CERDIK 61-70

61. LOLOS

 breakfreeslider1-600x250           Sebuah film yang cukup menarik yang pernah saya tonton adalah Apocalypto. Film ini berkisah tentang seorang laki-laki yang selalu bisa lolos dari situasi kritis yang dihadapinya. Pernah sekali waktu ia ditangkap oleh suku terasing di pedalaman dan nyaris disembelih sebagai korban kepada dewa sesembahan suku itu, tetapi kemudian ia bisa lolos hanya karena matahari memancarkan sinarnya dari balik awan gelap tepat pada waktunya. Pada umumnya orang berkata bahwa ia memiliki ‘hoki’ atau keberuntungan. Namun dari sisi seorang religius dikatakan bahwa ia disertai Tuhan. Tidak akan ada seutas rambut pun yang bisa jatuh jika Tuhan tidak mengijinkannya. Demikian pula dengan hidup kita. Tidak akan ada hal buruk yang bisa menimpa kita jika Tuhan tidak mengijinkannya.

Lalu, apakah itu berarti bahwa manusia hanya bisa bersikap pasif dan membiarkan segala sesuatunya terjadi atau menimpa dirinya? Tidak! Sekali pun pelbagai pengalaman dalam hidup manusia ditetapkan atau diijinkan oleh Tuhan, tetapi ada bagian-bagian tertentu di mana manusia tetap harus bertanggung jawab. Beberapa contoh berikut ini akan memperjelas hal tersebut.

Kita tidak boleh berdoa agar bisa lolos dari tilangan yang dikenakan kepada kita oleh polisi, padahal kita sengaja tidak melengkapi diri dengan surat-surat penting seperti SIM dan STNK. Jangan berdoa lolos dari penagih hutang jika kita tidak mau membuang kebiasaan berhutang. Jangan pula berdoa agar lolos dari kejaran hukum jika kita ternyata mengorupsi uang negara. Jadi, lolos harus dilihat dalam konteks kehidupan yang benar, bukan dalam dosa dan kejahatan.

Seorang pelajar atau mahasiswa yang ingin lulus harus berdoa agar kepadanya diberikan kesehatan dan hikmat oleh Tuhan. Tetapi ia juga harus belajar keras agar nantinya mampu menyelesaikan ujian dengan baik.

Seorang ayah yang menghendaki perekonomian keluarganya dalam kondisi baik juga harus berdoa agar ia sehat dan kuat untuk dapat bekerja dengan baik. Kemudian ia harus bekerja keras agar memperoleh penghasilan dengan baik. Apabila ada perangkap-perangkap dalam pekerjaan Tuhan akan memberinya kemampuan untuk bisa lolos. Ia tidak bisa hanya duduk bertopang dagu di rumah dan berharap berkat itu dating dengan sendirinya.

Orang tua yang ingin agar putera-puteri mereka menjadi orang yang berhasil dan memiliki moral yang baik harus berdoa agar diberi kemampuan mendidik mereka. Kemudian ia bisa belajar dari buku atau dari orang lain yang jauh lebih berpengalaman dalam mendidik anak-anaknya. Apabila bagian kita telah dilakukan semaksimal mungkin, dan kemudian anak-anak berada dalam lingkungan yang buruk, mereka akan lolos, misalnya dari penggunaan narkoba, kelompok tawuran, free sex, dan sebagainya.

Intinya adalah mari kita mengerjakan bagian kita, dan ijinkan Tuhan mengerjakan bagian-Nya atas hidup kita. Niscaya kita akan diloloskan-Nya dari pelbagai tantangan dan keseulitan hidup.–

62. NAMA BESAR

repair-your-internet-repuatation            Ketika banyak mata di seluruh dunia diarahkan ke Afrika Selatan dalam ajang Piala Dunia 2010 yang lalu, ada satu nama yang tidak mungkin dilewatkan begitu saja. Itulah Nelson Rolihlahla Mandela. Ia adalah mantan presiden Afrika Selatan dan memiliki nama besar sebagai tokoh dunia yang luar biasa. Apa saja yang dikerjakannya sehingga namanya menjadi termasyhur?

