REKAT (301-400)

PA – 301. Demi menegaskan bahwa Tuhan sendiri yang memilih Harun menjadi Imam Besar, maka dalam Bilangan 17 dikisahkan bahwa Tuhan membuat tongkat Harun bertunas. (1) Tongkat (rod) merupakan simbol dari 2 hal penting: mujizat (Kel. 7:10-13), dan kepemimpinan. (2) Orang yang dipilih Tuhan, tongkatnya bertunas (ayat 6) – mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam. Ini berarti bahwa ada pertumbuhan dan perkembangan yang nyata. Ada hasil atau prestasi yang nampak ketika seseorang dipilih Tuhan sebagai pemimpin. (3) Buah badam (almonds) adalah sejenis “kacang” yang sangat berguna bagi kesehatan. Ini lambang kepemimpinan yang ber- dayaguna dan berhasilguna bagi banyak orang. (4) Tongkat Harun yang bertunas itu kemudian disimpan di dalam Tabut Perjanjian (di dalamnya juga ada manna dan loh batu), sebagai tanda otoritas yang ditetapkan Tuhan, dan akhirnya semua umat mengakuinya. Kepemimpinan berhubungan erat dengan penyembahan dan kemuliaan Tuhan. Seorang pemimpin adalah seorang yang suka menyembah Tuhan, suka akan firman Tuhan (manna) dan melaksanakan keadilan (loh batu) serta mengembalikan segala prestasi hidup bagi kemuliaan-Nya, bukan kebanggaan diri semata.-

PA – 302. Tak ada manusia yang sempurna! Demikian pula halnya dengan Musa dan Harun. Mereka adalah pemimpin yang luar biasa tetapi tetap manusia yang bisa berdosa. Dalam Bilangan pasal 20 dikisahkan bagaimana mereka telah berdosa kepada Tuhan. Proses terjadinya sbb.: (1) Pertengkaran Musa dengan umat Tuhan karena tidak ada air. Dalam hidup ini tidak mungkin tidak ada masalah (ayat 1-6). (2) Tuhan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi umat-Nya. Tak ada masalah yang terlalu besar yang tidak bisa diselesaikan ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan (ayat 7-8). (3) Musa tidak melakukan perintah Tuhan dengan tepat. Ia disuruh berkata-kata kepada bukit batu agar mengeluarkan air, tetapi Musa memukul bukit batu itu dua kali dengan tongkatnya. Ketaatan kepada perintah Tuhan harus total (ayat 9-11). (4) Inti dosa Musa dan Harun di hadapan Tuhan adalah ketidak-percayaan dan tidak menghormati kekudusan Tuhan. Akibatnya sungguh tragis:  Musa dan Harun tidak diperkenan Tuhan masuk ke Tanah Perjanjian Tayat 12). Ingatlah selalu: hukuman Tuhan terhadap dosa pemimpin lebih berat dari pada dosa pengikut! Namun upah yang Tuhan sediakan bagi pemimpin juga lebih besar dari pada dosa pengikut! Jadi, mau jadi pemimpin atau pengikut?

PA – 303 – Dalam Bilangan pasal 21 kembali umat Tuhan menggerutu karena makanan. (1) Mereka tidak dapat lagi menahan hati sehingga kembali melawan Allah dan Musa. Mereka merasa muak terhadap “manna” yang hambar, padahal manis seperti madu (ayat 5 – Kel 16:31). Jika hati sudah tak tahan, maka kita tidak bisa melihat kebaikan sedikit pun. Yang baik pun bisa dikatakan buruk! Oleh sebab itu kita harus hati-hati dengan perkataan kita. (2) TUHAN murka dan menyuruh ular tedung yang sangat berbisa memagut mereka  sehingga banyak yang mati (ayat 6). Tidak ada manfaat sedikit pun ketika kita menggerutu kepada Tuhan. Bahkan yang diperoleh adalah hukuman dari Tuhan. (3) Umat Tuhan sadar dan mengakui dosa mereka lalu Musa berdoa (syafaat) bagi bangsa itu dan Tuhan mengabulkan doanya. Ketika kita mengaku dosa kita, Allah mengampuni kita (ayat 7 – bdk. 1 Yoh 1:9). (4) Musa disuruh membuat ular tembaga. Setiap orang yang memandangnya tetap hidup (ayat 9). Sayangnya kemudian ular tembaga ini disembah oleh umat Tuhan, menjadi sesembahan berhala (2 Raja 18:4). Padahal ular tembaga tersebut merupakan bayangan dari Yesus Kristus sendiri. Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:14-16).

PA – 304. Kisah Bileam (Bilangan 22). (1) oramg Moab ‘muak dan takut’ kepada orang Israel sebab umat Tuhan baru saja berhasil menaklukkan dua raja: Sihon (raja Hesybon) dan Og (raja Basan) (ay 2-6). Selalu ada orang-orang yang tidak suka dengan keberadaan umat Tuhan dan cenderung mencelakai mereka. (2) Raja Moab yaitu Balak meminta bantuan Bileam, seorang petenung, agar mengutuki umat Tuhan (ay 7-8). Ada upaya orang yang iri dan dengki dengan keberhasilan kita meminta bantuan kuasa kegelapan mencoba menghancurkan bisnis dan keluarga kita. (3) Bileam dilarang pergi dan dilarang mengutuk umat Tuhan oleh Allah, sebab umat Tuhan itu ‘telah diberkati’ (ay 12). Tuhan melindungi anak-anak-Nya dari kuasa kegelapan. Tak ada kuasa apapun yang dapat menghancurkan kita, sebab kita berada dalam genggaman tangan-Nya. (4) Bileam keras kepala karena menerima hadiah  yang banyak sehingga akhirnya diijinkan pergi oleh Allah tetapi tetap tidak boleh mengucapkan sesuatu selain firman-Nya. Jangan memaksa Allah mengijinkan kita melakukan sesuatu. Lebih baik jika itu kehendak-Nya, bukan ijin-Nya. Ada perbedaan besar antara ‘atas kehendak Tuhan’ dengan ‘atas ijin Tuhan’.

PA – 305. Masih tentang Bileam. Tuhan tidak hanya menegur kebebalannya, bahkan Tuhan – dalam kemahakuasaan-Nya dan kehendak-Nya – berbicara kepadanya dengan perantaraan seekor keledai. Ini keterlaluan, bukan? Setelah ditegur sedemikian rupa, akhirnya Bileam memberkati umat Tuhan. Apa saja isi berkat Tuhan ini (Bilangan ps 23)? (1) Berkat Tuhan bagi umat-Nya tetap bertahan, sebab tidak ada yang dapat membalikkannya (ayat 20). (2) Penyertaan Tuhan yang memberi kemenangan (ayat 21). (3) Perlindungan Tuhan sehingga tak ada mantera atau kutukan yang mempan terhadap mereka (ayat 23). Sudahkah kita bersyukur untuk ketiga jenis berkat Tuhan ini?

PA – 306. Dalam Bilangan 24, Bileam masih melanjutkan ucapan berkat Tuhan atas umat Israel. (1) Umat Tuhan bagaikan hamparan tanaman yang sangat subur yang memperoleh pasokan air yang sangat berlimpah (ayat 6-7). (2) Umat Tuhan bagaikan singa yang perkasa yang memperoleh kemenangan besar atas musuh-musuhnya (ayat 8). (3) Orang yang memberkati Israel akan diberkati, orang yang mengutuk Israel akan dikutuk. Bahkan Bileam – dalam pimpinan Roh Tuhan (ayat 3) mengucapkan nubuatan Mesianis tentang Yesus Kristus, sebagai ‘bintang’ ‘tongkat kerajaan’ (ayat 17), dan ‘penguasa’ (ayat 19). Jadi orang bebal seperti Bileam kadang-kadang bisa dipakai Tuhan memberkati umat-Nya. Oleh sebab itu belajarlah mendengar ‘sesuatu’ yang berasal dari ‘orang-orang bebal’ di sekitar kita.-

PA – 307. Setelah gagal mengutuki umat Tuhan, Bileam memberikan usulan kepada Balak suatu cara untuk menghancurkan umat Tuhan, yaitu dengan ‘mengekspor’ perempuan cantik Moab ke kalangan orang Israel guna menyesatkan mereka. Dalam Bilangan 25 dikisahkan bagaimana strategi itu berhasil: (1) Bangsa Israel berzinah dengan perempuan Moab. Ini melanggar Hukum VII (Kel. 20:14). (2) Bangsa Israel menyembah berhala Baal-Peor sehingga mendatangkan murka Tuhan. (3) Perlu tindakan tegas terhadap dosa agar murka Tuhan surut. Itulah yang dikerjakan oleh Pinehas, yaitu dengan membunuh orang yang berzinah tersebut. Pinehas memperoleh berkat Tuhan yaitu perjanjian keselamatan dalam keimamatan, sebab ia bertindak tegas dalam kebenaran. Jadi kita harus waspada sebab selalu ada daya upaya yang dirancang Iblis untuk menjatuhkan iman anak-anak Tuhan. Kita pun tidal boleh memiliki semangat Bileam yang menyebabkan orang lain berdosa (Why. 2:14), sebab akhirnya Bileam binasa dengan cara yang mengerikan, yaitu terbunuh oleh pedang (Yos. 13:22).-

PA – 308. Dengan berlalunya waktu, kepemimpinan Musa pun berada di ujung penghabisan. Ini suatu hal yang alamiah. Oleh sebab itu dalam Bilangan 27 dikisahkan tentang firman Tuhan yang diterima Musa berkenaan dengan kepemimpinannya yang harus dialihkan kepada generasi berikutnya. (1) TUHAN punya alasan yang kuat atas setiap keputusan yang dibuat-Nya. Jadi kita harus berbesar hati dan bersyukur dalam menerima pelbagai ketetapan yang Allah buat bagi kita: dari keluarga siapa kita dilahirkan, bidang pekerjaan apa yang Tuhan percayakan, dsb. (2) Fokus perhatian Musa adalah pada umat-Nya, bukan pada dirinya sendiri. Itulah tanda pemimpin yang berkenan kepada Tuhan. (3) Yosua ditetapkan TUHAN karena kedaulatan-Nya dan prestasi pelayanannya. Dua hal ini sama pentingnya dalam hidupo kita: ketetapan Allah dan kerja keras kita. (4) Regenerasi kepemimpin- an berlangsung melalui proses yang wajar. Sudahkah kita mempersiapkan generasi penerus dalam bisnis, keluiarga, dan pelayanan kita? Sebaliknya, jika kita di pihak Yosua, siapkah kita menerima peralihan tugas dan tanggung jawab dari para pendahulu kita?

PA – 309. Kitab Bilangan diakhiri dengan firman Tuhan kepada seluruh umat-Nya agar setibanya di Tanah Perjanjian mereka melakukan keempat berikut ini: menghalau semua orang kafir, membinasakan praktek penyembahan berhala,  menduduki negeri dan diam di sana, serta membagi-bagikan negeri. Tanah Perjanjian merupakan simbol dari kedewasaan rohani.Artinya orang yang dewasa rohani akan melakukan keempat hal berikut ini. Pertama, membuang kekafiran, yaitu prinsip hidup yang tidak sesuai dengan firman Tuhan: memelihara hari-hari tertentu, suka akan ramalan, dsb. Kedua,  tidak terikat terhadap sesuatu lebih dari pada Tuhan, yaitu berhala modern: Mammon, hobi, manusia, dsb. Ketiga, bersikap dan bertindak sebagai orang dewasa (tidak mudah tersinggung, sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Kerajaan Sorga, suka akan makanan rohani yang keras, dsb. ). Keempat,   melakukan praktek keadilan, yaitu bertindak adil dalam mengatur waktu, keuangan, dsb.-

ULANGAN

PA – 310. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab Ulangan. Dalam bahasa Inggris disebut “deuteronomy” (dari kata Yunani ‘deuteros’ = kedua; dan ‘nomos’ = hukum). Jadi artinya, “kisah pengajaran kembali hukum Tuhan untuk yang keduakalinya.” Isi kitab ini menyatakan firman Tuhan di akhir kepemimpinan Musa. Ada empat hal yang diingatkan kembali dalam pasal 1, yaitu: (1) penggenapan janji Tuhan, di mana kini mereka telah menjadi seperti bintang banyaknya dan masih aka bertambah banyak lagi; (2) pembentukan pemimpin-pemimpin kelompok yang menolong Musa dalam meyelesaikan banyak masalah umat; (3) pengintaian Tanah Perjanjian dan akibat ketidakpercayaan; (4) kegagalan penyerbuan akibat memandang remeh persoalan. Keempat hal ini juga penting dalam hidup kita: (1) bersyukur karena Tuhan setia pada janji-Nya untuk memberkati kita berlimpah-limpah, (2)  mementingkan sumber daya manusia guna mengelola berkat Tuhan tersebut, (3) hidup dengan mata jasmani sesuai realitas, tetapi juga dengan mata iman seperti Kaleb dan Yosua, (4) tidak meremehkan maslah hidup melainkan tetap mengandalkan pertolongan Tuhan.-

PA – 311. Dalam Ulangan pasal 2 Musa menyampaikan beberapa hal penting berikut: (1) Tuhan telah memberikan pegunungan Seir (Edom) kepada Esau, dan daerah Moab dan Amon diberikan kepada keturunan Lot. Jadi umat Tuhan tidak boleh mengganggu atau mengusiknya. Bagi umat Tuhan telah diberikan daerah tersendiri, yaitu Tanah Kanaan (ay 4-12). Syukuri berkat Tuhan yang diberikan-Nya kepada kita, dan jangan mengusik berkat Tuhan bagi orang lain, apalagi iri hati terhadapnya. Yang dianugerahkan Tuhan kepada kita pasti yang terbaik bagi kita. (2) Tuhan menghendaki umat-Nya menempati Tanah Orang Amori, yaitu Kanaan. Ini serupa dengan Amori menduduki Tanah Orang Zamzumim, atau bani Esau menduduki Tanah Orang Hori, atau orang Kaftor yang menduduki Tanah Orang Awi. Artinya Allah punya kedaulatan mutlak atas bangsa-bangsa. Ia mewahyukan diri-Nya (secara umum) dalam sejarah. Tak ada satupun yang luput dari pengendalian-Nya. Demikian halnya Tuhan mengatur hidup kita, termasuk masa depan kita.

