dalam segala aspek kehidupan kita. Fisik, mental, dan spiritual kita dikehendaki Tuhan untuk mengalami sebuah pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya dalam bisnis, bisnis kita menjadi maju dan berkembang dengan mendapatkan banyak keuntungan.

Kedua, Tuhan sudah memberikan potensi kepada kita untuk bertumbuh dan berkembang. Seperti perumpamaan talenta (Matius 25:14-30), kita diberi sesuai dengan kemampuan kita. Kita hanya diminta untuk mengembangkannya. Jangan sampai kita menjadi seperti hamba yang diberikan 1 talenta (senilai ± Rp. 300 juta,-) dan tidak berbuah apa-apa. Kita harus bermultiplikasi (perpangkatan) yaitu memanfaatkan potensi kita semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang juga optimal. Berbeda dengan pertambahan dan perkalian yang hasilnya tidak sebanyak multiplikasi.

Ketiga, Tuhan menghendaki akan proses pertumbuhan dan perkembangan dilakukan sesuai dengan cara-Nya. Cara Tuhan adalah cara yang benar. Namun, tentu ada cara-cara dunia yang salah. Salah satunya adalah dengan menyingkirkan orang lain. Orang cenderung ingin menjadi yang terdepan dengan menjatuhkan orang lain. Namun kita harus ingat bahwa ada hukum tabur tuai dimana ketika kita melakukan hal buruk pada orang lain, suatu saat kita dapat mengalaminya. Selain menyingkirkan orang lain, sebagian besar orang ingin berkembang dengan cara yang instan. Cara instan atau dengan kata lain ‘mendadak’ bisa menyebabkan kecewa dan ketidaksiapan mental. Tidak akan ada kesabaran dan ketaatan di dalamnya. Ketidakjujuran juga cara yang salah dalam proses berkembang. Sedangkan cara yang benar antara lain dengan menghargai orang lain atau memberikan apresiasi. Selain itu, kita juga bisa menghargai orang lain dengan menjaga etika dengan orang lain. Kita juga harus mau untuk bayar harga yaitu mengalami penderitaan dan berbagai kesulitan. Dan yang terpenting adalah jujur dan terbuka.

Dengan prinsip-prinsip ini, kita bisa tumbuh dan berkembang dalam segala aspek kehidupan kita dan tentunya bisa menghasilkan buah-buah berkat bagi sesama kita.-

—– ooooo —–

RAHASIA MENJADI KUAT DI DALAM TUHAN

            Rasul Paulus menyatakan dalam Efesus 6:10, “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.” Setelah kita diselamatkan, kita berada di dalam Kristus. Tetapi bagaimana agar kita tetap kuat di dalam Tuhan?  Kita akan melihat contoh kehidupan Raja Yosafat. Alkitab menyatakan “Yosafat makin lama makin kuat, menjadi luar biasa kuat. …” (2 Taw. 17:12).  Apa yang dilakukan Yosafat yang bisa kita teladani?

            Pertama, membangun benteng benteng (2 Taw. 17:12b). Bagi kita, benteng itu adalah iman dan doa. Pertahanan iman dan doa harus sekuat mungkin supaya serangan Iblis tidak menembus. Dalam skala kecil kita menggunakan ‘perisai’ iman, dan dalam skala besar kita membangun ‘benteng’ iman dan doa. Bentengi hati kita dari hal-hal yang negatif!

            Kedua, membangun kota kota perbekalan (ekonomi – 2 Taw. 17:12b). Kita harus berhemat dalam pengeluaran, mengatur keuangan kita yang merupakan berkat Tuhan itu dengan penuh tanggung jawab. Kalau kita teledor, kita bisa mengalami kesulitan, seakan-akan Tuhan tidak memberkati padahal kitalah yang tidak bisa mengelolanya dengan baik.

Ketiga, membangun ketaatan (2 Taw. 17:3-4, 9). Tidaklah cukup hanya membangun benteng dan kota perbekalan, namun hubungan vertikal dengan Tuhan juga penting. Orang yang tidak memiliki hubungan baik dengan Tuhan, saat ia kaya akan sombong, merasa bisa segala-galanya. Banyak orang ketika kota perbekalannya kuat, tapi pengajarannya lemah, lalu meninggalkan Tuhan. Raja Yosafat mengutamakan pengajaran firman Tuhan dan hidup dalam ketaatan. Pengajaran itu sulit. Lebih banyak orang suka mendengar yang mau ia dengar,  yang berupa teguran tidak mau.

            Keempat, membangun tim (2 Taw. 17:13). Kekuatan pemimpin yang hebat bukan karena ia bisa melakukan segala hal, melainkan jika ia mampu membentuk tim yang solid. Kalau mau cepat lakukan sendiri, tetapi kalau mau langgeng, lakukan dengan tim.    Keluarga adalah tim, dengan pembagian fungsi masing-masing. Dimana ada kesatuan dan kerukunan di situ berkat Tuhan mengejar. Yosafat membentuk tim. Tuhan Yesus pun membentuk tim dalam pelayanan yang dampaknya dahsyat.

            Kelima, membangun pujian bagi Tuhan (2 Taw. 20:3; 26-30). Sekalipun keempat hal di atas telah dilakukan, Yosafat menjadi takut saat musuh menyerang. Ia lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN.  Apa yang kita lakukan waktu takut? Bukan mengandalkan manusia melainkan mengandalkan Tuhan. Nantikan Tuhan, pujilah Tuhan. Ia yang akan berperang bagi kita.-

 —– ooooo —–

MENGENAL YANG SESAT DAN YANG BENAR

            Alkitab menyatakan bahwa di antara tanda-tanda Akhir Zaman, penyesatan merupakan salah satunya di samping: bencana alam, kelaparan, sakit penyakit, peperangan, situasi di Israel, dan pemberitaan Injil yang semakin gencar (Mat. 24:4, 5, 24). Berikut ini adalah ciri-ciri pengajaran yang sesat.

Pertama, menentang kebenaran. Tuhan Yesus berkata bahwa firman Allah itu adalah kebenaran (Yoh. 17:17). Berarti firman Allah adalah standar tertinggi kebenaran. Jika ada prinsip yang bertentangan dengan kebenaran, berarti termasuk penyesatan. Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar mewaspadai adanya pengajar sesat seperti Aleksander (2 Tim. 4:14-15). Biasanya ajaran yang sesat bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan mengenai 7 (tujuh) hal ini: Allah, Yesus Kristus, Roh Kudus, manusia, dosa, keselamatan, dan kehidupan kekal. Kita harus selalu mewaspadainya.

Kedua, menambah atau mengurangi kebenaran. Wahyu 22:18-19 mengingat kita untuk tidak menambah atau mengurangi kebenaran firman Tuhan dengan prinsip atau pengajaran apapun juga.  Pengalaman orang percaya merupakan peneguhan atas kebenaran firman Tuhan, bukan penambahan. Jangan pula mengurangi kebenaran firman Tuhan dengan membuang bagian-bagian firman Tuhan yang dipandang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Ketiga, menampilkan kuasa supranatural. Para penyesat mau meniru mukjizat dan tanda ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Bahkan di tengah Masa Aniaya Besar (Great Tribulation), ada Nabi Palsu yang mampu mendatangkan api dari langit, member nafas hidup kepada benda mati, dan sebagainya (Why. 13:13-14).

Keempat, menampilkan figur kharismatis. Jangan pernah mengidolakan atau memberhalakan seorang hamba Tuhan, siapapun dia. Tuhanlah yang memberikan karunia dan kemampuan khusus kepada hamba Tuhan tertentu, sehingga pujian harus dikembalikan kepada-Nya. Pengkultusan terhadap hamba Tuhan bisa berujung kepada penyesatan.

Kelima, mendatangkan keuntungan besar bagi diri sendiri. Pada umumnya orang yang menyesatkan selalu berfokus bagaimana mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri,  Seorang hamba Tuhan sejati justru menggunakan berkat yang ada untuk menoling sesama.

Agar tidak terjebak dalam penyesatan, ada tiga tips yang harus kita lakukan, yaitu: (1) mengenal dan menaati suara Sang Gembala, yaitu Yesus Kristus melalui Roh Kudus-Nya yang ada di dalam kita; (2) tidak meninggalkan persekutuan bersama orang-orang percaya; dan (3) selalu menguji setiap roh (2 Tim. 4:1).

 —– ooooo —–

 SYUKUR YANG TIDAK LUNTUR

Lukas 17:11-19

Dalam bulan pengucapan syukur ini kita akan belajar tentang kisah 10 (sepuluh) orang kusta yang dijamah oleh Tuhan Yesus. Ada 4 (empat) hal penting untuk kita bisa memberikan ucapan syukur yang tidak luntur.

Pertama, introspeksi (ayat 12). Kesepuluh orang itu mengadakan introspeksi diri dan menyadari bahwa mereka menderita penyakit yang saat itu dianggap sebagai kutukan Tuhan. Mereka bukan saja menderita penyakit yang bisa membawa kepada kematian, melainkan juga terisolisasi dari pergaulan masyarakat luas. Penyakit kusta dapat merupakan lambang masalah kehidupan yang begitu berat yang bisa dimiliki setiap orang entah karena musibah atau karena kelalaian yang dilakukannya. Kita harus terus mengadakan introspeksi dengan menempatkan diri “berdiri dari jauh” untuk bisa memperoleh pertolongan Tuhan. Orang yang mengintrospeksi diri tidak akan memaksa atau mendesak Tuhan, melainkan memohon belas kasihan-Nya.

