ADA ROBOT … TAK PERLU NGOTOT

robotic

Eksistensi Robot Jadi Kenyataan

Pendahuluan

             Istilah “robot” berasal dari kata dalam Bahasa Ceko “robotnik” atau “robota” yang berarti “budak” atau “perbudakan” (forced labor). Semula, teknologi robot mencakup teknologi yang digunakan dalam penghitungan (computing), kelistrikan (electricity), pneumatic (pneumatics), dan hidrolik (hydraulics), yang banyak digunakan dalam industri. Tujuannya adalah agar semua pengerjaan industri berlangsung secara otomatis. Akibatnya pada masa itu terjadi pengurangan besar-besaran tenaga kerja manusia karena pekerjaannya diambil alih oleh robot-robot tersebut.

Namun, kini teknologi robotik mengalami revolusi yang luar biasa, yang diperlengkapi dengan intelek buatan (artificial intelligence – AI), yang merambah ke semua segi kehidupan umat manusia. International Business Times, pada bulan Desember tahun lalu memuat pandangan Dr. David Levy yang menyatakan bahwa dalam waktu dekat akan ada pernikahan seseorang dengan robot, dan pernikahan tersebut akan menjadi legal atau diakui secara hukum pada tahun 2050.

            Sebagai orang Kristen, kita perlu mengetahui peran robot tersebut kini dan nanti, apa saja dampak positif dan negatifnya, serta bagaimana kita menyikapinya.

Fungsi Robot

             Secara mendasar robot dibuat untuk membantu manusia, dan terbagi menjadi dua jenis yaitu: robot terkontrol (controlled robot) dan robot otomatis (autonomous robot). Bentuknya pun bermacam-macam: ada yang berwujud manusia (robot humanoid), ada yang hanya berupa tangan berlengan panjang (robot manipulator), robot yang berpindah-pindah (mobile robot), robot yang bisa terbang (flying robot), dan robot yang menyerupai binatang (robot animalia).

Dalam bukunya, Robot, Is My Friend, Jully Tjindrawan, menyatakan bahwa manusia membuat robot untuk melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan manusia, misalnya pekerjaan yang berbahaya, atau pekerjaan yang berulang yang akan mambuat bosan, atau pekerjaan yang membutuhkan ketelitian yang melelahkan mata manusia. 

            Dalam bidang industri, robot digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rutin, cepat, berbahaya. Dalam bidang kesehatan, robot digunakan untuk mengantar obat dan makanan, serta untuk operasi yang memerlukan ketelitian tinggi, misalkan operasi mata. Bahkan robot bisa melakukan operasi jarak jauh. Dalam dunia Pendidikan, robot digunakan sebagai sarana belajar pemrograman komputer dan untuk meningkatkan kreativitas anak-anak. Di bidang hiburan, robot dapat menari atau memainkan alat musik. Di rumah, robot dapat menolong membersihkan debu, memotong rumput dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Di bidang iptek, robot melakukan penelitian di tempat yang tidak bisa didatangi manusia, seperti: eksplorasi planet Mars, memantau aktifitas gunung berapi, eksplorasi di bawah laut, dan sebagainya. Kini, robot juga dikembangkan untuk pertahanan dan keamanan.

            Nampak jelas bahwa fungsi robot begitu beragam, dan apabila digunakan secara positif dapat menjadi mitra kerja umat manusia dalam melakukan pelbagai aktifitas guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

 Dampaknya   

             Dalam setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan dalam penggunaan hasil teknologi apa pun selalu bisa dilihat dan dialami dampak positif dan negatifnya. Demikian pula dengan penggunaan robot.  

            Dampak positif robot nampak jelas ketika manusia menghadapi jenis-jenis pekerjaan seperti berikut:

  • Penelitian mengeksplorasi luar angkasa untuk mencari planet lain yang kelak bisa menjadi tempat hunian umat manusia.
  • Penelitian mengeksplorasi kedalaman bumi atau kedalaman laut dimana manusia tidak mungkin bisa tiba di sana.
  • Pekerjaan yang bisa diselesaikan jauh lebih cepat, lebih konsisten, dan lebih akurat.
  • Pendampingan terhadap pasien yang sakit menahun karena robot tidak mengenal rasa bosan.

Di samping dampak positif di atas, dampak negatif robot antara lain:

  • Pembiayaan yang cukup besar untuk membuat, membeli, merawat atau memperbaiki robot, dan penyediaan energi yang cukup agar robot bisa terus bekerja.
  • Robot bisa menyimpan sejumlah data yang amat besar, tetapi tetap tidak akan melampaui kemampuan berpikir manusia.
  • Membuat kebergantungan manusia kepada robot sehingga dalam jangka panjang bisa menurunkan kemampuan mental manusia.
  • Otomatisasi pekerjaan industri dengan robot menambah jumlah pengangguran; hanya tertinggal para pekerja yang memiliki kemampuan dalam mengoperasikan robot tersebut.
  • Apabila robot digunakan untuk merusak dan menghancurkan sebagaimana divisualisasikan dalam film-film Hollywood.
  • Sehebat-hebatnya robot tidak akan dapat benar-benar berinteraksi dengan manusia dalam berperasaan.