PA – 312. Dalam Ulangan pasal 3 Musa mengingatkan beberapa hal penting: (1) Kemenangan yang Tuhan berikan saat melawan Og, Raja Basan dan mampui menduduki 60 kota berbenteng (ayat 1-5). (2) Pemberian daerah di sebelah timur Yordan kepada Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye (ayat 6:20). (3) Tuhan tidak mengabulkan permohonan Musa untuk bisa masuk Tanah Perjanjian (ayat 21-29). Dari ketiga hal di atas, kita diajar agar tidak ragu akan penyertaan Tuhan. Ia adalah Allah yang mampu dan mau memberikan kemenangan besar kepada kita. Ada ‘kota berbenteng’ yang nampaknya sulit namun akan dapat kita peroleh bersama dengan Tuhan. Kita juga harus memberikan apa yang menjadi hak atau bagian orang lain secara adil. Jangan hanya karena harta benda, persaudaraan atau pertemanan atau persekutuan dengan orang lain menjadi rusak dan hancur. Miliki kerelaan hati untuk saling berbagi. Terakhir, kita harus mengakui dan menerima kedaulatan mutlak Tuhan dalam menjawab doa-doa kita.-

PA – 313.  Ulangan pasal 4 umat Israel diingatkan untuk tetap memelihara hukum Tuhan. (1) Tidak boleh menambah atau menguranginya (ayat 2 – bdk. Why 22:18-19). (2) Melakukannya dengan setia supaya berhikmat dan berakal budi (ayat 6 – bdk. 2 Tim 3:15). (3) Mengajarkannya kepada generasi yang kemudian agar mereka takut akan Tuhan, dengan perkataan dan keteladanan (ayat 9). (4) Tidak menyembah berhala (ayat 15-20), sebab akibatnya sangat mengerikan (ayat 21-29) (5) Ada janji pemulihan atas hidup umat Tuhan jika mereka mau berbalik kepada Tuhan (ayat 30-40).-

 

PA – 314. Ulangan pasal 5. Di sini Musa mengingatkan kembali kesepuluh perintah Allah (Dasa Titah atau Dekalog) yang diberikan oleh Allah kepada umat-Nya di Gunung Sinai (ayat 1-22). Hukum itu diberikan bukan untuk membebani mereka namun justru untuk menolong mereka sehingga bisa terhindar dari murka Allah. Mereka harus menjalani segenap jalan yang diperintahkan Tuhan sebab hasilnya sungguh indah: mereka memperoleh hidup, baik keadaannya, serta lanjut umurnya (ayat 33). Nampak di sini bahwa ketaatan mendatangkan berkat dan kebaikan. Ketaatan bisa membuat kita berbeda dari orang-orang di sekitar kita. Itulah yang Tuhan mau (Roma 12:2).-

PA – 315. Dalam Ulangan 6 ada perintah untuk mengajarkan kepada anak-anak kita tentang mengasihi Tuhan, yang dikenal dengan istilah “Shema” (artinya: “Dengarlah!”) (Ayat 4-9). (1) Anak-anak harus diajar. Mereka tidak bisa ‘tahu dengan sendirinya’. Tugas orang tua bukan hanya menyediakan kebutuhan jasmani mereka, melainkan juga mengajar mereka. (2) Pengajaran mengenai mengasihi Tuhan harus disampaikan berulang-ulang. Jadi tidak bisa hanya dengan sekali saja lalu selesai. Orang tua harus mencari cara-cara kreatif untuk mengajar anak-anak. (3) Pengajaran harus disampaikan di segala tempat dan waktu. Keberadaan orang tua bersama anak menjadi sangat penting dan tugas ini tidak bisa dialihkan kepada orang lain (mis. PRT, baby sitter, opa omanya, dsb.). (4) Pengajaran mengasihi Tuhan meliputi penerapannya dalam seluruh aspek kehidupan (keluarga, bisnis, pergaulan, pribadi, dsb.). Jika tugas pengajaran ini diabaikan atau diterlantarkan, akan muncul generasi yang tidak mengasihi Tuhan. Akibatnya mereka akan menjadi generasi pemberontak yang melawan Allah!

PA – 316. Dalam Ulangan pasal 6 ini pula Tuhan mengingatkan agar sesudah mereka nanti tiba di Tanah Perjanjian dan menikmati segala yang baik, mereka tidak lupa akan Tuhan, melainkan: (1) tetap setia beribadah kepada-Nya (ayat 12-13), (2) tetap berpegang pada perintah, peringatan dan ketetapan Tuhan (ayat 16), (3) melakukan apa yang benar dan baik di hadapan Tuhan (ayat 17), (4) menceritakan kepada generasi yang kemudian tentang segala kebaikan Tuhan (ayat 20-25). Yang dimaksud dengan kebaikan Tuhan di sini tentunya berpusat pada karya penebusan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib bagi kita. Tak ada kebaikan yang melebihi hal itu, kebaikan yang berasal dari kasih Allah yang terbesar: kasih Calvary!

PA – 317. Dalam Ulangan pasal 7 ada beberapa pelajaran penting: (1) Sebagai bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri mereka harus menghancurkan segala bentuk kekafiran dan tidak mengadakan persekutuan dalam bentuk apapun dengan mereka (ayat 1-5). Pada zaman itu bentuknya adalah membunuh dan membinasakan bangsa-bangsa penyembah berhala. Pada zaman sekarang adalah menjauhi segala bentuk dosa dan kejahatan dan noda kekafiran. (2) Status mereka sebagai umat pilihan Allah bukan karena kebaikan merekan melainkan karena kasih karunia Allah sendiri (ayat 6-11). Jika kita memahami dengan benar bahwa secara total hidup kita yang ada sekarang adalah karena kasih setia-Nya semata-mata, maka yang ada hanya pengucapan syukur kepada-Nya. (3) Ketaatan kepada perintah Tuhan mendatangkan berkat jasmani dan kemenangan besar dalam menghadapi pelbagai tantangan (ayat 12-26). Penyertaan Tuhan atas kehidupan kita membuat kita tetap kuat dalam menghadapi apapun!

PA – 318. Ulangan pasal 18. Pertama, di sini umat Tuhan diajak untuk sekilas  menoleh ke belakang melihat sejarah perjalanan mereka. Mengingat saat Tuhan memberi mereka manna (pangan), membuat pakaian mereka tidak menjadi rusak (sandang), membuat kaki tidak menjadi bengkak (kesehatan) (ayat 1-10). Kedua, mereka akan dibawa Tuhan masuk ke Tanah Perjanjian, suatu negeri yang baik. Di sana mereka akan memperoleh yang berkelimpahan. Mereka harus tetap ingat akan Tuhan, dan tetap rendah hati (ayat 11-18). Mari kita juga selalu mengingat kebaikan Tuhan di masa lalu dan berpengharapan di dalam Dia untuk masa depan kita. Ia baik! Orang yang selalu ingat akan kebaikan Tuhan akan selalu hidup dalam pengucapan syukur dan kerendahan hati. Mengapa? Karena sadar bahwa apa yang ada padanya tidak diperoleh karena kekuatannya sendiri, melainkan karena kebaikan Tuhan yang memberi kekuatan untuk memperoleh semuanya itu (ayat 18).-

PA – 319. Dalam Ulangan pasal 18 juga diberikan pedoman tentang nabi sejati dan nabi palsu. Musa berkata bahwa akan datang seorang nabi dari tengah-tengah umat Israel,  yang harus mereka dengarkan (ayat 15,18). Ini adalah nubuatan tentang Mesias, yaitu Yesus Kristus, yang memiliki tiga jabatan penting: imam, nabi, dan raja. Yang tidak manati-Nya akan dituntut pertanggungjawabannya (ayat 19). Jika ada seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama Tuhan perkataan yang tidak Tuhan perintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. Jika seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, ia adalah nabi palsu (ayat 22). Di masa kini kita tetap harus waspada: mana prinsip hidup yang benar dan sesuai kehendak Allah, dan mana yang salah. Jangan ragu menolak yang salah dan menerima yang benar!

PA – 320. Dalam Ulangan 19 Musa kembali menjelaskan tentang:  (1) Tiga kota perlindungan. Setiap orang yang melakukan dosa secara tidak sengaja boleh lari ke kota itu sebagai tempat perlindungannya. Ini berbicara tentang cara Tuhan yang Mahaadil dalam memperlakukan umat-Nya. Kita pun harus melihat setiap masalah case by case, tidak ‘gebyah uyah’ atau menyamaratakan semua kasus. (2) Larangan menggeser batas tanah. Larangan ini menyangkut pula menggeser batas pantai negara tetangga seperti yang pernah dilakukan negara tetangga kita, atau menggeser posisi orang kain dan cara yang tidak terpuji. Untuk setiap orang telah Tuhan tetapkan wilayahnya sendiri-sendiri. (3) Peraturan menjadi saksi, termasuk menjadi saksi di pengadilan, saksi dalam perjanjian atau pernikahan, dan juga  saksi tentang Injil. Kita harus hanya mengatakan kebenaran: Ya di atas ya, tidak di atas tidak! Selebihnya berasal dari si Iblis.-

PA – 321. Ulangan pasal 20 berbicara tentang Hukum Perang. Pertama, seorang imam akan menguatkan hati umat Tuhan. Mereka tidak boleh takut. Mereka harus percaya bahwa TUHAN, Allah mereka, yang menyertai mereka akan berperang bagi mereka dan mereka akan memperoleh kemenanhgan (ayat 1-4). Kedua, para pengatur pasukan harus memotivasi para tentara agar yang tawar hati jangan ikut berperang. Sebaiknya mereka pulang agar hati tentara yang lain tidak tawar hati (ayat 5-9). Ketiga, strategi perang yang harus digunakan adalah menawarkan perdamaian dulu dengan penduduk negeri itu. Jika mereka bersedia berdamai, mereka akan menjadi pekerja rodi di kalangan umat Tuhan. Namun jika mereka menolak, mereka harus dibinasakan. Keempat, saat berperang tidak boeh merusak pepohonan yang mereka ketahui menghasilkan buah. Mereka harus tetap melindunginya. Tapi pepohonan yang tidak menghasilkan buah boleh ditebang. Keempat butir Hukum Perang ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita masa kini, yaitu peperangan melawan dunia, Iblis, dan kedagingan kita. Tuhan pasti akan memberikan kemenangan!

PA – 322. Dalam Ulangan pasal 21 ada beberapa topik penting. (1) Keadilan. Setiap orang harus diperlakukan secara adil: hukuman bagi yang bersalah agar ada efek jera, dan pembebasan bagi yang terbukti tidak bersalah (ayat 1-9). (2) Memperoleh isteri. Perempuan tawanan yang akan diambil sebagai isteri harus dicukur rambutnya dan dipotong kukunya, mengganti pakaian tawanannya, dan menangisi ayah ibunya sebulan lamanya (ayat 10-14). Ini adalah simbol kelahiran baru. Mereka yang mau menjadi Mempelai Kristus harus menanggalkan hidup yang lama dan mengenakan hidup baru (2 Kor. 5:17). (3) Hak kesulungan. Umat Tuhan harus tetap memberikan apa yang menjadi hak anak sukung tanpa membeda-bedakan ia berasal dari isteri yang mana (ayat 15-17). Jadi harus bertindak obyektif. Jika memang seseorang punya hak, harus diberikan kepadanya tanpa melihat latar belakang kehidupannya. (4) Anak yang durhaka yang tidak mau bertobat harus dihukum ati (ayat 18-21). Artinya, setiap orang tua harus mendidik dengan hikmat dan pertolongan Tuhan agar anak-anak mau patuh kepada Tuhan dan orang tua. (5) Mayat orang yang dihukum mati harus dikubur, dan tidak boleh tergantung hingga keesokan harinya, sebab “seorang yang digantung terkutuk oleh Allah”. (ayat 22-23). Ini merupakan ayat nubuat terhadap Tuhan kita Yesus Kristus yang telah menjadi kutuk ganti kita.-

PA – 323. Dalam Ulangan pasal 22 ada beberapa pelajaran penting, yaitu  tentang tolong menolong, dan beberapa peraturan. Setiap orang harus benar-benar menolong saudaranya yang merbutuhkan pertolongan, tidak boleh ‘pura-pura tidak tahu’ (ayat 1-4). Berarti ketidakpedulian untuk menolong sesama tidak berkenan kepada Tuhan. Sifat tolong-menolong adalah ciri manusia baru di dalam Kristus. Peraturan lainnya adalah: perempuan tidak boleh memakai pakaian laki-laki dan sebaliknya (kesopanan dan kepatutan – ayat 5); tidak boleh mengambil induk burung bersama anak-anaknya (pelestarian hewan – ayat 6-7); saat membangun rumah jangan sampai mendatangkan celaka bagi orang lain (keamanan – ayat 8); jangan menaburi lahan dengan dua jenis tanaman, atau membajak dengan lembu dan keledai, atau memakai pakaian dengan dua jenis bahan (simbol keselarasan, kesatuan dan kesepadanan termasuk dalam berumahtangga, berbisnis, dsb – ayat 9-11).-

PA – 324. Dalam Ulangan pasal 22 juga ada peraturan tentang perkawinan. (1) Pentingnya menjaga keperawanan (virginity), dan tidak main tuduh. Jika tuduhan salah, sang suami kena denda (ayat 19). Jika tuduhan benar, sang gadis harus dirajam batu (ayat 20-21). Jangan menjadi serupa dengan dunia ini yang tidak mengindahkan kekudusan perkawinan, dan menghalalkan free sex. Jaga virginitas Anda sampai nanti masuk dalam pernikahan Ada berkat khusus bagi setiap insan yang menjaga kekudusan hidupnya. (2) Perselingkuhan di mana seorang laki-laki tidur dengan isteri orang lain dilarang. Keduanya harus dihukun mati (ayat 22). (3) Larangan tidur dengan gadis yang sudah bertunangan dengan orang lain. Jika terjadi di kota gadis itu harus berteriak sebab ia diperkosa. Jika ia tidak berteriak (berarti suka sama suka) keduanya dihukum mati (ayat 24). Jika di tempat sepi (saat berteriak tak ada yang mendengar), yang dihukum mati yang pria saja (ayat 25). (4) Jika ada laki-laki tidur dengan seorang perawan, ia harus mengawininya (ayat 28-28). (5) Larangan tidur dengan isteri ayah (ayat 30). Kesimpulan: jaga kekudusan seksualitas kita, dan kekudusan perkawinan!