            Ia dilahirkan di Mvezo, Transkei pada 18 Juli1918, Rolihlahla Mendela kemudian pindah ke Qunu sampai berumur 9 tahun. Ia merupakan yang pertama dari keluarganya yang mengikuti sekolah. Ia juga mendapat nama Nelson dari gurunya yang seorang Metodis. Pada umur 16 tahun, ia masuk Clarkebury Boarding Institute mempelajari kebudayaan barat.

Pada 1934, ia memulai program B.A. di Fort Hare University, dimana ia bertemu Oliver Tambo yang menjadi teman dan koleganya yang setia. Setelah menentang kebijakan universitas dan diminta keluar. Ia pindah ke Johannesburg dan melanjutkan kuliahnya di University of South Africa setelah mengambil hukum di University of the Witswatersrand.

Karena kegiatannya yang antiapartheid, ia menjalani berbagai masa hukuman. Pada 5 Agustus1962, Mandela ditangkap dan dipenjarakan di Johannesburg Fort kemudian pada 25 Oktober1962, ia dijatuhi hukuman 5 tahun penjara dan pada 12 Juni1964, ia dan sekelompok aktivis lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Setelah menolak pembebasan bersyarat dengan menghentikan perjuangan bersenjata pada Februari1985, Mandela tinggal di penjara sampai dibebaskan pada 11 Februari1990 atas perintah Presiden Frederik Willem de Klerk setelah ditekan oleh seluruh dunia. Mandela dan de Klerk mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1993.

Selanjutnya Nelson Mandela menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan dalam masa sekitar 5 tahun (Mei1994Juni1999) setelah memenangkan Pemilu dan menjadi presiden kulit hitam pertama dengan de Klerk sebagai Deputi presiden.

Dari kisah di atas, untuk memperoleh nama besar, dibutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Penjara bukanlah tempat yang nyaman. Tetapi itu dijalani Mandela dengan tetap mengandalkan Tuhan. Ia juga memiliki prinsip yang teguh di atas kebenaran dan kepedulian atas sesamanya. Prinsip kebenaran itulah yang terus dipegang Mandela, bahkan sampai ia keluar dari penjara ia tidak melakukan pembalasan dendam terhadap musuh-musuhnya. Ia mengajarkan pengampunan dan mengupayakan perdamaian.

Jadi, nama besar tidak diperoleh hanya karena memiliki posisi atau kedudukan yang tinggi, melainkan pada karya nyata bagi Tuhan dan sesamanya.–

 

63. MEMBELA

melindungi-anak-dari-bahaya-_-kabari Sebagai bagian dari umat manusia yang menghuni planet bumi ini, setiap saat kita berinteraksi dengan manusia lainnya, dengan corak dan tabiat yang sangat beragam. Dalam interaksi tersebut selalu dimungkinkan terjadinya penerapan hukum rimba: “siapa yang kuat dialah yang menang.” Manusia kemudian menindas sesamanya, manusia menjadi pemakan sesamanya, yang dalam istilah Latin disebut homo homini lupus, “manusia adalah serigala bagi sesamanya.”

Lalu, ketika seseorang ditindas oleh orang lain, siapakah yang akan membelanya? Yang pertama-tama tentunya adalah Tuhan sendiri. Ia adalah Allah yang menjadi Pembela bagi orang yang tertindas, demikian pernyataan dari Raja Daud. Jika orang yang tertindas tersebut mau berseru kepada Allah yang telah menciptakannya, maka Allah pun akan membelanya. Ia akan menyatakan keadilan-Nya terhadap siapa yang benar dan siapa yang salah. Pembelaan Allah dilakukan-Nya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pembelaan-Nya secara langsung dinyatakan dengan melindungi orang-orang tersebut dari penganiayaan atau penderitaan yang disebabkan oleh orang-orang jahat.

Pembelaan Tuhan secara tidak langsung dilakukan-Nya melalui orang-orang seperti kita, yang mau peduli dengan masalah dan penderitaan orang lain. Dalam sejarah pernah muncul para pembela orang tertindas, antara lain berikut ini.

