REKAT (701-800)

PA – 701.  Mazmur 44:4 berkata, “Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan mereka yang memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan-Mu dan lengan-Mu dan cahaya wajah-Mu, sebab Engkau berkenan kepada mereka.” Pada zaman lampau, dalam pertempuran dan peperangan, maka pedang yang tajam dan lengan yang kuat serta tanhkas menjadi faktor penentu kemenangan. Siapa yang kuag dialah yang menang! Namun yang dilakukan pemazmur sangat berbeda. Baginya, kemenangan tidak terletak pada pedanv dan lengan manusia yang satu kali bisa menjadi kemah dan tak berdaya, melainkan pada tangan dan lengan Tuhan yang jauh lebih kuat. Tidaklah aneh jika kemudian pemazmur selalu tampil sebagai pemenang. Apa yang kini Anda andalkan? Kepandaian? Kekayaan? Kedudukan? Kecakapan? Itu semua perlu tetapi sama sekaki tidak bisa diandalkan. Jauh lebih baik jika kita mengandalkan Tuhan. Ia siap setiap saat di segala tempat untuk menolong kita dan memberikan kemenangan kepada kita.-

 

PA – 702. Ada sebuah nyanyiàn yang dibuat oleh bani Korah saat pernikahan seorang raja, yaitu Mazmur 45. Salah satu liriknya adalah: “Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat!” (ayat 5). Ini harapan bagi seorang pemimpin jika ingin diperkenan Tuhan dan mendatahgkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Ia hatus menjunjung tinggi kebenaran, HAM, dan keadilan. Kebenaran juga menyangkut urusan penggunaan keuangan. HAM menyangkut mau menerima koreksi, demokratis namun juga tegas. Sedangkan keadilan menyangkut hukum yang tidak tebang pilih. Yang benar dibebaskan, yang salah dihukum setimpal agar ada efek jera. Tiga prinsip ini juga berlaku bagi kita baik secara pribadi, keluarga, pekerjaan, dan pelayanan. Mereka yang melakukan ketiga hal tersebut akan menghasilkan karya yang hebat, dan janji Tuhan ini berlaku: “Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.” (ayat 7).

 

PA – 703. “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela” (Mazmur 46:2-4). Di tengah-tengah dunia yang selalu berubah ini kita membutuhkan janji Tuhan yang tidak berubah. Perubahan yang terjadi pada umumnya membuat kita takut dan gentar: usia yang semakin menua, kasih pasangan hidup yang memudar, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin naik, kesetiaan seorang sahabat yang semakin langka, kondisi iklim dan cuaca yang semakjn tidak menentu, situasi gonjang-ganjing politik yang tiada habisnya, perybahan atau mutasi virus penyakit yang semakin membahayakan, dan sebagainya. Semakn cerdas manusianya, semakin kejam dan tega tindakannya. Ke mana kita akan lari? Ke luar dari planet bumi dan menghuni planet lain? Bukan itu solusinya! Hidup dekat dan melekat kepada Tuhan adalah solusi satu-satunya! Ia adalah tempat perlindungan, kekuatam, dan penolong dalam kesesakan!

 

PA- 704. Pemazmur berkata, “Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus.” (Mazmur 47:9). Apa artinya? Pertama, hanya Allah yang dapat mengubah sebuah bangsa, melalui orang-orang yang dipilih-Nya memimpin bangsa tersebut. Jika Allah yang menetapkan, tak ada yang dapat membatalkan. Kedua, orang yang ditetapkan Allah harus tetap rendah hati dan taat kepada-Nya, serta mengasihi dan melayanu rakyat yang dipimpinnya. Ketiga, kita harus menaati dan tunduk pada otoritas atau penerintah, sepanjang tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Keempat, kita harus membayar pajak dengan benar sebab itu adalah perintah Tuhan (Matius 22:21). Kelima, siap dipakai Tuhan untuk ikut serta menyejahterakan bangsa, baik dalam doa, dana, maupun daya. Jangan hanya menuntut, tapi lakukan sesuatu. Keenam, berpikir optimis dan berkata-kata positif terhadap bangsa dan negara. Ingatlah bahwa ada kuasa dalam mulut kita.-

 

PA – 705. Ungkapan “Dengan angin timur Engkau memecahkan kapal-kapal Tarsis.” (Mazmur 48:8) menunjukkan keperkasaan Tuhan terhadap manusia. Kapal-kapal Tarsis terkenal sebagai kapal yang sangat kokoh dan kuat. Kapal yang mampu menaklukkan samudera yang luas. Sayangnya kapal-kapal Tarsis menjadi simbol kesombongan. Sebagai orang-orang yang dilahirkan dalam keadaan berdosa, kita punya kecenderungan berbuat dosa termasuk dosa kesombongan. Di masa kekekalan, ada Lucifer (artinya, “memancarkan terang”), salah satu pemimpin malaikat yang diusir karena kesombongannya. Di Perjanjian Lama ada Nimrod yang membangun menara Babel, Raja Uzia, Raja Nebukadnezar, yang dicampakkan Tuhan karena kesombongan mereka. Di Perjanjian Baru ada Raja Herodes yang juga dipukul Tuhan karena kesombongannya. Di zaman sekarang ada kapal Titanic yang tenggelam akibat kesombongan dan kelalaiannya. Tetaplah miliki kerendahan hati setinggi apapun gunung yang berhasil kau daki.

 

PA – 706. Ada teguran yang keras dari firman Tuhan bagi kita semua, “Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.” (Mazmur 49:21). Dengan kata lain, tanpa pengertian yang benar, semuanya akan sia-sia belaka. Pengertian yang benar tentang apa? Dalam pasal 49 ini ada ungkapan tentang orang yang hidupnya gemilang karena kekayaannya. Ia disegani dan dikunjungi banyak orang. Namun itu semua akan sia-sia jika ia: (1) memperoleh hartanya secara salah atau tidak jujur, (2) menggunakan hartanya juga secara salah yaitu untuk kenikmatan dosa dan kepuasan diri sendiri, (3) tidak tahu cara berinvestasi dalam kekekalan yaitu dengan menolong orang miskin melalui kekayaannya itu, (4) tidak mempedulikan atau tidak membutuhkan Tuhan karena menjadikan dirinya sendiri dan kekayaannya sebagai Tuhan.-

 

PA – 707. Mazmur 50:23, “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.” Prinsip yang Allah tetapkan kepada mereka yang mau datang kepada-Nya adalah dengan membawa korban. Tidak boleh dengan tangan hampa. Di zaman Perj. Lama, sebagian besar korban yang dimaksud adalah binatang yang disembelih. Sayangnya pada masa itu umat Allah melakukannya hanya sebatas ritual saja. Bahkan dibarengi dengan gerutu dan menyalahkan Tuhan atas pengalaman hidup yang tidak menyenangkan. Mereka juga tidak berlaku jujur kepada Tuhan dan sesama. Akibatnya? Tuhan tidak berkenan atas korban mereka. Kini, korban itu sudah digenapi oleh Yesus Kristus di kayu salib sebagai Anak Domba Allah yang disembelih. Korban yang Tuhan kehendaki sekarang adalah pengucapan syukur kepada-Nya, dan hidup berintegritas, yaitu jujur dan bisa dipercaya!

 

PA – 708. Hanya ada 3 (tiga) jenis sikap manusia saat ia berdosa. Yang pertama hati nuraninya tenang-tenang saja. Yang kedua, hati nuraninya diliputi rasa bersalah yang berkepanjangan tanpa pemulihan. Yang ketiga, hati nuraninya diliputi rasa bersalah dan kemudian mengalami pemulihan dari Tuhan. Daud termasuk jenis yang ketiga, sebagaimana diungkapkan dalam Mazmur 51 ini. Ia berseru kepada Tuhan, “Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mazmur 51:13). Seruan itu menunjukkan bahwa Daud memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan dan relasi dengan-Nya: (a) Tuhan itu kudus, dan tidak pernah berkompromi dengan dosa, (b) relasi dengan Tuhan menjadi retak karena dosa, (c) Tuhan limpah dengan pengampunan jika kita mau mengakui dosa itu serta bertobat dengan tidak menyalahkan pihak-pihak lain. Akhirnya Daud diampuni dan relasi dengan Tuhan dipulihkan. Jangan abaikan dosa, melainkan bereskan di hadapan Tuhan dengan segera!

 

PA-709. Pemazmur berkata, “Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya.” (Mazmur 52:10). Pohon zaitun yang menghijau adalah lambang kehidupan sejati, karena minyak zaitun (olive oil) sangat bermanfaat, mulai dari masak memasak hingga kecantikan, bahkan sebagai minyak urapan. Di tengah pergumulan hidup yang tidak mudah, karena ada orang-orang yang mengupayakan kecelakaan baginya, Daud justru ingin tetap memiliki hidup yang menjadi berkat untuk orang lain. Tapi ia harus melekat dulu dengan Allah, sumber kasih setia yang tak terbatas. Allah sumbernya, dan Dia salurannnya. Jauh dari sumber tidak akan bisa menjadi saluran yang baik. Seorang pemusik terkenal sejagad yang telah wafat dikenal sebagai seorang yang peduli pada sesama, seorang filantropi. Namun sayangnya ia jauh dari Tuhan. Akibatnya, di satu sisi berbuat baik, di sisi lain hidup dalam dosa dengan narkoba dan sebagainya. Madu di tangan kanan, tapi racun di tangan kiri. Oleh sebab itu lekatkan dulu hidup ini kepada Tuhan, lalu nyatakan kasih-Nya kepada sesama dalam karya nyata.-

 

PA – 710. Alkitab menyatakan “Orang bebal berkata dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah!’ Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat baik.” (Mazmur 53:2). Mengapa mereka berpandangan demikian? Pertama, karena ketidaktahuan bahwa sebenarnya Allah itu ada. Kedua, karena salah menggunakan metode. Dalam memahami hal-hal teologis/keimanan tidak bisacdengan menggunakan metode ilmiah, sebab Allah adalah roh, yang jauh melampaui jangkauan akal budi manusia. Jadi keberadaan-Nya harus diterima dengan iman. Ketiga, mereka takut mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka di hadapan takhta penghakiman-Nya kelak. Dengan mengatakan Allah tidak ada, berarti tidak akan ada penghakiman di balik kematian sehingga – menurut anggapan mereka – manusia bisa sebebas-bebasnya dalam melakukan segala sesuatu. Keempat, karena mereka enggan untuk tunduk terhadap adanya otoritas di atas mereka. Mereka mau menjadikan diri mereka sendiri sebagai allah. Kelima, karena mereka mengakami kekecewaan dalam hidup ini dan menjumpai banyak misteru kehidupan yang tidak terjawab. Sikap mengingkari keberadaan Allah ini akan membawa seseorang kepada kebinasaan.-

 

PA – 711. Pemazmur berkata, “Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku.” (Mazmur 54:6) Menjadikan Allah sebagai penolong dan penopang hidup ini tidaklah mudah. Mengapa? Pertama, sebab manusia selalu merasa bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Manusia sering tidak menyadari keterbatasannya. Ia merasa tidak tergantung dan tidak membutuhkan Allah. Kedua, manusia lebih suka menjadikan sesamanya yang kelihatan sebagai penolong daripada Allah yang tidak kelihatan. Ketiga, manusia memandang Allah sebagai Yang Mahaagung, yangvtidak turut campur dalam urusan manusia sehari-hari. Manusia harus menyelesaikan sendiri semua urusan hidupnya. Ketiga hal ininjelas salah. Allah memiliki kemampuan yang tak terbatas dan kesediaan yang berkemurahan untuk menolong kita. Ia tidaknjauh dari kita. Ia hanya sejauh doa! Jadikan Allah sebagai penolongmu, maka engkau tidak akan pernah dikecewakan-Nya!