Kedua, mencari solusi (ayat 13). Mereka tidak menerima keadaan diri mereka begitu saja, melainkan mencoba dan berusaha keras untuk memperoleh solusi atas masalah mereka dengan datang kepada alamat yang tepat: Tuhan Yesus Kristus. Mereka mengenal siapa Yesus, yaitu Sang Mesias yang mampu melakukan banyak mukjizat dan keajaiban. Mereka pun … semuanya … mengalami kesembuhan (ayat 14)! Datanglah kepada-Nya, sebab di dalam Tuhan Yesus Kristus selalu ada jalan keluar.

Ketiga, mencari atensi (ayat 15-16). Menyadari bahwa kesembuhan telah diperoleh, kesepuluh orang ini terbagai ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama yang terdiri atas 9 orang lebih suka mencari atensi atau perhatian dari para pemuka agama. Bagi yang seorang – orang Samaria – justru kembali kepada Yesus Kristus untuk mendapatkan hubungan yang indah. Ia memuji Allah, dan sujud menyembah kepada-Nya. Perkenan siapakah yang kita cari: perkenan manusia ataukah perkenan Allah sendiri (Kol. 2:20-23)?

Keempat, solusi tertinggi (ayat 17-19). Yesus Kristus sangat menghargai seorang yang mengucap syukur kepada-Nya. Ia bahkan mengarunikan keselamatan kepadanya. Kesembilan orang yang lain sembuh hanya secara fisik, tetapi orang Samaria ini selain sembuh secara fisik, juga menerima keselamatan, hidup yang kekal. Ini adalah solusi tertinggi.-

—– ooooo —– 

BERKAT TERSELUBUNG

Pendahuluan

             Ketika seorang anak menyatakan keinginannya kepada ayahnya bahwa ia ingin melihat pelangi, ayahnya berkata agar ia bersedia menunggunya. Saat itu langit sedang cerah. Namun kemudian perlahan-lahan berawan dan dari awan yang semula putih menjadi kelabu kemudian menjadi gelap. Sang anak ketakutan, dan bertanya di mana pelanginya. Ayahnya kembali berkata agar ia tetap menunggunya. Tak lama kemudian, dari awan yang gelap pekat itu turun hujan lebat. Segera sesudah hujan reda, mulailah nampak pelangi yang indah. Ketika sang ayah melihat awan gelap ia tetap tenang sebab ia mengerti bahwa awan gelap harus datang terlebih dahulu, baru kemudian pelangi akan muncul. Tidak demikian halnya dengan si anak. Ia ketakutan dan penuh kecemasan, seolah-olah keinginannya tak terpenuhi. Ia belum memahami proses alam yang terjadi. Setelah ia melihat pelangi dan memperoleh penjelasan dari ayahnya barulah ia mengerti bahwa pelangi tidak datang begitu saja. Ada sesuatu yang mendahuluinya, yang nampaknya sangat tidak menyenangkan, yaitu datangnya awan gelap.

Ada di antara orang percaya yang belum memahami hal ini, yakni bahwa selalu ada berkat Tuhan dalam setiap peristiwa. Tulisan ini dibuat dengan maksud membuka mata rohani kita untuk melihat prinsip yang indah ini dalam Alkitab, yang jika dikalimatkan menjadi peribahasa yang sangat terkenal. “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” atau “Habis gelap tampaklah terang.”

Kelimpahan Di Balik Kekurangan

           Tak ada seorang pun yang bersedia menjadi budak seperti Yusuf. Ia adalah anak Yakub yang kaya raya, namun ia dijual oleh saudara-saudaranya dan menjadi budak di rumah Potifar. Sesudah ia difitnah oleh isteri Potifar, Yusuf dipenjarakan dan tentunya ia berkekurangan. Hanya oleh karena janji Tuhan kepadanya yang diberikan-Nya dalam mimpinya, maka Yusuf dipimpin oleh Tuhan hingga menjadi raja muda di Mesir. Proses hidup dalam kekurangan menjadikannya orang yang sangat bijaksana dalam kelimpahan. Ia tidak segera menghabiskan kelimpahan yang ada dalam tujuh tahun, melainkan menyimpannya sehingga ia tetap mampu menghidupi banyak orang ketika masa kekekeringan yang hebat terjadi tujuh tahun berikutnya (Kej. 37-50).

Hanya orang yang pernah berada dalam kekurangan akan dapat memahami arti dari setiap berkat Tuhan, sekecil apapun. Itu berarti bahwa ketika kita berada dalam kekurangan, Tuhan sedang mengajar kita untuk menghargai setiap berkat yang Ia berikan.

Pertumbuhan Di Balik Tekanan

            Tak ada seorang pun yang suka akan penindasan atau tekanan seperti yang dialami umat Tuhan ketika mereka menjadi budak di Mesir. Selama kurang lebih 400 tahun mereka terus berada dalam tekanan. Namun justru dalam tekanan yang demikian, umat Tuhan semakin bertambah jumlahnya, terjadi pelipatgandaan jumlah populasi umat Tuhan (Kel. 1:10b). Demikian pula dengan kehidupan orang Kristen mula-mula. Tak ada yang salah dengan iman mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Namun ketika jumlah orang percaya semakin banyak, mulailah terjadi penganiayaan yang hebat. Namun justru penganiayaan semacam itu membuat mereka semakin tersebar dan berkembang (Kisah 5:40; 6:7).  Sebaliknya, dalam perkembangannya lebih lanjut, Sejarah Gereja mencatat tentang Kaisar Konstantin yang mengeluarkan suatu keputusan bahwa Agama Kristen menjadi agama Negara. Keputusan yang dikenal sebagai Maklumat Milan (edict of Milan) itu dikeluarkan pada tahun 313 M, dan mengubah dunia kekristenan dari kaum yang tertindas menjadi kaum yang memperoleh kemerdekaan seluas-luasnya. Orang Kristen berada dalam zona nyaman. Terhentilah perkembangan dan pertumbuhan mereka. Yang banyak bermunculan adalah orang-orang Kristen yang tanpa pertobatan. Misi dan penginjilan melambat …

Jadi ketika kita berada dalam tekanan, percayalah bahwa di balik itu ada potensi pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Seperti anggur dan biji zaitun dalam perasan: semakin ditekan, semakin menghasilkan air anggur dan minyak zaitun.

Kesempatan Di Balik Tantangan

Ketika umat Israel meninggalkan Tuhan dengan beribadah kepada ilah-ilah, Tuhan mendisiplin mereka dengan mengijinkan bangsa Aram-Mesopotamia menindas mereka. Mereka meminta ampun kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya agar dibebaskan dari akibat kekuasaan bangsa Aram-Mesopotamia tersebut. Tuhan yang penuh kasih mendengar seruan mereka dan memenuhi Otniel dengan Roh Kudus-Nya. Otniel menjadi pembebas bagi bangsanya. Mengapa Otniel?

Alasannya sederhana. Ia dipilih Tuhan menjadi hakim atas bangsanya, karena jauh hari sebelumnya ia mau menerima tantangan yang sangat besar. Saat itu Kaleb, pamannya menawarkan kepada para generasi muda untuk ikut serta menaklukkanKota Kiryat-Sefer di Hebron. Namun hanya Otniel, keponakannya sendiri, yang bersedia menerima tantangan yang besar itu. Otniel pun maju memerangi penduduk Kiryat-Sefer dan berhasil menang. Otniel memperoleh kota itu dan sekaligus mendapatkan Akhsa, puteri Kaleb menjadi isterinya (Yos. 15:13-19).

Hanya orang yang mampu melihat kesempatan di balik setiap tantangan, yang akan memperoleh apa yang ia harapkan. Tuhan menghargai orang yang mau menerima kesempatan yang diberikan-Nya. Orang yang bersikap pesimis selalu melihat adanya tantangan dalam setiap kesempatan. Sedangkan orang yang bersikap optimis selalu melihat adanya kesempatan dalam setiap tantangan. Sikap manakah yang Saudara miliki?

Kemuliaan Di Balik Penderitaan (Daniel)

            Sebagian besar orang akan terus menggerutu ketika mereka mengalami penderitaan. Apalagi jika penderitaan itu tidak harus ia tanggung. Ada orang yang terus menggerutu karena kesalahan orang tuanya yang kalah berjudi, atau salah dalam mengurus bisnisnya sehingga membuat keluarga masuk dalam kesulitan ekonomi yang besar, dan anak-anak tidak dapat melanjutkan studi dengan baik. Ada pula yang menggerutu menyalahkan pemerintah ketika jumlah pengangguran semakin bertambah.

Tidak demikian halnya dengan Daniel. Bersama dengan beberapa rekannya, ia berada di Babel sebagai tawanan. Daniel berasal dari kalangan bangsawan. Tetapi kali ini ia menjadi orang buangan. Namun Daniel tidak menggerutu. Juga ketika Babel ditaklukkan oleh Kerajaan Persia dan ia tetap menjadi tawanan di istana Raja Darius.

Ia dapat memperoleh kemuliaan dengan menduduki jabatan sebagai salah satu dari menteri utama di  pemerintahan Darius (Dan. 6:1-29). Saat Daniel terancam masuk ke gua singa karena ia beribadah kepada Allah Abraham, Ishak dan yakub, ia tetap setia kepada-Nya. Ia justru semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, dan terus berkarya bagi bangsa asing yang memanfaatkannya. Justru musuh-musuhnya kemudian dihukum oleh raja dan menjadi santapan singa-singa yang lapar itu.