PA – 325. Dalam Ulangan pasal 23 ada beberapa hal penting. (1) Persyaratan beribadah kepada Tuhan, yang intinya harus dalam kekudusan. Jika masih ada hal-hal yang berbau dosa harus dibereskan dulu. Harus bersih tangannqya dan suci hatinya (ayat 1-7- Maz. 24:3-4). (2) Kebersihan lingkungan perkemahan, supaya jangan Tuhan melihat sesuatu yang tidak senonoh, lalu berbalik drai umat-Nya (ayat 9-14). (3) Mau menerima budak yang melarikan diri dari tuannya. Maknanya: mau menerima pertobatan orang yang dulunya hamba dosa menjadi hamba kebenaran (ayat 15-16). (4) Larangan melakukan hubungan seks dalam ritual seperti yang dilakukan para penyembah berhala (ayat 17-18). (5) Larangan memungut bunga pinjaman dari sesama umat Tuhan (ayat 19-20). (6) Menepati nazar atau janji kepada Tuhan (termasuk janji pernikahan) (ayat 21-23). (7) Tidak boleh serakah. Ambil secukuonya, makan secukupnya (ayat 24-25). Kesimpulan: berbagai aturan itu ditetapkan oleh Tuhan bukan untuk membebani atau membelenggu umat-Nya melainkan untuk kebaikan mereka semua baik fisik, mental dan spiritual!

PA – 326. Ada beberapa ayat dalam Ulangan 24 yang memberikan kepada kita dasar-dasar Alkitab tentang etika bisnis, antara lain: (1) memberi kesempatan kepada pegawai yang baru menikah untuk menikmati bulan madunya (ayat 5). Belakangan ini setiap kali akan ada pernikahan, para calon mempelai mengalami kesulitan waktu sebab peraturan di perusahaannya hanya memberi sedikit cuti kepadanya. Jika ia bisa memperoleh cuti seminggu misalnya (di Alkitab setahun!), ia bisa menikmati bulan madunya. Waktu kembali ke tempat pekerjaannya pasti akan lebih produktif! (2) Majikan harus memberikan upah tepat pada waktunya kepada pegawainya. Jika harian honor harus diberikan sebelum matahari terbenam (ayat 14-15). Berarti jika mingguan diberikan di hari Sabtu, dan jika bulanan diberikan di akhir bulan. Keterlambatan pembayaran honor bisa menyebabkan pegawai tersebut menderita, dan kalau sampai ia mnembawa masalah keterlambatan itu kepada Tuhan, maka keterlambatan itu menjadi dosa bagi si majikan.-

PA – 327. Dalam Ulangan 24 juga ada peraturan lain: (3) tentang hukuman. Setiap orang memperoleh hukuman menurut perbuatannya sendiri, kesalahan ayah tidak bisa dialihkan ke anak dan sebaliknya (ayat 16). Jika memang demikian seharusnya, mengapa banyak orang diadili karena orang tuanya? Prinsip “bibit, bebet, bobot” seharusnya dilengkapi dengan “babat”. Kelakuan orang tua yang buruk belum tentu. menurun ke anak, dan sebaliknya. (4) Tidak boleh memperkosa hak orang asing, anak yatim, dan janda. Kepada mereka justru harus ditinggali hasil panen di ladang  (ayat 17). Allah memperhatikan dan melindungi mereka. Kita pun harus menolong orang-orang semacam itu. Ia adalah Bapa bai anak yatim dan Pelindung bagi para janda (Maz. 68:6). Jadilah seperti Dorkas yang justru menjadi saluran berkat bagi mereka (Kisah 9:39).-

PA – 328. Ulangan pasal 25 ada beberapa hal penting: (1) keadilan, di mana yang salah dihukum, yang benar dibebaskan (ayat 1-3); (2) keadilan, yaitu tidak memberangus mulut lembu yang sedang mengirik (ayat 4). Artinya memberikan apa yang menjadi hak pekerja. (3) bersedia mengawini saudari ipar yang suaminya meninggal (ayat 5-10). Artinya kesediaan menolong saudara sekandung. (4) kekudusan, yaitu tidak melakukan yang tidak senonoh (ayat 11-12). (5) kejujuran, yaitu memiiki timbangan yang benar (ayat 13-16). Artinya dalam berbisnis harus jujur: mana yang asli, mana yang palsu: timbangan juga harus ditera dengan benar. (6) kemurnian, dengan tidak berkompromi dengan dosa sedikit pun (ayat 16-19). Jadi nilai-nilai hidup ornag yang takut akan Tuhan berkaitan dengan: keadilan, kekudusan, kebenaran, kejujuran, dan kemurnian.-

PA – 329. Dalam Ulangan pasal 26 umat Tuhan diajar untuk: (1) Persembahan sulung. Setiap orang harus memberikan persembahan hasil panen pertama kepada Tuhan. Imam akan menerimanya untuk dipersembahkan kepada Tuhan, dengan diseratai ucapan yang mengisahkan perjalanan umat Tuhan sejak Abraham (ayat 1-11). Artinya kita harus selalui sadar bahwa dulunya kita adalah oran berdosa yang kemudian dipanggil dan dikuduskan oleh Allah serta diberkati-Nya. (2) Penberian kepada orang Lewi, kepada orang asing, anak yatim dan janda (aksi sosial bagi mereka yang membutuhkan – ayat 12). (3) Doa meminta berkat Tuhan atas dasar perbuatan (1) dan (2) (ayat 13-15). Jadi doa berkat boleh dimintakan kepada Tuhan setelah kita memberikan kepada Tuhan dan mereka yang membutuhkan. (4) Janji setia umat kepada Tuhan dan janji Tuhan untuk menyertai dan memberkati umat-Nya (ayat 16-19). Mari kita berjanji setia kepada Tuhan, setia sampai mati, sebab Tuhan telah lebih dulu setia kepada kita.-

PA – 330. Dalam Ulangan pasal 27 ada beberapa hal penting bagi kita: (1) Mendirikan prasasti bertuliskan hukum Tuhan supaya bica dibaca dan dipahami oleh semua orang yang melewati prasasti tersebut (ayat 1-4). Dalam PL hukum Tuhan harus dituliskan pada batu yang dikapuri, tetapi dalam PB tertulis di hati setiap orang percaya (2 Kor. 3:3). (2) Mendirikan mezbah dan memberikan korban bakaran dan korban keselamatan (ayat 4-6). Ucapan syukur atas karya keselamatan yang Allah telah kerjakan bagi kita harus dipanjatkan dengan memberikan yang terbaik kepada-Nya. (3) Ucapan berkat di Gunung Gerizim dan ucapan kutuk di Gunung Ebal (ayat 12-13). Parameter dalam PL apakah seseorang  memperoleh berkat atau kutuk adalah ketaatan pada hukum Taurat, dalam PB adalah iman yang disertai ketaatan.-

PA – 331. Berkat dan Kutuk diperinci dalam Ulangan pasal 28. Berkat apa saja yang TUHAN sediakan bagi umat-Nya? Sangat banyak dan lengkap, meliputi: diangkat melebihi segala bangsa di bumi, berkat di kota dan di ladang, berkat ternak dan pertanian, berkat bakul dan tempat adonan, berkat dalam perjalanan, kemenangan dalam peperangan, akan memberi pinjaman dan tidak meminta pinjaman, pengangkatan sebagai kepala bukan ekor, tetap naik dan tidak turun. Bilamanakah itu semua terjadi? Jika kita “baik-baik mendengarkan suara Tuhan, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya.”(ayat 1). Ini disebut “berkat bersyarat” (conditional blessing). Berkat ini bertujuan bukan melulu untuk kepentingan umat Tuhan, melainkan untu kesaksian … “Maka segala bangsa di bumi akan melihat bahwa naa TUHAN telah disebut atas umat-Nya …” (ayat 10).

PA – 332. Sebaliknya, dalam Ulangan 28 juga disebutkan tentang kutuk. Orang yang tidak “baik-baik mendengarkan suara Tuhan, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya,” akan mengalami kutuk yang sangat mengerikan, yang meliputi: tidak adanya berkat jasmani, dilanda sakit penyakit yang mematikan, kekalahan dalam peperangan, ketidak-harmonisan dalam keluarga, bahkan kepunahan sebagai bangsa. Itu berarti bahwa kepada umat-Nya diberikan pilihan: mau taat atau tidak, mau mengasihi Tuhan atau tidak, dengan segala akibatnya. Tuhan melihat proses ketaatan kita. Artinya, ada kesediaan untuk belajar taat, ada kesediaan untuk belajar mengasihi Tuhan … deeper in love with Him (Ibrani 5:8-9).-

 

PA – 333. Dalam Ulangan 29:4 Musa memberitahu umt Tuhan bahwa sampai akhir perjalanan yang fantastis selama 40 tahun itu “… TUHAN tidak memberi kamu akal budi untuk mengerti atau mata untuk melihat atau telinga untuk mendengar.” Berarti yang membuat seseorang mampu mengerti dan memahami dengan benar, bahkan hati untuk bertobat adalah Tuhan sendiri. Di sinilah letak pentingnya doa transformasi, yaitu doa yang mengubah pikiran dan hati orang yang keras agar dapat mengerti kehendak Tuhan, lalu mengambil tindakan untuk bertobat. Ini merupakan salah satu karya Roh Kudus yang sangat luar biasa. Tak ada seorang pun yang mampu membuat seseorang mengerti dan berubah ke arah yang lebih baik  kecuali Allah sendiri. Tidak pernah ada metode penyadaran – secanggih apapun – yang dapat mengubah hidup seseorang, kecuali jika metode itu dipakai Tuhan sebagai alat untuk mengubah orang itu.-

PA – 334. Dalam Ulangan 29:29 tertulis: “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini. ” Di sini ada pengajaran penting tentang pewahyuan (revelation), di mana Allah memiliki rahasia yang sangat dalam. Kita hanya bisa mengenal Allah melalui apa yang telah diwahyukan-Nya kepada kita, yaitu secara umum melalui alam, sejarah dan hati nurani, dan secara khusus melalui Alkitab dan pribadi Yesus Kristus. Kita hanya tinggal percaya dan menerima pewahyuan itu. Tujuannya adalah supaya kita hidup dalam ketaatan. Rahasia yang lebih besar dalam diri Allah akan dinyatakan oleh Roh Kudus kepada kita jika kita menaati-Nya (1 Kor. 2:10).-

PA – 335. Dalam Ulangan 30 dibicarakan tentang pentingnya pertobatan: kembali ke jalan yang benar. Kata Yunani ‘metanoia’ berarti ‘perubahan pikiran’. Artinya, pertobatan bukan suatu tindakan emosional belaka, melainkan tindakan rasional, di mana dari sisi rasio/knowledge seseorang tahu bahwa apa yang dilakukannya salah. Kemudian oleh karya Roh Kudus ia mau berbalik arah atau bertobat. Wujud nyata dari pertobatan adalah ketaatan kepada firman Tuhan. Ketaatan itui dikatakan tidak sulit seolah-olah begitu tinggi dan jauh hingga tak terjangkau, Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan (ayat 14). Seringkali kita menggunakan banyak alasan untuk tidak taat, termasuk alasan manusiawi, padahal baik kemauan maupun pekerjaan (kemampuian) berasal dari Allah sendiri yang diberikan kepada kita (Flp 2:13). Mari kita belajar taat sama seperti Yesus Kristus telah taat. This is the day of obedience!