 

 

PA – 712. Pemazmur berkata, Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun. Sela. Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai.” (Mazmur 55:7-9) Hidup ini tidak pernah bisa lepas dari serbuan angin ribut dan badai, bahkan datangnya bisa mendadak. Jika kita salah menanganinya, maka bukan tidak mungkin bahwa lambat atau cepat kita bisa tenggelam. Namhn jika kita bijak menghadapinya, bahtera kehidupan kita terselamatkan. Dengan sayap ‘merpati’ yang merupakan simbol dari Roh Kudus, kita dapat terbang ke ‘tempat perlindungan’ yaitu Tuhan sendiri. Ungkapan Daud bukan ungkapan orang yang bersifat eskapis atau mau lari dari fakta kehidupan, melainkan merupakan ungkapan orang yang bijak, yang memikkki solusi yang tepat. Ke mana kita dapat pergi, selain ke dalam genggaman tangan Tuhan yang memberikan ketenangan dan kenyamanan?

 

PA – 713. Pemazmur berkata, “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan? Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku. Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji,” (Mazmur 56:8-11). Dalam dunia yang berdosa ini manusia tidak luput dari penderitaan dan kesengsaraan. Ketika seseorang menderita, ia membutuhkan orang lain yang bisa memahami dan memberikan pertolongan, yaitu menguatkan hatinya atau melepaskannya. Allah akan memihak kepadanya asalkan kesengsaraan itu bukan akibat kesalahan kita sendiri, melainkan karena kebenaran. Keberpihakan Allah bisa berbentuk penguatan atau kelepasan. Ada orang-orang yang imannya dikuatkan oleh Tuhan sehingga ia mampu bertahan, tidak menyalahkan diri sendiribatau orang lain, dan tidak menyangkal Tuhan atau murtad. Yang lain lagi, ada orang yang dilepaskan oleh Tuhan dari penderitaan sehingga ia mengalami kelegaan. Kita bisa minta kedua-keduanya: kekuatan dan kekepasan. Mana yang Tuhan beri terserah kepada-Nya.-

 

PA – 714. Pemazmur berkata, “Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! (Mazmur 57:8-9). Mengawali hari dengan memuji dan menyembah Tuhan merupakan suatu hal yang sangat baik. Mengapa? Pertama, sebagai bentuk ucapan syukur karena kepa kita Tuhan telah memberikan tambahan usia satu hari lagi. Kedua, karena itu merupakan salah satu wujud mengutamakan dan mendahulukan Tuhan. Tuhan lebih dulu baru yang lain. Ketiga, sebagai tanda penyerahan hidup kepada Tuhan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di sepanjang hari yang akan kita lalui. Dengan memuji Tuhan, kita percaya bahwa Ia akan menyertai kita. Keempat, sebagai wujud kerendahan hati. Dengan memuji Tuhan kita terhindar dari keinginan memjji diri sendiri. Tuhan yang kita puji dan sembah merupakan fokus utama hidup kita. Ayat ini juga berarti bahwa Tuhan telah menetapkan waktu-waktu yang tepat dan teratur nengenai kapan kita tidur, bekerja, dan sebagainya. Jangan dibalik, kecuali jika kita memperoleh shift kerja malam. Jika kita menaatinya, maka hidup kita akan lebih sehat.-

 

PA – 715. Dan orang akan berkata: “Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.” (Mazmur 58:12). Alkitab mengajarkan bahwa kita tidak bisa menjadi orang benar karena perkataan atau perbuatan kita, melainkan karena perubahan status oleh Allah karena kita menerima Yesus Kristus dalam kehidupan kita. Pahala (reward) bagi orang benar adalah pembelaan dari Allah karena Ia adil. Orang benar yang dirugikan orang lain tidak akan membalas dengan merugikan orang lain. Ia justru akan membalas kejahatan dengan kebaikan. Yusuf adalah orang benar sebab ia tidak membalas kejahatan saudara-saudaranya. Daud juga adalah orang benar, sebab ia tidak membalas kejahatan Raja Saul terhadap dirinya. Yusuf dan Daud percaya bahwa Tuhanlah yang akan membelanya. Bagaimana dengan kita?

 

PA – 716.  Daud berkata, “…; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku.” (Mazmur 59:17). Ke mana orang lari saat mengalami kesesakan atau kesulitan? Ada yang lari ke kehidupan berdosa seperti: perzinahan, percabulan, kemabukan, narkoba, dan sebagainya. Ada yang lari ke dukun atau paranormal untuk mencari jalan keluar. Ada yang lari ke tempat-tempat sunyi untuk mencari inspirasi dari alam. Ada pula yang lari langsung menuju maut atau kebinasaan dengan bunuh diri. Semua bentuk pelarian itu tidak akan menolong menyelesaikan masalah, malahan semakin menambah banyak masalah. Satu-satunya tempat pelarian di mana kita bisa mengalami ketenangan sejati dan solusi terobosan baru adalah jika kita lari di bawah kaki Tuhan. Daud melakukan hal ini, karena ia tahu bahwa Tuhan tidak akan pernah menolaknya. Tuhan selalu siap menghibur dan menolongnya, kapan pun dan di mana pun. Itulah sebabnya kemudian ia bersaksi bahwa di dalam Tuhan ia terpuaskan, dikuatkan saat harus menanggung beban, bahkan juga dilepaskan dari kesesakan.-

 

PA – 717. Dalam Mazmur 60:14 Daud berkata, “Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita.” Perkataan ini merupakan motivasi atau dorongan yang disampaikan Daud kepada anak buahnya ketika mereka menghadapi musuh yang nampak jauh lebih banyak dan lebih kuat. Hittungan di atas kertas menunjukkan bahwa kemenangan mustahil bisa diraih. Tetapi Daud percaya bahwa jika Tuhan berada di pihaknya, ia tetap akan memperoleh kemenangan yang gilang gemilang. Dan memang terbukti demikian. Di saat kita menghadapi kemustahilan, andalkan Tuhan. Kemustahilan diijinkan Tuhan mendatangi hidup kita agar kita menyadari keterbatasan kita dan kemudian mau mengandalkan Tuhan. Sayangnya banyak orang menjadi cepat putus asa. Mereka mudah menyerah, padahal belum berjuang dan belum melibatkan Tuhan. Jika Tuhan di pihak kita, kita akan gigih untuk terus bangkit dan maju hingga memperoleh kemenangan.-

 

PA – 718. Mazmur 61:3, “…; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku.” Hanya ada tiga bentuk jalan hidup manusia: jalan yang menurun menuju lembah, jalan yang rata, dan jalan yang mendaki. Semua bentuk jalan hidup itu memiliki resiko masing-masing. Di jalan yang menurun kita bisa jatuh terjerembab, di jalan yang rata kita bisa lengah, dan di jalan yang mendaki kita bisa terengah-engah. Yang menjadi penghiburan dan pengharapan kita adalah bahwa Tuhan selalu setia berjalan bersama kita, baik di lembah kekelaman (Maz. 23:4), di tanah rata (Maz. 26:12), maupun di gunung (Yes. 58:14). Pemazmur mengalami kesulitan karena ia harus mendaki gunung batu yang terlalu tinggi baginya. Artinya, tantangan hidup yang dihadapinya begitu besar, seakan tak mampu diatasi. Itulah sebabnya ia gerseru kepada Tuhan agar Ia menuntunnya. Ia percaya bahwa ketika Tuhan menuntunnya, ia akan mampu mendaki hingga ke puncak gunung batu itu. Andalkan Tuhan, maka engkau akan mampu mendaki gunung yang tinggi, setinggi apapun!

 

PA – 719. Pemazmur berkata, “Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; … ” (Mazmur 62:12-13). Dua hal penting ini: kuasa Tuhan dan kasih Tuhan harus kita pahami dengan benar secara seimbang. Jika kita hanya menginginkan kuasa Tuhan yang bentuknya mukjizat dan tanda ajaib, satu kali kita bisa kecewa. Sebaliknya, jika kita hanya memahami kasih setia Tuhan, maka hidup ini tidak akan pernah mengalami kuasa mukjizat-Nya. Jika suatu saat kita mengalami kemustahilan, kita membutuhkan kuasa Tuhan; namun jika suatu saat mukjizat yang kita inginkan tidak terjadi, percayalah bahwa itu bukan berarti Tuhan sudah tidak mampu lagi menyatakan kuasa-Nya melainkan karena Ia sedang menyatakan kasih setia-Nya. Kedua hal yang sangat kita butuhkan ini harus berdasar pada firman-Nya. Pemazmur mengetahui keduanya melalui mendengar firman Tuhan. Kita harus waspada jika mendengar atau melihat mukjizat yang tidak berdasar pada firman Tuhan. Kedua hal itulah yang membuat hati pemazmur ingin selalu dekat pada Allah, karena membuat hatinya tenang (Maz. 62:1).

 

PA – 720. Ketika Daud berada di padang gurun Yehuda. Ia berkata “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.” (Mazmur 63:2). Dunia ini bagaikan padang gurun. Walaupun nampaknya ada air yang mampu memuaskan dahaga kita, tapi itu merupakan fatamorgana belaka. Palsu, tidak asli. Harta benda, kedudukan, dan prestasi lainnya, memang bisa memuaskan kita, tetapi hanya sesaat. Kita membutuhkan itu semua, namun kepuasan sejati hanya kita dapatkan ketika kita berada di hadirat Tuhan. Bagi Daud, tidak tempat yang lebih indah selain di kaki Tuhan. Tidak ada Pribadi lain yang mampu memuaskannya selain Allah sendiri. Sebelum mencapai titik perjumpaan dengan Tuhan ini, manusia akan terys mencari dan mencari. Sebaliknya, orang yang sudah mencapai kepuasan ini tidak akan iri terhadap keberadaan atau keberhasilan orang lain. Ia justru akan memberitakan betapa nikmatnya hidup melekat erat dengan Tuhan. Suatu kenikmatan hidup yang tiada taranya dan bersifat abadi.