Dalam Kitab Suci dikisahkan tentang Ayub yang bersedia membela perkara orang benar di pengadilan. Di Afrika Selatan ada Nelson Mandela yang membela bangsanya dari praktek politik apartheid. Di Amerika Serikat dulu ada Martin Luther King yang membela orang-orang kulit hitam. Di Indonesia sendiri dulu ada Gus Dur yang membela kelompok minoritas, yaitu orang-orang Tionghoa, agar bisa hidup menjalankan adat istiadat dan gama atau kepercayaannya dengan bebas.

Dari beberapa contoh di atas kita tahu beberapa prinsip dasar jika kita ingin membela bagi sesama kita. Pertama, kita harus memiliki hati yang peduli. Bukan orang yang egois, tetapi altruis. Mungkin kita sendiri sedang dalam kebutuhan, tetapi ada orang lain yang lebih membutuhkan. Kedua, tidak takut ditolak. Orang yang selslu bersedia menolong orang lain bisa disalahmengerti bahkan ditolak. Tetapi ia akan terus melaksanakan misi kemanusiaan yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya, bahkan sekalipun maut menghadangnya. Ketiga, ia tidak menuntut pamrih atau balasan atas perbuatan baik yang dilakukannya. Ia asudah akan merasa puas apabila apa yang diperjuangkannya bagi orang lain itu berhasil. Bagaimana dengan Anda? Siapkah membela dan menolong orang lain yang membutuhkan, ataukah … Anda terus akan berpangku tangan saja?

 

64. PERHATIAN

the-power-of-affection-new-dimensionAda suatu kebutuhan yang dimiliki oleh semua orang dan kurang mendapatkan perhatian. Apakah itu? Kebutuhan akan perhatian itu sendiri. Banyak guru di sekolah mengeluh tentang beberapa orang murid yang selalu menimbulkan keributan dan kekacauan di dalam kelas atau dalam lingkungan sekolah. Para psikolog memberitahukan adanya indikasi bahwa anak seperti itu bisa saja karena sedang mencari perhatian. Di rumahnya sendiri ia jarang memperoleh perhatian. Kedua orangtuanya adalah orang-orang yang sangat sibuk bekerja. Demikian pula dengan saudara-saudaranya yang lain, semua sedang sibuk belajar. Karena perhatian merupakan kebutuhannya, maka anak tersebut mencarinya di luar rumah, yaitu di sekolah atau di kampong. Ketika perkataan atau tindakannya mendapatkan perhatian – sekalipun tanggapan orang disekitarnya negatif – ia puas.

Mendiang Mother Theresa adalah orang yang menaruh perhatian kepada orang-orang yang terbuang: orang yang sangat miskin dan menderita karena pelbagai penyakit. Pada tahun 1950 beliau mendirikan lembaga pelayanan Missionaries of Charity yang melayani di 133 negara dengan pengerja sebanyak lebih dari 4500 suster. Suster-suster yang melayani dalam lembaga tersebut harus menyatakan komitmennya terhadap kesederhaan dan kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan, serta berjanji untuk “memberikan pelayanan segenap hati dan cuma-cuma bagi orang-orang termiskin.” Ketika beliau wafat, seluruh dunia, penganut agama apapun, bahkan yang ateis pun mengenangnya sebagai sosok yang menaruh perhatian terhadap mereka yang terabaikan.

Kita mungkin tidak memperoleh panggilan dan karunia sekaliber seperti Mother Theresa, tetapi Tuhan memberikan kepada kita kemampuan untuk dapat pula memberikan perhatian sesuai kapasitas masing-masing. Ada anak-anak di rumah yang membutuhkan perhatian kita. Ada karyawan di kantor yang membutuhkan perhatian kita. Ada anak-anak jalanan yang juga membutuhkan perhatian kita. Ada narapidana yang membutuhkan perhatian kita, dan komunitas lainnya yang digolongkan terabaikan.

Perhatian yang kita berikan tidak harus selalu berupa materi, tetapi bisa berupa senyuman, sapaan, kunjungan, obrolan, dan juga pendidikan. Seringkali perhatian yang kecil bisa menghasilkan pengharapan yang besar. Ia merasa tidak sendiri, tetapi ada orang lain yang memberikan perhatian kepadanya.