Apakah Saudara sedang berada dalam situasi yang sangat tidak menyenangkan? Berhentilah menggerutu. Ambil sikap sebaliknya, yaitu bersyukur kepada Tuhan. Karena di saat-saat seperti itu Allah tetap bisa mengangkat Saudara ke dalam posisi yang mulia! Jadi bertahanlah dan nantikan campur tangan Tuhan dalam kehidupan Saudara.

Kekuatan Di Balik Kelemahan

            Siapa yang mau tetap berada dalam kondisi lemah karena sakit? Kita tentu sangat mengharapkan jamahan tangan Tuhan – sesuai dengan janji-Nya – untuk menyembuhkan dan memulihkan kita. Bukankah oleh bilur-bilur-Nya kita bisa mengalami kesembuhan itu (1 Pet. 2:24). Tetapi bagaimana jika kesembuhan belum kunjung datang?

Rasul Paulus pernah mengalami hal itu. Ia menderita sakit. Para penafsir mengatakan bahwa ia mengidap sakit pada matanya akibat cahaya kemuliaan Tuhan yang terpancar saat dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menganiaya umat Tuhan (Kisah 9:1-9). Telah tiga kali ia berdoa agar Tuhan menjamah dan menyembuhkannya. Namun kesembuhan itu tidak kunjung ia peroleh. Apa kata Tuhan? “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Kor. 12:9).

Jadi ketika kita berada dalam kelemahan, ketika kita tidak berdaya, tetaplah bersyukur. Tuhan mempunyai maksud yang indah dalam semuanya itu. Ia lebih mementingkan karakter kita agar tidak sombong, dari pada melihat kita sehat tetapi kemudian jatuh dalam kesombongan. Lihatlah anugerah Tuhan yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, dan jangan mudah kecewa kepada-Nya. Tuhan paling mengerti keberadaan kita. Ia lebih tahu siapa kita dari pada diri kita sendiri.

 Kehadiran Tuhan Di Balik Kesendirian

            Baik Yehezkiel maupun Yohanes berada dalam kesendirian. Kondisi itu mereka alami bukan karena mereka ingin menyendiri, melainkan karena resiko yang mereka tanggung sebagai hamba-hamba Tuhan. Nabi Yehezkiel berada di tepi Sungai Kebar bersama para buangan. Memang berada di tengah banyak orang, namun tetap merasa sendiri? Mengapa? Karena hanya dia yang diberitahu Tuhan tentang keberadaan umat Tuhan sebagai bangsa buangan. Namun Yehezkiel justru bisa memperoleh penglihatan-penglihatan tentang Allah. Ia mengalami kuasa kehadiran-Nya dan itu cukup menguatkan dia untuk terus melayani sebagai nabi Tuhan (Yeh. 1:1-28).

Demikian pula dengan Yohanes, salah seorang murid Tuhan Yesus Kristus. Ia dibuang ke Pulau Patmos karena Injil. Ia tidak mengegrutu. Sebaliknya, ia bersyukur kepada Tuhan. Bahkan, di tempat yang sepi dan sendiri itu ia memperoleh penglihatan tentang Tuhan Yesus Kristus dalam kemuliaan. Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit baginya adalah Alfa dan Omega. Ia juga memperoleh wahyu Tuhan Yesus Kristus tentang akhir zaman yang begitu luar biasa (Why. 1:9-20).

Ada banyak orang di masa tuanya, ketika ia merasa sepi dan sendiri, terus menggerutu dan menyesali diri. Namun ada banyak orang lain justru tetap bisa menghasilkan karya-karya besar ketika ia berada dalam kesendirian. Ada buku-buku bagus yang ditulis pada situasi yang sulit semacam itu. Ada karya-karya seni yang luar biasa yang dihasilkan dalam kesepian dan kesendirian. Tuhan Yesus berjanji bahwa Ia tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan kita. Sebenarnya, kita tidak pernah sendiri. Nama-Nya adalah Imanuel … Allah beserta kita. Jadi tetaplah bersyukur dan hasilkan karya besar bersama Tuhan, ketika kita merasa sepi dan sendiri.-

—– ooooo —–

 

PENOLAKAN DAN PENERIMAAN

Kisah Natal dalam Alkitab ditulis dalam Injil Matius dan Injil Lukas. Injil Matius melihat Yesus sebagai Raja sehingga Injil yang ditulis dalam pengilhaman Roh Kudus ini diawali dengan “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud …” dan kisah tentang kunjungan orang-orang majus dari Timur. Injil Lukas melihat Yesus sebagai Anak Manusia, oleh sebab itu dalam silsilah Yesus Kristus dituliskan “… Ia adalah anak Yusuf, anak Eli.” (Luk. 3:23) serta kisah berita sukacita dari para malaikat kepada para gembala di padang Efrata. Injil Markus tidak mengisahkan kelahiran Yesus Kristus karena Injil ini melihat Yesus Kristus sebagai Hamba.

Yohanes memandang Yesus Kristus sebagai Anak Allah, yaitu Firman yang menjadi Manusia. Dalam kedatangan-Nya di dunia Yesus Kristus mengalami penolakan dan penerimaan. Yesus Kristus ditolak sekalipun Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, manusia yang diciptakan menurut citra-Nya (Yoh. 1:11). Ada dua alasan mengapa manusia menolak-Nya: pertama, karena manusia tidak mengenal-Nya; kedua, karena secara alamiah, manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang (Yoh. 3:19). Mereka yang berbuat jahat pasti membenci terang, karena mereka takut apabila kejahatan mereka menjadi nampak kelihatan (Yoh. 3:20). Akibat dari penolakan itu adalah kemungkinan Allah masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk berubah dari menolak menjadi menerima. Apabila kesempatan yang Allah berikan ini diabaikan, maka akhir dari penolakan terhadap Allah adalah kebinasaan kekal.

Sebaliknya, jika manusia mau menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, maka ia akan mengalami perubahan status dari musuh Allah karena dosa menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Dengan menjadi anak-anak Allah maka kita menjadi ahli waris dari janji-janji Allah, menikmati kehidupan penuh dmaai sejahtera dengan Allah dan manusia (Roma 8:17). Bahkan di ujung penerimaan ini adalah kehidupan kekal yang Allah sediakan bagi kita.

Allah pun bisa menolak atau menerima manusia. Dalam Hosea 4:6 Allah menolak karena umat-Nya yang justru menolak Dia terlebih dahulu. Allah bermaksud menyatakan diri-Nya untuk dikenal, tetapi umat-Nya enggan bahkan menolak pengenalan itu. Penolakan Allah ini bisa berakibat tidak adanya hubungan lagi antara Allah dengan umat-Nya, bahkan berdampak kepada generasi berikutnya. Sebaliknya, penerimaan Allah atas kita akan menghasilkan kehidupan yang penuh damai sejahtera dan berdampak ke sekitarnya. Penerimaan Allah atas kita membuat kita dapat menikmati persekutuan yang intim dengan Allah, dan memperoleh kehidupan kekal kelak di sorga.- (TIM)

 —– ooooo —–

HIDUP TIDAK BERCELA

Filipi 2:12-18

            Melalui perikop ini kita mengetahui bahwa Allah menginginkan hidup kita tidak bercela di dalam Tuhan Yesus Kristus. Mengapa? Ada 4 (empat) alasan mengapa hidup kita sebagai pengikut Kristus seharusnya tidak bercela. Pertama, karena itu adalah tujuan Tuhan memberikan anugerah keselamatan kepada kita yaitu untuk tampil beda di tengah-tengah generasi yang bengkok hatinya dan sesat ini (ayat 15). Kedua, karena itu merupakan syarat kita menerima segala kebaikan Tuhan baik kasih, kemuliaan, dan pelbagai kebaikan lainnya (Maz. 84:12). Ketiga, karena keberadaan tidak bercela merupakan syarat mutlak penyelamatan yang telah dan akan Tuhan kerjakan atas kita. Nuh diselamatkan dari hukuman Air Bah, karena ia memiliki hidup yang tidak bercela (Kej. 6:9). Ia telah memberitakan rencana hukuman Tuhan atas bumi ini, tetapi di antara orang-orang sezamannya tidak ada seorang pun yang mau mendengarnya. Hanya Nuh bersama ketujuh anggota keluarganya (seorang isteri, tiga orang anak, dan tiga orang menantu) yang diselamatkan. Keselamatan yang akan datang berupa kebangkitan dari antara orang mati atau pengangkatan (rapture). Hanya mereka yang tidak bercela yang mengalami Pengangkatan ini. Apabila kita kedapatan bercela, maka kita tidak mengalami Pengangkatan. Akibatnya, kita akan masuk ke dalam Masa Tribulasi yang begitu mengerikan. Keempat, kehidupan tidak bercela menjadi syarat untuk bisa menjadi Mempelai Perempuan Kristus (Efs. 5:27).

Adapun bentuk kehidupan yang tidak bercela ini adalah sebagai berikut. Pertama, kehidupan yang senantiasa taat kepada firman Allah (ayat 12). Ketaatan itu merupakan suatu bukti komitmen kita sebagai pengikut Kristus, dan sekaligus meneladani Yesus Kristus sendiri yang telah taat kepada Bapa-Nya sampai mati di kayu salib (bdk. Flp. 2:1-11). Kedua, kehidupan yang bebas dari persungutan dan perbantahan. Umat Israel tidak dapat masuk ke Tanah Perjanjian karena sepanjang jalan mereka selalu bersungut-sungut dan berbantah-bantah. Tidak mau mengucap syukur atas segala kebaikan Tuhan yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan menuntun serta memelihara mereka dengan ajaib.