PA – 336. Dalam Ulangan 31 Musa menyerahkan tongkat estafet kepemimpinannya kepada Yosua. Dalam Teori Kepemimpinan ada beberapa kemungkinan seseorang muncul sebagai pemimpin. (1) Karena sejak lahir ia telah ‘ditakdirkan’ sebagai seorang pemimpin. (2) Karena ia diajar, dibina dan dilatih untuk menjadi seorang pemimpin. (3) Karena ia mewarisi posisi sebagai pemimpin dari ayahnya (dinasti). (4) Karena ia memperoleh kesempatan dan memanfaatkan kesempatan untuk memimpin. (5) Karena terjadi keadaan yang kritis atau darurat, sehingga muncullah seorang pemimpin. Apapun teorinya, Alkitab menyatakan bahwa Allahlah yang menetapkan seseorang sebagai pemimpin, menurut kehendak dan rencana-Nya yang indah dan kekal (Maz. 75:7-8).-

PA – 337. Dalam Ulangan 31 juga dikisahkan bagaimana Musa  diperintahkan Tuhan untuk menuliskan sebuah nyanyian dan mengajarkannya kepada umat Israel. Jadi nyanyian itu adalah nyanyian yang diciptakan oleh Allah sendiri. Musa memperoleh pewahyuan dan pengilhaman (inspirasi) tentang nyanyian tersebut dan menuliskannya (Ul. 31:19-22). Dari sini kita melihat bahwa pelbagai daya kreativitas yang dimiliki seseorang tidaklah murni drai dirinya sendiri, melainkan dari Tuhan yang memberinya inspirasi. Menyadari hal tersebut tidak sepatutnya kita menyombongkan diri untuk pelbagai karya yang kita hasilkan. Pujian dan hormat harus dikembalikan bagi kemuliaan nama Tuhan yang telah mengaruniakan pelbagai kemampuan itu kepada kita. Sebaliknya, setiap potensi yang Tuhan berikan tidak boleh dipendam begitu saja, melainkan harus dikembangkan sehingga menjadi berkat bagi banyak orang.-

PA – 338. Dalam salah satu lirik nyanyian Musa, terdapat gambaran yang indah tengang hubungan Tuhan dengan umat-Nya yaitu seperti induk rajawali dan anak-anaknya (Ul. 32:11-12). (1) Rajawali menggambarkan Allah yang kuat dan perkasa. (2) Rajawali itu menggoyang-bangkitkan isi sarangnya. Seringkali Tuhan juga melakukan goncangan dalam kehidupan kita agar kita tidak terus menerus berada dalam zona nyaman (comfort zone). Ia mau agar kita belajar terbang mengatasi angin dan badai dalam hidup ini. (3) Rajawali itu melayang-layang di atas anak-anaknya. Tuhan senantiasa menaungi dan melindungi kita dari segala macam marabahaya. (4) Rajawali mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya. Ketika Tuhan menyuruh kita maju menghadapi tantangan hidup ini, Ia siap mensupport kita sepenuhnya. Oleh sebba itu bersama Tuhan kita akan bisa melakukan hal-hal yang besar, bukan bagi kebanggaan kita tapi bagi kemuliaan-Nya.-

PA – 339. Dalam Nyanyian Musa juga ada lirik begini: “Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan- Ku.” (Ul. 32:39). Berarti ketika Allah bertindak dalam kehidupan kita, selalu ada dua sisi yang harus kita pahami. Kedua sisi itu seperti dua sisi sekeping uang logam, saling melengkapi. Sisi pertama: mematikan dan meremukkan. Sisi kedua: menghidupkan dan menyembuhkan. Sisi pertama sering dihindari orang, padahal sisi pertama merupakan bagian dari proses agar sisi kedua terjadi. Ini sejalan dengan apa yang Tuhan Yesus sendiri ajarkan: benih itu harus mati dulu, baru muncul kehidupan (Yoh. 12:24). Paulus pun menyatakan hal senada: hidup lama berlalu, hidup baru datang (2 Kor. 5:17). Prinsip yang salah dibuang, prinsip yang benar dipegang! Bagaimana dengan Anda?

PA – 340. Dalam Ulangan 33 ada ucapan berkat dari Musa kepada suku-suku Israel. (1) RUBEN – tetap hidup tapi jumlahnya sedikit (ayat 6). Ini adalah suatu kondisi ‘suam-suam’ yang harus kita hindari sebab Tuhan tidak berkenan (Why 3:15-16). Ruben mengalami hal itu karena semula ia yang terutama, namun kemudian menodai keutamaannya dengan perbuatan amoral (tidur dengan Bilha, salah satu isteri ayahnya – Kej 35:22a). Mulai dengan Roh harus diakhiri dengan Roh bukan dengan daging (Gal. 3:3). Memulai sesuatu dengan baik, harus diakhiri dengan baik (finish well). Langkah pertama memang penting, tetapi langkah terakhir jauh lebih penting!

PA – 341. Keturunan Yakub berikutnya yang juga mendapat berkat Musa adalah LEWI (Ul. 33:9b-11). Inilah yang dilakukan keturunan Lewi: (1) Berpegang pada firman-Nya, (2) Menjaga perjanjian-Nya, (3) Mengajarkan peraturan dan hukum Tuhan, (4) Menaruh ukupan wangi-wangian (penyembahan yang diperkenan Tuhan), dan (5) Membakar korban di mezbah Tuhan (pengorbanan). Semuanya itu dapat juga kita lakukan bukan sebagai kegiatan agamawi, melainkan sebagai bentuk kasih kita kepada Bapa yang telah mengaruniakan keselamatan kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Jika dilandaskan dengan kasih kepada-Nya, maka semua itu merupakan ‘kuk dan beban’ Tuhan yang ringan (Mat. 11:30).-

PA – 342. Suku ketiga yang memperoleh berkat Tuhan dari Musa adalah BENYAMIN: Kekasih TUHAN yang diam pada- Nya dengan tenteram! TUHAN melindungi dia setiap waktu dan diam di antara lereng-lereng gunungnya (Ul. 33:12). Ada orang yang mengaku kekasih Tuhan, tetapi tidak ‘diam pada-Nya’, tidak bergaul intim dengan Dia. Akibatnya tidak memperoleh damai sejahtera dan ketentraman. Mengaku Kristen tetapi selalu gelisah, takut dan resah. Seharusnya kita selalu bersyukur dan bersukacita sebab Tuhan melindungi kita … setiap waktu. Jika Allah di pihak kita siapakah lawan kita? (Roma 8:31). Ia juga akan ‘diam di lereng- lereng gunungnya’. Artinya, karena sadar bahwa Tuhan menyertai dan melindunginya, ia suka akan tantangan. Ia menjadi seorang climber (pendaki)! Tantangan hidup menjadi kesukaannya karena di balik tantangan ada kemenangan!

PA – 343. Suku keempat yang memperoleh berkat Tuhan melalui Musa adalah YEHUDA “Dengarlah, ya TUHAN, suara Yehuda dan bawalah dia kepada bangsanya. Berjuanglah baginya dengan tangan- Mu, dan jadilah Engkau penolongnya melawan musuhnya. ” (Ul. 33:7) Ini adalah suatu permohonan yang luar biasa kepada Tuhan yang pasti dikabulkan oleh Tuhan. Yehuda adalah gambaran orang yang suka memuji Tuhan. Istilah PRAISE merupakan kepanjangan dari beberapa unsur penting dalam pujian: Passion (bergairah dan bersemangat), Relationship (hubungan dengan Tuhan dan sesama), Appreciation (penghargaan kepada Tuhan), Inspiration (pengilhaman), Sensitivity (kepekaan), Exaltation (pengagungan).  Jika kita hidup sebagai pemuji, maka Tuhan berkenan atas hidup kita.-

PA – 344. Suku kelima yang memperoleh pesan Musa adalah YUSUF. Kata yang paling banyak muncul dalam Ulangan 33:13-17 adalah “dengan yang terbaik”. Mengapa Yusuf memperoleh “yang terbaik” dari Tuhan? Karena ia telah memberikan sikap dan perbuatan “yang terbaik”: keterbukaan tentang visi/mimpi, kesediaan menjalani proses kehidupan tanpa mengeluh, menolak perbuatan dosa dengan tegas walaupun resikonya menyakitkan, dan mau mengampuni saudara-saudaranya yang berbuat jahat kepadanya. Jika kita juga melakukan hal-hal itu – dengan pertolongan Roh Kudus – maka kita pun akan menerima “yang terbaik” dari Tuhan.

PA – 345. Suku keenam dan ketujuh yang memperoleh pesan Musa adalah Zebulon dan Isakhar. Zebulon diberkati di perjalanan, Isakhar diberkati di kemah-kemahnya (Ul. 33:18). Di sini ditunjukkan adanya perbedaan: yang satu suka bepergian, yang satu suka di kemah. Mana yang lebih baik? Kedua-duanya bisa sama baik. Terbukti kedua-duanya diberkati Tuhan. Mana lebih baik: menjaid karyawan atau berwirtaswasta? Dua-dua sama baik. Mana lebih baik: menjadi the first leader atau second leader? Dua-duanya sama baik. Menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga? Dua-duanya juga sama baik. Mengapa? Sebab itu semua tergantung kapasitas dan fungsi yang Tuhan telah tetapkan bagi kita. Jadi … Be yourself as God wants you to be!

PA – 346. Suku kedelapan. yang memperoleh pesan Musa adalah Gad. Gad “memilih bagian yang terutama … bagian panglima … kepada para kepala bangsa …” Ia melakukan kebenaran Tuhan (Ul. 33:20-21). Di sini ditekankan tentang semangat keunggulan (excellent spirit).  Di satu sisi kita harus bersyukur untuk setiap pencapaian tertentu dalam hidup kita. Namun di sisi lain kita harus terus maju dan mendaki dan tidak cepat merasa puas dengan pencapaian hidup selama ini. Orang yang memiliki excellent spirit selalu termotivasi untuk menjadi lebih dari rata-rata. Ia punya ‘ambisi’ (keinginan untuk maju), di mana kemajuan yang dicapai disertai dengan kerendahan hati dan mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan. Namun kita harus hati-hati agar tidak ambisius yang mengarah pada gila posisi dan tega menyingkirkan orang lain.-

PA – 347. Suku kesembilan yang memperoleh pesan Musa adalah Dan. “Adapun Dan ialah anak singa yang melompat keluar dari Basan” (Ul. 33:22). Kita pun sebaiknya seperrti ‘anak singa’ yaitu memiliki keberanian dalam menghadapi setiap tantangan. ‘Melompat keluar dari Basan’ berarti mencari mangsa baru sebab Basan dikenal sebagai tempat lembu terbaik. Ini gambartan dari orang yang terus mau maju, dan tidak cukup puas dengan apa yang dicapainya selama ini. Setelah menyelesaikan tugas yang satu, segera mencari tugas baru. Selalu saja ada yang dikerjakan karena ia menyadari potensi besar yang Tuhan taruh dalam dirinya. Ia mau meneladani Tuhan Yesus sendiri sebagai ‘Singa dari Yehuda’ yang aktif, dinamis, dan penuh kemenangan!

PA – 348. Suku kesepuluh yang memperoleh pesan Musa adalah Naftali. Ia kenyang dengan perkenanan dan penuh dengan berkat TUHAN, serta memiliki tasik (west) dan wilayah sebelah selatan (south) (Ul. 33:23). Tak ada orang yang tidak suka akan kelimpahan berkat seperti Naftali. Kepada suku ini diberikan ‘tasik’, yaitu lautan besar di sebelah barat (Laut Tengah / Mediterania), dan ‘wilayah selatan’ yaitu daerah berpegunungan. Artinya, berkat baru diperoleh jika kita mau bekerja keras mengeksplortasi lautan yang amat kaya dan mendaki pegunungan yang tinggi-tinggi. Jangan mengharapkan berkat instan, sebab Allah hanya mencurahkan berkat-Nya melalui proses. No pain no gain, berakit ke hulu berenang ke tepian. Syukuri pekerjaan yang Tuhan percayakan dan giatlah melakukannya, maka hal itu berkenan kepada Tuhan dan berkat Tuhan akan kita peroleh dengan limpahnya!

PA – 349.  Suku terakhir yang memperoleh ucapan berkat Musa adalah Asher. Ia disukai oleh saudara-saudaranya! Salah satu berkat Tuhan atas kehidupan kita adalah relasi (hubungan) antarsesama. Untuk bisa memiliki relasi yang baik dengan sesama, bukan dengan cara berkompromi dengan dosa, melainkan dengan tingkat emotional quotient (EQ) yang tinggi. Dengan EQ tinggi kita bisa memahami emosi kita sendiri, emosi orang lain, dan mengatur hubungan sedemikian rupa sehingga di manapun kita berada, orang-orang lain terberkati. Yesus Kristus juga disukai bahkan dikasihi oleh Allah dan manusia (Lukas 2:52). Asher juga mencelupkan kakinya ke dalam minyak. Artinya hidup yang diurapi kemana kaki ini melangkah. Inti pengurapan adalah otoritas dari Tuhan untuk menyatakan Kerajaan Alalh di muka bumi ini. Kemana kita pergi, orang merasaakan damai dan sukacita, dan kehidupan banyak orang mengalami perubahan atau transformasi.-

PA – 350. Musa sudah tua. Usianya 120 tahun.  Namun ada pernyataan Alkitab yang luar biasa tentang Musa “matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang.” (Ul. 34:7). Ini menunjukkan keberadaan orang yang tetap memiliki visi atau pandangan ke depan sekalipun usia semakin tua. Visi inah yang memberikan dorongan untuk tetap menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Selanjutnya visi harus direalisasikan. Dibutuhkan adanya  kekuatan fisik dan mental untuk melaksanakan visi itu. Bagaimana dengan Anda? Masih adakah visi luihur dalam hidupmu? Atau merasa telah mati sebelum waktunya? Jika masih ada visi, masihkah ada kekuatan untuk merealisasikannya? Untuk mengubah visi menjadi aksi? Walaupun akhirnya Musa mati sebagaimana manusia pada umumnya, tetapi hidup dan matinya tetap menjadi berkat besar. Tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini (Ul. 34:6). Mengapa? Supaya orang tidak mendewakannya dan berziarah di kuburnya. Orang dengan visi dan aksi yang besar patut kita teladani, tetapi bukan untuk didewakan, sebab itu semua karena anugerah Tuhan.-