Mungkin ada yang berkata bahwa perhatian semacam itu sia-sia belaka, karena masih terdapat begitu banyak orang yang terabaikan. Mereka berkata bahwa perhatian semacam itu tidak memberikan efek atau dampak yang berarti. Ungkapan yang senada pernah disampaikan kepada Mother Theresa, dan beliau berkata, “Memang saya tidak mungkin memberikan perhatian kepada semua orang yang terlantar, tetapi saya hanya memberikan perhatian sesuai kemampuan saya”. Jangan berpikir bahwa jika kita tidak bisa melakukan sesuatu yang besar lalu tidak melakukan apa-apa sama sekali. Lakukan sesuai kemampuan kita, dan Tuhan akan mempertambahkan di kemudian hari.–

 

65. KEAJAIBAN

miracles-happenSaya sangat terinspirasi ketika membaca buku yang berjudul Fearfully and Wonderfully Made (Dijadikan dengan Dahsyat dan Ajaib) yang ditulis oleh Philip Yancey dan Paul Brand. Mereka mengungkapkan pelbagai keajaiban yang Tuhan ciptakan dalam tubuh manusia. Tidak ada yang muncul secara kebetulan, melainkan telah dirancang oleh Tuhan dalam kekekalan dalam hikmat-Nya yang tiada terduga.

Sebenarnya hidup kita semua hingga saat ini merupakan rangkaian keajaiban yang dikerjakan oleh Tuhan sendiri. Sayangnya banyak orang tidak menyadarinya. Mereka berpikir bahwa keberadaan mereka bersama dengan alam ciptaan ini merupakan suatu hal yang bersifat mekanis, yang secara otomatis berjalan begitu saja tanpa campur tangan atau intervensi Tuhan. Padahal tidak demikian! Memang Allah telah menciptakan alam semesta dan umat manusia dengan pelbagai potensi yang luar biasa, namun Ia tetap menyertai, mengarahkan, dan mengawasi segalanya.

Bagaimana caranya agar kita tidak lupa mengagumi keajaiban yang Tuhan sediakan bagi kita dari hari ke hari? Pertama, kita harus mempercayai-Nya. Percaya kepada Tuhan berarti percaya bahwa Ia ada, hidup, dam terus berkarya bagi umat-Nya. Ia bukan Allah yang telah menjadi tua dan tidak berdaya, melainkan Allah yang tidak berubah kasih dan kuasa-Nya, kekal sampai selama-lamanya.

Kedua, kita mensyukuri hasil atau dampak dari keajaiban itu. Dengan mata kita bisa melihat pemandangan yang indah, dengan telinga kita bisa mendengarkan alunan music yang merdu, dengan hidup kita bisa mencium bau yang harum dan mengungkapkan kasih kita kepada kekasih kita, dengan tangan kita bisa menghasilkan karya-karya besar, dengan kaki kita bisa melangkah ke arah yang kita tuju, dengan otak kita dapat berpikir guna meningkatkan kualitas hidup ini. Pelbagai hasil di atas bukan semata-mata karena kemampuan kita, melainkan karya-Nya.

Ketiga, kita harus mau memperhatikan mereka yang dilahirkan dalam keadaan cacat, sebab dalam hal itu pun Tuhan menyatakan kuasa-Nya. Banyak orang cacat yang dipakai Tuhan menyadarkan orang-orang yang normal. From Life Without Limbs to Life Without Limits! (Dari Kehidupan tanpa Tungkai/Lengan/Anggota Badan ke Kehidupan Tanpa Batas) merupakan ungkapan yang pantas buat sosok Nick Vujicic. Ia tumbuh secara tidak normal, tetapi bisa melakukan banyak hal yang luar biasa: melakukan segala sesuatunya secara mandiri, berenang, bahkan … memberikan ceramah keimanan. Ia telah menjadi sumber inspirasi bagi kita semua. Tuhan telah memakainya untuk menyadarkan kita agar kita mau mensyukuri kehidupan yang Tuhan berikan ini dan tidak mau dibatasi oleh kelemahan atau kekurangan kita.–