 

PA – 721. Daud berkata, “Maka semua orang takut dan memberitakan perbuatan Allah, dan mengakui pekerjaan-Nya.” (Mazmur 64:10). Tidaklah mudah bagi seseorang untuk mengakui keunggulan orang lain. Dibutuhkan adanya jiwa yang sportif atau jujur dan berbesar hati  ketika ada orang yang lebih baik dari dirinya, dengan wujud memberikan pengakuan secara terbuka dan memberikan pujian kepada orang itu. Apalagi jika yang lebuh unggul itu adalah Allah. Ada orang yang masih ‘buta’ untuk melihat kebesaran, keagungan, kedahsyatan dan keperkasaan Allah. Mereka akan mudah menjadi sombong, sebab merasa bisa dan merasa hebat. Bahkan mereka menganggap seakan-akan tidak ada Allah. Sebab jika mereka mengakui keberadaan Allah dan kedahsyatan-Nya, mereka tidak bisa membanggakan dirinya lagi. Sebaliknya, orang yang mengenal Allah dengan benar akan menjadi rendah hati. Ia sadar bahwa segala kemampuan yang dimilikinya dan semua prestasi yang berhasil dicapainya berasal dari Dia. Ia akan mengembalikan segala pujian kepada-Nya. Ia juga akan menghormati dan menghargai sesamanya sebagai ciptaan Tuhan yang mulia, apa pun profesi dan status sosial ekonominya. Ia akan selalu hidup takut akan Tuhan.-

 

PA – 722. Mazmur 65:5, “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus.” Ini adalah salah satu berkat terbesar yang Allah sediakan, yaitu menjadi orang pilihan Tuhan. Kita setuju adanya hak prerogatif Presiden dalam memilih orang-orang yang akan bekerja bersama dia dalam kabinet, tetapi kadang kita menolak keras jika dikatakan bahwa Tuhan berdaulat penuh (lebih dari sekedar hak prerogatif) dalam memilih orang-orang tertentu untuk melayani Dia di bait-Nya. Pilihan presiden bisa salah, pilihan Tuhan tak bisa salah. Sebenarnya Tuhan memanggil kita semua untuk menjadi kawan sekerja-Nya, tetapi tidak semua orang dipilih-Nya. Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih (Matius 22:14). Mengapa? Karena banyak yang menolak dengan alasan: merasa tidak mampu atau sangat sibuk atau tidak bersedia menderitabbersama Kristus. Bersyukurlah jika Anda telah menjadi orang pilihan. Jika belum, segeralah mengambil keputusan karena belum tentu ada kesempatan lain di kemudian hari.-

 

PA – 723. Pemazmur berkata, “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku.” (Mazmur 66:16). Menceritakan sesuatu yang baik dari Allah atau bersaksi tentang kasih Allah harus berdasarkan prinsip-prinsip yang benar. Pertama, sesuai dengan kebenaran Kitab Suci. Kesaksian kita tidak boleh bertentangan dengan Alkitab. Kedua, jujur yaitu berdasarkan pengalaman nyata hidup sehari-hari apa adanya, tidak melebih-lebihkan. Ketiga, kesaksian itu harus menghormati orang lain dan tidak menjelekkan iman atau kepercayaan orang lain. Keempat, disertai dengan motivasi untuk memuliakan Tuhan, bukan pujian untuk diri sendiri. Kelima, disertai kuasa Roh Kudus agar mampu menginspirasi orangvlain untuk lebih dekat kepada Tuhan. Keenam, bisa menggunakan pelbagai cara: lisan, tulisan, internet (blog), rekaman audio dan video, dan sebagainya. Ketujuh, boleh diceritakan berkali-kali tetapi kepada pendengar yang berbeda.Mulailah bersaksi tentang karya-Nya!

 

PA – 724. Pemazmur berkata, “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita.” (Mazmur 67:7) Nampak sekilas ayat ini memberi kesan hidup instan, yaitu semua langsung jadi dengan cepat. Padahal maksudnya tidak demikian. Dalam dunia agraris atau pertanian, tanah tidak akang langsung begituvsaja memberikan hasil. Dibutuhkan sejumlah perlakuan (treatment) terhadap tanah itu. Sang pemilik harus bekerja keras menggarap tanah itu. Memang di dalam tanah terkandung potensi besar untuk memberikan hasil yang luar biasa. Namun jika tidak digarap dengan sungguh-sungguh dan dengan cara yang benar, tanah itu akan menjadi gersang dan mandul … tidak menghasilkan apa-apa. Di samping bekerja keras, kits berdoa agar Allah memberkati semua kerja keras tersebut. Sama seperti Ishak, putra Abraham, yang menggarap tanah. Ia memperoleh hasil berlimpah karena ia bekerja keras dan Tuhan memberkatinya (Kejadian 26:12). Ishak adalah seorang pendoa. Saat istrinya, Ribka, mandul, ia tidak mengambil istri lagi, walaupun saat itu merupakan adat kebiasaan. Namun Ishak berdoa dan memperoleh dua orang anak (Esau dan Yakub). Jadi, berdoa dan bekerja merupakan pasangan serasi untuk memperoleh hidup yang penuh damai sejahtera.

 

PA – 725. Mazmur 68:36  berbunyi “Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umat-Nya. Terpujilah Allah!” Seseorang bisa mengakui kedahsyatan Allah dari pewahyuan (Alkitab dan Yesus Kristus), atau dari pengalaman hidup bersama Tuhan. Semakin kita bersekutu dengan Tuhan dalam doa dan firman, serta semakin kita mengalami pertolongan Tuhan, maka semakin tinggi pula pengakuan kita atas kedahsyatan-Nya. Orang yang mengakui dan percaya akan kedahsyatan Tuhan akan: (1) makin mengasihi-Nya, sehingga tidak mau menyakiti hati-Nya, (2) makin suka memuji dan menyembah-Nya, (3) hidup dalam damai sejahtera, tidak dalam kekuatiran lagi, (4) selalu berpikir positif dan bersikap optimis, sebab bersama Tuhan pasti ada jalan keluar yang terbaik, (5) suka memberitakan kedahsyatan-Nya kepada orang lain, di mana saja dan kapan saja. Sudahkah Anda mengalamkmkedahsyatan Tuhan?

 

PA – 726. Mazmur 69:34 berkata, “Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.”  Yang dimaksudkan dengan miskin di sini adalah “tidak memiliki sesatu apapun yang membuat hidup ini berarti”. Sedangkan yang dimaksudkan dengan tahanan adalah “orang yang terikat oleh suatu kebiasaan buruk dan tidak mampu melepaskan diri dari padanya.” Hanya orang yang merasa dirinya miskin yang akan datang kepada Tuhan, sebab ketika ia merasa mampu dan kaya, ia merasa tidak membutuhkan orang lain, juga merasa tidak membutuhkan Tuhan. Orang yang datang kepada Tuhan dengan jiwa yang haus dan lapar, akan dipuaskan!  Selanjutnya, ada orang yang merasa terbelenggu oleh kebiasaan buruk. Hal itu jangan dibiarkan begitu saja. Dibutuhkan keinginan kuat dan kekuatan yang dahsyat untuk bisa terlepas, Jika ia mau datang kepada Tuhan, maka Tuhan akan membebaskannya. Kebiasaan buruk bisa diubah-Nya menjadi kebiasaan yang baik. Bahkan seorang murid bernama Simon Petrus yang pernah menyangkal, diubah Tuhan menjadi seorang rasul yang luar biasa. Saulus, seorang yang tadinya penganiaya umat Tuhan juga diubah-Nya menjadi Paulus,sebagai alat kemuliaan-Nya. Jangan putus asa, sebab Tuhan mampu mengubah yang buruk menjadi baik, bahkan sangat baik.-

 

PA – 727. Mazmur 70:5 berkata, “Biarlah bergirang dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau; biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada-Mu selalu berkata: “Allah itu besar!” Orang yang mencari Allah pasti adalah orang yang rendah hati. Ia menyadari keterbatasan dirinya dan datang kepada Tuhan untuk menerima tuntunan dan pertolongan-Nya. Bahkan ia bisa menerima karya keselamatan/damai sejahtera (shalom) dari Tuhan. Ada dua hal yang bisa dialami seseorang yang mencari Allah dan mencintai keselamatan yang dari pada-Nya, yaitu: sukacita dan pengakuan bahwa Allah itu besar. Sukacita terjadi karena karya Tuhan dalam menolong orang yang mencari Dia biasanya lebih dari yang dapat kita pikirkan. Pengakuan akan kebesaran Tuhan  dinyatakan karena keselamatan yang dari pada-Nya bukan berdasarkan perbuatan baik kita, melainkan karena anugerah-Nya. Jadi, sukacita dan pengakuan akan kebesaran Tuhan merupakan ciri utama orang saleh.-

 

PA – 728. Mazmur 71:17-18 berkata, “Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;

juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang.” Usia seseorang seringkali dihubungkan dengan produktivitasnya, sehingga dikenal adanya istilah ‘usia produktif’. Namun bagi orang yang mengenal Tuhan, sepanjang usia bisa menjadi usia produktif. Bagaimana caranya? Jika kita senantiasa dekat Tuhan! Sejak kecil pemazmur belajar kebenaran firman Tuhan, bukan saja dari gulungan kitab suci, tetapi juga dari pengalaman hidup. Hingga usianya yang lanjut pun ia tetap melekat dengan Tuhan. Bentuk produktivitas itu adalah ‘memberitakan kasih dan kuasa Tuhan yang dahsyat dan ajaib’ melalui perkataan, sikap hidup dan tindakan nyata. Produktivitas hidup tidak diukur dari berapa banyak harta, anak, gelar, prestasi yang dihasilkan, melainkan sejauh mana Tuhan dipermuliakan melalui hal-hal itu!

 

PA – 729. Ketika seseorang, sebuah keluarga, atau suatu bangsa diberkati oleh Tuhan, salah satu tandanya adalah kemakmuran jasmani seperti yang dikatakan dalam Mazmur 72:16, “Biarlah tanaman gandum berlimpah-limpah di negeri, bergelombang di puncak pegunungan; biarlah buahnya mekar bagaikan Libanon, bulir-bulirnya berkembang bagaikan rumput di bumi.” Untuk bisa mengalami kemakmuran semacam itu ada beberapa faktor yang perlu dicermati. Pertama, adanya pemerintahan yang adil. Keadilan yang mampu mengayomi seluruh rakyat berkenan kepada Tuhan. Kedua, kerja keras. Hanya mereka yang mau bekerja keraslah yang bisa menikmati hasilnya. Prinsip “Rajin pangkal kaya” harus selau melekat di benak kita. Ketiga, pengetahuan yang benar. Kerja keras harus dibarengi dengan pengetahjan yang benar mengenai hal-hal yang dilakukan. Jika perlu, bisa belajar dari orang lain.  Keempat, kesatuan. Di mana ada pertengkaran, perpecahan, dan perselisihan, tidak ada berkat Tuhan di sana. Perbedaan pendapat harus dilihat sebagai kekayaan bukan persaingan. Kelima, hemat. Tidak akan ada yang tersisa jika kita hidup boros. Tapi jika kita hemat, berkat Tuhan akan semakin melimpah. Keenam, tabur tuai. Jangan kikir. Jadilah orang yang bermurah hati.

 

PA – 730. Pemazmur berkata, “Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.

Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.” (Mazmur 73:21-23)

Ada banyak penyebab mengapa seseorang menderita sakit. Salah satunya adalah pikiran dan hati yang tidak tenang. Ketika hati merasa tersakiti, buah pinggang (ginjal) bisa terasa menusuk-nusuk. Dampak selanjutnya adalah sisi rohaninya. Saat seseorang mengalami kepahitan, tubuhnya sakit, rohaninya bisa sulit untuk fokus pasa Tuhan. Ia menjadi seperti orang dungu. Dalam kondisi seperti itu pemazmur memberi kita tips, yaitu agar kita tetap menempatkan diri kita dekat dengan Tuhan. Tudak ada tempat yang lebih tenang selain hidup dekat Tuhan. Di kaki Tuhan tubuh kita bisa disembuhkan, hati kita dipulihkan, belenggu kita dilepaskan. Kalaupun semua itu membutuhkan proses dan waktu,mkita dapat tetap tenang, karena ada kekuatan yang Dia berikan agar kita tidak sampai menyalahkan diri sendiri, orang lain atau Tuhan. Orangvyang dekat Tuhan tidak akan panik saat segala sesuatu tidak berjalan dengan normal.-

 

PA – 731. Pemazmur berkata, “Punya-Mulah siang, punya-Mulah juga malam. Engkaulah yang menaruh benda penerang dan matahari. Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah yang membuat-Nya” (Mazmur 74:16-17). Tuhan adalah Pencipta sekaligus Pemilik seluruh alam semesta. Sebagai Pencipta Ia menjadikan segala sesuatu sungguh amat baik (Kej. 1:31). Tidak ada karya Tuhan yang tidak baik. Jika kita sedang mengalami sesuatu yang kita pandang kurang atau tidak baik, maka itu bukanlah akhir, tetapi proses. Tetapi berapa lama proses itu harus kita jalani, tak ada seorang pun yang tahu. Namun, bersabarlah karena pada akhirnya tetap akan mendatangkan kebaikan. Selanjutnya, sebagai Pemilik mutlak, Ia berhak memberi dan mengambil segala sesuatu yang ada pada kita. Banyak yang bertanya-tanya mengapa Tuhan yang baik membuat manusia menderita dengan mengambil orang-orang yang dikasihi, dengan cara yang tragis pula. Pertanyaan itu wajar karena kita merasa bahwa kitalah yang memiliki benda atau orang-orang itu. Yang benar adalah kita hanya dipercaya untuk mengelola harta atau memelihara dan mengasihi orang-orang tertentu. Segala sesuatu adalah milik-Nya. Tetaplah beriman dan bersyujur akan kebaikan-Nya di segala musim kehidupan!