Teknologi Kecerdasan Buatan (Artifial Intelligence – AI)

             Robotika semakin berkembang seiring dengan semakin canggihnya teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI). Istilah artificial intelligence ini pertamakali muncul pada tahun 1956 dalam konferensi iptek di Dartmouth, Massachusetts, Amerika Serikat. AI didefinisikan sebagai “kemampuan suatu program berbasis komputer atau sebuah robot otomatis untuk mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kecerdasan dengan supervisi minimum atau tanpa supervisi manusia.” (Encyclopedia Britannica). AI merupakan cabang ilmu komputer yang menekankan pengembangan intelijen mesin, pola berpikir dan bekerja seperti manusia. Misalnya, pengenalan suara, pemecahan masalah, pembelajaran, dan perencanaan.

            Pada masa kini, penggunaan AI semakin meluas dengan namanya masing-masing. Ada Siri yang mampu menemukan informasi, mendapatkan petunjuk arah, mengirim pesan, melakukan panggilan suara, membuka aplikasi, dan menambahkan acara ke kalender; ada Tesla yang mampu menggantikan peran manusia dalam mengemudikan mobil secara otomatis; ada Cogito, yang mampu menangani pelanggan sebuah perusahaan melalui call center sehingga pelayanan yang diberikan menjadi maksimum.

Selain itu ada Netflix yang mampu menyajikan film-film yang disukai peminat; ada Flying Drone yang mampu memotret, merekam, meliput berita, dan kini dalam uji coba mengirimkan produk ke rumah pelanggan; ada Alexa yang dapat membantu seseorang mencari informasi di internet, mengatur janji, berbelanja, mengontrol lampu, switch, termostat, menjawab pertanyaan, membaca audiobook, melaporkan lalu lintas dan cuaca, memberikan info tentang bisnis lokal, memberikan skor dan jadwal olahraga, dan masih banyak lagi.

Sikap Orang Kristen –

            Bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen terhadap makin meluasnya penggunaan robot dan teknologi kecerdasan buatan ini?

            Pertama, kita patut bersyukur kepada Allah, Sang Pencipta, yang telah menciptakan manusia serupa dengan citra-Nya, yang dikaruniai dengan kemampuan intelek sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan robot dan kecerdasan buatan yang bisa menjadikan manusia menjadi lebih nyaman. Dengan kecanggihan robot maka manusia dapat mengeksplorasi alam semesta sesuai dengan amanat natural dan amanat budaya yang Ia berikan kepada manusia (Kejadian 1:26-28).

            Kedua, dalam menggunakan peralatan yang canggih tersebut, kita harus berpegang pada etika Alkibiah, yaitu secara positif. Kita tidak boleh menggunakannya untuk mendatangkan kekacauan atau kerusakan, melainkan ketenteraman dan kesejahteraan banyak orang.

            Ketiga, tidak dapat dihindari apabila kelak teknologi robot dan kecerdasan buatan ini merambah ke bidang keagamaan, yaitu melaksanakan pelayanan yang tadinya dilakukan oleh manusia sebagai ungkapan syukur atas anugerah keselamatan yang diterima oleh karena percaya dan menerima karya penebusan oleh Tuhan Yesus Kristus. Pelayanan-pelayanan seperti usher untuk menyambut jemaat yang datang beribadah, kolektan yang mengumpulkan persembahan jemaat, musik yang mengiringi pujian, dan sebagainya, jangan sampai digantikan oleh alat-alat yang merupakan benda-benda mati itu secara otomatis, tanpa ada perasaan apa pun dalam melakukan pelayanan-pelayanan tersebut.

            Keempat, setiap keluarga harus mempersiapkan generasi berikutnya untuk mengambil studi dan memilih pekerjaan yang tetap sesuai dengan potensi dan kemampuan yang Tuhan berikan, namun juga disertai kemampuan memanfaatkan peralatan yang canggih tersebut.

Kelima, robot dan teknologi AI memang bisa menolong kita sebagai asisten rumah tangga untuk mengerjakan banyak pekerjaan di rumah, tetapi tentu tidak akan dapat menggantikan keberadaan dan peran seorang suami/istri sebagai pasangan dan pendamping hidup kita sebagaimana yang Tuhan tetapkan, yaitu bahwa “… seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya …” (Kejadian 2:18).

            Keenam, dalam keasyikan menggunakan peralatan yang canggih pada umumnya membuat manusia tersu… bergerak secara dinamis. Untuk itu kita tidak boleh melupakan perlunya menyisihkan Saat Teduh untuk untuk bersekutu dengan Tuhan dalam doa dan perenungan firman-Nya. Kalaupun ada audiobible dimana seseorang dapat mendengarkan pembacaan Alkitab yang dilakukan secara otomatis oleh sistem cerdas pembacaan teks, namun tetap akan berbeda apabila kita sendiri yang membaca dan merenungkannya. Perlu selalu diingat bahwa persekutuan dengan Tuhan berkaitan dengan roh, bukan saja dengan akal budi (1 Korintus 14:15).

Ketujuh, sekalipun manusia berhasil mencapai kepandaian dalam membuat robot dan AI, tetapi harus tetap memiliki iman yang kuat bahwa Allah itu ada dan tetap memegang kendali atas segalanya. Dengan pemahaman ini, kita tidak akan berbangga diri atau menyombongkan diri, melainkan tetap rendah hati untuk menyembah Allah yang kita panggil Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kita harus “menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Korintus 10:5).—

pdt. dr. petrus f. setiadarma

Tinggalkan komentar