 

66. UTUSAN

representative-icon            Banyak orang yang belum memahami untuk apa ia lahir di dunia ini. Ada yang menganggapnya bahwa itu hasil dari suatu faktor kebetulan saja. Karena ada sperma yang berhasil memuahi sel telur maka jadilah manusia. Yang lain lagi berkata bahwa kelahirannya justru adalah hasil dari suatu “kecelakaan”, yaitu hubungan intim yang dilakukan sepasang sejoli yang belum menjadi suami-isteri. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah dosa di hadapan Tuhan. Mereka melakukannya tanpa merasa bersalah, bahkan itu dianggap sebagai suatu gaya hidup (life style) manusia modern.

Sebenarnya keberadaan kita di dunia ini adalah sebagai utusan Tuhan Allah, Sang Pencipta. Dialah yang merencanakan keberadaan kita di dalam kekekalan dan menghendaki atau mengijinkan kita lahir di dunia ini melalui rahim seorang perempuan. Ia memberikan tugas khusus kepada kita sebagai utusan-Nya. Apa saja tugas kita?

Pertama, kita harus mengenal dan menyembah Dia. Allah menghendaki agar kita mengenal-Nya dan memiliki hubungan yang erat dengan-Nya, serta menyembah-Nya. Penyembahan kepada Allah yang kita kenal dengan istilah doa atau bersembahyang bisa dilakukan secara pribadi atau korporat.

Kedua, kita harus hidup sesuai dengan hukum-hukum-Nya, yaitu hukum alam dan hukum iman. Dalam hukum alam kita harus ikut serta memelihara dan melestarikan alam ciptaan Tuhan yang begitu indah. Dalam hukum iman kita harus percaya kepada-Nya bahwa Ia adalah Allah yang Mahabaik, dan Ia menghendaki agar kita berbuat baik kepada sesama. Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi sifat sosial, yaitu untuk berhubungan dengan manusia lainnya, yang tentu saja berbeda-beda corak dan tabiatnya.

Ketiga, kita harus setia kepada Tuhan yang mengutus kita, dan tidak menjalin hubungan dengan roh-roh yang bertentangan dengan Tuhan sendiri, yaitu roh Iblis dan setan-setan. Jika kita percaya kepada Tuhan maka kita tidak boleh mempercayai sesuatu yang bersifat takhyul, apalagi sampai mengandalkan hidup kita kepada roh yang menyesatkan itu.

Keempat, kita juga harus setia dengan orang yang ditempatkan Tuhan di sekitar kita, yaitu pasangan hidup kita. Pernikahan bukan sekedar kontrak kesepakatan dua orang yang berbeda jenis kelamin untuk hidup bersama, melainkan suatu perjanjian dengan Tuhan sendiri. Perbedaan yang ada di antara keduanya adalah suatu hal yang wajar, dan harus diselesaikan secara dewasa, bukan emosional.

Mari kita lakukan tugas kita sebagai utusan Tuhan di bumi ini dengan penuh tanggung jawab. Satu kali kelak kita harus mempertanggung-jawabkan semuanya itu kepada Sang Khalik.–

 

67. DALIH

bunsyo_s_theater_quibble_by_bunsyo-d6055cl                        Banyak orang yang mengelak ketika kepadanya dituduhkan suatu kesalahan. Ini merupakan sifat asali manusia. Manusia memiliki kecenderungan untuk menghindar dari tanggung jawab yang harus dipikulnya. Manusia mencari “kambing hitam” yang bisa dijadikan alasan atau dalih mengapa ia melakukan hal itu. Inilah beberapa dalih yang dilontarkan manusia pada umumnya.

Pertama, dalih yang mengatakan bahwa ia tidak bersalah. Apa yang dilakukannya memiliki landasan hukum dan undang-undang … tetapi menurut penafsirannya sendiri. Seringkali kebenaran dianggap bersifat relatif, setiap orang bisa memiliki kebenarannya sendiri. Padahal sebenarnya tidak demikian. Hukum dan undang-undang dibuat untuk ditaati, bukan untuk dilanggar semaunya sendiri.