 

PA – 732. Pemazmur berkata, “Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.” (Mazmur 75:7-8). Ada orang yang berjuang begitu rupa agar bisa mencapai prestasi yang baik atau bisa menduduki posisi dan jabatan yang tinggi. Hal semacam itu sah-sah saja asalkan dengan motivasi yang benar dan dengan menggunakan cara yang jujur dan bersikap sportif. Alkitab nenyatakan bahwa di samping upaya manusia tersebut, ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Tuhan memiliki kedaulatan untuk meninggikan dan merendahkan, mengangkat dan menjatuhkan. Dengan adanya campur tangan Tuhan ini mari kita melakukan hal-hal berikut inj. Pertama, berjuang segigih mungkin dengan menggunakan strategi yang baik. Kedua, membawanya dalam doa dengan meminta agar Tuhan menguji hati, dan agar diberi ketenangan serta jiwa besar untuk menerima apapun hasil akhirnya. Ketiga, jika memang Tuhan memperuntukkan jabatan atau posisi itu untuk orang lain, tetaplah bersyukur. Keempat, jika jabatan atau posisi itu diperuntukkan Tuhan bagi kita, lakukanlah dengan sebaik-baiknya.-

 

PA – 733. Ada beberapa ayat di Alkitab tentang nazar, di antaranya (1) Mazmur 76:12, “Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu kepada TUHAN, Allahmu! Biarlah semua orang yang di sekeliling-Nya menyampaikan persembahan kepada Dia yang ditakuti,” (2) Pengkhotbah 5:4, “Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.” dan (3) Ulangan 23:22, “Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu.” Nazar adalah suatu janji bersyarat kepada Tuhan, “Jika Tuhan … maka saya akan …”. Sebagian besar orang memilih ayat (2) dan (3) di atas, yaitu tidak bernazar, karena ada konsekuensi yang besar jika nazar tidak dibayar atau ditepati. Namun sebenarnya jika kita mau bernazar dan menepatinya, ada berkat besar dari Tuhan. Contoh yang sangat jelas adalah Hana. Ia bernazar bahwa jika Tuhan mengaruniakan anak kepadanya, maka ia akan menyerahkan anak itu untuk melayani Tuhan seumur hidupnya (1 Samuel 1:11).

 

PA – 734. Pemazmur berkata, “Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun.” (Mazmur 77:21) Sesuai dengan konteks Timur Tengah pada masa itu, hubungan antara Allah dengan umat-Nya digambarkan seperti hubungan antara gembala dan kawanan domba. Penggembalaan (pastoralia) merupakan karya Tuhan yang luar biasa. Dalam kata itu termasuk di dalamnya: persekutuan, pemeliharaan, perlindungan, pengarahan dan  disiplin. Tugas penggembalaan diberikan Tuhan kepada orang-orang yang dipilihnya secara khusus: Musa dan Harun. Jabatan gembala bukan karier tetapi panggilan khusus. Juga bukan otomatis diteruskan kepada isteri atau anak, kecuali mereka juga dipilih Tuhan untuk menggembalakan. Seorang gembala memperoleh pengurapan khusus sehingga memiliki otoritas istimewa. Ia harus sekaligus ditaati dan didoakan terus menerus, agar penggembalaannya sesuai dengan kehendak Allah, Sang Gembala Agung, dalam pengurapan dan pimpinan Roh Kudus. Penggembalaan yang baik pasti akan menghasilkan kualitas rohani domba-dombanya, dan tentuhya juga akan beranak-pinak dengan jiwa-jiwa baru, sehingga kuantitasnya pun bertambah. Sebaliknya, penggembalaan yang buruk membuat domba-domba terlantar. Kalau itu yang terjadi, biasanya Tuhan mengganti gembala dengan orang yang lebih bertanggung jawab. Seorang kepala keluarga juga adalah gembala bagi seisi rumahnya, pemimpin adalah gembala di tempat kerjanya.. Lakukan tugas penggembalaan dengan hati!

 

PA – 735. Pemazmur berkata, “supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya;” Banyak orang tua bekerja keras dengan alasan memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak. Sayangnya mereka menganggap bahwa kebutuhan anak-anak adalah kebutuhan jasmani saja: sandang, pangan, tempat tinggal. Kalaupun ada yang lebih, menekankan kebutuhan biaya pendidikan atau sekolah dan rekreasi. Sebenarnya mereka juga memiliki kebutuhan rohani, yaitu mengenal pribadi dan karya Allah. Tujuannya bukan membuat mereka menjadi fanatik agamawi, melainkan justru membuat mereka takut, hormat, mengasihi dan mengutamakan Tuhan, bergantung dan mengandalkan Dia sepenuhnya, serta mengasihi dan menghargai sesama. Jika ini diabaikan, merekan akan bertumbuh menjadi individu yang liar, suka memberontak, tidak mempedulikan Tuhan dan sesamanya. Yang rugi bukan hanya dirinya sendiri. Orang tua akan menyesal dan sakit melihat perilaku anak-anaknya, bahkan berdampak kepada seluruh bangsa. Mari kita terus mendoakan dan membawa generasi penerus kita untuk lebih mengasihi Tuhan dan sesamanya.-

 

 

PA – 736. Ketika Daud menghadapi ancaman dari orang-orang yang bermaksud jahat terhadapnya, ia menyerahkannya ke dalam tangan Tuhan dengan berkata, “Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!” (Mazmur 79:9) Ada orang yang begitu takut dan cemas ketika ia memperoleh ancaman, kemudian mengikuti apa yang menjadi kemauan si pengancam. Ia merasa tak berdaya sampai rela menjadi budak si pengancam. Yang lain lagi bertindak sebaliknya, ia sangat marah terhadap ancaman sehingga dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, berbalik mengancam. Hal ini pun tak ada gunanya, karena justru akan memperuncing masalah. Sikap yang benar ketika kita diancam, padahal kita berada pada posisi yang benar, adalah menyerahkkannya kepada Tuhan, Pembela orang benar. Menyerahkan ke dalam tangan Tuhan berarti memimta pembelaan-Nya jika kita benar, atau meminta pengampunan-Nya jika kita salah. Kita harus bebas dari segala bentuk ancaman, termasuk ancaman dari kuasa kegelapan. Ia seperti singa yang berjalan keliling mengancam kita, namjn percayalah bahwa Roh Kudus yang di dalam kita jauh lebih besar dari Iblis yang mengancam kita!

 

PA – 737. Pemazmur berkata, “Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat.” (Mazmur 80:20). Ketika segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, dibutuhkan adanya karya pemulihan dari Allah sendiri. Untuk bisa mengalami pemulihan itu, harus mau menjalani prosesnya, yaitu rela meninggalkan hal-hal yang salah menurut firman Tuhan, dan mau menerima hal-hal yang benar. Pemulihan terjadi ketika Allah membuat wajah-Nya bersinar. Apa artinya? Pertama, rahasia kebenaran firman-Nya diungkapkan. Alkitab tidak hanya dilihat sebagai tulisan belaka, melainkan ketika diterima dengan penuh iman, mampu mencelikkan mata rohani kita, dan menghasilkan perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Kedua, kuasa dan kemuliaan-Nya dinyatakan. Orang sering mengalami perubahan hidup ketika Tuhan menolongnya keluar dari masalah hidup yang mustahil terpecahkan, dengan kuasa-Nya yang dahsyat dan ajaib..

 

PA – 738. Pemazmur berkata, “Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.” (Mazmur 81:17). Ada orang yang sulit membedakan antara upah dan anugerah. Upah adalah sesuatu yang diperoleh seseorang sebagai haknya karena pekerjaan yang dilakukannya. Anugerah adalah sesuatu yang diterima sebagai pemberian yang ditetapkan oleh si pemberi. Dalam upah orang bisa mempersoalkan keadilan, sedangkan dalam upah tergantung sepenuhnya kepada si pemberi. Keberadaan kita sebagai umat Tuhan adalah anugerah. Keselamatan yang kita peroleh juga adalah anugerah, bukan upah. Jadi, jika Tuhan bermaksud memberkati kita, umat-Nya, dengan segala sesuatu yang terbaik, itu adalah anugerah. Sebenarnya kita tidak patut menerimanya, tetapi tokh Tuhan tetap memberikannya kepada kita. Ada tiga hal yang harus menjadi sikap kita: pertama, mensyujuri anugerah Tuhan itu; kedua, menggunakan anugerah itu dengan sebaik-baiknya untuk diri sendiri dan sesama; ketiga, hidup menyenangkan hati Tuhan, sang pemberi anugerah itu.-

PA – 739. Pemazmur berkata, “Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!” (Mazmur 82:3-4). Iman kepada Tuhan selalu memiliki dua aspek: vertikal dalam berelasi dengan Tuhan, dan horizontal yaitu dalam berelasi dengan sesama. Dalam iman yang sehat  keduanya seimbang. Orang yang lemah selalu menjadi makanan empuk bagi yang kuat. Jika kita termasuk orang lemah, kita harus meminta kekuatan dari Tuhan untuk bisa berubah menjadi orang yang kuat. Jika kita termasuk orang yang kuat, jangan menindas orang yang lemah, sebab pembela mereka adalah Tuhan sendiri. Yang kuat justru harus menolong dan mengangkat mereka yang lemah. Dalam masyarakat di mana terjadi kesenjangan besar antara yang kuat dan yang lemah, antara yang kaya dan yang miskin, rentan terhadap terjadinya kecemburuan sosial. Kita harus menjembatani keduanya. Jadilah tangan Tuhan yang selalu siap menolong orang-orang yang lemah!