PA – 351. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab Yosua. Dalam Yosua 1:1 ada 4 hal penting: (1) Sehebat apapun Musa  adalah manusia biasa, ia bisa mati. Yang penting TUHAN tetap hidup, kekal. Jadi jangan bersandar pada manusia yang sementara, tapi pada Allah yang kekal. (2) Tuhan berfirman kepada Yosua. Firman inilah yang penting dalam kehidupan kita, yang akan menuntun perjalanan hidup kita hingga berjumpa dengan Allah dalam kehidupan kekal. (3) Nama “Yosua bin Nun” menunjukkan bahwa sekalipiun Nun adalah orang biasa, namun Yosua anaknya bisa menjadi orang yang luar biasa di tangan Tuhan. (4) Yosua disebut ‘abdi Musa’. Artinya, selama Musa hidup, Yosua menaatinya dan mau melayani sebagai hambanya. Namun di akhir pelayanannya, Yosua memperoleh status baru, yaitu ‘hamba TUHAN’ (Yos. 24:29). Perubahan status ini dapat kita peroleh apabila kita setia dalam setiap tugas yang Tuhan percayakan pada kita.-

 

PA – 352. Karena ada janji Tuhan dalam Yosua 1:3-4 bahwa tanah di mana Yosua dan umat Tuhan menjejakkan kakinya akan menjadi milik milik mereka, berarti mereka harus melangkah dengan cepat dan menjejakkan kaki di tempat yang tepat. Jika mereka berlambat-lambat, janji Tuhan tidak akan terealisasi. Demikian pula jika mereka salah melangkahkan kaki, yang diterima bisa bukan yang berasal dari Tuhan. Percepatan waktu bicara tentang efektifitas, ketepatan langkah bicara tentang efisiensi. Keduanya penting dalam hidup ini: efektif dan efisien. Artinya kita harus mampu mencapai segala sesuatu dengan cepat dan dengan energi sehemat mungkin. Dengan adanya  janji penyertaan Tuhan (Yos 1:5), maka Yosua akan mampu melaksanakan semua perintah Tuhan secara efektif dan efisien.

 

PA – 353. Inilah beberapa hal dalam Yosua pasal 1 yang harus dilakukan oleh Yosua agar janji Tuhan yaitu hidup berkemenangan menjadi kenyataan: (1) menaati kebenaran firman Tuhan seluruhnya dan selamanya (ayat 8-9); (2) mengatur apa yang menjadi tanggungjawabnya, yaitu karya yang harus dilakukan sebagai wujud iman itu sendiri (ayat 10-11); (3) melibatkan semua bagian demi kemenangan yang Tuhan janjikan, dan bukan menjadikan diri single-fighter (ayat 12-15); (4) meminta komitmen sebagai bagian dari teamwork guna mencapai keberhasilan (ayat 16-18). Tanpa komitmen yang sungguh-sungguh tak akan ada pencapaian yang signifikan. Keempat hal itu pulalah yang harus kita lakukan agar kemenangan juga menjadi milik kita.-

 

PA – 354. Dalam Yosua pasal 2 Yosua mengutus dua orang pengintai atas kota Yerikho. Artinya, survei atau analisa situasi dibutuhkan sebagai bagian dari strategi memperoleh janji Allah. Analisa semacam ini kini dikenal dengan istilah SWOT, yaitu menganalisa Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (tantangan). Setiap kali kita akan mengambil keputusan, kita datang kepada Tuhan dalam Doa (rohani/hati), kemudian kita mengadakan analisa SWOT (intelek/akal budi), kemudian bertindak dengan dasar iman (action). Maka, sebagaimana Yosua memperoleh kemenangan pada akhirnya, kita pun akan memperolehnya.-

 

PA – 355. Inilah tahap keselamatan yang dialami oleh Rahab seperti yang dikisahkan dalam Yosua pasal 2. (1) Rahab mendengar kedahsyatan Tuhan dan rindu seluruh keluarganya diselamatkan (ayat 8-13). (2) Rahab melakukan kebenaran ‘universal’ yaitu

berlaku cerdik dalam rangka menyelamatkan dua orang pengintai yang diutus Yosua (ayat 2-6).

(3) Rahab menerima syarat mutlak keselamatan yaitu memasang tali benang kirmizi (warna merah) yang merupakan simbol darah Kristus (ayata 14-20). (4) Rahab segera memasang tali kirmizi tersebut karena memahami bahwa keselamatan adalah suatu hal yang sangat penting. Akhirnya Rahab diselamatkan … dengan seluruh keluarganya. Syukuri anugerah keselamatan yang telah kita terima, sebab semuanya hanya karena anugerah-Nya oleh iman di dalam Tuhan Yesus Kristus!

 

PA – 356. Dalam Yosua pasal 3 ada mujizat di mana umat Tuhan bisa menyeberangi Sungai Yordan dI tanah yang kering. Beberapa hal penting dalam peristiwa itu adalah: (1) Tabut Perjanjian ada di depan. Ini tanda kehadiran dan pimpinan TUHAN (ayat 1-4). (2) Ada hubungan erat antara syarat kekudusan dengan terjadinya mukjizat (ayat 5-6). (3) Salah satu tanda kehadiran TUHAN adalah terjadinya mujizat (ayat 7-13). (4) Mukjizat membuktikan bahwa tak ada yang mustahil bagi TUHAN (ayat 14-17).

Jadi jika kita menaati pimpinan-Nya dan hidup dalam kekudusan, maka mukjizat pun akan kita alami. Mukjizat itu bertujuan mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya, sehingga orang lain tahu siapa Tuhan yang Mahakuasa itu!

 

PA – 357. Dalam Yosua pasal 4 diajarkan beberapa hal: (1) bahwa mujizat dan kebaikan Tuhan harus selalu diingat dengan cara membuat monumen batu yang diambil dari Sungai Yordan (ayat 7). Tujuannya adalah agar generasi berikutnya mengerti siapa Tuhan yang telah menyatakan mukjizat-Nya, dan supaya menjadi kesaksian di mana ‘semua bangsa tahu siapa Tuhan yang mahadahsyat itu (ayat 24). (2) bahwa karya Tuhan harus dengan ditanggapi dengan penuh antusias, dengan bergegas (cepat-cepat), tidak berlambat-lambat (ayat 10). (3) Melalui mukjizat Sungai Yordan itu pula TUHAN membesarkan nama Yosua (ayat 14 bdk. Mazmur 75:7-8). Untuk setiap mukjizat Tuhan yang kita alami mari kita selalu mengingat dan menceritakannya kepada anak cucu kita, supaya dihasilkan generasi yang mengandalkan Tuhan!

 

PA – 358. Dalam Yosua pasal 5 dinyatakan bahwa penyertaan Tuhan dalam kehidupan umat- Nya menggetarkan hati bangsa- bangsa lain (ayat 1).  Selanjutnya, ada dua kewajiban besar yang harus dilakukan umat Tuhan sebelum mereka menerima kemenangan dari Tuhan. Pertama, umat TUHAN harus disunat sebagai tanda perjanjian  (Kej 17:9-14), tanda kekudusan (sunat hati) (Roma 2:29), dan untuk kesehatan (ayat 2-3, 7-9). Kedua, sunat dilanjutkan dengan merayakan Paskah – karya penebusan Tuhan Yesus Kristus (1 Korintus 5:7-9). Barulah kemudian berkat Tanah Perjanjian bisa dinikmati (ayat 10-12). Jadi kekudusan oleh karya penebusan Tuhan Yesus Kristus mengawali karya-karya besar Tuhan lainnya dalam kehidupan kita.-

 

PA – 359. Dalam Yosua 5 juga dikisahkan tentang Yosua yang ditemui oleh Panglima Balatentara TUHAN, yang adalah penampakan (teofani) dari Tuhan Yesus Kristus sendiri dalam PL. Yosua bertanya apakah ia kawan atau lawan, dan Panglima itu menjawab “Bukan!”  (ayat 13-15). Maksudnya adalah bahwa Tuhan bisa menjadi kawan jika Yosua tetap rendah hati. Namun Ia bisa menjadi lawan jika Yosua menjadi tinggi hati saat nanti berhasil menaklukkan kota Yerikho.

Mendengar itu Yosua sujud merendahkan diri hadapan-Nya dan mau menanggalkan kasut yaitu lambang kehendak diri sendiri. Ini adalah rahasia hidup berkemenangan. Yosua boleh saja menang atas Yerikho, namun jika ia tidak mampu menaklukkan dirinya sendiri ia belum sungguh-sungguh sebagai pemenang!

 

PA – 360. Dalam Yosua 6 ada beberapa pelajaran penting. (1) Ada petunjuk Tuhan untuk bisa menaklukkan Yerikho (ayat 2-5). Selalu ada pimpinan Tuhan dalam hidup kita untuk setiap keputusan yang akan kita ambil. Kita perlu belajar mendengar suara-Nya. (2) Petunjuk Tuhan kepada Yosua tersebut tidak lazim dalam kemiliteran. Tuhan punya banyak cara untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Ia adalah Allah yang kreatif. Mengenal Allah yang kreatif dalam hidup ini membuat kita tidak akan pernah putus asa, sebab di dalam Dia tidak ada jhalan buntu. (3) Petunjuk Tuhan itu harus ditaati tanpa syarat, walaupun tidak mampu kita pahami sebab jalan Tuhan pada umumnya melampaui nalar/rasio kita. (4) Hasil dari ketaatan kepada Tuhan adalah kemenangan yang luar biasa. Allah selalu menggenapi janji-Nya bagi kita.-

 

PA – 361. Dalam Yosua pasal 7 ada suatu peristiwa tragis, di mana umat Tuhan mengalami kekalahan saat menghadapi kota Ai yang jauh lebih kecil dari kota Yerikho (ayat 5). Bagi orang yang hati nuraninya sehat, kekalahan semacam itu kekalahan dalam hidup mendatangkan kesedihan (ayat 7-8). Penyebab kekalahan dan kegagalan bukan pada kelemahan pasukan, tetapi karena adanya dosa di tengah umat Tuhan di mana Akhan telah mengambil apa yang bukan miliknya (ayat 15). Dibutuhkan ketegasan terhadap dosa yang dilakukan Akhan dan keluarganya (ayat 25). Banyak orang tidak memahami ketegasan semacam ini. Mana lebih baik? Sedikit orang ‘dilenyapkan’ karena kesalahan yang sudah jelas, ataukah seluruh umat Tuhan binasa? Jika tidak diambil tindakan tegas terhadap dosa, tentu Tuhan tetap tidak berkenan. Dosa menghambat datangnya pertolongan Tuhan. Miliki keberanian untuk bertindak tegas terhadap dosa, maka Tuhan ada di pihak kita.–

 

PA – 362. Dalam Kitab Yosua pasal 8 masih dibahas tentang rahasia hidup berkemenangan. (1) Ketika masalah dosa diselesaikan (ayat 1). Dosa yang dibereskan dengan Tuhan segera dan tuntas akan membuka jalan bagi pertolongan Tuhan atas hidup kita. (2) Masalah yang ada ditangani orang-orang pilihan, bukan orang sembarangan (ayat 3). Gunakan selalu prinsip the right man in the right place at the right time agar terjadi efisiensi dan efektivitas yang tinggi. (3) Gunakan strategi ditetapkan (ayat 4-8). Perlu dilakukan analisa mendalam dan menyeluruh, tahapan perencanaan yang matang serta menggunakan cara-cara yang jitu. (4) Taati pimpinan Tuhan secara total (ayat 27). Jangan mengandalkan kemampuan diri sendiri, melainkan andalkan pimpinan Tuhan. Minta hikmat-Nya dalam doa dan firman untuk setiap langkah yang akan diambil dalam hidup ini.-

 

PA – 363. Ketika Yosua berhasil menaklukkan kota Yerikho dan Ai, ada dua kelompok tanggapan dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Pertama, tanggapan 6 raja yang sepakat bersatu untuk memerangi umat Tuhan. Kedua, tanggapan orang Gideon yang ingin berdamai dengan umat Tuhan tetapi menggunakan cara akal-akalan. Pemimpin umat Tuhan dikelabui sehingga mereka membuat kesepakatan dengan orang Gibeon untuk tidak memerangi mereka. Dari dua tanggapan ini ada beberapa pelajaran penting. (1) Di mana ada tantangan di situ ada kesatuan (ayat 1-2). (2) Akal harus digunakan dalam kebenaran dan mengarah pada hal positrif, bukan untuk menipu atau mengelabui.

(3) Keputusan harus diambil dengan meminta keputusan TUHAN, bukan dari hasil pengamatan pancaindera saja. (4) Sebagai pemimpin, dampak keputusan yang keliru membuat banyak orang menderita. Jadi … waspadalah!

 

PA – 364. Dalam Yosua pasal 10 dikisahkan tentang bagian selatan Kanaan yang direbut oleh Yosua dengan beberapa tanda ajaib. Pertama, kekuatan fisik, mental dan spiritual sehingga mereka berani berperang. Tidaklah mudah berperang melawan gabungan bangsa-bangsa yang jumlahnya sangat besar dan ahli berperang. Kedua, mujizat hujan batu (ayat 9). Tuhan menurunkan hujan batu ke atas musuh umat-Nya. Yang terbunuh karena hujan batu lebih banyak dari pada yang terbunuh dengan pedang. Ketiga, penghentian peredaran matahari dan bulan kira-kira sehari penuh (ayat 13). Ini adalah campur tangan Allah Sang Pencipta, yang berkuasa penuh atas segenap alam semesta dan mengatur sedemikian rupa demi kebaikan umat-Nya.- Tantangan besar apakah yang Anda hadapi hari ini? Hadapi bersama Tuhan, maka akan ada pencapaian atau kemenangan besar, sebab yang berperang bagi kita adalah Tuhan (ayat 42)!