                        Kedua, dalih yang berdasarkan kepada agama, kepercayaan atau keyakinan. Orang melakukan sesuatu yang merusak dan menghancurkan. Ketika ia dipersalahkan, maka ia mengatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah atas dasar agama dan keyakinan yang dianutnya.

Ketiga, dalih yang mengatakan bahwa ia hanya melakukan suatu kesalahan kecil sedangkan di sekitarnya ada orang-orang yang melakukan kesalahan yang lebih besar. Tuhan tidak pernah membedakan dosa besar atau dosa kecil. Orang itu seharusnya segera menyadari kesalahan yang diperbuatanya dan berupaya memperbaikinya, tetapi ia berdalih bahwa kesalahan yang diperbuatnya tidak sebanding dengan kesalahan orang lain.

Keempat, dalih yang mengatakan bahwa ia melakukan kesalahan itu karena dalam keadaan terdesak. Ia mau menyatakan bahwa dalam keadaan darurat segala sesuatu boleh dilakukan. Padahal jika ia mau berkreasi sedikit saja, dalam keadaan terdesak pun akan ada jalan keluar dan tidak harus melakukan kesalahan yang fatal dan merugikan orang lain.

                        Kelima, dalih yang mengatakan bahwa ia dalam tekanan. Kadang-kadang orang lupa bahwa Tuhan telah memberi kepadanya kemampuan untuk mengatakan “Tidak” terhadap pelbagai tawaran yang disodorkan kepadanya. Tetapi karena ia merasa mendapatkan keuntungan dari pelanggaran itu, maka ia membawa dirinya mau ‘ditekan’, agar kesalahan yang diperbuatnya bisa dimaklumi orang lain.

                        Keenam, dalih yang mengatakan bahwa kalaupun ia salah seharusnya ia tidak dipermalukan. Manfaat dari kesalahan yang diperbuatnya dibagi-bagikan kepada orang lain, sehingga ia nampak tetap terhormat. Ia menggunakan topeng kebaikan di balik kejahatan yang diperbuatnya.

Mari kita mau menyadari kesalahan kita melalui introspeksi diri terus-menerus. Berhenti melakukan dosa dan kesalahan, dan mulai melakukan kebenaran dan kebajikan.–

 

68. LIDAH

640Dari suatu stasiun radio terdengar lagu lama yang dilantunkan oleh Bob Tutupoli. Memang lidah tak bertulang/tak sebatas kata-kata/tinggi gunung seribu janji/lain di bibir lain di hati/… Lagu ini mengingatkan kita akan besarnya kuasa yang ada pada kata-kata yang kita ucapkan.

Ada orang yang semangatnya dibangun melalui kata-kata yang diucapkan oleh lidah seorang pemimpin. Ketika para prajurit sudah kelelahan dan bermaksud meninggalkan arena peperangan, sang komandan memberikan motivasi dengan lidahnya. Para prajurit pun kembali dibakar semangatnya dan terus maju hingga mereka mencapai kemenangan. Hal yang sama juga dilakukan oleh para pelatih olahraga kepada para atlit yang dibinanya.

Ada orang yang dibimbing dalam hidupnya oleh kata-kata yang berupa nasihat dari orang yang mengucapkannya. Nasihat itu mengarahkan dia agar tidak tersesat. Ketika ia mengikuti nasihat itu, ia tertolong. Para orang tua seringkali menggunakan lidahnya untuk memberikan nasihat kepada anak-anaknya tanpa kenal lelah. Mungkin satu dua kali nasihat itu diabaikan begitu saja, namun lama-kelamaan diterima dan ditaati, sehingga kehidupan anak-anaknya berhasil di kemudian hari.

Yang lain lagi ada orang yang memperoleh pujian berupa kata-kata sanjungan. Dalam sebuah perkumpulan warga usia lanjut datanglah seorang pembimbing yang masih muda. Pembimbing ini menghampiri seorang nenek dan berkata dengan tulus, “Selamat pagi nek. Cantik sekali nenek pagi ini.” Sang nenek pun terkesima dan mulai meneteskan air mata. Ia berkata, “Seumur hidupku, baru kali ini ada orang yang mengatakan aku canti. Terima kasih ya nak.” Pujian yang tulus itu telah menjadi berkat yang luar biasa.