 

Pa – 740. Pemazmur berkata, “supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.” (Mazmur 83:19).Ucapan pemazmur berlatarbelakang adanya begitu banyak bangsa yang memusuhi bangsanya. Entah mengapa, mereka begitu membenci dan bermaksud memusnahkan bangsanya, yaitu umat pilihan Tuhan. Pemazmur meminta agar Tuhan membela umat-Nya bukan sekedar demi kepentingan umat-Nya itu sendiri, melainkan agar mereka tahu bahwa Tuhan lebih dari segala-galanya. Pertolongan Tuhan diberikan kepada kita memiliki dua sisi: untuk kepentingan kita dan bagi kemuliaan-Nya. Sama halnya dengan orang tua yang membiayai putra-putrinya ke sekolah yang terbaik. Tujuannya adalah: demi masa depan anak-anak itu sendiri, dan demi kebanggaan orang tuanya. Hal ini sah-sah saja, selama keduanya dibuat seimbang. Oleh sebab itu setiap kali kita berdoa memohon pertolongan Tuhan, kedua hal itu kita nyatakan dalam doa kita: memohon belas kasihan Tuhan atas kita umat-Nya agar kita diluputkan, dan juga mengingatkan Tuhan bahwa dengan pertolongan-Nya atas kita akan mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya.-

 

PA – 741. Pemazmur berkata, “Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.” (Mazmur 84:6-8) Ayat-ayat ini merupakan rahasia hidup tetap bersemangat di dalam Tuhan. Pertama, memiliki kekuatan di dalam Dia, bukan di dalam diri sendiri. Kekuatan Tuhan yang disediakan bagi kita jauh lebih dahsyat dibandingkan kekuatan diri sendiri. Kedua, berhasrat merenungkan hal-hal rohani. Kita harus selalu menyediakan waktu untuk itu, sebab hidup ini bukan hanya urusan fisik/ jasmani, tetapi juga jiwani dan rohani. Akibatnya sungguh dahsyat! Ia mampu mengubah lembah air mata menjadi mata air. Ia tidak mengeluh saat kesulitan datang, melainkan justru diubah menjadi kesempatan yang indah. Ia juga menikmati kelimpahan segala berkat Tuhan bagaikan hujan yang deras. Bahkan ia bisa semakin kuat di dalam Tuhan sampai berjumpa Tuhan dalam kekekalan.-

PA – 742. Pemazmur berkata “Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!” (Mazmur 84:12-13). Sebagaimana matahari adalah sumber terang dan energi bagi kehidupan di bumi ini, demikianlah Tuhan harus menjadi sumber kehidupan kita. Ia adalah sumber segala hal yang baik secara tak terbatas bagi kita. Seluruh planet tatasurya beredar mengelilingi matahari sebagai pusat peredaran (heliocentris), demikian pula Tuhan harus menjadi pusat hidup kita (theocentris), bukan diri kita sendiri. Matahari memberikan apa yang dibutuhkan alam semesta tanpa bayaran, Tuhan pun memberikan segalanya dengan cuma-cuma. Bahkan Allah pun memberikan keselamatan, yaitu kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus pun dengan cuma-cuma, sebagai anugerah, bukan sebagai upah. Allah sekaligus adalah perisai perlindungan kita, suatu tempat perlindungan yang teguh. Berada di dekat-Nya membuat kita aman dan nyaman. Itulah sebabnya pemazmur berkata baha orang yang percaya kepada-Nya berbahagia!

 

PA – 743. Pemazmur berkata, “Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?” (Mazmur 85:9) Kesediaan mendengar firman Tuhan sangatlah penting. Itu sama artinya dengan mendengarkan penjelasan dokter mengenai penyakit kita dan cara pengobatannya agar cepat sembuh. Atau, mendengarkan penjelasan seseorang tentang arah yang harus kita tempuh agar tidak tersesat. Firman yang disampaikan adalah tentang damai, yaitu kerinduan Tuhan untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya, dengan sesama, dan dengan diri kita sendiri. Damai berarti pulihnya hubungan yang sebelumnya retak atau putus sama sekali karena dosa. Dengan pulihnya hubungan tersebut, tidak ada ketakutan lagi dan sukacita melimpah dalam hidup ini. Tetapi jika kita menolak atau enggan mendengar firman-Nya, hubungan tak terpulihkan, sehingga ketakutan terus menghantui kita dan tidak ada sukacita sama sekali.-

 

PA – 744. Ada rahasia berkat Tuhan atas hidup kita, yaitu menjalankan 4 (empat) hal penting dalam hidup ini, seperti yang tertulis dalam Mazmur 85:11-13, “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Kasih, kesetiaan, keadilan, dan damai sejahtera merupakan sifat atau karakter Allah sendiri yang juga harus dimiliki oleh anak-anak-Nya. Keempatnya tak boleh dipisahkan, saling berkaitan satu sama lain. Keempat hal itu pula yang mengalami degradasi atau penurunan tajam di zaman sekarang ini, yang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Jika salah satu saja tidak dipulihkan, misalnya ‘kesetiaan’, yang timbul bukanlah berkat tapi kutuk. Mengapa? Karena suami tidak lagi setia pada pasangannya, dan sebaliknya. Muncullah persekingkuhan (tepatnya perzinahan) di mana-mana. Hal itu tidak mendatangkan berkat, tapi kutuk. Demikian pula jika keadilan tidak ada lagi, yang kuat akan menekan yang lemah, yang menang bukan lagibyang benar tapi yang mampu membayar. Jika sudah demikian, bisa muncul saksi palsu di mana-mana. Sebagai orang percaya, kita harus memelopori keempat hal itu, agar yang lain melihat dampaknya, dan mengalami pemulihan.-

PA – 745.

PA – 746.

PA – 747.

PA – 748.

PA – 749. Mazmur 92:13-15 memberikan gambaran tentang orang benar, yaitu orang yang hidup sesuai dengan kehendak Allah, seperti pohon korma dan pohon aras. Mengapa? Saat benih korma ditanam, di atasnya ditutup dengan batu. Benih itu menguatkan akarnya dulu kemudian bertumbuh ke atas menggulingkan batu yang menutupnya. Sedangkan pohon aras adalah pohon yang lurus tegak ke atas dan menghasilkan kayu aras yang berkualitas tnggi. Batang pohon aras pun tetap tegak sekalipun angin keras menerpanya. Berarti orang benar memiliki sifat-sifat: gigih, pantang menyerah, kuat, berkualitas. Orang benar tidak bebas dari adanya masalah, tetapi mampu mengatasinya sesulit apapun masalah itu karena ia mengandalkan Tuhan dan bukan pada kemampuannya sendiri. Ia pun tidak pernah berhenti menghasilkan buah kehidupan yang menjadi berkat bagi banyak orang.

PA – 750. Dalam Mazmur 93, pemazmur menyatakan: “TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang;” (ayat 1), dan “Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa.” (ayat 5). Berarti ketika kita mengagumi kebesaran Tuhan, kita harus melihat dari dua sisi: TUHAN sebagai Pencipta yang menjadikan segala-galanya dengan cara yang ajaib dalam kuasa firman-Nya, dan TUHAN sebagai Pemberi hukum dan peraturan yang mengatur umat manusia agar semuanya berjalan dengan tertib. Penciptaan tanpa hukum/ peraturan akan liar dan kacau, sedangkan hukum/ peraturan tanpa kuasa penciptaan akan kering karena tak ada mukjizat di dalamnya. Mari kita bersyukur untuk dua hal ini: kuasa firman Tuhan yang mampu mencipta, dan peraturan dalam firman Tuhan yang mengatur hidup kita untuk ditaati bersama.-

PA – 751. Dalam Mazmur 94:19, pemazmur berkata. “Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.” Sebagai manusia pada umumnya yang sangat terbatas kita memunyai kekhawatiran atau kecemasan mengenai segala sesuatu yang bisa terjadi dalam kehidupan kita. Pelbagai kecemasan itu membuat bertambah banyak pikiran yang menggelisahkan. Jalan keluarnya adalah melekat pada Tuhan karena penghiburan-Nya menyenangkan jiwa kita. Melekat pada Tuhan bukan berarti melarikan diri dari kenyataan hidup, melainkan justru menghadapinya bersama Tuhan. Ketika pikiran semakin kalut ingatlah selalu firman-Nya yang berkata: (1) kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat. 6:34); (2) Tuhan tidak pernah meninggalkan atau melupakan kita (Ibr. 13:5); dan (3) Di dalam Tuhan selalu ada jalan keluar (1 Kor. 10:13).-

PA – 752. Dalam Mazmur 95:7 pemazmur berkata “Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Itu berarti ada jaminan pemeliharaan Tuhan atas kehidupan kita. Tuhan bertanggungjawab penuh untuk membawa kita ke rumput yang hijau dan ke air yang tenang. Hanya saja kita diminta percaya dan menuruti tuntunan-Nya. Dalam perjalanan menuju padang rumput dan air yang limpah bisa saja melewati lembah baying-bayang maut, namun percayalah bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Jangan mengeluh dan menggerutu, melainkan tetaplah bersyukur. Jangan pula menyimpang ke kanan atau ke kiri menurut pikiran atau keinginan kita sendiri agar tidak tersesat atau jatuh ke jurang. Dengar suara Tuhan, dan taati sepenuhnya pimpinan-Nya!

PA – 753. Pemazmur berkata: “Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:8-9) Selama ini yang paling banyak terjadi adalah Tuhan yang memberikan segala yang terbaik kepada manusia. Manusia hanya menerima dan menerima semuanya itu. Kini kita diajak untuk bukan terus meminta dan menerima melainkan memberi kepada Tuhan. Ini bukan berarti Tuhan masih berkekurangan tetapi menunjukkan kelayakan. Yang dapat kita berikan kepada-Nya adalah: (1) kemuliaan, (2) persembahan, (3) kehadiran, (4) penyembahan dalam kekudusan, dan (5) sikap takut serta hormat. Kita tidak boleh datang kepada Tuhan dengan tangan hampa tetapi dengan sesuatu yang sangat berharga (Keluaran 34:20b). Berharga bukan dari segi nilai saja, tetapi juga dari motivasi penuh kasih. Sialah-sialah kita memberi kepada Tuhan jika tidak disertai kasih yang tulus kepada-Nya. Sebaliknya, tidak mungkin kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan jika tidak pernah memberikan sesuatu yang indah kepada-Nya.-

PA – 754.

PA – 755.

PA – 756.

PA – 757.

PA – 758.

PA – 759. Pemazmur berdoa: “Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya.” (Mazmur 102:14). Dalam kesesakan atau kesulitan kita berdoa agar Tuhan segera menolong kita. Namun terkadang pertolongan Tuhan tidak kunjung datang hingga kondisi kita menjadi semakin kritis. Pada saat itulah Tuhan ‘bangun’ untuk bertindak menolong kita. Kapan sebaiknya Tuhan ‘bangun’ bukan kita yang menentukan, melainkan Ia sendiri. Misalnya, saat Lazarus sakit, Tuhan Yesus tidak datang. Justru ketika Lazarus mati, Ia datang. Nampaknya terlambat, bukan? Sebenarnya sama sekali tidak! Ia datang untuk membangkitkan Lazarus! Pertolongan-Nya lebih dahsyat saat kita kritis. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan pernah terlambat menolong kita!