Untuk bisa memiliki kehidupan yang tidak bercela, maka kita dapat memperolehnya dengan: (1) takut dan gentar (ayat 12); (2) bergaul atau berjalan dengan Allah sehingga Ia yang mengerjakannya bagi kita (ayat 13); (3) berpegang kepada firman kehidupan (ayat 16).

Hasil dari kehidupan yang tidak bercela adalah sukacita besar yang tidak berhingga, karena kehidupan kita berkenan kepada-Nya (ayat 17-18).-

—– ooooo —–

SEMAKIN MENGASIHI TUHAN

Memasuki tahun yang baru kita perlu menetapkan beberapa komitmen penting. Salah satu komitmen itu adalah: semakin mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Mengapa hal ini penting? Pertama, karena kedatangan Tuhan sudah lebih dekat dibandingkan tahun lalu. Mengasihi Tuhan merupakan persiapan penting menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali, di mana orang yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan, dan kita yang masih hidup akan diubah dalam sekejap dan mengalami pengangkatan (rapture). Kedua, karena mengasihi Tuhan merupakan hukum yang terutama dan pertama (Mat. 22:37). Dengan mengasihi Tuhan maka kita telah melakukan 4 (empat) butir pertama dalam Dasatitah. Kualitas mengasihi Tuhan harus dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi. Artinya, dengan segenap keberadaan kita. Ketiga, karena mengasihi Tuhan mendatangkan berkat. Dalam 1 Korintus 16:22, Rasul Paulus menggunakan metode yang sangat keras, “Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!” Nampaknya jika menggunakan kalimat “Siapa yang mengasihi Tuhan, diberkatilah ia” kurang menggugah jemaat di Korintus untuk mengasihi Tuhan. Sebenarnya makna kedua kalimat itu sama, namun memang ada orang-orang yang baru tergugah jika ia mendengar istilah yang sangat keras, seperti “terkutuklah!” Lalu, bagaimana cara kita mengasihi Tuhan?

Pertama, kita bisa mengasihi Tuhan dengan memiliki keintiman dengan Dia. Kidung Agung 5:2-6 menyatakan secara simbolis hubungan kasih antara Tuhan dengan Gereja-Nya. Seringkali kita menunda-nunda untuk bersekutu dengan Tuhan dalam doa dan firman-Nya dengan berbagai alasan. Ketika kita benar-benar merindukan-Nya, momen yang indah telah lenyap. Oleh sebab itu miliki hubungan yang intim dengan Tuhan secara teratur setiap hari.

Kedua, kita bisa mengasihi Tuhan dengan melakukan segala atau semua perintah-Nya (Yoh. 14:15). Tentu ini merupakan hal yang sulit. Tetapi jika kita mau melakukannya, maka Tuhan Yesus menyatakan bahwa ada Penolong, yaitu Roh Kudus yang akan menuntun kita dalam ketaatan terhadap perintah-Nya (Yoh. 14:16). Tanpa pertolongan Roh Kudus, kita tidak akan pernah mampu melakukan perintah Tuhan.

Ketiga, kita bisa mengasihi Tuhan dengan cara mengasihi sesama kita. Kita tidak mungkin dapat mengasihi Tuhan yang tidak dapat kita lihat, jika kita tidak mengasihi sesama kita yang bisa kita lihat (1 Yoh. 4:20). Kepedulian dan kasih kita kepada sesama merupakan cara kita mengasihi Tuhan. Lakukan segera apa yang baik bagi sesama kita!

—– ooooo —–

 

SEMAKIN BERKENAN KEPADA ALLAH DAN MANUSIA

Yang dimaksud dengan perkenanan Allah (favor of God) adalah “Allah akan memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan untuk mengembangkan citra-Nya dalam kehidupan kita dan untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan panggilan dan pilihan-Nya atas kita”. Seperti yang tercatat pada 1 Samuel 2:26, Samuel sebagai orang yang berkenan dan disukai Allah.  Bagaimana cara agar kita menjadi berkenan kepada Allah maupun kepada manusia?

  1. Peran dan teladan orangtua (1 Samuel 1:22, 27-28) – Keteladanan orangtua tidak bisa dihindari, seperti kisah Hana. Hana memiliki kerinduan untuk memiliki anak, ia senantiasa berdoa pada Tuhan. Setelah memperoleh Samuel, ia mendidiknya. Ketika kita mendidik anak-anak dengan benar, masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang (Amsal 22:6).
  2. Melatih ketaatan dari perkara kecil (1 Samuel 3:10) – Sejak kecil Samuel sudah taat jika ia dipanggil oleh imam Eli. Itulah sebabnya ketika Tuhan yang memanggilnya, ia menaatinya. Setiap pagi ketika Tuhan memanggil kita, bagaimana sikap kita?
  3. Menyesuaikan hati dengan hati Tuhan (1 Samuel 8:7, 21) – Samuel memiliki hati seperti hati Tuhan. Ketika ia ditolak oleh bangsanya ia tidak sakit hati, sebab yang ditolak bukanlah dia, tetapi Tuhan yang telah memanggil dan memilihnya. Kita adalah biji mata Tuhan. Saat kita disakiti, Tuhan pun tersakiti. Bukan kita yang membalasanya, melainkan Tuhan sendiri.
  4. Memiliki integritas (1 Samuel 12:3) – Ungkapan “Di sini aku berdiri” (Here I stand) bermakna memiliki integritas, mempersilakan orlah lain mengadakan pengecekan apakah kita hidup benar. Semakin berkenan kepada Tuhan berarti semakin bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan-Nya kepada kita.
  5. Memiliki konsistensi dalam pelayanan (1 Samuel 12:23) – Samuel tetap setia melayani di masa tuanya. Walaupun tidak lagi sebagai orang yang aktif secara fisik, namun ia berjanji untuk tetap mendoakan bangsanya, dan menjadi penasihat bagi mereka. Pelayanan berlangsung seumur hidup namun bentuk pelayanan bisa berubah! Tadinya di depan, kemudian berada di tengah, dan akhirnya di belakang, sesuai dengan tahapan usia dalam pelayanan.
  6. Menyesuaikan mata dengan mata Tuhan (1 Samuel 16:6-7) – Walaupun sudah matang dalam pelayanan, Samuel tetap mau mendengar suara Tuhan. Semula ia hanya menggunakan mata jasmaninya, namun kemudian ia mengikuti apa yang Tuhan lihat yaitu hatinya. Tetaplah mendengarkan suara-Nya sepanjang hidup ini.-

 —– ooooo —–

SEMAKIN DIUJI DI AKHIR ZAMAN

            Siapakah di antara kita yang tidak mengalami ujian? Daniel 12:10 mengatakan bahwa ada ujian dalam hidup kita. Jika kita tidak lulus, maka kita akan mengulang ujian itu lagi sampai dinyatakan lulus oleh Tuhan agar kita naik ke tingkat yang lebih tinggi. Ada banyak ujian dari Tuhan bagi kita, di antaranya ada 3 (tiga) bentuk ujian yaitu:

 

  1. Ujian karakter

Karakter seorang pengikut Kristus adalah sama dengan karakter Kristus. Seperti Tuhan menguji Abraham saat ia dihadapkan oleh dua pilihan antara mengasihi Tuhan (mengikuti segala perintah-Nya yaitu mengorbankan anaknya) atau mengasihi anaknya, Ishak (tidak mengorbankannya) (Kej. 22:15-17). Ujian ini menguji kasih dan pengorbanan kita. Memang tidak mudah, namun kita belajar menyerahkan seluruh yang kita punyai untuk Tuhan karena akan selalu ada berkat yang melimpah bagi yang mengasihi Tuhan (ayat 17). Juga pada kisah Musa dimana ada kelemahlembutan dan kebesaran hati yang dimiliki Musa. Sebagai pemimpin, ujian yang dihadapi adalah saat orang lain menginginkan posisinya yaitu Miriam (Bil. 12:1-3). Namun, kita seharusnya ingat bahwa Tuhan yang membela kita dan selalu ada hukum tabur tuai.

  1. Ujian komitmen

Ayub diuji imannya oleh Tuhan. Ia kehilangan harta, kesehatan, dan keluarganya. Namun ia tidak kehilangan Tuhan yang adalah segalanya. Ia tetap setia pada Tuhan. Bahkan ia berkata bahwa ketika ia diuji oleh Tuhan, ia akan keluar seperti emas (Ayub 23:10). Seringkali ketika kita merasa kita kehilangan semuanya, daging kita cenderung mengeluh. Namun dikatakan bahwa Ayub keluar seperti emas yang dimana kita tahu bahwa emas tidak mudah untuk dimurnikan. Ada proses yang dialami. Seperti tempat Mara yang berisi kepahitan namun menuju kepada Elim dengan 70 pohon korma dan 12 mat airnya yang menyegarkan.

Sebagian besar murid Yesus Kristus pun ada yang tidak lulus ujian kemuridan dan mereka mengundurkan diri (Yoh 6:65-59). Kita sering menginginkan mukjizat jasmani saja dari Tuhan, seperti murid Yesus. Namun, tahukah kita bahwa mujizat rohani atau pengajaran akan firman Tuhan juga penting (ayat 68)?

  1. Ujian mental

Otniel adalah seorang yang sangat berani dalam menghadapi tantangan (Yosua 15:16-17). Ia percaya bahwa jika itu adalah Tanah Perjanjian, maka Tuhan yang berjanji dan Tuhan yang memampukannya. Ia memiliki mental baja dengan merespons positif tantangan Kaleb. Ia berperang bersama Tuhan, dan akhirnya ia memperoleh kota Kiryat-Sefer dan Akhsa, putri Kaleb. Mental baja adalah mental yang dibutuhkan orang Kristen, karena selalu ada reward yang diberikan Tuhan kepada kita.-

—– ooooo —–

IMAN DAN KEKUATIRAN

Matius 6:34

 Ketika kita berkata bahwa kita memiliki iman, maka iman kita akan mengatakan “Ya” dan “Amin” terhadap firman Tuhan. Seharusnya dengan iman itu kita mampu menghalau kekuatiran. Tetapi mengapa masih ada kekuatiran dalam kehidupan kita?

  1. Trauma masa lalu. Ada orang yang kuatir melangkah ke masa depan karena ia diliputi trauma kegagalan yang pernah terjadi di masa lalu. Untuk mengatasi hal ini:
  2. Jangan terus mengingat kegagalan yang pernah terjadi, melainkan mengingat karya Tuhan bagi kita dalam keberhasilan di masa lalu (Ul. 7:17-19). Saat umat Israel takut dan kuatir mereka diminta mengingat kuasa Tuhan yang telah bekerja membebaskan mereka dari negeri perbudakan itu. Ingatlah keberhasilan yang pernah kita raih bersama Tuhan.
  3. Kita harus bisa memetik pelajaran penting dari kegagalan di masa lalu (Yes. 43:25). Dalam setiap kegagalan yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita ada hikmat di dalamnya. Kegagalan membuat kita lebih hati-hati dalam mengambil keputusan, dan membuat lebih mampu mengantisipasi apabila peristiwa yang sama akan datang kembali dalam hidup kita.
  4. Kesimpangsiuran informasi. Derasnya informasi yang kita peroleh membuat kita tidak bisa lagi membedakan informasi yang bisa dipercaya dan yang tidak. Untuk mengatasinya:
  5. Kita harus mampu menyaring pelbagai informasi dan hanya memegang informasi yang benar dan akurat (1 Tes. 5:21). Kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan karena dari sana tepancar kehidupan. Jika kita tidak menjaganya baik-baik, informasi yang buruk dan mencemaskan masuk ke dalam hati kita, dan membuat kita kuatir.
  6. Kita harus menyadari bahwa seperti yang Tuhan Yesus sendiri katakan: dunia ini penuh ketidakdilan dan penderitaan (Yoh. 16:33). Kita memang hidup di dunia, tetapi kita bukan hamba dunia ini. Jadilah seperti Daud yang berkata bahwa sekalipun hati dan dagingnya habis lenyap, ia tetap bersuka karena Allah tetap menjadi bagian utama dalam hidupnya.
  7. Ketidakpatian masa depan. Ilmu statistik bisa membuat praduga terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Namun tak ada yang bisa memberikan kepastian 100 %. Untuk menghadapi ketidakpastian ini:
  8. Kita menyusun perencanaan untuk memgantisipasi berbagai kemungkinan (Luk. 14:28-30). Tidaklah salah jika menyusun berbagai perencanaan. Justru ketika kita gagal merencanakan sama artinya dengan kita merencanakan untuk gagal.
  9. Kita belajar berserah kepada Tuhan (1 Pet. 5:7). Sekalipun perencanaan telah kita buat sematang mungkin, kita tidak boleh memastikannya 100 %. Itulah sebabnya kita harus serahkan segala rencana ke dalam tangan-Nya, sebab Tuhan tahu hari esok kita.-

—– ooooo —–

KEMENANGAN DI TAMAN GETSEMANI

Menjelang hari Jumat Agung dan hari Paskah, kita pasti mengingat suatu kemenangan yang luar biasa dari Tuhan kita. Markus 14:32-42 menceritakan kisah saat Yesus Kristus berada di Getsemani. Getsemani berarti “Pemerasan Minyak Buah Zaitun” dimana buah zaitun akan mengeluarkan minyak saat mengalami sebuah tekanan. Yesus mengalami banyak tekanan dan pencobaan yang hebat namun Yesus berhasil menang. Menang atas apa saja?

  1. Menang atas kelemahan tubuh – Kelemahan tubuh sering menghambat rencana Tuhan dalam hidup kita. Ada dua cara yang salah dalam menghadapi tubuh ini, yaitu: memanjakan tubuh untuk kepuasan sesaat (hedonisme) atau sebaliknya, merusak tubuh dengan menyangkali segala keinginannya. Daging memang lemah, bisa lelah dan tertidur seperti yang dialami ketiga murid-Nya (Markus 14:37, 40). Mereka tak bisa menahan kantuk untuk berjaga-jaga. Yesus dapat berjuang untuk melawan kelemahan tubuh-Nya karena ada tujuan kasih yang ingin dicapai, yaitu menyelamatkan manusia yang penuh dosa. Kita juga harus menang atas kelemahan tubuh kita agar tetap bisa melayani dan menjadi berkat.
  2. Menang atas kuasa kegelapan – Yesus telah menang atas pencobaan yang dilakukan Iblis di padang gurun (Matius 4 :11). Tiga bentuk pencobaan, yaitu keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup, merupakan senjata pamungkas Iblis untuk mencobai orang-orang percaya (1 Yohanes 2:16). Pencobaan itu kini disebut dengan “tiga ta”, yaitu: cinta, harta, dan tahta.  Cara melawannya adalah hanya dengan bersandar pada firman Tuhan, bukan dengan kecerdasan kita dan pengalaman kita. Dalam Matius 14:36 memang dikatakan “tidak ada yang mustahil bagi Bapa”. Kalimat itu tidak boleh digunakan untuk memperalat Tuhan guna mendapatkan apa yang kita inginkan. Kalimat itu harus dilanjutkan dengan “bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa”.  Mungkin Tuhan mengizinkan adanya proses yang mendatangkan penderitaan, namun ingatlah bahwa kita akan mendapatkan kemenangan. Yesus pun siap untuk menghadapi Golgota setelah berdoa dengan penyerahan total kepada Bapa-Nya
  3. Menang atas kehendak diri sendiri – Yesus juga pernah dicobai oleh saudara-saudara-Nya untuk mempopulerkan diri-Nya (Yohanes 7:1-13), namun Ia menolaknya, karena Ia tahu waktu dan kehendak Bapa-Nya dengan tepat. Kita sering mengalami tekanan dari sekitar kita yang mungkin bisa membawa kita ke dalam jerat, sehingga bertindak tidak dalam waktu dan kehendak Tuhan. Mari kita miliki kemenangan atas kehendak dan ambisi kita dengan memahami waktu dan kehendak-Nya (Yohanes 6:38).-

—– ooooo —–

MELANGKAH DALAM KEMENANGAN

Ayub 19:25

             Ayub menyampaikan berita yang merupakan pewahyuan dan pengilhaman dari Allah sendiri mengenai Yesus Kristus, Sang Penebus. Ayub telah mengungkapkan 3 (tiga) hal tersebut dengan kata “tahu”, “Penebus”, dan “bangkit”, sebelum Taksonomi Bloom digunakan dalam dunia pendidikan, dimana ada 3 (tiga) aspek penting yang harus tercapai, yaitu aspek kognitif , afektif dan psikomotorik. Para peserta didik belajar tentang tahu, melakukan, menjadi dan hidup bersama sesamanya (learing to know, learning to do, learning to be, dan learning to live with). Dalam ketiga hal ini pula kita akan melangkah dalam kemenangan.

  1. Kemenangan dalam pengetahuan atau pengenalan akan Sang Penebus. Banyak orang yang tahu tentang banyak hal, namun mungkin yang mereka ketahui tidak seharusnya mereka tahu, tidak penting, atau tidak benar. Kita harus tahu apa yang boleh kita tahu, hal-hal yang penting, dan hal-hal yang benar. Rasul Paulus berkata bahwa yang terpenting adalah mengenal Injil, yaitu Kabar Baik tentang Sang Penebus, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang telah menderita, mati dan dikuburkan, bahkan bangkit pada hari yang ketiga (1 Korintus 15:3-4). Yesus Kristus sendiri berkata bahwa kita harus mengenal firman Tuhan, sebab firman-Nya itu adalah kebenaran (Yohanes 17:17). Sejauh manakah kita semakin memiliki pengetahuan dan pengenalan akan hidup dan karya, kasih dan kuasa dari Tuhan kita Yesus Kristus? Sejauh manakah kita mengenal prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan?
  2. Kemenangan dalam pengorbanan Sang Penebus. Ketika kita memandang salib Kristus, maka di sana terjadi penggantian, penebusan, pembenaran, pendamaian, pengudusan, penyelamatan, dan pembaharuan atas kehidupan kita, manusia berdosa. Mata rohani kita harus hanya tertuju atau fokus kepada-Nya. Dengan fokus yang tepat maka kita tidak akan menjadi lemah dan putus asa (Ibrani 12:2-3). Kita pun harus mengikuti jejak-Nya, dimana Ia rela menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung (1 Petrus 2:21).
  3. Kemenangan dalam kebangkitan Sang Penebus. Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus adalah kemenangan atas musuh terbesar umat manusia, yaitu maut! Jika maut saja telah dikalahkan-Nya, berarti tantangan apapun dalam kehidupan kita yang lebih ringan dari maut pun dapat dihalau-Nya (1 Korintus 15:55-57). Firman Tuhan berkata bahwa masalah yang kita hadapi tidak akan melebihi kekuatan kita, dan Tuhan juga akan menyediakan jalan keluar bagi kita. Ketika Roh yang membangkitkan Kristus diam di dalam kita, maka kita pun kelak akan dibangkitkan-Nya! Ini adalah pengharapan kita sebagai orang percaya, yang membuat kita tetap setia mengikut Tuhan Yesus Kristus.