Contoh-contoh di atas adalah penggunaan lidah dengan benar: memotivasi, menasihati, memuji. Namun sebaliknya, ada orang yang semangatnya diruntuhkan oleh kata-kata. Lidah yang digunakan begitu tajam sehingga kata-kata yang keluar sangat menyakitkan. Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi, ada seorang anak yang menyampaikan suatu ide atau gagasan besar. Namun selalu saja ada orang yang meremehkan dan mencemoohnya. Anak itu ditolak dan ditertawakan. Namun kemudian anak itu menjadi seorang ilmuwan yang luar biasa.

Yang lain lagi lidah digunakan bukan untuk menasihati dengan benar melainkan memprovokasi sedemikian rupa sehingga mampu mendustai orang lain. Orang itu akhirnya menjadi tersesat. Ia diubah dari orang yang baik menjadi orang yang membenci dan membalasa dendam. Masalah yang kecil dibesar-besarkan sehingga menimbulkan pertengkaran yang hebat.

Yang lainnya lagi lidah digunakan bukan untuk memuji melainkan untuk menghina. Ada saja bahan hinaan yang bisa ditemukan pada diri orang yang tidak disenanginya. Ketika orang itu gemuk dikatakannya rakus. Ketika orang itu kurus dikatakannya berpenyakitan. Ketika orang itu makan di restoran mewah dikatakannya boros, sedangkan jika orang itu makan di warung sederhana dikatakannya memalukan. Jika orang itu rajin belajar dikatakannya kurang pergaulan, sedangkan jika orang itu tidak belajar dikatakannya malas.

Jadi, bagaimana kita menggunakan lidah kita tergantung kepada diri kita sendiri: apakah mau dipakai untuk membangun semangat, menasihati, dan memuji, ataukah untuk menjatuhkan semangat orang, menyesatkan, dan menghina.–

 

69. SANAK KELUARGA

familypicSeorang pemudi nyaris melakukan hal yang fatal dalam hidupnya. Begini ceritanya. Pemudi ini baru duduk di semester I pada sebuah universitas. Di situ ia berkenalan dengan seorang pemuda, yaitu pada saat menjalani pekan orientasi mahasiswa atau pengenalan kampus. Dari perkenalan itulah mulai bersemi benih-benih cinta. Sang pemudi pun memberitahu orang tuanya bahwa kini sudah ada pemuda yang menyukainya ..

Beberapa bulan kemudian, secara kebetulan orang tua si pemudi mengontak salah satu sanak keluarga yang lama tidak bersua di kota lain melalui telepon. Mereka menanyakan keadaan keluarga itu dan mendapat informasi bahwa salah seorang puteranya sedang kuliah di sebuah universitas. Usut punya usut ternyata pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang sama yang telah mulai menjalin hubungan asmara dengan puterinya. Untung saja segera ketahuan, sehingga diberitahukanlah kepada kedua sejoli itu bahwa mereka masih merupakan sanak keluarga sendiri.

Kita seringkali mengabaikan pentingnya silsilah keluarga. Kita merasa bahwa kita berasal dari batu alam, sehingga tidak mau tahu tentang sanak keluarga. Pada beberapa suku bangsa kekerabatan ditandai dengan nama marga, misalnya orang Batak, orang Manado, orang Tionghoa, dan sebagainya. Tetapi pada suku bangsa yang lain agak sulit mengenali sanak keluarga sendiri, misalnya orang Madura, orang Jawa, dan sebagainya sebab mereka tidak memakai marga.

Apa pun sistem kekerabatan yang dianut, mari kita belajar mengingat sanak keluarga kita, dan menceritakan keberadaan mereka kepada putera-puteri kita agar mereka tidak terputus, atau orang Jawa bilang “kepaten obor”. Dengan mengenal lengkap sanak keluarga kita maka kita tidak merasa sendiri. Ada banyak orang yang tadinya tidak kita kenal ternyat amasih sedarah daging.

Langkah berikutnya adalah menolong sanak keluarga yang memang membutuhkan pertolongan, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Dari pengenalan melalui silsilah bisa dilanjutkan dengan komunikasi, kemudian dari sana bisa mengenal lebih dalam lagi, khusus-nya berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapinya. Jika kita bisa menolongnya, maka ia akan sangat berterima kasih kepada kita.

Sungguh besar manfaat mengenali sanak keluarga kita. Ternyata kita tidak sendirian di planet bumi ini. Ada sanak keluarga yang Tuhan berikan kepada kita. Kita dapat mengunjungi mereka, mengenal lebih dekat kehidupan mereka, dan dapat belajar dari sejarah para pendahulu kita. Sejarah tersebut akan membuat kita lebih bijaksana: mempelajari hal yang positif untuk dilakukan, atau hal negatif untuk dihindari.–

 

70. JURU BICARA

spokesmanMenjadi seorang jurubicara tidaklah mudah. Tidak jarang seorang juru bicara berada dalam dilema tertentu: ia harus menyampaikan informasi sebuah keputusan yang ia sendiri tidak menyetujuinya atau ia akan diberhentikan dari jabatannya. Kadang-kadang ia juga harus menggunakan topeng, yaitu tidak menyampaikan sesuatu dengan sebenar-benarnya. Lain informasi lain pula kenyataannya.

Secara tidak sadar sebenarnya kita bisa menjadi juru bicara. Siapa yang mengangkat kita? Tuhan sendiri! Ada beberapa tugas yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menjadi jurubicara-Nya.

Pertama, kita harus menjadi juru bicara kebenaran.Kita tidak boleh berhenti mengasihi kebenaran, dan juga tidak boleh berhenti menyampaikan kebenaran. Jika kita melihat ada ketidak-benaran di sekitar kita, kita harus berbicara. Kita tidak boleh mengambil sikap masa bodoh. Kita harus tetap mengumandangkan kebenaran. Apakah orang itu mau menerimanya atau tidak, bukan urusan kita.

Kebenaran juga menyangkut tidak adanya dusta. Jangan berkompromi dengan dusta, dan juga jangan mengajari anak-anak kita dengan dusta. Katakan “ya” di atas ya, dan “tidak” di atas tidak. Selebihnya adalah dari Iblis dan setan-setan.

Kedua, kita harus menjadi juru bicara kekudusan. DI sekitar kita banyak beredar pornografi, baik berupa bacaan, gambar, atau video. Anak-anak kecil sudah terbiasa dengan hal-hal sepert itu. Yang sudah menginjak usia remaja banyak yang hidup dengan prinsip free sex. Ini semua akan merusak generasi yang akan datang. Mari kita secara lantang menyuarakan kekudusan hidup ini. Jika tidak, maka penyakit HIV/AIDS yang sangat berbahaya akan makin menjalar ke mana-mana.

Ketiga, kita harus menjadi juru bicara kesatuan.Sebagai manusia, kita diciptakan secara unik olah Tuhan. Tidak ada dua pribadi yang tepat sama, bahkan orang yang dilakirkan kembar sekalipun. Itu berarti masalah perbedaan merupakan suatu hal yang alamiah. Kita tidak boleh alergi dengan keberbedaan. Justru itulah yang melengkapi kita. Perbedaan bukan menjadi penyebab pertengkaran, melainkan menjadi sarana melengkapi diri. Masayarakat yang begitu majemuk di sekitar kita semakin memeprkaya kita.

Menjadi seorang juru bicara Tuhan menghadapi banyak tantangan, baik dari dalam diri kita sendiri yang menyangkut integritas diri, maupun dari luar yang bisa berupa ancaman-ancaman. Kita tidak boleh takut terhadap ancaman yang datangnya dari manusia tersebut. Ketika kita ada di pihak kebenaran, maka Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri. Ia akan membela kita. Ia akan melindungi kita. Jadi tetaplah menjadi juru bicara Allah dengan penuh ketegasan.–

Tinggalkan komentar