PA – 760. Dalam Mazmur 103:1-5 pemazmur memberikan alasan mengapa kita harus selalu memuji Tuhan, yaitu karena kebaikan-Nya yang telah dinyatakan bagi kita. Inilah bentuk kebaikan Tuhan. Pertama, pengampunan atas segala dosa kita. Pengampunan ini diberikan bukan karena kelayakan kita melainkan karena anugerah-Nya semata-mata. Kedua, kesembuhan dari segala penyakit kita. Hanya Tuhan yang mampu menyembuhkan segala luka hati kita. Ketiga, memahkotai kita dengan kasih setia dan rahmat. Tanpa kasih setia dan rahmat Tuhan, hidup kita tetap hina, sama sekali tidak berarti, debu belaka. Keempat, memuaskan hasrat kita dengan kebaikan. Jika kita telah benar-benar memahami keempat bentuk kebaikan Tuhan ini, mari kita terus memuji Tuhan.-

PA – 761. Dalam Mazmur 104:30 pemazmur berkata: “Apabila Engkau mengirim roh- Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.” Dalam ayat tersebut terdapat pelajaran penting tentang Pribadi dan Karya Roh Kudus. Pertama, Roh Kudus tidak pasif melainkan aktif dan dinamis. Bersama Allah Bapa dan Putera, Roh Kudus terus bekerja dalam dunia ini hingga kini. Kedua, Roh Kudus mampu mencipta, membuat dari tidak ada menjadi ada. Berarti orang yang penuh Roh Kudus tidak akan pernah putus asa, sebab selalu akan ada sesuatu ide yang diciptakan Roh Kudus dalam dirinya. Ketiga, Roh Kudus menghasilkan hal-hal yang baru. Orang percaya diberi kemampuan dengan kreativitas yang tinggi. Hal ini membuat kehidupan tidak bersifat rutiner dan monoton, melainkan penuh kejutan dan gairah untuk memuliakan nama-Nya.-

PA – 762. Dalam Mazmur 104:33-34 pemazmur berkata: “Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada- Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.” Kata “selagi” berarti suatu kesempatan dalam hidup ini yang dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memuliakan Tuhan. Nilai kehidupan tidak diukur dari lamanya melainkan dari kualitasnya, yakni seberapa besar kita memanfaatkannya. Apa gunanya umur panjang jika menjadi beban dan menyusahkan banyak orang. Mari kita melakukan hal-hal yang benar, baik dan positif selagi ada kesempatan. Jangan suka menunda-nunda waktu agar kelak kita tidak menyesal.-

PA – 763. Dalam Mazmur 105 pemazmur menceritakan sejarah bangsanya, Israel, yaitu bagaimana Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan memberkati mereka. Apa tujuannya? “agar supaya mereka tetap mengikuti ketetapan-Nya, dan memegang segala pengajaran-Nya. Haleluya!” (Ayat 45). Apakah tujuan Allah dalam memberkati kita juga sudah tercapai? Bukankah justru dengan berkat Tuhan kita mulai berani menentang-Nya? Dengan berkat itu kita menghina orang miskin? Lebih suka plesir dari pada beribadah? Melanggar hukum dengan menyuap penegak hukum? Berdosa dengan apa yang kita lihat dan dengar? Mari kita kembali kepada tujuan Allah memberkati kita, yaitu agar kita semakin memuliakan-Nya yaitu tetap taat pada firman-Nya dan menjadi berkat bagi sesama.-

PA – 764. Dalam Mazmur 106 pemazmur mengisahkan kembali sejarah bangsanya, khususnya tentang pelbgai pelanggaran yang mereka lakukan. Salah satunya adalah memahitkan hati Musa,  sehingga ia teledor dengan kata-katanya (ayat 33). Orang yang mengalami atau menyimpan kepahitan pasti akan mengeluarkan kata-kata yang teledor, keliru, dan berdosa di hadapan Tuhan. Kata-kata itu bisa berupa fitnahan, umpatan, kata-kata penuh kekecewan, dan sebagainya. Kata-kata itu bisa “… menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang” (Ibrani 12:15). Oleh sebab itu mintalah kekuatan dari Tuhan agar kita mampu membuang segala bentuk kepahitan dari hati kita.-

PA – 765. Dalam Mazmur 107 ada 4 jenis orang yang menderita: sebagai musafir yang hidupnya tak menentu (ayat 4-5), sebagai orang yang terbelenggu (ayat 10-12), sebagai orang yang sakit (ayat 17-18), dan sebagai orang yang mengalami kesulitan dalam bisnis (ayat 23-27). Namun ketika mereka mau berseru kepada Tuhan, Ia melepaskan mereka dari segala bentuk penderitaan itu. Kemudian mereka bersyukur kepada-Nya. Apa pun keadaan kita, berserulah kepada-Nya – bukan kepada manusia – dan Ia akan menolong kita. Jika pertolongan itu telah kita terima, jangan lupa untuk bersyukur kepada-Nya.-

PA – 766. Dalam Mazmur 108:14 pemazmur berkata “Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan- perbuatan gagah perkasa,  …” Ungkapan “Saya bisa!” banyak digunakan untuk mendorong atau memotivasi orang agar ia memiliki percaya dri (self-confidence) yang baik. Namun jika tidak hati-hati bisa jatuh kepada kebanggaan diri atau kesombongan. Sebaiknya ungkapan itu dilengkapi menjadi “Bersama Tuhan saya bisa!” Mengapa? (1) Karena segala kemampuan yang kita miliki berasal dari pada-Nya. Tanpa Tuhan kita tidak akaan dapat berbuat apa-apa. (2) Bersama Tuhan kita mampu melakukan hal-hal yang besar. (3) Membuat kita tetap rendah hati.-

PA – 767. Dalam Mazmur 109:4-5 Daud menyampaikan isi hatinya kepada Tuhan apa yang sering juga kita alami, di mana air susu dibalas dengan air tuba, kebaikan dibalas dengan kejahatan: “Sebagai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku, sedang aku mendoakan mereka. Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku.” Hal semacam ini sering menyakitkan hati kita, tetapi itu adalah fakta nyata kehidupan. Bagaimana respons kita? Tetaplah berbuat baik, jangan jemu. Kalau kita kecewa lalu berhenti berbuat baik, kita kalah; kalau kita tetap bertahan dalam berbuat baik, apapun balasan yang kita terima, kita menang. Tuhan berada di pihak kita. Pada saat-Nya nanti kita akan tetap diangkat-Nya sama seperti Ia mengangkat Yusuf. Perbuatan jahat saudara-saudaranya justru diubah Tuhan menjadi kebaikan!

PA – 768. Dalam Mazmur 110 terdapat dua ayat yang merupakan nubuatan Mesianik tentang Yesus Kristus, yaitu “Duduklah di sebelah kanan- Ku, sampai Kubuat musuh- musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” (ayat 1) dan. “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek.” (ayat 4). Dalam nubuatan itu jelas dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah Raja dan Imam. Sebagai Raja Ia memiliki kedaulatan dan otoritas atas kehidupan kita. Kerajaan-Nya tak tergoncangkan, dan karena kita adalah umat-Nya, maka kita dituntut untuk menaati segala perintah-Nya dan selalu memuji menyembah-Nya. Sebagai Imam Besar Agung Ia menjadi pengantara kita kepada Bapa, sehingga di hadapan Bap kita dibenarkan oleh karya pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Oleh sebab itu bersyukurlah selalu sebab kita memiliki dan dimiliki oleh Yesus Kristus: Raja dan Imam Besar Agung!

PA – 769.  Mazmur 111:2 mengatakan “Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.” Itu berarti: (1) Perbuatan atau karya Tuhan itu hal yang besar, dan tidak ada yang menandinginya; (2) Perbuatan Tuhan itu layak diselidiki karena bersifat rahasia atau misteri. Kita tidak boleh gegabah mengatakan sesuatu tentang Tuhan dan orang lain yang belum tentu benar. Jauh lebih baik jika kita menyelidikinya lebih dulu dari kebenaran firman-Nya. Dari penyelidikan itulah akan keluar perkataan, “Aku tahu sekarang …”; (3) Jadilah orang yang menyukai perbuatan Tuhan, apakah nampak indah bagi kita atau tidak, menyenangkan hati kita atau tidak, sebab Ia adalah Allah yang bak. Semua yang diperbuat-Nya pasti “sungguh amat baik”.-

PA – 770.  Mazmur 112:7 berkata bahwa orang benar “… tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN.” Dalam hidup ini selalu akan ada dua jenis kabar atau berita yang kita dengar, yaitu kabar baik (good news) dan kabar buruk atau kabar celaka (bad news). Kabar buruk yang kita dengar seringkali membuat kita takut, cemas, resah dan gelisah.  Solusinya adalah dengan mengarahkan mata rohani fokus kepada TUHAN, percaya bahwa Ia adalah Allah yang setia, yang tidak akan meninggalkan kita barang sedetik pun. Ia akan melindungi dan meluputkan kita sebagaimna Ia telah melindungi Rasul Paulus dari karam kapal. Tujuannya? Pertama, agar Paulus bersaksi tentang kasih Allah kepada semua penumpang kapal itu; kedua, karena ia masih punya tugas besar untuk bersaksi di hadapan Kaisar di Roma. Jadi, apabila tugas kita belum selesai, seutas rambut pun tidak akan jatuh. Percayalah!

PA – 771.  Mazmur 113:7-8, “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya.” Terdapat banyak orang yang tadinya sangat sederhana namun karena anugerah Tuhan ia bisa duduk di posisi terhormat. Contoh yang sangat jelas adalah Daud sendiri. Jika hal itu terjadi pada kita maka kita harus memiliki sikap: (1) selalu bersyukur kepada-Nya; (2) rendah hati; (3) mengangkat mereka yang masih miskin, misalnya menjadi orang tua asuh dengan memberikan beasiswa; (4) bersaksi tentang kasih Tuhan yang telah mengangkat kita.-

PA – 772.  Mazmur 114:7-8 berkata, “Gemetarlah, hai bumi, di hadapan TUHAN, di hadapan Allah Yakub, yang mengubah gunung batu menjadi kolam air, dan batu yang keras menjadi mata air!” Di sini ada beberapa pelajaran rohani yang penting, yaitu: (1) Allah mengasihi umat-Nya sehingga Ia melakukan keajaiban bagi mereka; (2) Allah mampu melakukan kemustahilan oleh kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya; (3) Allah mampu mengubah hati yang keras menjadi lembut bahkan mampu memancarkan hal-hal yang menyegarkan; (4) karya Allah tersebut membuat bumi gemetar karena merupakan kesaksian bahwa tiada ilah lain yang seperti Dia.-

PA – 773.  Mazmur 115:12-13 berkata: “TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati, memberkati kaum Israel, memberkati kaum Harun, memberkati orang- orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar.” Istilah “TUHAN memberkati” telah menjadi topik pembicaraan yang menimbulkan pro dan kontra. Yang pro berkata bahwa hidup di dalam Tuhan itu pasti diberkati melimpah-limpah secara jasmani. Dengan kata lain: orang Kristen pasti kaya. Sedangkan yang kontra berkata bahwa Tuhan berada di pihak orang-orang miskin. Orang kaya justru sulit masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kedua pendapat di atas tdak tepat. Jika Alktab berkata “TUHAN memberkati” kita harus mengamininya, tetap disertai pemahaman yang benar: (1) berkat meliputi bukan hanya jasmani melainkan jiwani dan rohani juga; (2) berkat diberikan Tuhan kepada setiap orang berbeda-beda sesuai dengan kapasitas atau kemampuan orang itu dalam menerimanya; (3) Tuhan memberkati agar orang itu selanjutnya menjadi berkat bagi orang lain; (4) berkat Tuhan harus semakin mendekatkan kita kepada Tuhan, bukan semakin menjauhi-Nya.–

PA – 774.  Mazmur 116:12 berkata “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan- Nya kepadaku?” Pemazmur adalah orang yang punya etika, tahu balas budi. Ia telah mengalami kebaikan Tuhan yang luar biasa. Ia ingin membalas semuanya itu. Dengan apa? Ia tahu bahwa mas dan perak adalah milik Tuhan. Seberapa besar harta benda yang kita berikan pun tidak akan sebanding dengan kekayaan-Nya. Ide sekreatif apapun tak akan bisa menaandingi hikmat-Nya. Itulah sebabnya pemazmur berkata, “Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat- Nya.” (ayat 13-14). Jadi, ketiga hal ini: (1) kesaksian kita di depan orang lain tentang kebaikan-Nya, (2) pujian dan penyembahan yang tulus kepada-Nya, dan (3) berkomitmen setia kepada-Nya, barulah cukup untuk membalas kebaikan-Nya!