—– ooooo —–

KETIKA ROH ALLAH BEKERJA

Zakharia 4:6

            Seperti yang Nabi Zakharia katakan dalam Zakharia 4:6 mengenai keperkasaan dan kekuatan dibanding dengan Roh Tuhan, Tuhan berjanji akan menyertai orang-orang yang berkomitmen untuk giat bekerja (Hagai 2:5). Seperti Zerubabel, seorang Bupati Yehuda yang disertai Roh Tuhan saat ia berkomitmen untuk sungguh-sungguh menjadi alat Tuhan membangun kembali Bait Suci pada waktu itu. Juga pada Nabi Zakharia dan Nabi Hagai sebagai jurubicara atau nabi Tuhan untuk menyatakan kebenaran Tuhan dengan penuh keberanian. Imam Besar Yosua juga berkomitmen dalam tugasnya memimpin ibadah, memintakan pengampunan atas umat Tuhan pada Tuhan. Sudahkah kita berkomitmen menjalankan tugas dalam keluarga, pekerjaan, dan pelayanan kita?

Akan selalu ada tantangan saat menghadapi proyek Allah yang tidak mudah, yang menandakan kebutuhan akan Roh Kudus untuk bekerja. Pertama, tantangan otoritas. Seperti pada saat Bait Suci dibangun kembali yang membutuhkan izin dari Kerajaan Persia yang sangat sulit. Sangat terlihat mustahil bagi pikiran manusia dan sangat sulit. Kedua, tantangan dukungan. Saat Hagai mengajak umat Tuhan untuk tidak sibuk dengan kepentingannya sendiri dan mendirikan Bait Suci, tentu sangatlah tidak mudah untuk melakukannya. Ketiga, tantangan oposisi, yaitu adanya orang-orang yang tidak suka dan bersifat menentang.  Dalam perjalanan Yohanes ke Yerusalem, ia melewati Samaria yang seharusnya tidak diperbolehkan. Keempat, tantangan dana. Semua pembangunan pasti membutuhkan dana. Tanpa dana, pembangunan sangat tidak mungkin dilakukan. Doa sangat diperlukan, namun bekerja juga harus tetap dilakukan. Tuhan akan selalu memberi jalan dan kemudahan jika kita percaya pada-Nya dan mengandalkan-Nya. Seperti pada kisah Zerubabel yang percaya bahwa Tuhan membuka saluran berkat-Nya (Hagai 2:9). Kelima, tantangan kepercayaan. Kita tidak bisa bermain-main dengan dosa, seperti kisah Yosua yang sempat mengalami hidup dalam dosa. Kita harus bisa mempersilakan Roh Allah yang bekerja (Hagai 2:20), maka akan ada solusi yang mengatasi kemustahilan.

Semua tantangan dapat diselesaikan dan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan seperti Bait Suci yang dapat kembali dibangun. Oleh sebab itu izinkan Roh Kudus bekerja dalam kehidupan kita sehingga Tantangan seberat apapun akan mampu kita hadapi, bahkan yang nampaknya mustahil sekalipun.-

—– ooooo —–

 

PENUH DENGAN ROH KUDUS

             Dalam Efesus 5:18 ada perintah kepada semua orang percaya di Efesus dan juga yang hidup di masa sekarang ini agar “penuh dengan Roh Kudus”. Berarti hidup penuh dengan Roh Kudus bukan suatu pilihan melainkan suatu keharusan. Lebih tepatnya adalah kita harus “senantiasa penuh dengan Roh Kudus”. Apakah ciri-ciri orang yang penuh dengan Roh Kudus? Kita akan melihat ciri-ciri tersebut melalui kehidupan seseorang yang bernama Barnabas.

Pertama, rela berkorban bagi Tuhan dan pekerjaan-Nya (Kisah 4:36-37). Barnabas rela menjual ladang miliknya dan diserahkan kepada Tuhan melalui rasul-rasul.  Ia mengerti prinsip bahwa apa yang ada padanya bukan miliknya secara mutlak, melainkan titipan Tuhan. Jika Tuhan menghendakinya, ia rela menyerahkannya. Ia juga tidak mengatur sendiri alokasi dan pendistribusian hasil penjualan itu, melainkan menyerahkan sepenuhnya kepada otoritas para rasul. Ia percaya bahwa para pemimpin jemaat itu akan mengatur secara bijaksana.

Kedua, bersifat baik dan penuh iman (Kisah 11:24). Ada keterkaitan erat antara kebaikan, kepenuhan Roh Kudus, dan iman. Ketika kita berbuat baik, maka kebaikan itu bukan dihasilkan dari diri kita sendiri melainkan merupakan sifat buah Roh yang dihasilkan Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Akibatnya, sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Mereka memuliakan Tuhan dan percaya kepada-Nya.

Ketiga, mampu melihat potensi yang dimiliki seseorang (Kisah 9:27; 11:25). Sebagai seorang senior, Barnabas memberikan rekomendasi terhadap Saulus, seorang penganiaya jemaat yang baru bertobat. Ia meyakinkan para rasul di Yerusalem untuk menerima Saulus. Ketika jemaat di Antiokhia bertumbuh, Barnabas menjemput Saulus untuk melayani bersama. Barnabas memiliki kebesaran hati untuk melibatkan orang lain yang lebih hebat dari dirinya. Kita pun harus mampu melihat potensi orang lain dan memberinya kesempatan terlibat dalam pelayanan.

Keempat, taat terhadap pimpinan Roh Kudus (Kisah 13:4). Roh Kudus yang menginspirasi tabib Lukas untuk menulis Kitab Kisah Para Rasul ini tidak mungkin salah ketika susunan kata “Barnabas dan Saulus” kemudian seterusnya berubah menjadi “Paulus dan Barnabas (Kisah 13:42; 14:21). Posisi dalam pelayanan tidak menjadi masalah dalam kehidupan orang yang penuh dengan Roh. Ia akan selalu siap melayani di posisi manapun.

Kelima, memiliki keberanian dan kuasa dari Allah untuk menyatakan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat (Kisah 14:3). Orang yang penuh Roh memperoleh kuasa untuk menjadi saksi Tuhan Yesus Kristus dan tidak akan pernah mudah putus asa. Dengan adanya tanda dan mukjizat, berarti selalu ada jalan keluar dalam menghadapi setiap persoalan hidup ini.-

—– 00000 —–

PERTIMBANGAN

 

Dalam hidup ini hampir setiap saat kita diperhadapkan kepada pengambilan keputusan. Dalam mengambil keputusan, ada orang-orang yang menghubungkannya dengan ada tidaknya pertimbangan yang baik dan benar sebelum keputusan itu diambil. Alkitab menyatakan bahwa “rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat.” (Amsal 20:18). Ada beberapa jenis orang dalam kaitannya dengan pertimbangan ini.

Pertama, orang yang hidup tanpa pertimbangan. Biasanya ia mengambil keputusan terlebih dahulu, baru mempertimbangkannya kemudian. Akibatnya muncul banyak masalah, bahkan bisa fatal. Alkitab berkata, “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.” (Amsal 15:22). Jadi, gunakan pertimbangan dan cari masukan sebanyak mungkin sebelum mengambil keputusan agar kita tidak mengalami kegagalan yang tidak seharusnya terjadi.

Kedua, orang yang hidup dengan terlalu banyak pertimbangan. Orang seperti ini biasanya tidak akan pernah melakukan tindakan apapun. Hidupnya penuh kekuatiran dan ketakutan, dan selalu memiliki prediksi yang negatif. Contoh dalam Alkitab adalah suku Ruben. Saat suku-suku Isakhar dan Zebulon maju berperang bersama Debora dan Barak, suku Ruben justru tidak melakukan apapun sebab terlalu banyak pertimbangan (Hakim 5:15).

Ketiga, orang yang hidup dengan pertimbangan sendiri atau sesama manusia. Ia mengandalkan dirinya sendiri atau sesama manusia. Raja Yerobeam yang diberi oleh Tuhan untuk menggembalakan sepuluh suku Israel hanya mengandalkan pertimbangannya sendiri, sehingga ia jatuh dalam penyembahan berkala bersama dengan seluruh rakyatnya. Benarlah seperti kata Alkitab: Langkahnya yang kuat terhambat, dan pertimbangannya sendiri menjatuhkan dia.” (Ayub 18:7). Kita harus hati-hati terhadap pertimbangan yang hanya berasal dari manusia belaka. Rasul Paulus tetap mengambil keputusan sesuai ketetapan Tuhan, bukan mengandalkan pertimbangan manusia (Galatia 1:15-16). Pertimbangan dari manusia belaka memiliki keterbatasan, bahkan bisa mendatangkan keangkuhan dan kekecewaan.

Keempat, orang yang hidup dengan pertimbangan bersama Tuhan. Salomo menyatakan bahwa Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.” (Amsal 21:30). Raja Daud selalu mengambil keputusan dengan melibatkan Tuhan sepenuhnya. Ia tidak mengandalkan hasil atau prestasi di masa lalu sebagai pijakan pengambilan keputusan berikutnya. Ia selalu mengandalkan Tuhan, karena ia tahu bahwa pertimbangan dari Tuhan memiliki ketidakterbatasan, mendatangkan kerendahan hati dan kemenangan.-

—– ooooo —–

 

TOLERANSI

            Roma 15:7 mengatakan, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.” Menerima satu akan yang lain bisa juga disebut dengan toleransi (dalam bahasa Latin: tolerare) yang awalnya berarti “menahan” atau “memikul”. Jadi toleransi bisa juga dimaknai “bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang yang berpendapat berbeda.” Toleransi ini merupakan salah satu bentuk dari mengasihi sesama manusia. Toleransi bukan berarti membenarkan dan mengalah, melainkan mengakui kebebasan dan hak-hak asasi. Kita dapat saling melengkapi dengan berbagai sisi positif dan negatif. Ada lima macam toleransi yang kita seharusnya kita miliki:

  1. Terhadap orang yang berbeda pendapat – Dalam Kisah Para Rasul 17:17, Rasul Paulus juga melakukan tukar pikiran, diskusi, dan argumentasi dengan orang-orang Yahudi yang tentu berbeda pendapat. Hal ini sangat penting untuk dilakukan yaitu mendengar dan terbuka dengan apa yang disampaikan orang lain karena siapapun itu bisa menjadi alat Tuhan.
  2. Terhadap orang yang berbeda temperamen dan kepribadian – Ada murid Yesus yang sifatnya memang ceplas-ceplos (Matius 3:7), itu memang kepribadian yang Tuhan berikan padanya. Tuhan mengajar kita untuk mencintai segala bangsa dengan segala kepribadiannya. Ada begitu banyak macam kepribadian orang yang diciptakan oleh Tuhan. Kita tidak boleh mematikan kepribadian seseorang, namun mengarahkannya supaya digunakan dengan benar.
  3. Terhadap orang yang berbeda karunia – Seperti kisah Apolos dan Paulus yang memiliki tugas yang berbeda. Paulus menanam dan Apolos menyiram (1 Korintus 3:6). Setiap kita yang adalah anggota tubuh Kristus diberi karunia yang berbeda-beda, lakukan yang terbaik dengan itu. Apapun tugas kita, semua berharga di mata Tuhan. Kita juga harus bisa menghargai karunia orang lain yang mungkin sangat berbeda.
  4. Terhadap orang yang lemah iman – Setiap orang memiliki kecepatan belajar yang berbeda sehingga pertumbuhan imannya juga berbeda. Roma 14:1 mengajarkan untuk menerima orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya. Kita bisa membantu dan melengkapinya untuk bertumbuh lagi.
  5. Terhadap orang yang berbeda iman dan kepercayaan – Hiram (Raja Tirus) bersahabat dengan Daud, raja Israel, yaitu umat Tuhan (1 Raja-raja 5:1). Hiram menoling anak daud, Salomo dalam mendirikan istana dan Bait Suci. Siapapun bisa digunakan oleh Tuhan. Namun bukan berarti kita menanggalkan iman kita, kita harus tetap menjaga identitas kita yaitu iman dalam Yesus Kristus.-

 —– ooooo —–

 

PRINSIP MEMBERI

Perbuatan memberi bersifat universal. Namun sebagian besar melakukannya hanya dari aspek horizontal, yaitu sisi kemanusiaan (humanis). Sebagai orang percaya kita melakukannya bukan hanya berdasarkan aspek horizontal, melainkan juga aspek vertikal, yaitu sisi ketuhanan (teologis). Berikut ini kita belajar dari Alkitab mengenai 4 (empat) prinsip penting dalam memberi.

Pertama, memberi memberikan kebahagiaan yang lebih dibandingkan menerima (Kisah Para Rasul 20:35). Dalam khotbah perpisahannya dengan jemaat di Efesus, Rasul Paulus menyatakan bahwa memberi merupakan suatu keharusan karena prinsip yang kuat menolong yang lemah, dan karena pengajaran Tuhan Yesus Kristus sendiri. Kata “lebih berbahagia” bermakna “lebih diberkati”. Seorang perempuan janda miskin yang disaksikan oleh Tuhan Yesus Kristus saat memberi nampaknya memahami prinsip ini (Lukas 21:4). Ia memberikan segala kepunyaannya (100 %), dibandingkan dengan orang-orang kaya yang mungkin memberi dengan jumlah nominal lebih besar, namun secara prosentase hanya sebagian kecil dari kekayaannya.

Kedua, memberi kepada semua orang termasuk seteru atau musuh (Amsal 25:21). Hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Biasanya seseorang akan membenci musuhnya dan mensyukuri penderitaan yang dialaminya. Namun Alkitab mengajar agar kita mengasihi mereka, dan memberikan pertolongan kepada mereka. Selain roti dan air secara jasmani, kita pun dapat memberikan roti dan air secara rohani, yaitu memberikan kepada mereka kesaksian mengenai kasih Allah yang menyelamatkan di dalam karya penebusan Yesus Kristus agar mereka juga diselamatkan. Nabi Yunus yang semula menolak memberikan Kabar Baik kepada orang Niniwe akhirnya memahami hati Allah yang rindu menyelamatkan mereka.

Ketiga, memberi harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan (Amsal 24:25). Dalam memberi tidak hanya harus berbentuk uang atau barang, melainkan juga bisa teguran atau peringatan. Ada orang yang tidak hanya memberi roti dan air kepada para pengungsi, melainkan memberikan pekerjaan, karena itu yang dibutuhkan mereka. Jika kita tidak mempunya dana untuk disalurkan, kita masih punya lutut untuk mendoakan, mulut untuk menasihati, firman Tuhan untuk menguatkan, senyum untuk memberikan penghiburan, dan sebagainya.

Keempat, memberi harus disertai dengan motivasi yang benar, yaitu motivasi kasih dan upah (Matius 6:1-4). Seseorang dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi tak seorang pun dapat mengasihi tanpa memberi. Apabila kita mengasihi Tuhan dan sesma, maka dorongan memberi akan selalu ada. Di samping itu, Tuhan berjanji bahwa apabila kita memberi tanpa memamerkannya kepada orang lain, Ia akan membalas kebaikan kita itu.-

—– ooooo —–

 

DATANGLAH KERAJAANMU, JADILAH KEHENDAKMU

Matius 6:10

 

Manusia memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mendirikan kerajaan atau memegang kuasa. Semula, kuasa itu diberikan oleh Tuhan Allah sendiri ketika Ia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, yaitu mandate atau perintah untuk menaklukkan atau mengeksplorasi alam ciptaan ini. Namun karena dosa, manusia menggunakan kuasa itu untuk kepentingannya sendiri. Mereka mengobrak-abrik atau mengeksploitasi alam ciptaan ini sehingga terjadi kerusakan lingkungan di mana-mana, dan tidak berupaya meremajakannya kembali. Di dalam Yesus Kristus, otoritas atau kuasa ini dipulihkan. Kini kita tidak mendirikan kerajaan bagi diri kita sendiri lagi, melainkan mengharapkan Kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya jadi, bagi kemuliaan-Nya.

Kita bisa mengerti apakah Kerajaan Allah belum atau telah datang dalam kehidupan kita Apabila ketiga ciri Kerajaan Allah ini nampak nyata, yaitu: kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17). Ini adalah identitas Kerajaan Allah yang harus terus kita miliki dan pelihara.

Di sisi lain, ada 3 (tiga) kelompok manusia yang mengambil keputusan berdasarkan adanya kehendak. Ada orang yang ingin agar kehendaknya yang selalu dituruti oleh orang lain, bahkan oleh Tuhan. Ia merasa kehendaknya yang paling benar dan paling baik. Iblis, yaitu Lucifer, telah dicampakkan dari sorga karena kehendaknya yang ingin menggeser Allah (Yesaya 14:13-14). Yang lain lagi adalah orang yang menggunakan kehendaknya dan kehendak Allah secara silih berganti. Kalau keadaan aman-aman saja dan banyak orang di sekitarnya, ia melakukan kehendak Allah. Tetapi jika terjepit atau sedang sepi, ia melakukan kehendaknya sendiri. Yang terakhir adalah orang yang selalu melakukan kehendak Allah, apapun situasi dan kondisinya. Kita harus menjadi orang yang seperti ini, Kehendak Allah yang jadi dalam kehidupan kita, bukan kehendak kita sendiri.

Yesus Kristus sendiri bukan hanya mengajarkan Doa Bapa Kami, namun Ia juga melakukannya. Ketika Ia harus menjalani penderitaan dan memikul salib-Nya, Ia ingin agar itu semua tidak terjadi. Namun di akhir pergumulan-Nya di Taman Getsemani Yesus Kristus menang! Ia berserah kepada kehendak Bapa-Nya (Lukas 22:42).

Ciri kehendak Allah adalah: apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna (Roma 12:2). Dengan hidup melakukan kehendak Allah, maka doa kita dijawab, dan kita dapat tinggal dalam Kerajaan-Nya selama-lamanya.-

 —– ooooo —–

 

THE GOLDEN RULE

Matius 7:12

 

            Di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah merdeka 72 tahun ini ada hukum, peraturan dan undang-undang yang mengatur agar kehidupan berbangsa dan bernegara lebih tertib. Dalam Kerajaan Allah pun ada dua hukum utama: mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Dalam hukum mengasihi sesama manusia ada Kaidah Emas (the golden rule) yang tercantum dalam Matius 7:12. Apa yang diajarkan dalam Kaidah Emas ini?

Pertama, Kaidah Emas mengajarkan agar kita proaktif. Hal ini berbeda dengan prinsip kebanyakan orang yang bersifat reaktif. Apabila kita ingin dilayani, maka kit aharus terlebih dahulu melayani. Apabila kita ingin diberi, kita harus terlebih dahulu memberi. Jika kita ingin dihormati maka kita harus terlebih dahulu menghormati. Rasul Paulus mengajak kita untuk lebih dahulu memberi hormat (Roma 12:10). Jangan menunggu orang berbuat baik kepada kita, melainkan kita yang harus terlebih dahulu berbuat baik kepada mereka.

Kedua, Kaidah Emas mengajarkan agar kita memiliki standard mutlak. Hal ini berbeda dengan prinsip serba relatif. Jika kita beriman terhadap kebenaran yaitu firman Tuhan, maka kita pun harus berbuat kebenaran seperti yang kita imani (Yakobus 2:22). Di masa kini, kebenaran seringkali dinyatakan secara subjektif: tergantung orang, tempat, dan waktu. Padahal seharusnya tidak demikian. Kebenaran harus tetap ditegakkan: kapan saja, di man asaja, apapun konsekuensinya. Dalam 2 Samuel 16:7-12, Simei mengutuki Daud, tetapi Daud berpegang pada kebenaran yang mutlak, yaitu percaya bahwa Tuhan bisa saja mengizinkan Simei mengutukinya karena di balik itu ada rencana Tuhan yang indah. Benarlah yang diimaninya, karena akhirnya Simei menyambutnya dan meminta maaf kepadanya (2 Sam. 19:17-18).

Ketiga, Kaidah Emas mengajarkan agar kita bersikap objektif. Hal ini berbeda dengan prinsip subjektif. Setiap orang harus diperlakukan secara obyektif. Jika ia salah harus dimaafkan. Kalaupun ada hukuman baginya, harus sesuai dengan kesalahannya. Kita tidak boleh melihat kesalahan orang secara bertumpuk, dan tidak boleh mengaitkan kesalahan seseorang dengan keluarga atau nenek moyangnya.  Jika seseorang bersalah, kita harus memperlakukannya secara pribadi. Kita juga tidak boleh membeda-bedakan orang (Yakobus 2:1, 9).

Keempat, Kaidah Emas mengajarkan agar kita mementingkan kemuliaan. Sedangkan dalam dunia ini orang lebih suka mengejar kehinaan. Allah menyediakan kehidupan kekal bagi kita yang mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan. Artinya, dalam apapun yang kita lakukan jangan hanya berorientasi kepada hal-hal di muka bumi ini, melainkan harus dikaitkan dengan kekekalan (Roma 2:6-7).-

—– 00000 —–

IMAN YANG ISTIMEWA

Matius 8:5-13

 Hari ini kita akan belajar adanya 5 (lima) hal pada iman perwira Kapernaum ini, yang membuat Yesus takjub.

Pertama, Iman ini dimiliki oleh orang yang tidak termasuk umat pilihan (Israel) (ayat 10). Ia hanya orang yang ditugaskan oleh Kaisar Romawi. Bagaimana bisa orang yang tidak termasuk umat pilihan memiliki iman seperti itu? Ini menunjukkan bahwa bukan berarti kalau sudah berstatus sebagai orang Kristen pasti yang terbaik dan yang beragama atau berkepercayaan lain buruk. Seperti orang Samaria yang bukan orang Yahudi, misalnya, malah membantu orang yang dirampok saat itu. Tuhan ingin agar kita yang merupakan bangsa yang terpilih berbuat lebih baik dan benar, karena kita lebih mengenal Tuhan.

Kedua, Iman tersebut ditujukan bukan untuk dirinya, melainkan untuk hamba atau budaknya (ayat 6). Perwira Kapernaum ini memberikan perhatian yang besar pada budaknya, yang seharusnya tidak mempunya hak. Ia mempedulikan dan memfokuskan orang lain, bukan dirinya sendiri. Ia juga tidak membedakan kelas sosial atau kelas-kelas yang ada. Hal ini disebut special faith (iman yang istimewa), sedangkan common faith (iman yang biasa) cenderung fokus pada dirinya sendiri.

Ketiga, Iman tersebut disertai dengan kesadaran tentang siapa dirinya (ayat 9). Tuhan diminta hanya mengucapkan kata-kata dan ia percaya pasti Tuhan menyembuhkan. Perwira itu sadar dengan penuh rendah hati meskipun dengan jabatan, kekayaan, dan kekuasaannya tinggi, selalu ada yang lebih di atasnya. Manusia sering merasa hebat ketika dibandingkan orang lain yang ada di bawahnya. Cobalah selalu bandingkan dengan Tuhan. ‘I am nothing.’ Imannya juga menjadi sangat sederhana, karena ia percaya Tuhan Mahatahu.

Keempat, Iman tersebut disertai dengan kualitas pengenalan yang baik terhadap Yesus Kristus (ayat 8). Ia memandang Tuhan dengan benar, yaitu menempatkan Tuhan sebagai ‘panglima’ dalam hidupnya. Sadar diri memang diperlukan, namun sadar Tuhan juga sangat diperlukan. Kita harus percaya akan kuasa Tuhan yang selalu memberikan yang terbaik untuk kita (Kejadian 1:31).

Kelima, Iman tersebut berdampak bukan hanya pada kesembuhan budaknya, melainkan juga menjadi inspirasi bagi orang lain hingga kini (ayat 10,13). Hamba atau budaknya yang sembuh menjadi kisah yang menginspirasi orang lain. Iman memang membutuhkan pengorbanan atas diri kita untuk menjadi suatu teladan dan contoh, seperti Yesus yang disalibkan untuk kita.-

—– ooooo —–

COMPASSION (BELAS KASIHAN)

Matius 9:35-38

Hari-hari ini dunia secara global mengalami keprihatinan. Ada ribuan pengungsi Rohingya yang sangat menderita karena harus meninggalkan Myanmar menuju ke negara tetangganya, Banglades. Ada penduduk di Miami Florida yang harus mempesiapkan diri menghadapi badai Irma yang diperkirakan akan mendatangkan kehancuran yang sangat dahyat. Terhadap orang-orang yang menderita semacam itu kita harus berbelas kasihan.

Belas kasihan berarti “gerakan dalam hati seseorang untuk menolong orang lain”. Misalnya: orang Samaria yang baik hati yang dikisahkan dalam perumpamaan Tuhan Yesus, yang hatinya penuh belas kasihan untuk menolong orang lain yang sedang menderita karena dirampok. Atau seorang bapa dalam perumpamaan Tuhan Yesus yang menerima kembali anak bungsunya yang hilang. Hati bapa itu diliputi oleh belas kasihan sehingga ia mau menerimanya kembali, dan memulihkan hidupnya.

Belas kasihan adalah salah satu sifat Allah yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Buktinya adalah bahwa ketika Yesus Kristus berbelas kasihan maka ada beberapa hal penting yang dikerjakan-Nya. Pertama, Ia menyembuhkan (Matius 14:14). Kesembuhan dari sakit penyakit tentu sangat dibutuhkan. Sebagai manusia yang diberi akal budi oleh Tuhan tentu kita juga harus bisa melakukan tindakan pencegahan (preventif) agar tidak mengalami sakit penyakit. Namun jika memang Tuhan mengizinkan ada sakit penyakit, maka kuasa-Nya mampu menyembuhkan. Kedua, Ia memberi makan (Matius 15:32). Ini merupakan tindakan karitatif, yaitu memberikan apa yang menjadi kebutuhan orang-orang pada masa itu. Belas kasihan dapayt diwujudkan dengan memberikan pertolongan yang tepat sesuai kebutuhan yang ada. Ketiga, Ia mengajar (Markus 6:34). Ini merupakan tindakan transformatif, yaitu memberikan petunjuk dan nasihat agar mereka di kemudian hari bisa lebih mandiri, sehingga kehidupan mereka bisa berubah menjadi lebih baik.

Sikap kita sebagai orang percaya adalah meminta belas kasihan Tuhan sesuai dengan janji-Nya (Mazmur 119:58). Kita tidak boleh memaksa Tuhan untuk menggenapi janji-Nya, melainkan tetap penuh kerendahan hati memohon belas kasihan-Nya. Sikap yang berikutnya adalah memiliki hati yang selaras atau sesuai dengan hati Tuhan yang penuh belas kasihan untuk menolong orang-roang di sekitar kita (Kolose 3:12).-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11 respons untuk ‘RINGKASAN KHOTBAH

  1. Shalom Pak Pdt. Petrus

    Terimakasih untuk pelayanan Bapak pada HUT ke 40 dan Family Camp GPPS Anugerah Malang 15 Oktober 2013. Saya secara pribadi sangat diberkati terlebih dengan ulasan singkat tentang Yosua yang mengawali pelayanan dari hamba MUSA tetapi diakhiri dengan predikat ABDI ALLAH.

    Mohon kalo boleh minta alamat email untuk kirim foto Pak. Terimakasih Tuhan Yesus memberkati

  2. Terimakasih Pak, saya sudah email foto semoga sudah diterima. Selamat melayani dan terus suarakan kebenaran. Tuhan Yesus memberkati.

  3. I do not see many comments here, it means you have low traffic. I know how to make your website go viral. If you want to know just search in google for:
    Irsrod’s method to go viral

Tinggalkan komentar