 

PA – 365. Dalam Yosua pasal 11, saat Yosua menaklukkan bagian utara Kanaan, ada dua kalimat penting. Pertama, “… Tidak ada sesuatu yang diabaikannya dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa” (ayat 15). Yosua menaati semua perintah Tuhan. Untuk bisa memiliki ketaatan itu harus didahului dengan pengenalan yang mendalam tentang siapa Tuhan dan firman-Nya. Jangan mengabaikan atau meremehkan firman Tuhan, siapapun yang memberitakannya, sebab pengabaian atas firman akan berakibat fatal (Amsal 13:13). Kedua, “Karena TUHAN yang menyebabkan hati orang- orang itu menjadi keras, …” (ayat 20). Di sini kita melihat kedaulatan Allah sepenuhnya. Ia bisa membuat hati seseorang keras atau lembut guna tujuan-Nya yang lebih indah. Ia pernah ‘mengeraskan hati Firaun’ (Keluaran 4:21), karena Firaun terus menolak Allah. Ia juga melembutkan hati umat-Nya (Yehezkiel 36:26). Untuk mereka yang terus menolak kebenaran akan semakin keras hatinya. Mereka yang mau menerima kebenaran akan semakin lembut hatinya!

 

PA – 366. Dalam Yosua pasal 14 Kaleb menjumpai Yosua dan mengingatkan Yosua  akan apa yang telah ia lakukan ketika diutus sebagai pengintai. Kaleb bersama Yosua memberikan laporan yang positif dan optimis bahwa umat Tuhan akan mampu menaklukkan para raksasa yang menghuni Tanah Kanaan (ayat 1-9).  Kaleb konsisten dengan imannya untuk tetap mengikut Tuhan dengan setia, dengan segenap hati, melangkah pasti, dan memelihara hidup dengan pola yang benar (ayat 10-11). Kaleb meminta tantangan berupa pegunungan yang dihuni orang Enak. Ia siap menjadi seorang ‘climber’ (ayat 12). Yosua berhati besar dengan mengabulkan permintaan Kaleb dan ikut mendukung nya, sekalipun Kaleb telah berusia 85 tahun (ayat 13-15). Masihkah kita memiliki tekad dan semangat untuk mendaki ke puncak bersama Tuhan, sekalipun usia kita bertambah tua?

 

PA – 367. Iman Kaleb bahwa bersama Tuhan ia akan mampu menaklukkan pegunungan Hebron menjadi kenyataan. Dalam Yosua 15:13-19 dikisahkan bagaimana Kaleb mewujudkan iman dengan perbuatan yaitu menghalau bangsa Enak, para raksasa yang tinggal di sana (ayat 13-14). Iman tanpa perbuatan mati adanya (Yak. 2:17). Namun Kaleb juga memahami perlunya regenerasi, mengingat usianya sudah 85 tahun. Ia memberi kesempatan kepada generasi muda untuk menyatakan potensi yang Tuhan berikan kepadanya dengan menawarkan kepada mereka siapa yang mau menaklukkan Kiryat Syefer. Guna memotivasi anak-anak muda, Kaleb berjanji akan memberikan Akhsa, puterinya, kepada yang berhasil untuk menjadi isterinya (ayat 15-16). Adalah Otniel, seorang muda yang bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia menerima tantangan Kaleb, maju berperang, dan berhasil! (ayat 17). Hanya orang yang meyakini bahwa bersama Tuhan ia bisa, maka ia akan mencapai keberhasilan yang gilang gemilang!

 

PA – 368. Dalam Yosua pasal 17:14-18 ada permintaan bani Yusuf yang merasa banyak jumlahnya tetapi sempit wilayahnya. Yosua menyelesaikan masalah ini dengan cara sebagai berikut. (1) Justru karena jumlah mereka banyak, seharusnya mereka bisa menggalang kekuatan untuk membuka lahan baru bagi mereka. (2) Ketika mereka berdalih bahwa penduduk di situ memiliki kereta besi, Yosua memotivasi mereka bahwa mereka akan tetap mampu menghalau penduduk di tempat itu. Motivasi yang disampaikan Yosua berhasil. Akhirnya bani Yusuf mampu memperluas daerah mereka dengan kekuatan yang Tuhan berikan kepada mereka. Doronglah diri Anda dan orang di sekitar Anda untuk mencapai hasil yang lebih baik bukan dengan mengandalkan pertolongan orang lain, melainkan Tuhan yang telah memberi potensi atau kemampuan kepada Anda. Jika orang lain bisan kita pun bisa, apalagi karena Tuhan Allah di pihak kita.-

 

PA – 369. Dalam Yosua 18:1-10 dikisahkan tentang masih adanya 7 (tujuh) suku yang belum memperoleh bagian milik pusaka di Tanah Perjanjian. Anehnya mereka hanya duduk bermalas-malas. Yosua menegur mereka dan memberikan instruksi agar mereka mengirimkan 3 orang setiap suku (total 21 orang), untuk menyelidiki kondisi negeri kemudian memberi laporan. Hasil laporan ditindaklanjuti dengan misi pendudukan. Akhirnya mereka semua berhasil memperoleh apa yang diinginkan. Allah menentang orang yang malas. Kemalasan merupakan salah satu dari tujuh dosa maut. Kemalasan mendatangkan kemiskinan dan menelantarkan potensi diri yang Tuhan berikan. Alkitab mengajak orang malas untuk belajar kepada semut (Amsal 6:6-11). Hanya orang yang rajin dan tekun bekerja yang akan memperoleh apa yang Tuhan janjikan!

Dibutuhkan pula orang seperti Yosua yang mampu membangkitkan semangat pemalas sehingga hidup mereka mengalami transformasi!

 

PA – 370. Dalam Yosua pasal 20 ditetapkan beberapa Kota Perlindungan, yaitu di Kedesh, Hebron, Bezer,  Ramot. dan Golan. Apabila ada umat Tuhan yang tanpa sengaja membunuh orang, dapat lari dan berlindung di kota-kota perlindungan itu. Setelah pengadilan menetapkan bahwa ia memang tidak bersalah, ia bisa tinggal dengan aman di kota itu hingga imam besar yang menjabat pada masa itu meninggal. Dari sini kita mendapatkan beberapa pelajaran penting. (1) Harus dibedakan antara sesuatu yang disengaja dan tidak disengaja. Itu berarti setiap masalah harus ditangani kasus per kasus, tidak melakukan generalisasi. (2) Proses pengadilan harus tetap dilakukan dengan prinsip ‘praduga tak bersalah’ dan keadilan harus ditegakkan: katakan ya atau tidak. Hukum Tuhan tak pernah mengenal istilah ‘abu-abu’. (3) Jika memang tidak disengaja harus diberi perlindungan dari kemungkinan balas dendam. (4) Memberi tempat untuk pengampunan jika memang dibutuhkan. Keempat hal ini dapat kita terapkan di mana saja. Tuhan menginginkan agar kita bertindak adil secara obyektif, bukan subyektif atas dasar like dislike. Jika memang bersalah dihukum, jika tidak bersalah dilindungi!

 

PA – 371. Dalam Yosua pasal 21 dikisahkan tentang orang Lewi yang memperoleh bagian tanah penggembalaan dari suku-suku Israel lainnya. Di Perjanjian Lama,  ‘Orang Lewi’ adalah orang yang dikhususkan Allah untuk melayani di. Kemah Suci (Ing. Tabernacle; Arab: Baitulmukadis). Sedangkan di Perjanjian Baru, berlaku imamat seluruh orang percaya (1 Petrus 2:9). Berarti bagi mereka yang mau melayani Tuhan – di bidang pelayanan apapun, baik di lingkup gereja atau di tengah keluarga dan masyarakat – ada pemeliharaan Tuhan secara khusus. Orang yang mau melayani Tuhan dihormati oleh Bapa (Yoh. 12:26). Allah telah mengaruniakan bakat, talenta, karunia Roh kepada kita semua. Jangan dipendam, melainkan dikobarkan bagi kemuliaan nama Tuhan dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Dalam pasal ini juga ada ayat yang indah: “Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi.” (ayat 45). Mari kita pegang janji Tuhan dengan teguh-teguh. Ia adalah Allah yang setia pada janji-Nya!

 

PA – 372 – Dalam Yosua 22 terjadi miskomunikasi yang nyaris berakibat fatal. Ada isu yang beredar bahwa suku-suku yang tinggal di seberang Yordan membangun sebuah mezbah. Suku-suku lainnya menduga bahwa mezbah itu dibangun untuk menyembah berhala, sehingga mereka mempersiapkan diri dengan penuh amarah untuk ‘menghakimi’ suku Ruben dkk. yang mendirikan mezbah tersebut. Setelah diberi penjelasan atau klarifikasi bahwa mezbah itu didirikan hanya sebagai tanda bagi generasi berikutnya bahwa masih ada hubungan antara suku-suku di Tanah Perjanjian dengan suku Ruben dkk di seberang sungai Yordan, maka kemarahan pun reda. Konflik sering terjadi karena miskomunikasi. Dibutuhkan kesabaran untuk men-check kebenaran suatu isu, agar tidak terjadi hal-hal yang berakibat fatal.-

 

PA – 373. Dalam Yosua pasal 23 Yosua menyampaikan pidato perpisahan kepada seluruh umat Tuhan. Inti dari pidato perpisahan itu adalah agar umat Tuhan tetap setia berpegang pada hukum dan ketetapan Tuhan, serta tidak jatuh ke dalam penyembahan berhala. Oleh sebab itu mereka dilarang ‘bergaul’ dengan bangsa-bangsa sekitar. Kata ‘bergaul’ (Ibr. halakh) berarti hidup berjalan dengan seseorang sehingga memiliki prinsip hidup yang sama. Antara umat Tuhan dan bangsa2 penyembah berhala pada masa itu sangat bertolakbelakang. Dalam Perjanjian Baru hal ini sama seperti hidup dalam daging atau Roh, keduanya saling berlawanan (Gal 5:17). Kita harus memilih salah satu dari keduanya, tidak mungkin menggabungkannya.  Sebagaimana terang dan gelap tidak bisa bersatu, demikianlah daging dan Roh. Hidup dalam daging berakibat kebinasaan, hidup dalam Roh berakhir dengan kehidupan. Manakah yang Anda pilih?

 

PA – 374. Kita berada di Kitab Yosua pasal 24. Dalam pasal ini ada dua hal penting. (1) Komitmen Yosua dan keluarganya untuk tetap setia kepada TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Bukan kepada ilah-ilah Mesopotamia (warisan nenek moyang masa lalu), atau kepada ilah-ilah orang Amori di Kanaan (ayat 15). Alasannya karena selama ini Tuhan telah menyatakan kebaikan dan kemahakuasaan-Nya dalam menyertai Yosua dan seluruh umat Tuhan sehingga bisa tiba di Tanah Perjanjian. (2) Komitmen seluruh pemimpin umat untuk setia juga kepada Tuhan. Apa gunanya pemimpin berkomitmen tetapi anak buahnya tidak? Komitmen dibutuhkan di semua lini kepemimpinan. Di akhir kitab ini Yosua mendapat predikat ‘hamba Tuhan’, karena ia berhasil bukan saja membawa umat Tuhan tetap melekat kepada Tuhan, tetapi ia sendiri dan keluarganya juga demikian. Jaga keseimbangan ini: keluarga, pekerjaan, dan pelayanan!

 

PA – 375. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab Hakim-hakim. Pola uraian sejarah dalam kitab ini adalah pola flash back: disampaikan dulu kesimpulannya dalam pasal 1, kemudian diuraikan dalam pasal-pasal berikutnya. Dalam pasal 1 ada beberapa pelajaran penting. (1) Umat Tuhan bertanya kepada Tuhan siapa yang harus berada di depan. Di sini terletak pentingnya pimpinan Tuhan. Setiap langkah dalam hidup ini harus dibawa dalam doa, agar tidak salah. (2) Yang harus di depan adalah Yehuda. Nama Yehuda berarti “pujian” dan berada dalam silsilah Yesus Kristus. Itu berarti setiap hari pujian (dan penyembahan) kepada Tuhan Yesus Kristus harus diutamakan. (3) Umat Tuhan membiarkan sebagian bangsa penyembah berhala itu tinggal di sekitar mereka. Akhirnya mereka menjadi seperti ‘duri dalam daging’. Jadi, jangan membiarkan adanya sisa-sisa dosa sedikit pun dalam hidup kita, agar nantinya tidak menjadi krikil-krikil yang sangat mengganggu perjalanan hidup kita.-

 

PA – 376. Ada beberapa pelajaran dalam Hakim-hakim pasal 2. (1) Pentingnya kepemimpinan rohani yang kuat. Jika tidak semua orang bisa berbuat semaunya sendiri (ayat 6-9). (2) Munculnya generasi yang tidak mengenal Tuhan karena tidak diarahkan oleh orang tua mereka. Para orang tua sibuk bekerja di ladang sehingga tak punya waktu mendidik anak untuk takut akan Tuhan. Akibat tidak mengenal Tuhan, generasi ini jatuh dalam penyembahan berhala sehingga menyakiti hati Tuhan (ayat 10-13). (3) Ada hukuman Tuhan atas umat yang tidak taat, yang membuat mereka menderita, tetapi kemudian ketika mereka berseru kepada Tuhan, mereka dipulihkan (ayat 14-16). (4) Ada umat Tuhan yang tetap keras hati, tidak mau kembali kepada Tuhan, sehingga akhirnya ia ‘dibiarkan’ oleh Tuhan (ayat 23).-

 

PA – 377. Dalam Hakim-hakim 3:1-11 dinyatakan bahwa lambat laun orang Israel melupakan Tuhan. Orang yang melupakan Tuhan disebut ‘jahat di mata Tuhan’.  Wujudnya menyembah berhala (ayat 7). Akibatnya Tuhan murka dan mengijinkan datangnya penderitaan (ayat 8). Dalam penderitaan itu mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan pun kembali menolong umat-Nya  (ayat 9 – bdk. Roma 10:13), dengan cara memakai Otniel, yang menjadi hakim dan penyelamat. Otniel memberikan respons positif dalam menanggapi panggilan Tuhan, sehingga hidupnya bisa menjadi berkat bagi seluruh bangsa.  Perhatikan pola kehidupan ini: meninggalkan Tuhan > menderita > berseru pada Tuhan > ditolong Tuhan. Pola tersebut sebaiknya tidak terjadi dalam hidup kita. Jangan sampai kita menderita karena meninggalkan Tuhan. Lebih baik kita menderita demi nama Tuhan!