PA – 775.  Mazmur 118:22-23 berkata “Batu yang dibuang oleh tukang- tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Ini adalah suatu nubuatan tentang Mesias (Al- masih) yang telah digenapi oleh Yesus Kristus. Ia pernah di-bully karena berasal dari dusun Nazaret, lahir dari keluarga sederhana Yusuf dan Maria, dan mendapat julukan panggilan ‘anak tukang kayu’. Namun itu semua tidak bisa mencegah-Nya untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. Yesus Kristus bahkan menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak bergantung dari fasilitas yang ada. Oleh sebab itu pertama, kita tidak boleh menghina atau mem-bully orang miskin, cacat, dsb. sebab bisa saja mereka justru lebih hebat dar kita. Kedua, kita pun tidak boleh rendah diri karena di-bully. Kembangkan potensi yang Tuhan beri agar mereka yang mem-bully kita tersipu malu. Jadilah seperti Yesus Kristus yang fokus pada tujuan hidup-Nya dan mengabaikan bully dari orang-orang di sekitar-Nya.-

PA – 776.  Mazmur 119 merupakan mazmur terpanjang dengan 176 ayat. Dalam bahasa Ibrani pasal ini dibagi menjadi 22 kelompok sesuai dengan jumlah abjad Ibrani (dari alef sampai tau), masing-masing 8 ayat. Ayat-ayat di setiap kelompok diawali dengan abjad kelompok tersebut sehingga pasal ini merupakan karya sastra yang sangat indah. Lebih indah lagi adalah karena isinya berkisar tentang kecintaan pemazmur terhadap Taurat (firman Tuhan). Beberapa ayat menjadi ayat favorit orang-orang Kristen, dan digubah menjadi lagu pujian, misalnya: “Dalam hatiku aku menyimpan janji- Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” (ayat 11) dan  “Firman- Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (ayat 105). Mari kita bertekun dalam membaca, merenungkan, melakukan dan mengajarkan firman Tuhan ini.-

PA – 777.  Mazmur 119:98-100 menyatakan “Perintah- Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh- musuhku, …  lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, … lebih mengerti dari pada orang- orang tua, …” Orang yang suka melakukan firman Tuhan ternyata memiliki hikmat lebih dari rata-rata, karena ia mampu menyelesaikan semua masalah kehidupan dengan cara Tuhan. Penyelesaian masalah dengan cara Tuhan: (1) tidak akan menimbulkan masalah baru, melainkan mendatangkan damai sejahtera; (2) tidak membuat seseorang tinggi hati melainkan mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan; (3) tidak mengorbankan orang lain melainkan mendatangkan berkat bagi banyak orang.-

PA – 778.  Mazmur 120:7 berkata, “Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang.” Dunia kini penuh dengan peperangan dan kekerasan, semakin jauh dari damai. Di sisi lain, kata damai dimaknai justru dengan kompromi dalam dosa. Di tengah situasi seperti itulah kita harus hadir dan menyatakan damai yang sebenarnya dari Allah. Kekristenan dikenal sebagai pendamai, bahkan Yesus Kristus – Sang Kepala Gereja – adalah Raja Damai. Adalah suatu ironi dan sangat menyedihkan jika terjadi pertikaian di kalangan umat Tuhan, apalagi di kalangan para hamba Tuhan. Padahal Tuhan menyatakan bahwa orang yang membawa damai itu terberkati, disebut anak- anak Allah (Mat. 5:9). Perdamaian akan cepat terwujud jika: (1) masing- masing intorspeksi diri bahwa tak ada yang sempurna; dan (2) rela berkorban apabila terjadi perampasan terhadap hak-hak kita.–

PA – 779.  Mazmur 121:7-8 berkata “TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama- lamanya.” Pertanyaan yang sering diajukan terhadap ayat di atas adalah: “Jika demikian mengapa ada orang Kristen yang mengalami kecelakaan?” Ada banyak faktor mengapa seseorang bisa mengalami kecelakaan atau penderitaan: (1) Orang Kristen tersebut hidup dalam dosa, dan Tuhan bermaksud menginsyafkannya, misalnya: Yunus; (2) Orang Kristen tersebut lalai, misalnya: tidak men- check kondisi kendaraan, mengantuk, mengemudikan mobil sambil menelpon, kelelahan, dsb. (3) Orang Kristen tersebut sedang diuji seperti Ayub. Apabila ketiga faktor tersebut tidak ada, pada umumnya Tuhan menjaga kita. Seutas rambut pun tidak akan jatuh jika Ia tidak menghendaki-Nya. Oleh sebab itu percayakan hidup kita kepada-Nya, Ia akan menyertai dan menjaga kita senantiasa.-

PA – 780.  Mazmur 122:7 berkata tentang kota Yerusalem: “Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu! “ Ini harus juga menjadi doa dan kerinduan kita agar ada kesejahteraan di kota kita masing-masing. Selain doa dan kerinduan tentunya kita juga harus memberikan kontribusi dan ikut serta mendatangkan kesejahteraan tersebut. Secara praktis kita bisa ikut menjaga lingkungan hidup dalam hal kebersihan, hemat dalam menggunakan air. Kita juga memberi teladan dalam ketertiban berlalu lintas, membayar pajak, meningkatkan kerukunan hidup beragama, dan mengucapkan hal-hal positif mengenai kota kita.  Tanpa tindakan nyata, kesejahteraan kota hanya tinggal slogan belaka.-

PA – 781.  Mazmur 123:2 berkata, “Lihat, seperti mata para hamba laki- laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.” Ada batas yang sangat tipis antara meng-klaim Tuhan agar memenuhi keinginan kita dengan bertekun dan berharap hingga Ia mengasihani kita. Jenis pertama biasanya menjadikan Tuhan sebagai hamba atau tukang yang harus memenuhi kehendaknya. Jika kemauannya tidak terpenuhi ia marah kepada Tuhan dan tidak mau beribadah lagi kepada-Nya. Tetapi jenis yang kedua adalah orang yang punya hati hamba, yang mau terus memandang Tuhan dalam doa yang penuh ketekunan. Ia sabar menantikan waktu Tuhan dan akan menerima apapun yang Tuhan berikan dengan penuh ucapan syukur. Jenis sikap manakah yang akan Anda ambil?

PA – 782.  Pemazmur dalam Mazmur 124:8 berkata “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” Sebagai makhluk sosial kita diciptakan untuk saling tolong menolong antarsesama. Namun dalam kasus-kasus tertentu, kita tidak dapat menolong sesama kita dalam menyelesaikan masalaah mereka, dan sebaliknya. Maka mulailah manusia mencari pertolongan secara supranatural. Ada yang mencari pertolongan dari kuasa kegelapan tanpa menyadari bahayanya. Namun bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan, pasti akan mencari pertolongan dari Tuhan sebab Dia adalah Allah Pencipta yang kuasa-Nya tak terbatas. Jadikan Tuhan sebagai Penolong Anda, maka Anda tak akan pernah dikecewakan-Nya.-

PA – 783.  Mazmur 125:1, “Nyanyian ziarah. Orang- orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama- lamanya.” Iman kepada Tuhan digambarkan seperti gunung Sion yang kokoh, yang tidak tergoyahkan. Banyak hal bisa menggoyahkan iman kita, dari penderitaan hingga kemewahan. Orang yang terus mengalami penderitaan akan beranggapan bahwa Tuhan membeda-bedakan dalam memberkati umat-Nya atau Tuhan telah mennggalkannya. Sedangkan orang yang amat kaya merasa tidak perlu Tuhan karena menganggap segala sesuatu bisa diperoleh dengan uangnya. Yang lain lagi goyah imannya karena di-bully teman-temannya, dianggap sok rohani, kuno, fanatik, dsb. Mari kita tetap kokoh dalam iman … Tak peduli apapun kondisi kita dan tak peduli apapun yang orang lain katakan tentang kita.-

PA – 784.  Mazmur 126:5 berkata “Orang- orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.” Ini adalah prinsip hidup universal: sakit dahulu, senang kemudian. Orang-orang yang sukses di maasa lampau banyak menjalani prinsip ini. Bahkan Yesus Kristus pun menjalaninya. Tetapi banyak orang pada masa kini lebih suka kepada prinsip: senang dahulu, lebih senang kemudian. Mungkin hal itu benar tetapi hanya pada kalangan tertentu dan tidak bersifat universal, misalnya anak-anak orang kaya yang mewarisi kekayaan pendahulunya dan mampu mengembangkan bisnis selanjutnya. Yang justru lebih sering terjadi adalah: senang dahulu, sakit kemudian. Misalnya orang yang mengalami sakit akibat makanan enak yang dinikmati sebelumnya. Mari kita jalani prinsip ilahi ini. Jika kita sedang menabur dengan air mata, miliki pengharapan bahwa semuanya akan berakhir dengan sukacita. Jika kita mendidik anak-anak kita, tekankan hal ini agar masa depan mereka diberkati Tuhan. Jika ada yang sedang menuai dengan sukacita, bersyukurlah dan saksikan kepada yang lain bahwa prinsip ini benar!

PA – 785. Jika kita mengamati terjadnya suatu peristiwa secara cermat, kita akan mendapati adanya dua jenis faktor penyebab: faktor umum dan faktor khusus (penentu). Prosentasi di antara keduanya bisa sangat besar bedanya. Faktor umum hanya sekitar 1 % dan faktor penentu bisa 99 %. Itulah sebabnya dalam Mazmur 127:1 Salomo berkata “… Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia- sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia- sialah pengawal berjaga- jaga.” Berarti usaha manusia membangun sesuatu, termasuk bisnis dan keluarga, hanya sedikt kontribusinya. Peran Tuhanlah yang terbesar! Ia yang memberi kita nafas hidup, kemampuan akal budi untuk bekerja, lahan pekerjaan, mitra kerja, dsb. Walaupun hanya kecil peran kita namun harus tetap kita kerjakan, karena itu adalah bagian kita. Bagian Tuhan adalah penentu utamanya! Oleh sebab itu serahkan segala rencana dan tujuan hidup kita kepada-Nya, agar Ia menyempurnakannya.-

PA – 786. Rahasia kebahagiaan keluarga dinyatakan dalam Mazmur 128, yaitu takut akan TUHAN. Kepala keluarga memperoleh berkat Tuhan, “Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.” (ayat 4). Menurut Mazmur 128 ini bentuk berkat atas keluarga adalah: (1) isteri yang mendatangkan sukacita, yang mau melayani dari belakang tanpa menonjolkan diri; (2) anak-anak yang hidup dalam kebenaran dan patuh serta hormat kepada orang tua; (3) adanya pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup untuk seluruh keluarga, bahkan bisa memberkati orang lain juga; (4) seluruh keluarga menikmati berkat Tuhan dalam keadaan sehat dan oanjang umur; (5) seluruh keluarga mengasihi Tuhan dan melayani Dia sesuai dengan karunia masing-masing. Keluarga yang bahagia semacam ini berdampak terhadap seluruh bangsa.-

PA – 787.  Pemazmur menggambarkan orang yang membenci umat Tuhan demikian: “Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut, yang tidak digenggam tangan penyabit, atau dirangkum orang yang mengikat berkas,” (Mazmur 129:6-7). Artinya: (1) sebagaimana rumput tersebar saat tertiup angin maka  orang seperti itu tidak langgeng, sesaat lagi pasti akan berlalu; (2) sebagaimana rumput cepat layu, maka tidak ada kesegaran, sukacita, kebahagiaan pada orang itu; (3) gerak dari mereka sulit dipersatukan, semuanya semau diri mereka masing-masing; (4) ucapan mereka tidak konsisten alias mencla-mencle, tidak bisa dipegang, tidak punya integritas. Oleh sebab itu kita jangan meniru mereka. Sebaliknya kita harus mengasihi umat Tuhan dan sesama kita. Kita tidak ir terhadaap keberhasilan mereka dan tidak menutup mata terhadap kebutuhan mereka. Jika kita mengasihi mereka, sama artinya dengan mengasihi Tuhan yang menciptakan mereka (Mat. 25:35-40).-