 

PA – 378. Dalam Hakim-hakim 3:12-30 dikisahkan bagaimana umat Tuhan kembali meninggalkan Tuhan sehingga menderita 18 tahun di bawah tekanan Raja Moab, Amon, dan Amalek. Kemudian Tuhan membangkitkan Ehud, seorang yang kidal. Ia membawa pedang dengan panjang hampir sehasta (45 cm). Ada tindakan yang “tulus namun cerdik” dari Ehud sehingga ia bisa membunuh Eglon. Akhirnya Ehud memimpin sebagai hakim … 80 tahun lamanya! Seringkali kita mengabaikan kemampuan ‘orang-orang kidal’ seperti Ehud: yang IQ-nya rendah, yang ekonominya miskin, yang jabatannya rendah, kamu yang lemah, dan sebagainya. Padahal Tuhan bisa memakai mereka secara luar biasa. Mari kita belajar melihat hal-hal positif yang dimiliki orang lain di balik segala kelemahannya, sebagaimana Tuhan melihat apa yang di dalam, bukan apa yang nampak di luar! Seringkali Allah memakai orang yang dianggap lemah dan bodoh oleh dunia guna memalukan orang yang berhikmat. Tujuannya … Supaya jangan ada seorang manuasia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah (1 Kor. 1:27-29).-

 

PA – 379. Dalam Hakim-hakim pasal 4 dikisahkan bagaimana Tuhan memakai seorang perempuan, yaitu Debora, sebagai Hakim di Israel. Allah bisa memakai kaum perempuan yang seringkali dianggap lemah untuk menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Debora dipakai Tuhan karena Barak – seorang laki-laki yang seharusnya berada di depan – tidak bersedia. Jadi, seorang perempuan dapat dipakai Tuhan jika: (1) tidak ada lagi laki-laki yang bersedia dipakai Tuhan, atau (2) bersama dengan laki-laki yang bersedia dipakai Tuhan (misalnya: Priskila dan suaminya, yaitu Akwila). Seorang perempuan bisa melayani Tuhan dengan hartanya (Lukas 8:3), dengan keahliannya (mis. Marta, Dorkas), dengan kecantikan batiniahnya (inner beauty) yaitu penundukan dirinya guna memenangkan suaminya (1 Petrus 3:1), dan sebagainya. Berilah kesempatan kepada perempuan untuk maju, maka banyak keajaiban terjadi!

PA – 380. Dalam Hakim-hakim pasal 5 ada kidung pujian Debora. Dalam kidung ini ada beberapa pelajaran penting. (1) Ada orang yang secara sukarela mau dipakai oleh Tuhan (ayat 9). Dapat dipastikan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengasihi Tuhan. Kasih sejati menghasilkan hati yang sukarela melayani.  (2) Ada orang yang penuh dalih dan pertimbangan untuk melayani Tuhan, yaitu suku Ruben (ayat 15-16). Berbeda dengan suku Zebulon dan Naftali yang berani mempertaruhkan nyawa mereka demi keselamatan seluruh bangsa (ayat 18).   Dalam ‘perang’ ada memang ada resiko kalah dan mati terbunuh, tetapi sebenarnya juga ada resiko menang dan tetap hidup. (3) Ada orang seperti Yael yang ‘memberikan susu kepada orang yang meminta air’ (ayat 24-25). Ia memberikan pertolongan lebih dari yang diharapkan! Ia melakukan ‘prinsip dua mil’ yang Tuhan Yesus ajarkan (Mat 5:41).-

 

PA – 381. Ketika Malaekat Tuhan menjumpai Gideon dalam Hakim-hakim pasal 6, ia berkata, “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” Ada beberapa makna dalam ucapan ini. (1) Penilaian Tuhan tak pernah salah. Sekalipun Gideon tidak menganggap dirinya demikian, Tuhan justru sebaliknya. Tuhan lebih tahu keadaan kita dari pada diri kita sendiri. (2) Hanya ketika Tuhan menyertai seseorang, barulah ia dapat menjadi seorang yang gagah perkasa. Tanpa penyertaan-Nya kita tak mampu berbuat apa-apa (Yoh. 15:5). Kemampuan manusia terbatas, kemampuan Tuhan tidak terbatas. (3) Kepahlawanan seseorang dilihat dari kerinduannya akan keselamatan seluruh bangsa, bukan keselamatan diri sendiri. Gideon rindu Tuhan memulihkan bangsanya yang tertindas. Kita pun harus peduli dan mengupayakan kesejahteraan bangsa (dan kota) di mana kita tinggal (Yer. 29:7).-

 

PA – 382. Guna memastikan panggilan Tuhan terhadapnya, Gideon meminta tanda agar Tuhan mau menunggu saat ia memberikan persembahan (Hakim 6:18), dan mukjizat guntingan bulu domba (Hakim 6:36-40). Orang percaya tetap boleh meminta tanda sebagai konfirmasi dari Tuhan agar kita tahu apakah keputusan yang akan kita ambil atau apakah suatu peristiwa yang terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Namun konfirmasi itu harus: (1) Bersifat pribadi tidak untuk disiarkan secara umum, (2) Didasarkan pada firman Tuhan. Artinya, jangan meminta konfirmasi untuk sesuatu yang jelas bertentangan dengan firman Tuhan. (3) Bentuknya harus jauh dari kemungkinan terjadinya suatu ‘kebetulan’. (4) Jika tanda dari Tuhan sudah diberikan, kita mau menaati kehendak-Nya secara total.-

 

PA – 383. Tugas pertama Gideon adalah meruntuhkan mezbah Baal dan menebang tiang berhala yang ada di rumah ayahnya (Hakim 6:25). Tugas kedua adalah mendirikan mezbah bagi TUHAN dengan disusun baik, dan mempersembahkan korban dengan kayu tiang berhala itu (Hakim 6:25). Ini adalah dua hal penting yang harus kita lakukan juga untuk dapat dipakai Tuhan. Buang dan matikan hidup lama dengan pertolongan Tuhan, kemudian miliki kehidupan baru dalam Kristus (2 Kor 5:17). Tidak mungkin kita tetap hidup dalam dua dunia: lama dan baru. Tinggalkan yang lama hidupi yang baru, maka kita akan memperoleh keselamatan kekal. Jika tidak, kita akan memperoleh kebinasaan kekal. Tanggalkan baju lama, kenakan baju baru!

Perbedaan di antara keduanya sangat jelas. Manusia lama bersifat kedagingan, manusia baru bersifat rohani. Manusia lama penuh hawa nafsu, manusia baru penuh ketaatan dan penundukan diri. Raja dari manusia lama adalah Iblis atau dirinya sendiri. Raja manusia baru adalah Yesus Kristus.

 

PA – 384. Tugas kedua Gideon adalah mencari dan merekrut orang-orang yang akan menyertainya berperang melawan musuhnya. Semula ia memperoleh 32.000 orang, tetapi kemudian ketika diseleksi kembali tinggal 10.000 orang. Tuhan berkata untuk menguranginya lagi dengan cara membawa mereka minum di sungai. Mereka yang meminum dengan menggunakan tangannya (artinya selalu dalam keadaan siaga) adalah yang lulus seleksi. Jumlahnya? Hanya 300 orang (Hakim 7:1-6). Ini bicara tentang kualitas (mutu), bukan kuantitas (jumlah). Tuhan lebih menghendaki orang-orang yang memiliki komitmen walaupun jumlahnya sedikit, daripada orang yang ‘pupuk bawang’ walaupun jumlahnya banyak. Nampaknya kedua hal ini selalu dikontraskan dalam Alkitab: ‘Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih’ (Matius 22:14). Anda termasuk yang mana?

 

PA – 385. Satu tanda llagi diberikan Tuhan kepada Gideon bahwa ia akan mampu menaklukkan musuhnya. Bersama Pura, bujangnya diam-diam turun menghampir garis depan perkemahan musuh. Di situ ia mendengar salah seorang tentara musuh berkisah tentang mimpinya bahwa Gideon akan menang (Hakim 7:7-14). Jadi tanda atau konformasi bukan saja diberikan kepada kita, tetapi juga kepada pihak lain yang berurusan dengan kita. Misalnya: apakah kita harus pindah pekerjaan atau tidak, maka konfirmasi dari Tuhan menyangkut banyak pihak: kita sendiri, keluarga kita, pimpinan perusahaan di mana kita sedang bekerja, pimpinan berusahan ke mana kita akan pindah. Jika semua konfirmasi dari Tuhan diperoleh, barulah kepindahan bisa dilakukan. Jadi, tidak mudah, bukan? Oleh sebab itu berhati-hatilah mengambil keputusan penting dalam hidup ini. Jangan gegabah, jangan emosional, agar kita tidak masuk dalam masalah.-

 

PA – 386. Dalam peperangan melawan Midian ada cara unik yang Tuhan perintahkan kepada Gideon, yaitu dengan 4 cara: (1) meniup sangkakala, (2) memecahkan buyung, (3) memegang obor, (4) berseru “Pedang demi TUHAN dan demi Gideon” (Hakim 7:20). Ini adalah cara yang disebut ‘out of the box’ atau ‘tidak lazim’. Pelbagai kesulitan dalam memecahkan masalah kehidupan ini adalah karena kita sudah ‘dikotaki’. Begitu ada sesuatu yang baru yang Tuhan berikan, kita sulit menerimanya. Peristiwa  ‘mukjizat’ juga sesuatu yang tidak lazim: air diubah menjadi anggur, Simon Petrus berjalan di atas air, dsb. Oleh sebab itu bersiaplah menerima hal-hal baru dari Tuhan walaupun nampaknya tidak lazim.-

 

PA – 387. Sesudah Gideon berhasil mengalahkan orang Midian, orang Efraim marah sebab mereka merasa tidak dilibatkan dalam peperangan itu. Gideon melunakkan hati orang Efraim dengan memuji mereka bahwa apa yang dilakukannya tidak seberapa dibandingkan prestasi mereka (Hakim 8:2-3). Selanjutnya Gideon tetap  memiliki semangat yang membara: “… meskipun masih lelah namun mengejar juga” (Hakim 8:4). Namun orang-orang Sukot dan Pnuel tidak mau memberikan bantuan konsumsi kepada  pasukan Gideon sehingga mereka menerima ganjarannya (Hakim 8:5-9, 16). Anak sulung Gideon, yaitu Yeter tidak mau menghunus pedangnya karena takut. Ia masih muda (Hakim 8:20). Hari ini kita belajar banyak hal: (1) kerendahan hati melunakkan kemarahan, (2) semangat berjuang dalam hidup ini harus tetap dijaga, (3) bantulah orang yang telah berjasa bagi kita, dan (4) kita tidak perlu takut menghadapi tantangan apapun, sebab Roh yang di dalam kita jauh lebih besar dari roh dalam dunia (1 Yoh 4:4).-

 

PA – 388. Setelah Gideon berhasil mengalahkan musuhnya, ia dan anak cucunya diminta memerintah atas umat Tuhan, tetapi ia menolak dengan berkata, “… TUHAN yang memerintah atas kamu” (Hakim 8:23). Sayangnya kemudian Gideon jatuh dalam dosa penyembahan berhala. Ia meminta orang Israel mengumpulkan perhiasan emas mereka, dan kemudian membuat efod. Efod itu kemudian dijadikan sesembahan umat (Hakim 8:27). Dari sini kita mendapatkan beberapa pelajaran penting: (1) Sikap hati kita kepada Tuhan harus terus dijaga agar tidak terjadi up and down (naik turun atau pasang surut). (2) Pemimpin sehebat apapun bisa salah. Jadi kita tidak boleh mengidolakannya agar tidak kecewa. Sebaliknya sebagai pemimpin kita harus waspada agar tidak jatuh dalam jerat dosa. (3) Jangan mau menjadi umat yang dimanfaatkan untuk kepentingan pemimpin, apalagi jika diajak melawan kebenaran firman Tuhan.-

 

PA – 389. Salah seorang anak Gideon, yaitu Abimelekh berambisi menjadi pemimpin. Ia membunuh semua anak Gideon yang berjumlah 70 orang. Untunglah salah satu dari mereka, yaitu Yotam, berhasil lolos (Hakim ps 9). Kata “ambisi” sebenarnya baik, sebab berarti “keinginan untuk maju”. Namun ketika seseorang ambisius dalam memperoleh sesuatu termasuk kedudukan, ia bisa “menghalalkan segala cara”. Sebagai anak Tuhan, kita dilarang keras melakukan hal itu. Datangnya peninggian dari Tuhan, bukan dari diri kita sendiri (Mazmur 75:7-8). Gunakan cara yang elegan dalam mencapai kedudukan, jangan menjilat, menggunakan politik uang, atau intrik-intrik dengan menjelekkan pihak lain, dan sebagainya. Abimelekh telah menabur kekerasan, akhirnya ia pun mati karena ditimpa batu oleh seorang perempuan.

 

PA – 390. Salah satu hakim yang terkenal dalam Alkitab adalah Yefta. Masa lalunya suram: anak ‘haram’ hasil hubungan ayahnya dengan seorang pelacur, ditolak oleh keluarganya, lalu bergabung dengan para penjahat (Hakim 11:1-3). Pada mulanya ia mengalami sakit hati dan menolak menolong sukunya ketika mereka dikepung musuh (Hakim 11:7). Namun kemudian hatinya luruh dan setelah menyerahkan sakit hatinya kepada Tuhan ia bersedia memimpin sukunya melawan musuh (Hakim 11:11). Jika kita mau dipakai Tuhan, lupakan masa lalu yang buruk, yang penuh kepahitan dan kebencian. Jangan mengeraskan hati. Lepaskan pengampunan, dan persiapkan diri untuk tugas besar yang Tuhan telah sediakan bagi kita. Kata ‘yesterday’ (kemarin) tanpa huruf ‘o’, kata ‘today’ (hari ini) dengan satu huruf ‘o’, dan kata ‘tomorrow’ (besok) dengan tiga huruf ‘o’. Artinya hanya ketika kita menatap ke depan ada banyak ‘opportunity’ (peluang) (bdk. Flp. 3:13-14).-

 

PA – 391. Sebelum berperang, Yefta terlebih dahulu melakukan upaya diplomasi dan kejelasan (klarifikasi) masalah. Setelah Yefta menjelaskan duduk perkaranya dengan benar, musuh ternyata tetap tidak bisa menerima penjelasannya itu dan tetap mau menyerang umat Tuhan (Hakim 11:12-29). Jika sudah begitu inilah ucapan yang disampaikan Yefta, “Jadi aku tidak bersalah terhadap engkau, tetapi engkau berbuat jahat terhadap aku dengan berperang melawan aku. TUHAN, Hakim itu, Dialah yang menjadi hakim pada hari ini antara orang Israel dan bani Amon. ” (ayat 27). Jadi jika ada maasalah dengan orang lain, jangan emosi dulu. Bicarakan baik-baik. Jika kita salah, minta maaf. Jika kita benar, jelaskan. Kalau ia mau menerima syukurlah. Jika ia tidak mau menerima, kita harus tetap menyerahkan pembelaan kepada Tuhan, Hakim yang adil!

 

PA – 392. Sebelum berperang, Yefta bernazar kepada Tuhan bahwa apabila Tuhan menyertai dan memberinya kemenangan, apapun yang keluar dari pintu rumahnya akan menjadi kepunyaan Tuhan (Hakim 11:30-31). Ternyata yang keluar dariu rumahnya adalah putrinya, anak satu-satunya. Yefta sedih namun putrinya justru mendorongnya untuk melaksanakan nazarnya. Akhirnya putri Yefta tetap lajang seumur hidupnya sebagai wujud nazar tersebut (Hakim 11:39). Jadi, tentang nazar ada beberapa hal penting untuk diketahui: (1) Nazar maknanya lebih dalam dari sekedar janji. (2) Nazar biasanya diucapkan Tuhan saat ia membutuhkan pertolongan Tuhan (3) Nazar tidak bisa dicabut kembali, dan juga tidak bisa ditunda-tunda; jadi harus ditepati (Ul. 23:21). (4) Jika tidak mampu menepati nazar, sebaiknya tidak bernazar (Pengkh 5:4). (5) Tuhan menghargai orang yang berkomitmen menggenapi nazarnya (Maz 66:13-20).-

 

PA – 393. Hakim berikutnya yang menarik untuk disimak adalah Simson (Hakim 13). Allah telah menetapkan Simson sejak dari kandungan ibunya untuk menjadi seorang nazir Allah, yaitu seorang yang dikhususkan untuk Allah (ayat 5). Manoah, ayahnya memohon kepada Tuhan agar kepada ia dan isterinya diberitahu apa yang harus diperbuat kepada anak yang akan lahir itu (ayat 8). Nama TUHAN itu ajaib! (ayat 18). Simson menjadi besar, diberkati Tuhan, dan hatinya digerakkan oleh Roh Tuhan (ayat 24-25). Dari sini kita memperoleh beberapa hal penting: (1) Allah menciptakan kita secara unik dan dengan tujuan yang khusus. (2) Setiap orang tua harus mengetahui apa tujuan dan potensi yang Allah berikan bagi putra-putrinya, serta mengarahkan mereka seperti yang Tuhan mau, bukan seperti yang mereka mau. (3) Setiap orang percaya hanya dapat dipakai Tuhan jika ia rela dipimpin Roh Tuhan.-

 

PA – 394. Dari Hakim2 14 ada beberapa pelajaran penting. (1) Simson terbuka dengan orang tuanya saat ia menyukai seorang gadis Filistin, sayangnya ia tidak mau mendengar nasihat mereka agar mengambil isteri dari umat Tuhan (ayat 1-3). (2) Ada suatu peristiwa yang ‘dari Tuhan asalnya’ yang tidak diketahui oleh Simson dan kedua orangtuanya. Ini menunjukkan bahwa manusia sangatlah terbatas dalam memahami rencana Allah. Bahkan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (ayat 4; bdk. Roma 8:28). (3) Rahasia hidup keberdosaan Simson yakni saat ia ‘menjamah bangkai singa’, tidak diceritakan pada kedua orang tuanya. Hal seperti ini sering terjadi dimana dosa disembunyikan, padahal seharusnya diberitahukan agar segera diselesaikan (ayat 5-9). (4) Simson tidak hati-hati. Ia bergaul dengan ‘para serigala’ sehingga ia nyaris binasa. Waspadalah sebab pergaulan yang jahat merusak kelakuan yang baik (ayat 10-20; bdk. 1 Kor. 15:33).-

 

PA – 395. Dari Hakim-hakim 15 kita mempelajari beberapa hal: (1) Orang-orang Filistin mewakili pola hidup orang duniawi yang tidak mengenal Tuhan, yaitu ketika Simson lama tidak mengunjungi isterinya, perempuan itu diserahkan kepada orang lain (ayat 1-8). Salah satu cirinya adalah kecemaran (ketidakkudusan), khusunya dalam kehidupan seksual. Kita harus menjauhi hal itu. (2) Dalam menghadapi orang Filistin, ‘kaum serigala’ itu Simson menggunakan strategi cerdik dan tulus seperti yang Tuhan Yesus ajarkan. Simson seakan-akan ‘menyerahkan diri’ kepada orang Filistin, padahal kemudian ia memukul kalah mereka (ayat 9-13; bdk. Matius 10:16). (3) Roh Tuhan berkuasa atas Simson sehingga dengan rahang keledai mampu membunuh 1000 orang. Berarti walaupun dengan peralatan atau sarana yang sederhana, orang yang dipenuhi Roh Tuhan mampu melakukan perkara besar (ayat 14-17; bdk. Daud dengan batu kecil mampu mengalahkan Goliat). (4) Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Terbukti ketika Simson kehausan, terjadi mujizat air keluar dari liang batu di Lehi (ayat 18-20). Demikian pula Ia akan memenuhi kebutuhan kita, anak-anak-Nya (ayat 18-20; Filipi 4:19).-

 

PA – 396. Dari Hakim-hakim 16 ada beberapa pelajaran penting lagi dalam kehidupan Simson: (1) Simson menghampiri seorang perempuan pelacur di Gaza. Ia sering bermain-main dengan dosa sehingga nyaris  mencelakainya (ayat 1-3). Dosa bagaikan anak harimau, yang ketika masih kecil nampak menyenangkan, namun setelah besar membahayakan. (2) Jangan merasa cukup kuat berdasarkan pengalaman masa lalu, sebab Iblis akan menggunakan cara-cara yang baru. Itu dialami Simson ketika ia berada dalam pelukan Delila. Ia berpikir masih kuat, padahal ia telah diperdaya oleh Delila (ayat 4-21). (3) Kita harus tahu dengan pasti apakah Tuhan masih berkenan atas tindakan kita atau tidak. Apakah suara pimpinan Roh Kudus masih bisa kita dengar atau tidak. Jangan seperti Simson yang tidak tahu bahwa ternyata TUHAN telah meninggalkannya (ayat 20). (4) Memang dengan kematiannya Simson memperoleh kemenangan lebih banyak dari masa hidupnya, tetapi bukan berarti Tuhan berkenan dengan dosanya, melainkan karena Ia memang berkenan menyelamatkan umat-Nya (ayat 23-31). Kita tidak boleh mencari pembenaran dari Tuhan dan firman-Nya atasa kesalahan yang kita lakukan. Lebih baik jika kita mengakui dosa itu, bertiobat dan meminta pengampunan serta pemulihan dari Tuhan.-

 

PA – 397. Dari kisah tentang patung berhala di rumah Mikha (Hakim-hakim 17) ada beberapa pelajaran penting: (1) Jika ada anak yang berbuat salah (mis. Mencuri uang orang tua), kemudian ia mengaku dan mengembalikan uang curian tersebut, maka ia harus diampuni (ayat 1-2). (2) Karena uang adalah berkat Tuhan atas hidup kita, maka tidak boleh digunakan untuk membeli sesuatu yang kemudian bisa menjadi berhala (ayat 3-4). (3) Jangan seperti Mikha yang menciptakan bentuk ibadah tersendiri dan menyediakan sarana menurut maunya sendiri. Bahkan menahbiskan anaknya sendiri sebagai imam. Ia tidak mengikuti peraturan dari Tuhan (ayat 5-6). (4) Ketika ada orang Lewi mau menjadi imamnya, Mikha menganggap itu sebagai restu atau perkenan Tuhan atas apa yang telah diperbuatnya (ayat 7-13). Jangan terlalu cepat menganggap bahwa ‘semua yang berjalan lancar pertanda kehendak Tuhan’. Masih ada banyak faktor lain untuk tahu apa kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Bahkan tantangan yangh sulit pun bisa merupakan kehendak Tuhan bagi kita, agar kita semakin bertumbuh.-

 

PA – 398. Dalam Hakim-hakim 18 dikisahkan tentang bani Dan yang melakukan perbuatan: menyerbu suatu tempat di mana penduduknya hidup dalam rukun dan damai dan tak berdaya melawan, serta mengambil patung sesembahan Mikha berikut imamnya. Dari sini ada beberapa pelajaran penting: (1) Kita tidak boleh bersikap arogan terhadap orang yang lebih lemah dari kita. Itu juga berarti kita tidak boleh memanfaatkan bawahan kita yang tidak bisa membantah keinginan kita. (2) Kita tidak boleh mengambil milik orang lain secara paksa, sekalipun itu berkaitan dengan peribadahan yang kita anggap tidak benar. Setiap orang punya hak azasi dalam beribadah. Kita hanya menyampaikan Kabar Baik tentang Allah yang menyelamatkan kita di dalam karya penebusan Tuhan Yesus Kristus, tetapi dengan santun dan hormat, bukan dengan paksaan (1 Pet 3:15-16). Jadi, jangan menjadi hakim atas sesama kita!

 

PA – 399. Dalam Hakim-hakim 19 ada beberapa bentuk dosa yang seharusnya tidak dilakukan oleh semua orang. Perbuatan dosa ini dicatat dalam Alkitab supaya kita sadar bahwa ‘semua manusia telah berbuat dosa’ dan membutuhkan Juruselamat (Roma 3:23-24). Inilah daftar dosa itu: (1) Poligami – seorang Lewi yang mengambil seorang gundik (ayat 1). (2) Ketidaksetiaan – Gundik tersebut berlaku serong dan meninggalkan ‘suaminya’ (ayat 2). (3) Ketidakpedulian – Orang Benyamin tidak memberi tumpangan kepada orang Lewi tersebut (ayat 15). (4) Homoseks – Orang-orang Benyamin yang berniat ‘memakai’ orang Lewi itu (ayat 22). (5) Pemerkosaan – Orang-orang Benyamin memperkosa gundik orang Lewi itu hingga tewas (ayat 25). (6) Tidak berprikemanusiaan –  Orang Lewi itu memutilasi mayat gundiknya dan mengirimkan potongan-potongannya kepada 12 suku Israel (ayat 29). Sungguh mengerikan!

PA – 400. Dalam Hakim2 20 ada beberapa pelajaran penrting: (1) Selesaikan segera masalah yang ada dengan cara Tuhan. Masalah amoral yang dilakukan suku Benyamin dalam Hakim2 19 memang harus diselesaikan. Namun cara penyelesaiannya harus bijaksana. Sayangnya, suku2 Israel menyelesaikan masalah itu dengan memerangi suku Benyamin (ayat 11). Seharusnya tidak demikian!  (2) Jika memang bersalah mengakulah; jika ada anggota kelompok yang bersalah jangan dibela, tapi biarlah ia memperoleh disiplin atas kesalahannya. Suku Benyamin bukannya mengakui kesalahannya, malah juga mempersiapkan tentara menghadapi serangan saudara2 dari suku2 Israel lainnya. Jangan hadapi kekerasan dengan kekerasan (ayat 12-15).

(3) Ketika kita gagal, hadapi dengan sikap dewasa. Berdoa meminta hikmat Tuhan untuk menggunakan strayegi yang baru. Suku2 Israel kalah dua kali, tetapi sesudah datang kepada Tuhan dengan korban persembahan, mereka menggunakan strategi baru dan memperoleh kemenangan (ayat 29-48).-

Tinggalkan komentar