PA – 788. Pemazmur berkata: “Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.” (Maz. 130:7) Ada dua alasan mengapa kita perlu berharap kepada Tuhan. Pertama, sebab pada-Nya ada kasih setia. Artinya, pengharapan kita tidak akan kecewa karena Ia tidak mengungkit kesalahan dan dosa kita. Ia juga tidak memberikan syarat yang tidak mungkin kita lakukan. Berbeda dengan berharap kepada sesama manusia yang mudah mengecewakan sebab mereka mengungkit kesalahan kita dan memberi syarat yang amat sulit untuk dilakukan. Kedua, sebab Tuhan berulangkali mengadakan pembebasan. Berulangkali berarti terus-menerus Ia mau membebaskan kita dari kesulitan kita. Jangan pernah jemu datang kepada Tuhan. Seberapa kali kita datang kepada-Nya, sebanyak itu pula Ia mau melepaskan kita.-

PA – 789.  Pemazmur berkata, “… aku tidak mengejar hal- hal yang terlalu besar atau hal- hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; …” (Mazmur 131:1-2). Ayat ini menolong kita terhindar dari dua sikap ekstrim. Pertama, dari sikap pemalas. Kita harus bekerja keras agar tidak menjadi beban orang lain. Sebaliknya dengan bekerja keras dan cerdas kita dapat memperoleh berkat Tuhan untuk menolong orang lain juga. Kedua, dari sikap ambisius yang bewujud workaholic, gila kerja sehingga tak ada waktu untuk Tuhan dan keluarga. Banyak orang ambisius sakit di usia muda sebab ia mengejar hal-hal yang terlalu besar dan ajaib. Mungkin saja itu tercapai, tetapi kemudian keluarga berantakan dan anak-anak menjadi korban. Kita harus memliki “rasa cukup” sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Rasa cukup membuat kita mudah bersyukur.-

PA – 790. Dalam Mazmur 132:15 dikatakan, “Perbekalannya akan Kuberkati dengan limpahnya, orang- orangnya yang miskin akan Kukenyangkan dengan roti.” Ini adalah jjanji Tuhan atas orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya, yaitu menyangkut berkat jasmani. Berkat jasmani diperoleh karena kerja keras dan perkenan Tuhan, sesuai dengan kapasitas masng-masing. Sekalipun berkat jasmani kita butuhkan tetapi kita tidak boleh mengkawatirkannya. Allah adalah Bapa kita yang pasti akan memelihara kita. Sebaliknya, kita tidak boleh menjadi hamba dari uang (berkat jasmani) atau tamak, karena sifat berkat jasmani hanya fana belaka. Berkat jasmani yang berlebih harus dibagikan kepada orang miskin (orang yang membutuhkan), karena memberi kepada orang yang lebih hina sama artinya dengan memberi kepada Tuhan.-

PA – 791. Mazmur 133:1-3, “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara- saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung- gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama- lamanya.” Allah menghendaki kesatuan dan kerukunan, baik di antara saudara kandung, saudara seiman, saudara sebangsa, bahkan seluruh umat manusia. Agar mudah hidup rukun kita harus: (1) memahami dan menerima perbedaan yang ada; (2) saling mendahului dalam melayani dan memberi hormat dalam kesetaraan; (3) melihat nilai persaudaraan jauh lebih tinggi dari harta benda; (4) mau saling mengasihi dan mengampuni; (5) mau saling terbuka dengan penuh ketulusan; (6) memahami adanya berkat besar dalam kerukunan yang terus mengalir tiada henti.

PA – 792. Mazmur 134:1-3, “Nyanyian ziarah. Mari, pujilah TUHAN, hai semua hamba TUHAN, yang datang melayani di rumah TUHAN pada waktu malam. Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah TUHAN! Kiranya TUHAN yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau dari Sion.” Melayani Tuhan di waktu malam bukanlah suatu hal yang mudah. Mengapa? Sebab malam hari adalah saat di mana orang beristirahat dari kesibukan bekerja sepanjang hari. Berarti orang itu rela mengorbankan jam istirahatnya untuk melayani Tuhan. Tidak ada pelayanan yang layak dipuji oleh Tuhan kecuali pelayanan yang disertai dengan pengorbanan. Pelayanan semacam itu tidak akan sia-sia. Tuhan pun menyediakan berkat khusus bagi mereka yang mau melayani Dia dengan penuh pengorbanan. Orang yang melayani dengan penuh pengorbanan tidak menuntut pujian dan penghargaan dari manusia. Yang penting baaginya hanyalah Tuhan yang dipermuliakan.-

PA – 793. Mazmur 135:14 berkata, “Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan sayang kepada hamba-hamba-Nya.” Apa bentuk keadilan TUHAN kepada umat-Nya? Jika umat-Nya hidup dalam kebenaran, maka keadilan TUHAN berbentuk pembelaan. Namun jika umat-Nya hidup dalam dosan maka keadilan TUHAN berupa hajaran agar umat-Nya sadar dan kembali kepada-Nya. Selanjutnya, apa bentuk sayang TUHAN kepada hamba-hamba-Nya? Bentuknya adalah pemeliharaan dan perlindungan dari marabahaya, serta kekuatan dan kemampuan mengatasi masalah. Baik keadilan maupun sayang-Nya bersifat kekal, tidak berubah.-

PA – 794. Mazmur 136:1 berkata, “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Banyak kebaikan TUHAN yang telah dinyatakan-Nya kepada seluruh umat manusia. Dalam mazmur ini kebaikan TUHAN nampk nyata ketika Ia menyediakan segala yang kita butuhkan dari alam semesta yang diciptakan-Nya; ketika Ia membebaskan kita dari belenggu perhambaan dosa; dan ketika Ia menyediakan bagi kita masa depan yang penuh harapan, termasuk keselamatan kekal di dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu pemazmur mengajak kita untuk selalu percaya bahwa Tuhaan itu baik dan selalu bersyukur kepada-Nya.-

PA – 795. Ketika umat Tuhan ada di negeri pembuangan yaitu di Babilonia, mereka diminta menaikkan nyanyian pujian bagi TUHAN.  “Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?” (Mazmur 137:4) Permntaan itu sekaligus olokan dan peluang. Sebagai olokan seakan-akan menantang; “Mana Tuhanmu yang kau sembah selama ini? Mengapa engkau ditinggaalkan-Nya di negeri asing ini?” Sebagai peluang bisa berarti “Inilah kesempatan bagiku – di negeri asing ini – bersaksi melalui pujian bahwa Ia tetap setia kepadaku dan pasti akan memulihkanku.” Jadi, sikap kita terhadap semua perkataan orang kepada kita tergantung pada diri kita sendiri apakah menjadi marah dan kecewa kepada Tuhan, atau tetap memuji Tuhan sebab Dia baik.-

PA – 796. Mazmur 138:8 berkata, “TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia- Mu untuk selama- lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan- Mu!” Banyak orang bisa memulai sesuatu dengan baik, tetapi belum tentu mampu mengakhiri atau menyelesaikannya dengan baik pula. Ketika ia menghadapi kesulitan atau kebosanan, ia segera beralih kepada hal yang lain, begitu seterusnya. Tuhan tidak demikian! Jika Ia telah memulai yang baik dalam kehidupan kita, Ia pun akan menyelesaikannya dengan sangat baik pula. Bahkan ketika kita gagal atau keluar dari kehendak-Nyaa dengan melakukan hal-hal yang tidak baik, Ia mampu mengubahnya menjadi baik. Itu berarti jika kita menghadapi jalan buntu dan berhenti di tengah jalan, kita dapat berseru kepada Tuhan dan Ia yang akan menyelesaikannya bagi kita. Atau, ketika kita telah menyelesaikan segala sesuatu tetapi nampaknya belum sempurna, Tuhanlah yang akan menyempurnakannya!

PA – 797. Mazmur 139:23-24 berkata “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran- pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Pemazmur mengerti bahwa Tuhan itu Mahatahu, sehingga tidak ada satu pun yang dapat disembunyikan dari hadapan-Nya. Dengan mengenal sifat Allah ini sebenarnya kita sangat bersyukur. Pertama, kita tidak perlu hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan. Kita akan selalu hidup dalam kejujuran dan ketulusan hati. Kedua, mencegah kita melakukan dosa di tempat yang sepi dan ttersembunyi. Ketiga, kita rela menyerahkan hidup ini kepada-Nya, sebab ia tahu masa depan kita semua. Keempat, kita dapat mempercayai firman-Nya yang pasti tetap relevan atau sesuai sepanjang segala abad.-

PA – 798. Mazmur 140:13-14, “Aku tahu, bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin. Sungguh, orang- orang benar akan memuji nama- Mu, orang- orang yang jujur akan diam di hadapan- Mu.” Kedua ayat ini harus dipahami bersama. Jika tiidak, bisa menimbulkan salah pengertian. Orang tertindas dan miskin akan dibela oleh Tuhan asalkan   mereka benar dan jujur. Tidak sedikit orang yang miskin tapi hidupnya tidak benar: ada yang sombong menjaga gengsi ketika ada orang laiin mau menolong; ada yang tidak mau bersyukur tetapi menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan; ada yang malas; ada yang gemar melakukan kejahatan, dengan alasan Tuhan pasti di pihak mereka karena kemiskiinannyaa itu. Dulu orang berpikir bahwa orang miskin lebih rohani. Padahal tidak selalu demikian. Sebaliknya, ada pula orang kaya yang memperoleh kekayannya dengan cara yang tidak benar dan tidak jujur. Jadi, yang penting bukan kaya atau miskin melainkan hidup dalam kebenaran dan kejujuran.-

PA – 799. Mazmur 141:8, “Tetapi kepada- Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; pada- Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!” Setiap makhluk ciptaan Tuhan, termasuk hewan dan manusia, diberi Tuhan kemampuan untuk bertahan hidup. Kemampuan tersebut bisa digunakan untuk menyerang atau bertahan. Apabila pertahanan menjadi rapuh, dicarilah suatu tempat perlindungan yang aman dan nyaman. Pemazmur menjadikan Tuhan sendiri sebagai tempat perlindungannya, bukan yang lain. Ia tahu bahwa di dunia ini tidak ada tempat yang lebih aman selain di dalam Tuhan. Pertanyaannya apakah Tuhan akan menerima atau mencampakkannya? Jika kita datang kepada-Nya dengan tulus hati dan rendah hati, Ia pasti akan menerima dan melindungi kita.-

PA – 800. Mazmur 142:7 “Perhatikanlah teriakku, sebab aku telah menjadi sangat lemah. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang mengejar aku, sebab mereka terlalu kuat bagiku.” Pengenalan dan pengakuan diri yang benar kepada Tuhan merupakan awal datangnya pertolongan Tuhan. Jika kita menyadari betapa rapuh, lemah dan terbatasnya kita sebagai manusia, maka kita menjadi orang yang sangat membutuhkan Tuhan. Hanya orang yang mau mengaku ‘miskin’ di hadapan Allah yang akan dipuaskan-Nya. Sebaliknya, ketika kita selalu merasa kuat dan hebat, kita merasa tidak membutuhkan Tuhan, dan cenderung melecehkan orang lain. Itu adalah awal kejatuhan kita. Mari kita lebih banyak bercermin dan mengadakan introspeksi diri ketimbang mencari kesalahan dan kekeliruan orang lain.-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar