REKAT (901-1000)

PA-901. Yesaya 41:10 mengatakan “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” Ketakutan dan kebimbangan senantiasa menghantui umat manusia yang selalu hidup dalam ketidakpastian dan penuh dengan keterbatasan. Apa yang direncanakan belum tentu bisa dilaksanakan. Apa yang diharapkan belum tentu bisa menjadi kenyataan. Suatu ketika apa dan siapa yang kita miliki bisa pergi dan lenyap. Orang-orang yang menjadi sandaran kita menjadi tidak bisa lagi diandalkan. Namun janji Tuhan dalam ayat ini sangat menguatkan kita. Penyertaan-Nya merupakan suatu hal yang pasti. Ia yang tidak terbatas mau meneguhkan dan menolong kita yang terbatas. Ia yang Mahakuat mau memegang kita yang penuh kelemahan. Ia yang Mahadahsyat mau membawa kita yang tak berdaya kepada kemenangan. Adalah suatu hal yang konyol jika tawaran Tuhan ini ditolak, kemudian dengan angkuhnya kita mengatakan bahwa Ia tidak ada, atau Ia tidak mampu, atau Ia tidak mau menolong kita. Justru sebaliknya, tanggalkan keangkuhan semacam itu dan segeralah mempercayai dan mengandalkan Tuhan dalam hidupmu!

PA-902. Yesaya 42:3 menyatakan “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.” Tidaklah mudah melihat masih adanya hal positf yang bisa digunakan untuk membangkitkan semangat seseorang yang sudah putus asa bagai buluh yang patah dan sumbur yang pudar nyalanya. Yang seringkali terjadi justru adalah menghabisinya sama sekali. Buluh itu dipatahkan dan sumbu itu dipadamkan. Selesai dan habislah sudah! Tetapi tidak demikian dengan Tuhan kita. Ia masih rindu menegakkan kita dan memberi kita kesempatan agar sumbu kehidupan ini kembali menyala. Ia bisa menggunakan alam, seseorang, bahkan secara langsung melalui Roh Kudus-Nya untuk berbicara kepada kita agar kit akembali bangkit dari keterpurukan dalam hal apapun. Jangan berhenti untuk berusaha bangkit kembali. Yang penting bukan berapa kali kita gagal tetapi seberapa sering kita kembali bangkit! Berikan tanganmu kepada-Nya, dan Tuhan akan mengangkatmu bangkit kembali, berjalan bahkan berlari kepada tujuan yang telah ditetapkan-Nya bagimu!

PA-903 Yesaya 43:1 menyatakan “Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.” Ada 4 9empat) karya Allah yang luar biasa dalam ayat ini. Pertama, Allah menciptakan. Dialah Pencipta yang mampu mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada. Apakah yang perlu kita kuatirkan lagi? Kedua, Allah membentuk. Melalui orang-orang yang ada di sekitar kita dan berbagai pengalaman hidup kita dibentuk oleh Tuhan sehingga karakter kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus sendiri. Ketiga, Allah menebus. Karya Yesus Kristus di Salib Golgota merupakan karya penebusan yang membawa kita keluar dari mati kepada hidup, dari gelap kepada terang, dari hidup yang tidak berarti kepada hidup yang penuh arti. Keempat, Allah mengenal.kita karena kita adalah kepunyaan-Nya. Ia tahu persis setiap pergumulan kita, dan Ia tahu persis solusi yang telah disediakannya bagi kita: bentuk solusi dan kapan solusi itu sebaiknya diberikan kepada kita, serta melalui siapa solusi itu kita perolah. Ia melakukan keempat karya itu sehingga membuat kita berharga dan mulia di mata-Nya (Yesaya 43:4).-

PA-904. Yesaya 44:3 mengatakan, “Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.” Tanah adalah symbol dari hati atau kehidupan manusia. tanah yang haus atau tempat yang kering menunjukkan hidup yang gersang, tanpa pengharapan, tanpa makna. Orang berpikir bahwa dalam keadaan seperti ini perlu dicarikan solusi dari dunia hiburan atau entertainment, atau cenderung lari dari kenyataan hidup dengan mengkonsumsi narkoba. Bukannya memperoleh solusi, melainkan menambah masalah menjadi semakin kering dan gersang. Sebaliknya, ketika hati yang seperti ini dibawa kepada Tuhan, Ia akan mencurahkan air kesejukan, ketenangan, dan kepuasan sejati. Roh Kudus-Nya yang disebut Penghibur Sejati akan ditempatkan-Nya di hati kita sehingga kita kembali disegarkan. Tidak hanya sampai di situ. Roh Kudus dicurahkan ke atas keturunan kita, termasuk segala berkat-berkat-Nya. Orang yang hatinya disegarkan akan menjadi berkat bagi keluarga dan generasi selanjutnya. Kesejukan yang diperolehnya akan diteruskanya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.-

PA-905. Yesaya 45:2-3 mengatakan “Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung, hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi. Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu.” Setiap orang pasti menemui adanya rintangan dan halangan ketika ia mau maju. Ada gunung tinggi yang harus didaki, ada pintu tembaga yang tertutup rapat, dan ada palang-palang besi yang melintang. Adanya tantangan yang berat semacam itu tidak boleh menyurutkan semangat kita. Mengapa? Sebab Tuhan berjanji menyelesaikan semuanya sehingga semua rintangan itu tidak ada lagi. Oleh sebab itu izinkan Tuhan yang berjalan di depan kita, bukan tidur di belakang, agar Ia bertindak dengan kuat kuasa-Nya. Hasilnya? Ada kelimpahan berkat jasmani dan rohani yang dicurahkan-Nya atas kita. Berkat jasmani tentu berupa apa yang kita butuhkan sehari-hari, sedangkan berkat rohani ‘yang tersembunyi’ merupakan rahasia firman Tuhan yang – jika kita rindu mendapatkannya dengan segenap hati – akan dibukakan bagi kita. Teruslah menggali kebenaran firman Tuhan, maka kita akan memperoleh rahasia firman-Nya yang ajaib dan luar biasa!

PA-906.Yesaya 46:4 mengatakan “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” Ini bukan hanya ayat yang diperuntukkan bagi orang tua, melainkan bagi segala usia. Untuk anak-anak, ia bisa menetapkan pokok doa bagi kakek dan neneknya serta kedua orang tuanya agar diberi kesehatan dan kekuatan. Bagi remaja dan pemuda, mereka bisa belajar tentang kesetiaan Tuhan atas umat-Nya. Pernyataan “Aku tetap Dia” menunjukkan sifat ketidakberubahan dari kekal sampai kekal. Ia adalah Allah yang tetap sama: kasih, kuasa, dan firman-Nya. Bagi orang dewasa dan lanjut usia, bersama Tuhan mereka bisa tetap menghasilkan sesuatu secara produktif hal-hal yang mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya dan menjadi berkat bagi sesama. Dalam Alkitab, usia lanjut merupakan berkat tersendiri. Namun itu tidak berarti bahwa yang mati di usia muda adalah hal yang salah, sebab Tuhan bisa memanggil seseorang pulang kembali ke surga dalam usia berapapun. Orang yang lanjut usia dan sehat dapat menjadi berkat tersendiri bagi banyak orang: kebijaksanaannya, keteladanannya, dan – seharusnya – kesederhanaannya. Hal ini boleh dimintakan dalam doa kepada Tuhan dan mengatur pola hidup yang baik: pola makan, pola istirahat, dan sebagainya.-

PA-907. Yesaya 47:10 mengatakan “Engkau tadinya merasa aman dalam kejahatanmu, katamu: “Tiada yang melihat aku!” Kebijaksanaanmu dan pengetahuanmu itulah yang menyesatkan engkau, sehingga engkau berkata dalam hatimu: “Tiada yang lain di sampingku!” Ini adalah firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yesaya mengenai Kerajaan Babilonia. Semula bangsa ini dipakai Tuhan untuk mendisiplin Israel, umat-Nya, tetapi kemudian bangsa Babilonia memegahkan diri dan membuat umat Tuhan menderita lebih dari yang seharunya. Ada dua pelajaran besar dalam ayat di atas. Pertama, orang seringkali merasa aman dalam melakukan kejahatan ketika merasa tidak ada yang melihatnya. Perbuatan jahat dan dosa itu dilakukan secara tersembunyi. Ia lupa bahwa ada Allah yang Mahatahu yang melihat apa yang diperbuatnya. Satu kali Allah bisa membuat perbuatannya itu diketahui oleh orang lain, sehingga ia akan menaggung akibatnya. Kedua, kepandaian bisa menyesatkan kita karena menganggap diri kita yang terpandai dan merendahkan orang lain. Bahkan orang yang hanya mengandalkan intelektualitasnya bisa begitu angkuh sehingga merendahkan Tuhan. Ia beranggapan tidak ada yang setara dengannya, bahkan Tuhan pun tidak. Kedua hal inilah yang menyebabkan seseorang jatuh, sama seperti Babilonia yang kemudian runtuh dan tinggal merupakan catatatn sejarah belaka!

PA-908. Yesaya 48:18 mengatakan “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,” Kekacauan (chaos) dalam sebuah keluarga, komunitas atau bangsa terjadi, apabila ada yang tidak memperhatikan perintah-perintah Tuhan. Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangan atau keyakinannya sendiri. Padahal, apabila kita mau kembali kepada perintah Tuhan dan mau secara rendah hati meletakkan segala ambisi dan keinginan kita sendiri, maka kita akan punya damai sejahtera dengan Tuhan (tidak melakukan dosa), dengan sesama (tidak ada konflik), dengan diri sendiri (tidak ada tuduhan di hati). Damai sejahtera atau ketenangan hati akan kita peroleh, yang membuat kita menjadi orang yang disebut berbahagia. Dan hal itu akan terjadi terus menerus, tidak pernah berhenti. Arti “memperhatikan perintah Tuhan” adalah mau menerima semua firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab, dan memperoleh pengertian dari Roh Kudus sehingga kita tidak keliru dalam memahami atau menafsirkannya, dan akhirnya kita melakukannya … juga oleh pertolongan Roh Kudus. Orang yang memperhatikan perintah Tuhan pasti memiliki semangat membangun, bukan menghancurkan; menguatkan bukan melemahkan; mengangkat bukan merendahkan; mengampuni bukan membalas dendam; rendah hati bukan arogan!

PA-910. Yesaya 50:4 mengatakan “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” Hubungan antara Tuhan dengan kita, umat-Nya, di sini digambarkan seperti hubungan antara Guru dan Murid. Tugas seorang murid hanya satu yaitu belajar dengan cara mendengar dan mematuhi apa yang diajarkan oleh Sang Guru. Cara belajar pada zaman lampau berbeda dengan zaman sekarang. Pada masa itu seorang murid pantang membantah apapun yang dikatakan oleh Guru. Segi positifnya adalah sang murid tidak dibiasakan untuk memelihara sikap memberontak. Kalau pun ada hal yang tidak dimengerti atau dipahami, ia kembali akan datang kepada Guru dan menanyakan hal tersebut. Sang Guru dengan senang hati akan memberikan penjelasan sehingga si murid dapat mengerti. Bagaimana sikap hati kita terhadap Tuhan sebagai Guru kita? APakah kita mau terus belajar dan belajar tentang firman-Nya dan mematuhinya? Ataukah penuh dengan sikap meremehkan bahkan memberontak terhadap firman Tuhan? Jika kita menjadi murid yang terus patuh kepada-Nya, maka dengan lidah kita, kita akan mampu member semangat baru kepada orang yang letih lesu. Karena kita sudah tahu banyak rahasia kehidupan manusia dari Guru kita, maka kita dapat menolong mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Kita dapat memberikan jawaban yang benar atas berbagai masalah dalam kehidupan ini berdasarkan firman Tuhan yang telah diajarkan-Nya kepada kita.-

PA – 911. Yesaya 51:11 mengatakan “Maka orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan sorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, duka dan keluh akan menjauh.” Kata ‘dibebaskan’ dalam ayat ini memiliki dua arti. Pertama, saat itu bangsa Israel yang ditawan dan dibuang ke Babilonia dan menderita di sana akan kembali ke kampong halaman mereka, yaitu Sion. Masa disiplin Tuhan atas mereka telah berakhir. Air mata kedukaan dan keluh diganti dengan kegirangan dan sukacita. Tujuh puluh tahun masa disiplin Tuhan atas mereka telah berakhir. Kedua, penyelamatan orang-orang percaya dari hukuman Tuhan atas dunia ini di Akhir Zaman. Kita akan dibebaskan dari penderitaan di dunia ini, pulang ke rumah Bapa, masuk ke Kerajaan Sorga (Sion), tempat dari mana kita berasal. Di dunia ini kita hanya sementara, hanya ‘menumpang’ saja. Kewargaan kita adalah sorga! Oleh sebab itu setiap penderitaan yang kita alami karena keberadaan kita sebagai orang benar harus mampu kita tanggung dengan kekuatan dari Roh Kudus-Nya, dan terus hidup berpengharapan bahwa satu kali kelak segala penderitaan ini akan berakhir. Selama kita hidup di dunia ini, kita tunjukkan kasih Allah kepada sesama manusia, baik yang berbuat baik kepada kita maupun yang berbuat jahat kepada kita!

PA-912. Yesaya 52:7 mengatakan “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: “Allahmu itu Raja!” Kita hidup di tengah-tengah dunia yang penuh dengan berita-berita mengenai kekerasan dan kebencian, peperangan dan penghancuran. Selama manusia masih hidup dalam dosa yang penuh hawa nafsu angkara murka, hal semacam itu tidak akan sirna, malah akan semakin menjadi-jadi. Yang sedang ditunggu oleh umat manusia masa kini adalah kabar baik (good news). Kabar Baik itu dibawa oleh orang yang ‘turun dari gunung’. Artinya, sebelumnya ia ‘naik gunung’ terlebih dahulu, yaitu hidup mendekat dengan Tuhan. Ia sendiri mengalami kebaikan Tuhan yang mengampuni, menebus, dan menyelamatkannya. Barulah orang itu turun untuk memberitahu semua orang tentang berita damai, tentang berita selamat, tentang keberadaan Allah sebagai Raja atas hidup kita. Pembawa Kabar Baik belum tentu langsung disambut dan diterima. Justru ia akan sering mengalami penolakan, bahkan ancaman kematian. Namun demikian, pemberitaan Kabar Baik tidak akan pernah berhenti. Injil damai sejahtera akan terus diberitakan, karena Injil adalah Kabar Baik mengenai kasih Allah atas seluruh umat manusia. Di dalam Yesus Kristus Sang Raja Damai, kita akan memperoleh pendamaian, baik dengan Allah sendiri, dengan sesama, dengan diri kita sendiri, dan dengan alam. Terimalah Kabar Baik dan jadilah pemberita Kabar Baik!

PA-913. Yesaya 53 merupakan pusat dari berita dalam Kitab Nabi Yesaya, karena pasal ini merupakan nubuatan Mesias, yaitu berkenaan dengan penderitaan dan kematian-Nya dalam menebus dosa umat manusia. Ayat 4 berkata “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.” Kita digambarkan sebagai domba yang suka mencari jalannya sendiri. Amsal 14:12 menyatakan “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Akibatnya kita semua tersesat. Bahkan seringkali dengan bangga kita berkata dan melakukan sesuatu dengan kedok keagamaan dan mengatasnamakan Tuhan, padahal Tuhan tidak menghendaki demikian. Kita sering salah dalam menangkap maksud Tuhan dalam firman-Nya. Yang paling menyedihkan adalah kita tidak sadar bahwa kita tersesat. Syukurlah, Allah dalam kasih-Nya, menghendaki agar kita yang tersesat dicari dan diselamatkan. Yesus Kristus datang sebagai Mesias yang menggenapi nubuatan dalam Yesaya 53 ini. Hanya dengan menerima-Nya, maka kita dibawa kembali kepada jalan yang benar, dan berbalik dari jalan menuju maut atau kebinasaan, kepada jalan menuju kehidupan.-

PA-914. Yesaya 54:2-3 menyatakan “Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu! Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.” Dalam ayat ini ada beberapa pelajaran penting: (1) Allah menginginkan kita berkembang dalam segala hal. Ini terbukti dari alam sendiri yang di dalamnya banyak terjadi proses perkembangan. (2) Pengembangan yang dikehendaki Allah membutuhkan kerja keras dan kerja cerdas. Pengembangan apapun tidak ada yang bersifat instan. Perlu proses yang harus dijalani dengan penuh ketekunan. (3) Pengembangan yang diusahakan maksimal tersebut harus dengan cara Tuhan, tidak boleh asal menggusur milik orang lain atau menjegal orang lain. Oleh sebab itu setiap proses pengembangan harus melibatkan Tuhan di dalamnya. (4) Pengembangan lebih diharapkan berupa perintisan, sebagai pionir, di mana orang lain belum melakukannya. Ini juga berbicara tentang pengembangan yang bersifat baru, inovatif dan kreatif. (5) Pengembangan yang Tuhan inginkan bersifat global, sampai kepada bangsa-bangsa lain. Ini juga menyangkut misi Amanat Agung agar semua bangsa mendengar Kabar Baik melalui keberadaan kita di tengah-tengah mereka.-

PA-915. Yesaya 55:8-9 mengatakan “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Inilah beberapa perbedaan antara rancangan Tuhan dengan rancangan kita sebagai manusia: (1) Rancangan Tuhan sempurna, rancangan kita tidak sempurna; (2) Rancangan Tuhan kekal, rancangan kita bersifat sementara; (3) Rancangan Tuhan selalu indah, rancangan kita lebih banyak buruknya; (4) Rancangan Tuhan pasti terlaksana, rancangan kita belum tentu terlaksana; (5) Rancangan Tuhan amat tinggi, luas dan dalam, rancangan kita rendah, sempit dan dangkal; (6) Rancangan Tuhan mulia, rancangan kita hina. Dengan melihat begitu banyaknya perbedaan antara rancangan Tuhan dengan rancangan kita, maka jaug lebih bijaksana jika kita selalu menyelaraskan rancangan kita dengan rancangan-Nya. Bawalah setiap rancangan kita dalam doa, dan Roh Kudus-Nya akan menolong kita agar apabila ada rancangan kita yang berbeda dengn racangan-Nya, maka Ia akan menyuruh kita mengubahnya. Kita pun akan menaati-Nya sehingga rancangan kita sejalan dengan-Nya. Dalam hal ini kepekaan mendengar suara-Nya amatlah penting.-

PA-916. Yesaya 56:6-8 mengatakan “Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa. Demikianlah firman Tuhan ALLAH yang menghimpun orang-orang Israel yang terbuang: Aku akan menghimpunkan orang kepadanya lagi sebagai tambahan kepada orang-orangnya yang telah terhimpun.” Dari ketiga ayat di atas kita mendapatkan lima hal yang harus menjadi komitmen kita sepanjang kehidupan ini, yaitu: (1) mengasihi TUHAN dengan segenap hati, jiwa, kuat, dan akal budi kita; (2) beribadah dan menaati firman TUHAN; (3) berdoa secara teratur dan penuh ketekunan; (4) membereskan dosa di hadapan TUHAN dan manusia; (5) memberitakan Kabar Baik agar semakin banyak orang percaya kepada-Nya. Kelima komitmen di atas tidak akan bisa kita lakukan dengan kekuatan dan kegagahan kita, melainkan oleh pertolongan Roh Kudus.-

PA-917. Yesaya 57:15 berkata “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: “Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” Allah memiliki dua aspek penting: transenden dan imanen. Transendensi Allah menyatakan keagugan-Nya, yaitu keberadaan-Nya di sorga, di tempat yang tinggi dan kudus. Sedangkan imanensi Allah menyatakan kasih-Nya, yaitu bersedia berada bersama-sama manusia yang hatinya remuk dan rendah hati untuk menghibur dan menguatkan mereka. Imanensi Allah inilah yang membawa Allah turun dari sorga datang dalam rupa manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang kemudian rela menderita, mati di kayu salib, bangkit pada hari yang ketiga, naik ke sorga, dan kelak akan datang kembali menjemput semua orang yang percaya. Banyak orang tidak memahami imanensi Allah ini, “Bagaimana mungkin Allah yang Mahakudus bisa datang sebagai Manusia? Itu hal yang mustahil!” Kita lupa bahwa Ia adalah Allah yang Mahakuasa dan Mahakasih, sehingga dalam kedaulatan-Nya Ia bisa menjadi apa saja, termasuk menjadi manusia. Ia yang mulia turun agar kita yang di bawah dibawa-Nya naik!

PA – 918. Yesaya 58:8 mengatakan “Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.” Siapa yang tidak ingin mengalami apa yang dikatakan dalam ayat ini? Semua orang pasti ingin mengalaminya: kehidupan yang penuh ceria, tubuh sehat tidak berpenyakit apapun, tidak ada sakit hati melainkan penuh damai sejahtera, hidup dalam kebenaran dan kemuliaan Tuhan. Namun ayat itu sebenarnya merupakan akibat dari sesuatu yang harus kita lakukan lebih dulu. Ungkapan “Pada waktu itulah” menunjuk kepada ayat-ayat sebelumnya, yaitu pada waktu kita: membuka belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya (Yesaya 58:6), memecah-mecah roti bagi yang lapar, menampung orang miskin yang tak punya rumah, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, dan bersikap terbuka penuh integritas terhadap saudara sendiri (Yesaya 58:7). Hal ini senada dengan apa yang Tuhan Yesus katakan, yaitu bahwa Ia datang untuk membebaskan orang-orang dari tawanan dan memberitakan kabar baik bagi orang miskin (Lukas 4:18-19), dan agar kita memiliki kemurahan hati untuk melakukan kebaikan kepada semua orang. Apa yang kita lakukan kepada wong cilik, sama artinya dengan kita melakukan bagi Tuhan dan aka nada upahnya (Matius 10:42). Kekristenan identik dengan kasih, bukan? Sudahkah kita melakukannya?

PA-919. Yesaya 59:1-2 mengatakan “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Pada masa kini tidak banyak orang yang memahami hakikat dosa dan dampaknya yang sangat dahsyat dan mengerikan.” Dosa adalah: ketiadaan hukum/norma, salah sasaran, pemberontakan terhadap Allah. Dosa memisahkan manusia dengan Allah, membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah, tidak berotoritas lagi dalam menjalankan mandat Allah. Allah selalu bersedia menolong kita untuk menyelamatkan dan menolong kita. Namun penyelamatan dan pertolongannya tidak akan dapat kita alami jika masih ada dosa yang menghambat dan menyumbatnya. Jangan bermain-main dengan dosa, sebab upahnya adalah maut atau kebinasaan. Dosa harus segera dibereskan, baik dengan Tuhan, juga dengan orang lain yang terkait di dalamnya. Pemberesan dosa berbentuk pengakuan dosa secara tulus dan pertobatan untuk tidak melakukannya lagi. Ketika dosa dibereskan, maka sumbat dan penghalang itu lenyap. Terbukalah kembali saluran komunikasi dan relasi kita dengan Allah. Ada kelegaan dari suatu beban yang sangat berat ketika pemberesan dosa dilakukan. Kedua bentuk pemberesan dosa itu tidak bisa kita lakukan dengan kekuatan kita, melainkan berupa anugerah dari Allah sendiri. Roh Kudus menyadarkan kita tentang dosa kita, kemudian Ia akan memampukan kita untuk percaya kepada karya penebusan oleh Tuhan Yesus Kristus. Keselamatan adalah anugerah Allah semata-mata. Terimalah dengan penuh ucapan syukur, dan nikmatilah pemulihan hubungan dengan Allah.-

 

PA-920. Yesaya 60:22 mengatakan “Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, TUHAN, akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya.” Dari ayat ini kita melihat beberapa pelajaran penting. Pertama, jangan sekali-kali meremehkan orang kecil dan mereka yang lemah. Satu kali kelak mereka bisa mengalami perubahan yang drastis. Kedua, di dalam Tuhan ada progres atau kemajuan yang nyata. Jika kita memancarkan terang Tuhan ke sekitar kita dan memaksimalkan potensi yang Ia berikan, maka dipastikan akan ada kemajuan yang nyata alam segala bidang kehidupan. Ketiga, penyebab kemajuan itu adalah Tuhan sendiri. Ia yang melaksanakannya dan kita hanya mengerjakan bagian kita. Dengan demikian kemajuan apapun yang berhasil kita raih tidak akan membuat kita sombong sebab kita sadar bahwa semua itu dari Tuhan. Keempat, kemajuan harus dicapai sesuai waktu Tuhan yang tidak pernah terlalu cepat atau terlalu lambat. Kemajuan yang tidak sesuai waktu Tuhan akan mendatangkan masalah besar di kemudian hari. Dibutuhkan kesabaran seperti Daud yang diangkat dari keberadaannya sebagai gembala kecil di Betlehem menjadi Raja Israel setelah ia dengan sabar menanti waktu Tuhan. Ia tidak mengkudeta Raja Saul, melainkan menanti waktu-Nya yang tepat. Kelima, ayat ini membuat kita berpengharapan bahwa jika Tuhan mau mengubah kita dan kita sendiri mau berubah, maka tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan bagi kita yang percaya.-

 

PA-921. Yesaya 61:1 mengatakan “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,” Ada dua hal ekstrim yang terjadi yang merupakan penyimpangan dari penerapan ayat ini. Yang pertama adalah orang Kristen yang menyatakan bahwa dirinya dipenuhi oleh Roh Tuhan, tetapi ia tidak melakukan apapun bagi Tuhan dan sesamanya. Ia tetap hidup hanya bagi kepentingan dirinya sendiri. Kepenuhan Roh Kudus hanya diartikan sebagai memiliki salah satu karunia Roh belaka, yaitu berbahasa Roh. Jika memang Tuhan mengaruniakan karunia berbahasa Roh, itu sangat baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas iman dalam doa pribadi dan untuk membangun jemaat asalkan disertai dengan karunia menafsirkan bahasa Roh. Namun ketika kepenuhan Roh Kudus hanya dimaknai sempit semacam itu, hal itu tidak benar! Yang kedua adalah orang Kristen yang menyatakan bahwa ia melakukan banyak aksi atau pelayanan sosial, tetapi ia melakukannya hanya sekedar dari sisi kemanusiaan humanis belaka, sekedar kegiatan filantropi, tanpa pimpinan Roh Tuhan. Ayat ini mengajak kita untuk tidak melakukan salah satu atau kedua bentuk kehidupan ekstrim di atas. Kedua hal ini: pimpinan Roh Tuhan dan kasih yang diwujudkan dalam perbuatan nyata merupakan dua sisi dari satu mata uang. Yang satu tidak bisa dipisahkan dari yang lain. Jika kita berkata bahwa kita penuh dengan Roh Tuhan, inilah yang nampak dari kehidupan kita: menjadi berkat bagi sesama.-

 

PA-922. Yesaya 62:1 mengatakan “Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh.” Orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang juga mengasihi bangsanya. Ayat ini menyatakan bahwa Yesaya tidak dapat berdiam diri karena bangsanya yang disimbolkan dengan kata “Sion” dan “Yerusalem”. Lalu apa yang dapat dilakukan untuk memulihkan bangsa? Tentu sebagai seorang nabi, Yesaya bisa melakukan setidaknya tiga hal untuk merealisasikan kerinduannya itu. Dan kita pun sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar ini wajib melakukannya. Pertama, mendoakan bangsa. Apakah kondisi bangsa sedang dalam keadaan baik atau tidak, kita harus mendoakannya secara tekun. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton saja, melainkan harus secara aktif mendoakan bangsa dan negara kita. Kedua, menyampaikan kata-kata positif. Ingatlah bahwa ada kuasa di mulut kita. Kalau pun bangsa dan negara sedang dalam kondisi yang tidak baik, kita harus percaya akan adanya pemulihan. Orang yang menjelekkan bangsanya sendiri (padahal ia termasuk di dalamnya) adalah orang yang tidak punya integritas. Ketiga, ikut membangun secara fisik, mental dan spiritual sesuai dengan tempat, fungsi, dan kapasitas kita masing-masing. Dimulai dengan lingkungan yang kecil yaitu keluarga hingga secara nasional. Selalu ada upaya kuasa kegelapan untuk menghancurkan bangsa. Tetapi kita punya Allah yang hidup yang dapat memulihkannya. Pemulihan atas bangsa dan negara adalah pemulihan atas diri kita juga … kesejahteraannya adalah kesejahteraan kita juga. Sampai kapan? Sampai … kebenarannya bersinar dan keselamatannya menyala!

 

PA-923. Yesaya 63:9-10 mengatakan “… Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, …” Itulah yang sering terjadi dalam kehidupan setiap orang percaya. Tuhan mengasihinya, mengangkat dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang. Namun kemudian ia memberontak kepada Tuhan. Ia mendukakan Roh Kudus-Nya. Rasul Paulus juga mengingatkan agar kita tidak mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30). Mengapa? Sebab Roh Kudus adalah Penolong kita, yang menginsyafkan kita jika kita keliru dalam memahami kehendak ALlah. Jika Ia didukakan, maka kesadaran akan apa yang benar dan salah akan menjadi sesuatu yang sangat sulit. Mendukakan Roh Kudus biasanya dilakukan dalam bentuk ketidaktaatan terhadap firman Tuhan dengan berbagai alasan: menganggap firman-Nya kuno dan tidak relevan dengan kehidupan masa kini; hanya memilih firman Tuhan yang menyenangkan hati, yang lain diabaikan; meremehkan momen saat firman Tuhan disampaikan dengan beraktifitas yang tidak perlu (memainkan gadget, mengobrol, dsb.). Akibatnya? Status bisa berubah: dari umat yang dikasihi-Nya menjadi musuh-Nya. Jangan sampai hal ini terjadi dalam kehidupan kita. Mari kita senantiasa taat. Ketaatan akan firman Tuhan oleh pertolongan Roh Kudus merupakan tanda kita mengasihi Dia (Yohanes 14:15-16).-

 

PA-924. Yesaya 64:6 mengatakan “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.” Kesadaran terhadap jati diri sendiri tidak mudah diperoleh. Mengapa? Sebab setiap orang selalu ingin menyembunyikan hal-hal yang buruk dalam dirinya, dan hanya mau menampilkan yang baik. Kita berpikir bahwa yang paling mengenal jati diri kita adalah diri kita sendiri. Padahal sebenarnya tidak demikian. Yang paling mengenal diri kita adalah Allah, yang menciptakan kita menurut citra-Nya. Kemudian Allah mengutus Roh-Nya menyadarkan kita melalui firman-Nya siapa sebenarnya diri kita ini. ayat di atas menunjukkan bahwa sebenarnya kita adalah orang najis, kotor dan menjijikkan, rentan, dan sama sekali tak berdaya. Itu semua dikarenakan kita dilahirkan dalam keadaan berdosa. Banyak orang yang kemudian sedapat mungkin mencoba menutupi itu semua, namun di kemudian hari pasti kelihatan belangnya. Adalah jauh lebih baik jika kita menyadarinya, kemudian kita datang kepada Allah dan menerima anugerah-Nya. Dia bersedia membersihkan kita kembali oleh darah Yesus Kristus. Darah-Nya itulah yang akan menutupi (covering) segala aib kita, sehingga kita nampak benar di hadapan Allah. Itulah sebabnya karya penebusan Yesus Kristus atas kita disebut pula karya pembenaran (justification), karena kita yang tadinya bersalah (guilty), dijadikan-Nya benar (not guilty). Segala beban dosa yang begitu berat menjadi lenyap, dan kita pun menjadi bebas merdeka (free). Dalam kemerdekaan inilah kita melayani Tuhan dan sesama!

 

PA-925. Yesaya 65:17 mengatakan “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” Ketika Allah menciptakan langit dan bumi atau alam semesta yang kita diami ini, dikatakan bahwa semuanya sungguh amat baik (Kej. 1:31). Namun karena dosa yang semakin bertambah-tambah, maka bumi menjadi rusak adanya. Pada zaman Nuh, bumi pernah dihukum oleh Allah dengan air bah, dan kemudian dari keluarga Nuh muncul generasi manusia yang baru. Tetapi kembali mereka hidup dalam dosa. Secara lokal Allah menghukum Sodom dan Gomora dengan api dan belerang. Dan kelak Allah akan membuat langit dan bumi yang kita diami ini tidak ada lagi. Ia akan dengan langit baru dan bumi baru. Bagi orang yang hidup di dalam iman kepada Yesus Kristus ini merupakan pengharapan besar. Kita akan tinggal dalam kemuliaan yang kekal bersama Tuhan. Oleh sebab itu kita harus tetap bertahan dalam iman. Penderitaan yang kita alami sekarang sebagai orang benar tidak seberapa dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang. Ini bukan sekedar kata-kata yang omong kosong, melainkan janji Allah yang pasti akan digenapi-Nya. Dalam menantikan hari yang mulia itu, kita juga harus mengingatkan orang-orang di sekitar kita agar mereka bertobat, berhenti melakukan dosa dan kejahatan, agar tidak menyesal di kemudian hari. Persiapkan diri dan hiduplah selalu berjaga-jaga dalam doa.-

 

PA- 926. Yesaya 66:19 mengatakan “Aku akan menaruh tanda di tengah-tengah mereka dan akan mengutus dari antara mereka orang-orang yang terluput kepada bangsa-bangsa, yakni Tarsis, Pul dan Lud, ke Mesekh dan Rosh, ke Tubal dan Yawan, ke pulau-pulau yang jauh yang belum pernah mendengar kabar tentang Aku dan yang belum pernah melihat kemuliaan-Ku, supaya mereka memberitakan kemuliaan-Ku di antara bangsa-bangsa.” Setiap umat Tuhan yang telah memperoleh anugerah keselamatan dari Tuhan tidak boleh diam berpangku tangan saja. Ada tugas mulia yang menanti kita. Tuhan memberikan kemampuan kepada umat-Nya yaitu berbagai mukjizat dan tanda ajaib, berbagai karunia Roh, berbagai cara dan metode, untuk pergi memberitakan kasih Allah kepada orang lain, bahkan di tempat-tempat yang jauh. Dalam Sejarah Gereja, ketika umat Tuhan tersebar keluar dari Yerusalem untuk memberitakan Kabar Baik ketika ada penganiayaan terhadap mereka. Sebaliknya, umat Tuhan tidak lagi memiliki semangat memberitakan Kabar Baik ketika Kaisar Konstantin mewajibkan semua orang dalam kekaisarannya menjadi orang Kristen. Natur umat Tuhan adalah ketika ditekan baru mengeluarkan hasil, persis seperti buah zaitun dan buah anggur. Kita dapat berperan aktif dalam pemberitaan Kabar Baik dengan doa, daya dan dana kita. Misi kepada bangsa-bangsa tidak akan pernah berhenti sebab Allah mengasihi semua manusia. Jika kita tidak mau terlibat, maka Ia akan memanggil dan memilih orang lain untuk menjadi utusan-Nya.-

 

PA-927. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab Nabi Yeremia. Yeremia 1:5 berkata “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Keberadaan hidup seseorang termasuk panggilan Tuhan atas diri seseorang telah ditetapkan-Nya bahkan sebelum orang itu lahir ke dalam dunia ini. Ini disebut sebagai prinsip predestinasi. Predestinasi berbeda dengan takdir atau nasib. Predestinasi berkaitan dengan rencana dan ketetapan Tuhan atas diri seseorang yang mengarah kepada hal-hal yang positif, masa depan yang penuh harapan; sedangkan takdir atau nasib biasanya mencakup yang baik dan yang buruk. Dengan adanya predestinasi Tuhan atas diri kita, maka: pertama, Ia berdaulat penuh atas hidup kita. Jika seseorang lari dari panggilan-Nya, maka dengan penuh kasih Ia akan menariknya kembali ke jalur panggilan-Nya. Apabila orang itu keras kepala, maka Ia sedikit memberikan pelajaran hingga orang itu mau kembali kepada panggilan-Nya. Kedua, Ia menjamin penuh hidup kita sehingga kita tidak perlu kuatir. Sebagaimana Tuhan menopang Yeremia dalam panggilannya sebagai seorang nabi, maka Ia juga akan menopang siapapun yang telah ditetapkan-Nya. Ketiga, panggilan Tuhan tidak menjadikan seseorang seperti robot, melainkan tetap menggunakan kehendak bebasnya, namun lebih terbatas. Itu seseorang yang ditetapkan Tuhan tidak boleh pasif dan hanya bersikap reaktif. Ia harus aktif dan proaktif sepanjang tidak bertentangan dengan kehendak-Nya yang kudus, benar dan mulia.-

 

PA-928. Yeremia 2:2 mengatakan “Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.” Ini adalah bentuk hubungan yang sangat intim antara kita dengan Tuhan, yang digambarkan sebagai hubungan antara kekasih. Orang yang sedang jatuh cinta, atau mengalami kasih mula-mula sebagai pengantin, akan nampak begitu mesra dan romantis. Ia bahkan rela berkorban bagi kekasihnya. Kemana pun kekasihnya pergi, ia akan mengikutinya. Bahkan walaupun memasuki kehidupan seperti padang gurun yang gersang. Sayangnya saat itu umat Tuhan hanya menunjukkan romantisme kasih ilahi sesaat. Tidak berkelanjutan lagi. Umat Tuhan kemudian mengasihi ilah-ilah lain, menyakiti hati Tuhan dengan menyembah berhala-berhala. Tidak ada lagi kesetiaan. Tidak bersedia lagi menderita bagi Tuhan. Bahkan tidak lagi mau mendengarkan firman-Nya. Ini merupakan pelajaran penting bagi kita. Kasih kepada Tuhan harus kita pelihara sebaik-baiknya melalui persekutuan yang erat dengan Dia dalam doa dan firman. Kita harus waspada terhadap dunia dan berhala modern lainnya yang bisa menarik hati kita dan membuat kita berpaling dari Tuhan: menggunakan waktu untuk hal-hal yang hanya menyenangkan mata jasmani atau kedagingan, dan tidak lagi betah saat bersama Tuhan.-

 

PA-929. Yeremia 3:15 mengatakan “Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian.” Istilah ‘gembala’ menunjuk kepada pemimpin, baik dalam skala kecil, seperti memimpin diri sendiri atau memimpin keluarga, hingga skala besar seperti pemimpin suatu bangsa. Hanya ada dua jenis pemimpin: yang tidak sesuai dengan hati Tuhan atau yang sesuai dengan hati-Nya. Salah satu tanda pemimpin yang sesuai dengan hati Tuhan adalah bahwa ia tidak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri melainkan menjadi berkat bagi para pengikutnya. Ia menggembalakan mereka dengan pengetahuan dan pengertian (knowledge and understanding). Tidak banyak pemimpin yang melakukan hal seperti itu. Sebagian besar pemimpin bahkan memperdaya atau membodohi pengikutnya. Ia kuatir kalau-kalau nanti pengikutnya berhikmat, memperoleh pengetahuan dan pengertian, akan tidak lagi loyal kepadanya bahkan akan menggesernya dari posisinya sebagai pemimpin. Padahal jika ia mau menggembalakan dengan pengetahuan dan pengertian, orang yang dipimpinnya akan sangat menghargai dan menghormatinya. Mungkin saja kemudian ia tidak lagi menjadi pengikutnya tetapi bukan karena ia membenci gembalanya melainkan karena ia telah menjadi pemimpin baru, gembala baru. Tugas berat seorang pemimpin adalah menciptakan pemimpin baru. Ia tidak boleh berhenti pada menjadi seorang pemimpin sampai akhir (finish well), melainkan harus mewariskan kepemimpinannya kepada generasi berikutnya (beyond fnish well).

 

PA-930. Yeremia 4:23 mengatakan “Aku melihat kepada bumi, ternyata campur baur dan kosong, dan melihat kepada langit, tidak ada terangnya.” Kondisi ini sama dengan kondisi awal ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dimana bumi campur baur dan kosong, serta belum ada terang (bdk. Kejadian 1:2). Mengapa bisa demikian? “Sungguh, bodohlah umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu.” (Yeremia 4:22). Dimana tidak ada pengenalan akan Allah dengan benar maka pasti ada kekacauan dan penuh dengan kegelapan, karena mereka tidak memiliki patokan kebenaran yang mutlak. Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri, sama seperti pada zaman hakim-hakim. Orang yang tidak mengenal Allah dengan benar disebut sebagai orang yang tidak berpengertian, dan tidak berpengetahuan. Akibatnya, yang dikatakan dan diperbuat mereka adalah kejahatan semata-mata! Mereka tidak tahu berbuat baik. Ini berbeda dengan orang yang tidak mau berbuat baik. Berbuat baik saja tidak tahu apalagi mau. Dibutuhkan suatu karya pencipataan (baru) yaitu menerima Yesus Kristus, Sang Firman. Berarti, orang yang menjadi ciptaan baru di dalam Kristus adalah orang yang seharusnya mengenal Allah dengan benar, dan berpengertian, tahu berbuat baik dan … mau berbuat baik. Padanya tidak ada lagi kegelapan, sebab Yesus Kristus adalah Sang Terang itu sendiri!

 

PA-931. Yeremia 5:31 mengatakan “Para nabi bernubuat palsu dan para imam mengajar dengan sewenang-wenang, dan umat-Ku menyukai yang demikian! Tetapi apakah yang akan kamu perbuat, apabila datang kesudahannya?” Ketika saya bepergian ke sebuah negara, sampah ada di mana-mana. Padahal itu adalah ibukota negara itu. Ketika kami bertanya kepada tour leader, ia menjawab bahwa mereka sudah terbiasa hidup seperti itu. Ini adalah gambaran orang yang terbiasa hidup dengan sesuatu yang tidak wajar. Seharusnya ketika nabi bernubuat palsu dan para imam mengajar sewenang-wenang, umat akan memberikan koreksi atau teguran. Artinya, umat haru sbersikap kritis terhadap pengajaran yang diterima dari pemuka agamanya. Namun jika itu tidak terjadi, bahkan umat menyukai yang demikian. Artinya, umat terbiasa dengan yang pengajaran palsu dan kesewang-wenangan, maka itulah kekacauan bangsa yang terbesar. Karena akhirnya mereka tidak tahu lagi tentang kebenaran. Sudah terbiasa dengan korupsi, tak tahu lagi kejujuran. Sudah terbiasa dengan dusta tak tahu lagi tentang kebenaran. Sudah terbiasa tidak disiplin dan jam karet, tidak tahu lagi tepat waktu. Sudah terbiasa dengan dosa dan kecemaran, tidak tahu lagi kekudusan dan kesalehan. Sudah terbiasa dengan ujaran kebencian, tidak tahu lagi perkataan yang membangun dan memberkati. Biasakan dengan yang wajar, baik dan benar, maka Tuhan pun akan berkenan!

 

PA-932. Yeremia 6:27 mengatakan “Aku telah mengangkat engkau di antara umat-Ku sebagai penguji, engkau harus tahu bagaimana menyelidikinya, dan harus menguji tingkah langkah mereka.” dalam versi King James, ayat ini berbunyi “I have set thee for a tower and a fortress among my people, that thou mayest know and try their way.” Dengan kata lain, kata “penguji” digambarkan seperti “menara” dan “benteng”. Sebenarnya ada dua tugas besar dalam kehidupan orang percaya: mengawasi orang lain dan mengawasi diri sendiri. Pengawasan semacam ini perlu untuk melihat apakah kehidupan kita sedang menuju ke jalur yang salah ataukah masih tetap pada jalur yang benar. Setiap saat kita harus mengujinya agar kita tidak terlanjur salah. Kalaupun kedapatan salah jalan, dengan segera kita dapat kembali ke jalan yang benar. Dari dua tugas utama itu sayangnya orang lebih suka mengawasi orang lain dari pada dirinya sendiri. Bahkan bukan lagi menguji orang lain tetapi sudah cenderung menghakimi. Tugas menguji adalah menjadi menara dan benteng bagi orang lain, tetapi jika menghakimi maka kita sudah menjadi anak panah yangh menyerang mereka. Mari kita kembali kepada tugas sebagai “penguji” yaitu mengingatkan orang lain agar mereka kembali kepada kebenaran, dengan penuh kasih dan kepedulian, dengan tetap menguji diri sendiri juga, bukan sebagai “hakim” yang menuduh dengan penuh kebencian dan merasa diri paling benar.-

 

PA-933. Yeremia 7:5-7 mengatakan “melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya.” Sebagai keturunan Abraham yang diberkati Tuhan dan olehnya seluruh kaum di bumi mendapat berkat, maka saat itu umat Tuhan seharusnya dapat menangkap pesan Tuhan melalui Yeremia yaotu agar mereka menyatakan kasih Allah untuk mempedulikan sesamanya yang tertindas, menjadi berkat bagi mereka. Namun yang dilakukan ternyata hanya ibadah vertikal tanpa mewujudkan ibadah horizontal. Ibadah vertikal itu baik, memuji dan menyembah Tuhan, mempersembahkan korban kepada Tuhan, bersekutu dalam Perjamuan Tuhan, berdoa, dan sebagainya. Namun harus diimbangi dengan ibadah horizontal, yaitu mempedulikan mereka yang membutuhkan. Pelayanan diakonia secara internal dan eksternal harus dilakukan, baik yang bersifat memberi materi yang dibutuhkan (karitatif), maupun yang bersifat mendidik untuk mencerdaskan (transformatif). Mulailah dengan yang terdekat, kepada karyawan kita, kepada tetangga sekitar kita. Barulah kemudian kepada lingkup yang lebih luas. Maka Tuhan akan berkenan atas kita!

 

PA-934. Yeremia 8:13 mengatakan “Aku mau memungut hasil mereka, demikianlah firman TUHAN, tetapi tidak ada buah anggur pada pohon anggur, tidak ada buah ara pada pohon ara, dan daun-daunan sudah layu; sebab itu Aku akan menetapkan bagi mereka orang-orang yang akan melindas mereka.” Kita bisa memaklumi kekecewaan Tuhan saat tidak mendapati buah apapun yang dihasilkan oleh umat-Nya. Tak ada kebenaran. Tak ada keadilan. Tak ada kejujuran. Tak ada kasih. Tak ada satu pun yang baik. Baik pada pemimpin maupun pada rakyat. Tuhan tidak bisa berdiam diri membiarkan keadaan umat-Nya seperti itu. Ia perlu mendidik mereka untuk menyadarkan mereka. Sebenarnya jika mereka mau kembali kepada Tuhan dan melekat pada-Nya, seperti ranting yang melekat pada batang, maka otomatis mereka akan menghasilkan buah yang lebat. Mengapa begitu sulit untuk melekat pada Tuhan? Karena kedagingan mereka yang menjadi penyebabnya. Di dalamnya ada unsur kseombongan sehingga tidak membutuhkan Tuhan. Nampaknya beragama tetapi korupsi jalan terus. Nampaknya alim tapi dusta mengalir terus. Agama hanya dijadikan pembungkus dari kebusukan diri. Nisannya putih tapi di dalamnya penuh tulang belulang, kata Yesus. Mari kita hasilkan buah pertobatan dan kebenaran, agar hati Tuhan dipuaskan!

 

PA-935. “Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 9:23-24). Kita selalu memandang sebagai hal yang wajar ketika mengunggah prestasi yang kita capai bersama dengan keluarga kita: rumah dan mobil baru, prestasi anak-anak di sekolah, promosi jabatan, keberhasilan dalam pelayanan, dan sebagainya. Yang sulit diduga adalah motivasi saat kita mengunggah atau menunjukkannya kepada orang lain: ungkapan syukur karena semua itu adalah anugerah-Nya ataukah kemegahan diri sebagaimana disebutkan dalam dua ayat di atas. Mari kita terus mengintrospeksi diri. Selebrasi atau perayaan atas suatu keberhasilan boleh dilakukan asalkan benar-benar karena rasa syukur kita. Biarlah kemegahan kita tidak pada hal-hal lahiriah, melainkan pada pemahaman dan pengenalan akan TUHAN. Ia menyukai pemahaman dan pengenalan semacam itu, yaitu terhadap Dia yang menunjukkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran di bumi. Mari kita bermegah jika kita bisa menyatakan ketiga hal itu: kasih setia, keadilan dan kebenaran, kepada setiap orang. Apun resikonya … apapun hasilnya …

 

PA-936. Yeremia 10:23 berbunyi “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.“ Yeremia menyadari tentang besarnya potensi yang Allah berikan kepadanya sebagai manusia yang diciptakan menurut citra Allah sendiri. Namun sehebat-hebatnya potensi yang dimilikinya, ia menyadari adanya keterbatasan. Manusia hanya bisa merencanakan seperti yang diinginkannya, tetapi tidak berkuasa untuk menentukan dan menetapkan 100 %. Itulah sebabnya ada pepatah “Manusia boleh merencanakan tetapi Tuhan yang menentukan” (Man proposes, God disposes). Konteks ayat di atas adalah teguran Tuhan atas umat-Nya yang menjadi penyembah berhala. Dalam keterbatasannya manusia mencoba mencari pertolongan dari luar dirinya, termasuk dari apa yang disebut dengan ilah-ilah, bahkan dari kuasa kegelapan. Namun ilah-ilah itu buatan manusia yang tidak berdaya, dan kuasa kegelapan pun ada batasnya. Oleh sebab itu ayat ini harus disejajarkan dengan Yeremia 10:10 yang berbunyi “Tetapi TUHAN adalah Allah yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang karena murka-Nya, dan bangsa-bangsa tidak tahan akan geram-Nya.” Jika ada Allah yang benar berarti ada ilah yang tidak benar! Kita harus mengadakan pengamatan tentang siapa yang kita imani, yang kita puji dan sembah. TUHAN adalah Allah yang hidup tidak seperti berhala-berhala yang mati, dan Ia adalah Raja yang kekal, yang tak terbatas kuasa-Nya. Oleh sebab itu mintalah dalam doa supaya Roh Kudus menyatakan rencana dan kehendak-Nya dalam kehidupan kita, sehingga rencana yang kemudian kita susun sesuai dengan hati TUHAN sendiri.-

PA-937. Yeremia 11:18 mengatakan “TUHAN memberitahukan hal itu kepadaku, maka aku mengetahuinya; pada waktu itu Engkau, TUHAN, memperlihatkan perbuatan mereka kepadaku.” Yeremia sedang menghadapi ancaman pembunuhan dari orang-orang yang ada di Anatot agar ia berhenti menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Namun – karena memang tugas Yeremia belum selesai – maka TUHAN memberitahukan kepadanya mengenai permufakatan jahat itu, sehingga ia luput. TUHAN membelanya dan melindunginya. Selalu ada risiko ketika kita hidup dalam kebenaran dan memberitakan kebenaran. Selalu ada orang-orang yang tidak menyukainya dan mencoba membungkam dan memberhentikan kita. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan jika menghadapi hal tersebut. Pertama, jangan berhenti karena adanya ancaman itu melainkan mengubah bentuk pemberitaan kebenaran yang lebih kontekstual dengan situasi dan kondisi setempat. Kedua,memiliki kepekaan untuk mendengar pemberitahuan dari TUHAN agar kita terluput dari upaya yang jahat. Ketiga, meminta pembelaan dan perlindungan TUHAN atas hidup kita dan juga berkat TUHAN atas mereka. Jangan membalas dengan membenci atau mengutuk mereka melainkan memberkati mereka seperti yang TUHAN ajarkan. Keempat, jika memang sudah waktunya TUHAN memanggil kita dengan cara demikian, jangan takut kehilangan nyawa. Berserahlah sepenuhnya kepada TUHAN. Manusia bisa membunuh tubuh tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita harus lebih takut kepada TUHAN yang dapat membinasakan baik jiwa maupun tubuh kita (Matius 10:28; Lukas 12:4).-

PA-938. Yeremia 12:5 mengatakan “Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan?” Ini adalah pertanyaan oratoris dari Tuhan kepada Yeremia yang di dalamnya kita meperoleh beberapa pelajaran penting. Pertama, belajarlah berjalan kaki dengan orang yang berjalan kaki. Seringkali kita tidak sabar apabila ada hal yang seharusnya bisa lebih cepat dikerjakan tetapi tidak demikian. Kita gusar dan selalu ingin mengambil alih pekerjaan itu. Di sinilah kita sering merasa lelah dan frustrasi. Jika memang kita ingin berlari, ya berlarilah dengan orang yang berlari. Tetapi jika ternyata Tuhan menempatkan kita di tengah orang-orang yang berjalan kaki, ikutilah irama langkah kaki mereka. Mungkin dalam hal ini Tuhan mengajarkan kesabaran kepada kita untuk mengatur speed kehidupan kita. Kedua, jika kita sudah merasa bisa berlari jangan gegabah untuk berpacu melawan kuda. Artinya, kita harus tetap rendah hati dan tidak menantang orang-orang yang jauh lebih unggul dari kita, sebagaimaa pada umumnya kuda jaug lebih unggul dari kemampuan orang berlari. Tuhan mengingatkan Yeremia supaya jika ia sudah merasa frustrasi dengan orang yang lebih lamban dari kita, maka ia pasti akan lebih frustrasi dengan orang yang lebih unggul dari kita. Ketiga, kita harus selalu merasakan damai sejahtera dari Tuhan dengan siapapun kita berada. Ini yang disebut dengan kontekstualisasi dan akan menyebabkan kita tidak lagi merasa frustrasi. Jadilah orang yang “sama seperti” dengan orang-orang di sekitar kita (dalam arti positif), agar kita memiliki damai sejahtera.-

PA-939. Yeremia 13:23 mengatakan “Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?” Inilah yang dikatakan dalam bahasa Jawa bahwa “watuk ono tambane nanging watak ora ono tambane” (batuk ada obatnya tetapi watak tidak ada). Artinya, sangatlah sulit walaupun tidak mustahil untuk mengubah apa yang telah menjadi watak seseorang. Apalagi watak orang-orang dengan usia yang semakin tua. Watak atau karakter seseorang dimulai dari kebiasaan yang kemudian ketika dibiarkan menjadi sikap, dan dari sikap ini kemudian menjadi watak. Orang yang terbiasa kikir tidak mudah menjadi orang yang murah hati. Orang yang terbiasa malas tidak mudah menjadi orang yang rajin, dan seterusnya. Perubahan itu hanya bisa dimungkinkan jika terjadi transformasi dari dalam orang itu sendiri, dengan kesadaran penuh bahwa kebiasaan yang dilakukannya selama ini salah di hadapan Tuhan. Perubahan itu datangnya dari karya Roh Kudus dalam kehidupan kita. Jadi hanya jika Allah sendiri yang mengubah kita dan kita pun mau diubah oleh-Nya, maka perubahan ajaib terjadi dalam hidup ini. Ini yang disebut dengan kelahiran baru! Tanpa karya Roh Kudus, perubahan watak amatlah mustahil terjadi!

PA-940. Yeremia 14:20 mengungkap salah satu doa Yeremia terhadap bangsanya, “Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu.” Salah satu aspek doa yang penting adalah menjadikannya sebagai refleksi diri. Sama seperti Yesaya yang menyadari dirinya sebagai “orang celaka”, maka Yeremia juga menyebut diri dan bangsanya sebagai umat Tuhan yang “fasik, bersalah dan berdosa”. Kesadaran ini sangat penting untuk membuka pintu rahmat Tuhan bagi pengampunan-Nya. Doa Pengakuan Dosa yang ditujukan langsung kepada Tuhan mendatangkan belas kasihan-Nya, dan Ia akan mengampuni kita. Berhentilah mencari-cari kesalahan orang lain atau menunjuk hal-hal buruk yang ada dalam kehidupan orang lain. Sering-seringlah bercermin diri untuk melihat kesalahan yang ada pada diri ini. Pengampunan dari Tuhan akan berkata, “Aku tidak menghukum engkau. Jangan berbuat dosa lagi!” Berarti setelah kita mengakui keberdosaan kita, maka kita pun berjanji untuk tidak melakukan dosa itu lagi. Adalah suatu hal yang sia-sia jika kita mengaku dosa kita tetapi kemudian terus-menerus melakukan dosa itu lagi. Pertobatan sejati diawali dengan pengakuan dan diikuti oleh penghentian atas tindakan yang menyakiti hati Tuhan.-

 

PA-941. Yeremia 15:16 mengatakan “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.” Sebagai seorang nabi, Yeremia menghadapi tantangan besar dalam pelayanannya. Bahkan ia nyaris meletakkan jabatan karena beratnya tekanan. Namun ia menyatakan bahwa satu-satunya sumber kekuatan yang membuat ia tetap bertahan dalam tekanan itu adalah firman Tuhan. Ia tahu bahwa firman Tuhan yang diberitakannya adalah kebenaran. Sekalipun yang disampaikannya merupakan teguran Tuhan atas umat-Nya, teguran itu adalah kebenaran. Tuhan mengasihi umat-Nya dan menghendaki mereka kembali ke jalan yang benar. Yeremia memandang firman Tuhan seperti makanan yang amat lezat, sehingga ia berkata bahwa ia “menikmati” firman Tuhan. Jadi, apakah firman Tuhan yang kita baca dan dengar berupa teguran atau penghiburan, nasihat atau perintah, kita harus dapat menikmatinya.-

 

PA-942. Yeremia 16:20 mengatakan “Dapatkah manusia membuat allah bagi dirinya sendiri? Yang demikian bukan allah!” Karena manusia telah jatuh ke dalam dosa, maka dalam upaya pencarian terhadap Allah Pencipta menjadi rusak. Mereka tersesat dan tidak tahu lagi siapakah Allah yang harus mereka sembah sehingga membuat allah bagi dirinya sendiri. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. Penganut Ateisme mengatakan bahwa tidak ada Allah. Penganut Agostisisme mengatakan bahwa manusia tidak mungkin dapat mengenal Allah. Penganut Politeisme mengatakan bahwa ada banyak Allah yang harus disembah. Panteisme menyatakan bahwa Allah ada di dalam semua dan semua yang ada adalah Allah. Penganut Deisme mengatakan bahwa Allah memang menciptakan dunia ini, tetapi kemudian membiarkan alam semesta bekerja secara mekanis, tanpa campur tangan-Nya. Oleh sebab itu untuk dapat mengenal Allah yang benar, kita harus kembali kepada apa yang Allah nyatakan atau wahyukan tentang diri-Nya di dalam Alkitab dan Pribadi Yesus Kristus. Yesus Kristuslah yang menyatakan Allah yang sebenarnya kepada kita, karena Dia sendiri adalah Allah yang berinkarnasi, menjadi daging, untuk menyelamatkan semua manusia berdosa. Bersyukurlah orang yang mengenal Allah yang benar melalui Jalan yang benar pula, dan kemudian hidup sebagai orang benar!

 

PA-943. Yeremia 17:7-8 mengatakan “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” Apa arti mengandalkan TUHAN? Mengandalkan TUHAN berarti mempercayakan diri (trust) atau berpasrah kepada-Nya. Ia percaya bahwa karya TUHAN tidak akan pernah salah bagi hidupnya. Bagaimana prosesnya? Pertama, mengenal TUHAN dengan benar melalui firman, doa, dan pengalaman hidup sehari-hari. Kedua, percaya atau beriman bahwa Ia baik dan kasih setia-Nya kekal selama-lamanya. Ketiga, menjadikan TUHAN sebagai pusat dalam hidupnya. Tidak pernah mengabaikan Dia barang sedetik pun. Keempat, memberi kesempatan TUHAN bekerja, menyatakan karya-Nya yang indah, dalam seluruh aspek hidup ini. Kelima, mau berjuang bersama dengan TUHAN, tidak mudah putus asa. Bukankah bersama TUHAN kita mampu melakukan perkara yang besar? Keenam, senantiasa mengandalkan TUHAN dan pasrah atas setiap keputusan dan rencana-Nya yang indah dan mulia.-

 

PA-944. Yeremia 18:6 mengatakan “…Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!” Ini merupakan salah satu metafora atau analogi yang paling indah yang menggambarkan hubungan antara kita dengan Tuhan. Pelajaran apakah yang bisa kita peroleh? Pertama, menyadarkan diri kita bahwa kita sebenarnya adalah tanah liat yang tidak ada apa-apanya tanpa campur Tangan Tuhan. Kedua, dibutuhkan penyerahan diri ke dalam proses pembentukan Tuhan, kita dibentuk menjadi bejana seperti apa.

Rasul Paulus juga menegaskan bahwa ada beberapa jenis bejana, dari yang kurang mulia sampai kepada yang mulia. Apapun jenis bejana itu semuanya dibuat untuk bisa berguna. Jadilah orang yang berguna secara positif bagi sesama. Ketiga, apabila kita merasa bahwa ada yang ‘rusak’ dalam hidup ini, bawa kembali kepada Tuhan, Sang Tukang Periuk atau Sang Penjunan, agar kita dibentuk kembali. Banyak orang yang tadinya hidupnya rusak dan bejat. Isi hatinya adalah semangat menghancurkan orang lain. Namun ketika ia datang kepada Tuhan, hidupnya diubah secara drastic: menjadi orang yang bersemangat membangun orang lain dan menjadi berkat.-

 

PA-945. Yeremia 20:9 mengatakan “Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya,” maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.” Tantangan yang dihadapi Yeremia, baik dari umat yang keras kepala tidak mau bertobat, maupun dari rekan sekerja dan sepelayanan yang justru memusuhinya membuat Yeremia bermaksud mengundurkan diri. Namun Roh Kudus yang dilambangkan sebagai api yang menyala-nyala itu, memberinya kekuatan dan semangat yang baru, sehingga Yeremia kembali menjalankan tugas dan panggilannya sebagai nabi Tuhan. Selalu akan ada alasan untuk kita mengundurkan diri dari segala sesuatu, dan putus asa saat tantangan begitu besar. Namun jika kita membawa pergumulan tersebut kepada Tuhan, maka Ia akan memberi kita semangat yang baru. Semangat itu kita peroleh ketika kita sadar bahwa kita tidak berjalan sendiri dalam hidup ini melainkan bersama dengan Tuhan, dan bahwa di balik segala tantangan itu akan ada berkat besar dan kemenangan.-

 

PA-946. Yeremia 22:31 mengatakan “Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: “Aku tidak mau mendengarkan!” Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!” Ini merupakan gejala umum di mana generasi muda yang sehat, kuat, cerdas, makmur, tidak mau peduli terhadap Tuhan. mereka merasa mampu menghadapi pelbagai hal dalam hidup ini dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka sama sekali tidak peduli dengan nasihat para hamba Tuhan, bahkan tidak sedikit yang menghina mereka. Banyak peluang untuk mendekat kepada Tuhan diabaikan begitu saja. Mengapa bisa terjadi demikian? Ada faktor orang tua yang juga tidak mempedulikan kerohanian anak-anaknya. Mereka hanya memenuhi kebutuhan putra-putri mereka dengan hal-hal jasmani, peralatan gadget yang canggih, namun tidak pernah memantau sejauh mana sikap putra putri mereka terhadap Tuhan dan firman-Nya. Belum lagi mereka malas mengantar putra putri mereka ke Sekolah Minggu atau Ibadah Remaja. Banyak orang tua berpikir bahwa kelak mereka akan menjadi rohani dengan sendirinya. Ini kesalahan fatal. Pertumbuhan iman itu membutuhkan ketekunan, sejak dini, perlu proses, dan bukan merupakan sesuatu yang instan. Ketika seorang anak muda tidak mempedulikan Tuhan sejak masa mudanya, mereka akan menjadi musuh Tuhan pada masa tuanya. Sebaliknya, ketika mereka mengenal Tuhan dengan benar dan meletakkan hidup mereka dekat dengan Tuhan, maka pada masa tuanya mereka akan menjadi alat Tuhan bagi kemuliaan-Nya.-

 

PA-947. Yeremia 23:5 berkata “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.” Ini merupakan salah satu nubuatan tentang Yesus Kristus, yang disebut sebagai “Tunas Daud”. Tiga ciri pemerintahan Kristus adalah: bijaksana, adil, dan benar. Ketiga hal ini juga harus merupakan ciri hidup orang percaya. Pertama, bijaksana berarti mampu membaca konteks dengan benar, memahami waktu Tuhan dengan benar, dan bertindak dengan benar. Orang yang bijaksana tahu kapan dan dimana harus menyampaikan ucapan atau melakukan tindakan tertentu. Kedua, adil berarti tahu siapa yang benar dan siapa yang salah dengan bukti-bukti yang kuat dan saksi-saksi yang bisa dipercaya. Orang yang adil mampu bersikap tidak memihak dan tidak berat sebelah. Ketiga, benar berarti bersikap dan bertindak sesuai dengan pedoman firman Tuhan. Kebenaran bersifat mutlak dan universal. Orang yang benar akan memberikan dampak positif ke sekitarnya. Apabila ketiga hal ini ada dalam kehidupan semua warganegara Indonesia, kemudian menjadi inspirasi ke lingkungan sekitarnya, bahkan sampai kepada mereka yang memegang jabatan di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang sejahtera dan diberkati Tuhan.-

PA-948. Yeremia 24:7 mengatakan “Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya.” Dalam ayat ini kita melihat makna kata “anugerah” (grace) yang sebenarnya. Anugerah adalah pemberian dari Allah kepada kita yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Anugerah diberikan bukan karena kita telah memenuhi syarat tertentu, melainkan karena inisiatif, kedaulatan, dan kehendak Allah sendiri. Tak ada seorang pun yang dapat mengatur atau menasihi Allah untuk beranugerah dalam kehidupan seseorang. Itu hanya dapat diterima dengan penuh ucapan syukur. Bentuk anugerah itu adalah: hati untuk mengenal Dia, penetapan Allah bahwa kita akan menjadi umat-Nya, dan pertobatan sejati. Pertama, dengan diberi hati untuk mengenal Tuhan, maka kita mempunyai kerinduan yang mendalam untuk bersekutu dengan Dia dalam doa dan firman-Nya. Dengan hati yang mengenal Tuhan, maka hidup kita pun berkenan kepada-Nya. Kedua, dengan menjadi umat Tuhan kehidupan kita akan dipelihara-Nya dan senantiasa dituntun-Nya. Ia akan menggembalakan kita dengan sebaik-baiknya dan melindungi kita dari segala marabahaya. Kalaupun melalui pergumulan hidup, itu hanya merupakan proses untuk mendewasakan kita. Ketiga, dengan pertobatan kita dikembalikan kepada jalan-Nya. Sebagai manusia kita bisa khilaf dan berjalan menurut kehendak kita sendiri. Roh Kudus yang ada di dalam kita akan segera menginsyafkan kita dan menuntun kita kepada pertobatan sejati.-

 

PA-949. Yeremia 25:7 mengatakan “Tetapi kamu tidak mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, sehingga kamu menimbulkan sakit hati-Ku dengan buatan tanganmu untuk kemalanganmu sendiri.” Hubungan Tuhan dengan umat-Nya adalah hubungan perjanjian. Dibutuhkan kesepakatan dari dua pihak: Tuhan berjanji akan memberkati, umat Tuhan berjanji akan setia dan menaati hukum Tuhan. Pelanggaran terhadap perjanjian itu bisa berarti sebaliknya: umat Tuhan tidak setia dan tidak menaati hukum Tuhan, maka Tuhan pun akan memberikan teguran dan peringatan untuk bertobat. Namun jika seruan pertobatan yang disampaikan oleh hamba-hamba-Nya tetap tidak ditaati, maka disiplin Tuhan akan dijatuhkan. Saat itu umat Tuhan sudah mengingkari perjanjian dengan tidak setia kepada Tuhan dan jatuh ke dalam penyembahan berhala. Hal itu menimbulkan sakit hati-Nya. Perbuatan mereka adalah menggi lobang bagi kemalangan mereka sendiri. Pelbagai teguran dan peringatan dari para nabi pun mereka abaikan. Akibatnya bisa diduga: Tuhan mendisiplin umat-Nya. Mereka diserahkan oleh Tuhan kepada penguasaan Kerajaan Babilonia. Berapa lama? Tujuh puluh tahun! Mari kita tetap setia kepada-Nya, sebab Ia baik. Apabila saat ini kita sudah tidak setia dan tidak hidup dalam ketaatan, mari kita kembali kepada-Nya. Ia mengasihi kita dan member kita kesempatan untuk bertobat. Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, sebelum murka-Nya turun kepada kita.

 

PA-950. Dalam Yeremia 26:14, Nabi Yeremia berkata “Tetapi aku ini, sesungguhnya, aku ada di tanganmu, perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar di matamu.“ dan dalam Yeremia 26:24 “Tetapi Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan, sehingga ia tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat untuk dibunuh.” Kebenaran firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yeremia kepada bangsanya tidak membuat mereka bertobat. Bahkan mereka berencana membungkam ucapan nubuatan Nabi Yeremia dengan membunuhnya, sebagaimana telah mereka lakukan terhadap Nabi Uria. Yeremia pasrah. Jika memang demi kebenaran ia harus mati, maka ia rela. Namun ternyata hal itu tidak terjadi sebab belum waktunya ia mati. Ada Ahikam yang dipakai Tuhan melindungi Nabi Yeremia sehingga ia tetap menyuarakan kebenaran. Adakah yang membuat Anda bungkam dalam menyuarakan atau melakukan kebenaran? Uang? Ancaman? Penderitaan? Kematian? Jangan takut untuk terus menyatakan kebenaran. Jika belum waktunya kita mati demi kebenaran itu, Tuhan akan melindungi kita dnegn banyak cara. Namun, jika demi kebenaran itu kita dibenci, harus menderita bahkan mati, maka apa yang telah kita lakukan tidak akan pernah sia-sia. Hiduplah dalam kebenaran, dan teruslah menyatakan kebenaran Tuhan.-

 

PA-951. Yeremia 27:6 mengatakan “Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya.” Ayat ini menimbulkan suatu pertanyaan besar yaitu bagaimana mungkin Nebukadnezar, raja Babel, disebut oleh Tuhan sebagai “hamba-Ku”. Bukankah yang disebut hamba Tuhan adalah orang-orang yang termasuk bangsa pilihan? Atau orang-orang yang jelas-jelas hidup dalam kebenaran? Bagaimana Nebukadnezar yang pada masa kini mungkin disebut “orang kafir” memperoleh sebutan sebagai “hamba Tuhan”. Jawabannya adalah bahwa Tuhan, Allah Pencipta langit dan bumi, adalah Penguasa atas segalanya. Ia memiliki rencana dan keputusan yang bisa melibatkan siapa saja. Mereka yang dilibatkan-Nya dalam rencana-Nya yang kekal disebut-Nya “hamba-Ku”, siapapun dia! Hal ini membuat kita memiliki dua sikap. Pertama, kita harus terbuka terhadap cara Tuhan menyatakan rencana-Nya dalam kehidupan kita, termasuk ketika Ia mau memakai orang-orang yang – menurut kita – tidak masuk hitungan. Bahkan ia bisa memakai ‘musuh kita” untuk menyatakan kehendak-Nya atas kita. Jangan menghina atau menolak orang lain yang berbeda dari kita, sebab mereka pun bisa dipakai Tuhan sebagai alat-Nya. Kedua, kita pun harus siap menjadi bagian dari rencana Allah, siap dipakai sebagai hamba-Nya, untuk menjalankan kehendak-Nya di atas bumi ini. Tuhan membutuhkan orang-orang yang bisa dipakai-Nya agar rencana-Nya terjadi.-

 

PA-952. Dalam Yeremia 28 ada dua orang nabi yang muncul dan menyampaikan pesan kepada umat Tuhan. Kedua nabi itu adalah Yeremia dan Hananya. Yeremia menyampaikan berita bahwa kelak mereka akan ada di negeri pembuangan, yaitu Babil selama 70 tahun, tetapi nabi Hananya menyatakan bahwa lamanya pembuangan hanya 2 tahun. Manakah berita yang benar? Rakyat saat itu diperhadapkan kepada dua pesan yang sama-sama diklaim sebagai “firman Tuhan”. Akhirnya nabi Yeremia menyatakan bahwa apa yang dikatakan nabi Hananya palsu (hoax) adanya dan nabi Hananya akan mati sebab menyampaikan dusta. Terbukti tak lama kemudian nabi Hananya mati (Yeremia 28:15-17). Dari dulu hingga kini selalu ada nabi sejati ada nabi palsu, khotbah yang benar-benar merupakan firman Tuhan dan ada yang merupakan prinsip pembicara itu sendiri, bukan firman Tuhan. Bagaimana kita membedakannya? Harus mengujinya dengan menggunakan Alkitab itu sendiri. Apapun berita, nubuatan, pesan, yang disampaikan oleh seseorang, baik secara lisan atau tulisan, baik oleh hamba Tuhan besar atau orang sederhana, semuanya harus diuji kembali. Apabila kita meminta pimpinan Roh Kudus untuk menuntun kita kepada kebenaran, maka kita akan tahu mana firman Tuhan yang sejati dan man ayang merupakan hoax. Waspadalah dan berhati-hatilah! Jangan asal percaya, tetapi juga jangan asal menghakimi! Semuanya harus diuji kembali!

 

PA-953. Yeremia 29:11 mengatakan “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Ini merupakan ayat favorit banyak anak Tuhan, karena mengandung prinsip-prinsip utama kehidupan. Pertama, Allah memiliki rancangan atas kehidupan kita masing-masing. Kehidupan yang berarti adalah kehidupan yang berjalan sesuai dengan rencana-Nya. Kita semua harus mampu memahami rancangan Allah dalam hidupnya. Caranya adalah dengan selalu membawa setiap rancangan kita di dalam doa kepada-Nya, untuk diselaraskan dengan rencana-Nya. Kedua, rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera. Tuhan tak pernah merancangkan kecelakaan. Namun Allah bisa turut bekerja dalam setiap peristiwa yang kita alami, termasuk pengalaman kecelakaan, dengan tetap mengubahnya menjadi kebaikan kita (Roma 8:28). Oleh sebab itu kita harus meencanakan segala sesuatu agar tidak mengalami kegagalan. Namun kita tidak boleh takut gagal dalam melangkah, sebab kegagalan sebesar apapun mampu diubah-Nya menjadi kebaikan. Ketiga, tujuan rancangan Tuhan adalah memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan. Dengan selalu memiliki harapan akan kehidupan yang lebih baik, maka kita akan mampu segera bangkit saat kita jatuh. Kita tidak akan tergeletak, melainkan akan kembali bangkit dan bersama Tuhan memulai kembali. Setidaknya kita belajar banyak dari kegagalan kita agar tidak terulang di kemudian hari.-

 

PA-954. Yeremia 30:22 mengatakan “Maka kamu akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu.” Ini adalah firman Tuhan yang berjanji akan memulihkan kembali relasi-Nya dengan umat-Nya, setelah Ia mendisiplin mereka dengan membiarkan mereka menderita selama 70 tahun di negeri pembuangan yaitu Babilonia. Allah bersifat obyektif. Ketika umat-Nya memberontak kepada-Nya, dalam keadilan-Nya Ia menghukum mereka. Namun setelah dipandang-Nya bahwa hukuman itu telah membuat mereka jera, maka Ia memulihkan mereka. Kita pun harus bersikp obyektif terhadap siapa pun yang bersalah kepada kita. Apa artinya bersikap obyektif? Pertama, jangan kaitkan kesalahan seseorang dengan keluarga atau nenek moyangnya. Jika ia bersalah kepada kita, berarti hanya dia saja. Keluarganya yang tidak tahu menahu jangan dikaitkan dengannya. Kedua, jangan menumpuk kesalahan seseorang. Jika ia bersalah hari ini, jangan diakumulasikan dengan kesalahan-kesalahan sebelumnya. Jika hal itu kita lakukan, maka kita akan mengalami kesulitan untuk memaafkan dan mengampuninya. Bukankah dalam Doa Bapa Kami mengajar kita agar kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita, seperti Bapa mengampuni kita? Ketiga, jangan memberikan hukuman yang jauh melampaui kesalahan seseorang. Ketika kita memberikan hukuman yang berlebihan, maka kita bersalah di hadapan Tuhan. Berikan disiplin dalam bentuk yang sehat dan dengan emosi yang stabil. Jangan luapkan amarah kepada seseorang sedemikian rupa sehingga kita bersalah di hadapan Tuhan. Keempat, jika disiplin yang pantas telah diberikan, pulihkan keadaannya, seakan-akan ia tidak pernah melakukan kesalahan kepada kita. Pemulihan ini penting karena membangkitkannya dari keterpurukan, dan memberinya kesempatan untuk tidak mengulang perbuatannya.-

 

PA-955. Yeremia 31:25 mengatakan “Sebab Aku akan membuat segar orang yang lelah, dan setiap orang yang merana akan Kubuat puas.” Banyak orang mencari hiburan di sana-sini guna menyegarkan tubuh dan jiwa yang lelah. Mungkin mereka bisa memperolehnya namun itu hanya bersifat sementara. Tidakkah kita ingat bahwa banyak penghibur dalam dunia ini, yaitu para artis, baik artis film, penyanyi, comedian, tidak mengalami sukacita itu sendiri? Beberapa di antaranya bahkan merana hidupnya dan bahkan mengakhiri hidupnya sendiri, bukan? Boleh saja kita mencari hiburan yang baik, tetapi tidak boleh menjadikannya sebagai andalan pemuas dahaga jiwa kita. Seorang perempuan di Samaria yang mencoba memuaskan hasratnya dengan menikahi enam orang lelaki secara bergantian, tetap tak terpuaskan. Barulah setelah ia berjumpa dengan Yesus Kristus, walaupun hanya singkat, kelelahan jiwanya terobati. Ia mengalami pertobatan yang ajaib dan langsung memberitakan kepada orang-orang sekotanya mengenai kepuasan yang didapatnya dari pribadi Yesus Kristus. Yang lain lagi mencari kepuasan pada harta duniawi. Memiliki harta duniawi tidaklah salah, namun jangan pula dijadikan andalan pemuas jiwa. Banyak kisah yang menceritakan bagaimana orang-orang kaya terus merasa gelisah. Mengapa? Karena kekayaan itu mendorongnya untuk terus mencari dan mencari kekayaan agar bisa lebih kaya dari sebelumnya. Akhirnya ia menjadi orang yang tamak akan kekayaan. Kekayaan tidak akan pernah merasa terpuaskan. Jadikan Yesus Kristus sebagai harta terindah dalam hidup ini, maka jiwa kita akan terpuaskan.-

 

PA-956. Yeremia 32:39 mengatakan “Aku akan memberi mereka satu hati dan satu tingkah langkah, sehingga mereka takut kepada-Ku sepanjang masa untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang datang kemudian.” Ketika seseorang takut kepada Tuhan, apakah itu upaya murni orang tersebut ataukah suatu pemberian atau anugerah dari Tuhan? Dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa hal takut akan Tuhan merupakan pemberian atau anugerah-Nya. Namun dalam ayat lain ada suatu perintah agar kita takut kepada-Nya (Ulangan 6:13, “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; …”). Lalu bagaimana dengan ucapan Rasul Paulus dalam Fipili 2:13, “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Berarti takut akan Tuhan menuntut dua hal penting: kemampuan dan kemauan. Dan kedua-duanya merupakan anugerah Tuhan. Bukan berarti bahwa kita adalah robot yang tidak memiliki kehendak bebas untuk takut atau tidak takut kepada Tuhan. Kepada kita masih diberikan tanggung jawab untuk menggunakan kehendak bebas itu: apakah kita mau takut kepa-Nya atau tidak. Tentu saja untuk setiap keputusan dan pilihan itu ada konsekuensinya. Konsekuensi takut akan Tuhan dikatakan akan mendatangkan kebaikan, baik bagi kita maupun bagi generasi kemudian. Konsekuensi ini membawa kita kepada proses untuk senantiasa mengajarkan kepada anak cucu kita bagaimana seharusnya takut akan Tuhan itu. Ketika seluruh aparat negara dan seluruh rakyat takut akan Tuhan, dipastikan tidak akan ada korupsi, dan kesejahteraan pun datang atas negeri itu.-

PA – 957. Yeremia 33:3 mengatakan “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.”. Untuk bisa berseru kepada TUHAN, maka terlebih dahulu seseorang harus percaya bahwa Ia ada dan percaya bahwa Ia memberi upah kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6). Kemudian ia berseru kepada TUHAN, baik berupa pujian pengagungan, maupun doa permohonan. Dalam ayat ini TUHAN berjanji bahwa Ia akan menjawab seruan itu. Artinya, TUHAN tidak pernah mengabaikan doa seseorang, sesederhana apapun doa itu. Jawaban doa bisa berupa solusi atas masalah yang dihadapi, kelegaan karena beban kehidupan diangkat, atau kekuatan sehingga mampu menanggung beban kehidupan. Ada hal-hal yang besar yang diberitahukan kepada kita, yang tidak kita pahami dan tidak kita ketahui. Apakah itu? Firman-Nya yang kekal! Salah satu jawaban doa yang sebenarnya sangat kita butuhkan adalah firman Tuhan itu sendiri, karena firman-Nya adalah terang dan pelita bagi kita yang sedang hidup dalam kegelapan dunia ini. Firman-Nya adalah kompas kehidupan atau seperti GPS yang mengarahkan kita ke jalan atau arah yang benar, dan mengarahkan kita kembali apabila kita sedang berada di jalur yang salah. Oleh sebab itu doa dan firman Tuhan tidak bisa dipisahkan. Ketika kita berdoa, kitalah yang berbicara kepada Tuhan; ketika kita bersekutu dengan firman Tuhan, Tuhanlah yang berbicara kepada kita. Sungguh, suatu pola komunikasi antara Tuhan dengan kita yang sangat indah!

PA-958. Yeremia 34:15-16 mengatakan “Hari ini kamu telah bertobat dan melakukan apa yang benar di mata-Ku … Tetapi kamu telah berbalik pikiran dan telah menajiskan nama-Ku …” Umat Tuhan semula menaati firman Tuhan untuk melepaskan budak sesama orang Israel. Namun kemudian mereka berbalik dan mempekerjakan mereka sebagai budak kembali. ada sebuah kata yang sering dilakukan oleh banyak orang percaya, yaitu kata “tobat” alias “tobat kemudian kambuh/ kumat”. Pertobatan yang dilakukan hanya bersifat sementara, tetapi kemudian kembali berbuat hal-hal yang melanggar firman Tuhan. Apa yang seringkali membuat orang kembali berbuat dosa? Pertama, kalau pertobatan itu tidak mendatangkan manfaat atau berkat-berkat secara jasmani. Kedua, kalau penderitaan akibat dosa tidak terlalu besar. Dosa membuat mereka nyaman dan nampaknya Tuhan ‘diam’ saja. Ketiga, kalau mereka membandingkan dengan orang-orang berdosa lainnya yang nampaknya aman-aman saja. Tidak ada petir menyambar, tidak ada bumi terbelah. Mereka berpikir Tuhan sudah lelah mengurusi begitu banyaknya orang berdosa sehingga kemudian mendiamkannya. Alkitab menyatakan bahwa Allah itu adil. Ia menghendaki kita mengaku dosa kita, meminta pengampuan-Nya dan bertobat serta tidak mengulangi lagi dosa atau kesalahan yang kita perbuat. Satu kali kelak keadilan Allah akan dinyatakan dalam Penghakiman Terakhir. jadi, jangan punya semangat ‘tomat’ tapi bertobat dengan sepenuh hati …

PA-959. Yeremia 34:22 menyatakan ” … Aku akan membuat kota-kota Yehuda menjadi ketandusan tanpa penduduk.” Pada masa Perjanjian Lama, ketika sebuah kota atau negeri mengalami ketandusan dan tanpa penduduk, itu merupakan salah satu bentuk murka dan hukuman Tuhan atas pemimpin kota atau negeri itu. Mengapa TUHAN murka? Karena pada saat itu para pemimpin Yehuda, di bawah kepemimpinan Raja Zedekia, berbalik pikiran. Tadinya mereka membebaskan pada budak sehingga menjadi orang merdeka, namun kemudian mereka ingkar janji dan memperbudak mereka kembali. Aspek penting ibadah kepada Tuhan adalah vertikal dan horizontal. Ada suatu kesia-siaan jika kita hanya menjaga aspek vertikal dalam beribadah kepada Tuhan, namun kemudian mengabaikan azpek horizontalnya. Sebaliknya, kita juga tidak boleh terpesona dengan ajaran yang hanya mementingkan aspek horizontal, berbuat baik kepada sesama, tetapi tidak menyembah Allah yang benar dan tidak menyembah Dia dengan cara yang benar pula. Kedua aspek harus dijaga keseimbangannya, agar kita berkenan kepada Tuhan.-

PA – 960. Yeremia 35:19 mengatakan “maka beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Keturunan Yonadab bin Rekhab tak terputus melayani Aku sepanjang masa.” Mengapa mereka memperoleh kepercayaan dari Tuhan semacam itu? Karena mereka setia kepada Tuhan. APa bentuk kesetiaan mereka? Dalam pasal ini kaum orang Rekhab “digoda’ untuk melanggar hukum Tuhan dengan minuman yang memabukkan. namun ternyata mereka tetap konsisten terhadap apa yang diajarkan oleh nenek moyang mereka, yaitu Yonadab bin Rekhab agar tetap setia kepada Tuhan, dan tidak melanggar firman-Nya. Banyak orang hanya setia dan konsisten di awal pengiringannya kepada Tuhan. Namun di kemudian hari, ketika berada dalam keadaan terjepit, mereka ingkar terhadap iman mereka di dalam Tuhan. Mereka tergoda oleh dosa dan menyangkal Tuhan. Konsistensi iman dibutuhkan di tengah dunia yang semakin jauh dari Tuhan ini. Dibutuhkan keberanian untuk tetap tampil beda di tengah kehidupan yang penuh dosa. Kekuatan untuk dapat bertahan menghadapi segala godaan hanyalah jika kita dekat dengan Tuhan, mengasihi Dia senantiasa. Tuhan pun menghormati mereka yang setia dan berpaut kepada-Nya. Hidup kita akan selalu berkenan kepada-Nya, dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya … dari generasi ke generasi.

PA-961. Yeremia 36:25 berkata “Elnatan, Delaya, dan Gemarya memang mendesak kepada raja, supaya jangan membakar gulungan itu, tetapi raja tidak mendengarkan mereka.” Raja Yoyakim tetap membakar gulungan kitab yang ditulisi firman Tuhan berisi teguran keras agar umat Tuhan bertobat, karena Kerajaan Yehuda akan diserbu oleh Kerajaan Babilonia. Seruan pertobatan seringkali diabaikan bahkan dibungkam. Manusia lebih suka tetap tinggal dalam dosa, bahkan semakin berdosa, Seruan untuk bertobat datang dari Tuhan karena Ia memberi mereka kesempatan untuk luput dari penderitaan akibat hukuman atas dosa-dosa mereka. Gulungan pertama telah dibakar, namun Tuhan menyuuruh Yeremia menuliskan kembali firman Tuhan. Artinya kesempatan untuk bertobat tidak hanya datang satu kali namun beberapa kali. Namun jika kemudian ajakan untuk bertobat itu diabaikan, berarti dengan sengaja manusia membuang kesempatan. Tidaklah salah jika kemudian hukuman Tuhan jatuh atas mereka.-

PA-962. Yeremia 37:19 berkata “Di manakah gerangan para nabimu yang telah bernubuat kepadamu, bahwa raja Babel tidak akan datang menyerang kamu dan negeri ini?” Itu adalah perkataan nabi Yeremia kepada Raja Zedekia yang sama maknanya dengan pernyataan bahwa Kerajaan Yehuda pasti jatuh ke tangan raja Babel karena Tuhan yang menyatakannya melalui nubuat nabi sejati, Yeremia. Kata “nubuat” sudah mulai jarang kedengaran, padahal nubuat masih ada pada hari ini. Sayangnya banyak yang diselewengkan demi kepentingan pribadi orang yang bernubuat atau bersifat sangat subyektif. Kini orang banyak beralih pada predikisi para ahli masa depan (futurolog), yang memprediksi masa depan dengan hanya melihat pola atau siklus zaman. Nubuat dalam Alkitab banyak yang sudah digenapi tetapi ada pula yang belum digenapi. Ada nubuat mengenai Akhir Zaman yang tanda-tandanya semakin banyak digenapi. Manusia boleh berusaha menghindarinya, namun nubuat Tuhan akan tetap digenapi. Orang yang bijak tidak akan menyangkal nubuat Akhir Zaman itu, yaitu bahwa Yesus Kristus sebagai Hakim yang adil, akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, melainkan ia akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya alias berjaga-jaga senantasa.-

PA-963. Yeremia 38:27 mengatakan “… Maka mereka membiarkan dia, sebab sesuatu pun dari pembicaraan itu tidak ada yang diketahui siapa pun.” Nabi Yeremia baru saja menyampaikan nubuat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa Babilonia kepada Raja Zedekia, dan pembicaraan itu tidak bocor ke mana-mana. Mengapa tidak boleh bocor? Pertama, karena pemimpin yang lain tidak siap mental menerima nubuat kehancuran negeri itu. Orang yang tidak siap menerima sebuah pesan – baik atau buruk – sebaiknya tidak diberi informasi itu. Kedua, pertimbangan bagi keamanan bagi si pemberi informasi. Ketika pesan yang bocor tiba pada orang yang tidak siap mental tadi, bisa menimbulkan kegaduhan dan kemarahan, sehingga kemudian bisa mendatangkan celaka atas diri si pemberi informasi. Ketiga, menghindari praktik blow up terhadap pesan yang bocor. Ketika suatu informasi sampai di telinga orang yang tidak bijaksana, maka informasi itu bisa dilebihi atau dikurangi sedemikian sehingga tidak lagi sesuai dengan informasi aslinya. istilahnya “hoax”. Inti infonya benar, tetapi bumbu-bumbunya itu yang bias. Oleh sebab itu berhati-hatilah dalam menjaga informasi penting. Sesuaikan dengan waktu, tempat, dan orang yang tepat.-

PA-964. Yeremia 39:18 mengatakan “tetapi dengan pasti Aku akan meluputkan engkau: … , sebab engkau percaya kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN.” Serbuan pasukan tentara Babel ke Yerusalem sangat dahsyat. Kota Yerusalem direbut, temboknya diruntuhkan, para pangeran dan pembesar dibunuh, Orang-orang yang kuat dibawa tertawan ke Babilonia, hanya tertinggal orang-orang yang lemah dan miskin. Namun ada dua orang juga yang terluput, yaitu Nabi Yeremia dan seorang Etiopia yang bernama Ebed-Melekh (arti namanya adalah “Hamba Raja”). Tuhan meluputkan mereka berdua karena mereka percaya kepada firman Tuhan yang menubuatkan keruntuhan Yerusalem. TUHAN sangat menghargai orang yang percaya kepada-Nya. Untuk percaya kepada TUHAN yang tak terlihat tidaklah mudah, sebab memang percaya atau iman itu adalah “bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Manusia lebih mudah percaya kepada apa yang dilihatnya dengan mata jasmani, atau apa yang dianggap masuk akal. Padahal, iman tidak bertentangan dengan akal, melainkan melampauinya. Belajalah hidup dengan iman kepada TUHAN dan firman-Nya, maka kita akan mengalami hal-hal yang “belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah diengar oleh telinga, belum pernah timbul dalam pikiran dan hati kita.” (1 Korintus 2:9).-

PA-965. Yeremia 40:10 berkata ” …, kumpulkanlah saja hasil anggur, buah-buahan dan minyak, kemudian simpanlah sebagai persediaan, dan tinggallah di kota-kota di mana kamu hendak menetap.” Ketika umat Yehuda tertawan di Babel, masih ada orang-orang yang biarkan tinggal di kota-kota Yehuda. Gedalya berkata agar mereka menerima kenyataan itu dan tidak terus-menerus menyesalinya. Jauh lebih baik jika mereka mensyukuri keberadaan “sisa negeri” mereka dan tetap menikmati hasilnya. Mereka mematuhi anjuran Gedalya sehingga bisa memperoleh anggur dan buah-buahan amat sangat banyaknya (ayat 12). Banyak orang menyesali peristiwa yang telah dialami dan yang tidak mungkin diubah kembali. Penyesalan itu membuang waktu, energi dan emosi. Banak hal kemudian justru terbuang percuma. Jauh lebih baik kita menatap ke masa depan, mensyukuri dan melipatgandakan “sisa berkat” yang masih Tuhan izinkan untuk kita nikmati. Niscaya hati kita akan lebih tenteram, dan kehidupan ini dapat terus berlanjut dengan berkat-berkat-Nya. Untuk hal-hal yang masih bisa kita ubah kita harus memperjuangkannya. Tetapi untuk hal-hal yang tidak bisa kita ubah, lebih baik kita menerimanya dan fokus pada hal-hal yang Tuhan berikan kepada kita. Mintalah hikmat Tuhan6untuk membedakan dua hal itu: apa yang bisa diubah dan apa yang tidak bisa diubah.-

PA-966. Yeremia 42:11 berkata, “Janganlah takut kepada raja Babel yang kamu takuti itu.Janganlah takut kepadanya, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai kamu untuk menyelamatkan kamu dan untuk melepaskan kamu dari tangannya.” Yohanan bin Kareah dan kelompoknya bermaksud mencari tempat aman dan nyaman di Mesir dan mereka berkata kepada Nabi Yeremia agar memintakan petunjuk Tuhan apakah mereka boleh ke Mesir atau tidak. TUHAN berkata bahwa mereka tidak usah pergi ke Mesir. Justru di Mesir mereka akan mengalami banyak penderitaan. Namun ternyata mereka tidak menaati firman TUHAN, Mereka tetap bermaksud pergi ke Mesir. Apa gunanya mereka menanyakan petunjuk Tuhan. Dalam banyak konseling pastoral, banyak orang datang kepada hamba Tuhan dengan kalimat rohani meminta petunjuk Tuhan. Tetapi ketika nasihat berdasarkan firman Tuhan diberitahukan mereka menolak dan tetap melanjutkan niat hati mereka. Berarti mereka sebenarnya punya motivasi bukan mau menanyakan kehendak Tuhan, melainkan mau meminta Tuhan merestui keputusan yang hendak mereka ambil. Mari kita benar-benar jujur dan rendah hati. Ketika kita membutuhkan tuntunan Tuhan melalui firman-Nya, benar-benar taatilah. Jangan hanya ingin tahu kemudian menolaknya. Jangan keras kepala dengan memaksakan kehendak sendiri. Jadikan firman Tuhan benar-benar kompas dalam kehidupan kita yang akan mengarahkan kita kepada jalan yang benar. Jika semula sudah ada niat tertentu, batalkan apabila ternyata bertentangan dengan firman Tuhan.-

PA – 957. Yeremia 33:3 mengatakan “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.”. Untuk bisa berseru kepada TUHAN, maka terlebih dahulu seseorang harus percaya bahwa Ia ada dan percaya bahwa Ia memberi upah kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6). Kemudian ia berseru kepada TUHAN, baik berupa pujian pengagungan, maupun doa permohonan. Dalam ayat ini TUHAN berjanji bahwa Ia akan menjawab seruan itu. Artinya, TUHAN tidak pernah mengabaikan doa seseorang, sesederhana apapun doa itu. Jawaban doa bisa berupa solusi atas masalah yang dihadapi, kelegaan karena beban kehidupan diangkat, atau kekuatan sehingga mampu menanggung beban kehidupan. Ada hal-hal yang besar yang diberitahukan kepada kita, yang tidak kita pahami dan tidak kita ketahui. Apakah itu? Firman-Nya yang kekal! Salah satu jawaban doa yang sebenarnya sangat kita butuhkan adalah firman Tuhan itu sendiri, karena firman-Nya adalah terang dan pelita bagi kita yang sedang hidup dalam kegelapan dunia ini. Firman-Nya adalah kompas kehidupan atau seperti GPS yang mengarahkan kita ke jalan atau arah yang benar, dan mengarahkan kita kembali apabila kita sedang berada di jalur yang salah. Oleh sebab itu doa dan firman Tuhan tidak bisa dipisahkan. Ketika kita berdoa, kitalah yang berbicara kepada Tuhan; ketika kita bersekutu dengan firman Tuhan, Tuhanlah yang berbicara kepada kita. Sungguh, suatu pola komunikasi antara Tuhan dengan kita yang sangat indah!

PA-958. Yeremia 34:15-16 mengatakan “Hari ini kamu telah bertobat dan melakukan apa yang benar di mata-Ku … Tetapi kamu telah berbalik pikiran dan telah menajiskan nama-Ku …” Umat Tuhan semula menaati firman Tuhan untuk melepaskan budak sesama orang Israel. Namun kemudian mereka berbalik dan mempekerjakan mereka sebagai budak kembali. ada sebuah kata yang sering dilakukan oleh banyak orang percaya, yaitu kata “tobat” alias “tobat kemudian kambuh/ kumat”. Pertobatan yang dilakukan hanya bersifat sementara, tetapi kemudian kembali berbuat hal-hal yang melanggar firman Tuhan. Apa yang seringkali membuat orang kembali berbuat dosa? Pertama, kalau pertobatan itu tidak mendatangkan manfaat atau berkat-berkat secara jasmani. Kedua, kalau penderitaan akibat dosa tidak terlalu besar. Dosa membuat mereka nyaman dan nampaknya Tuhan ‘diam’ saja. Ketiga, kalau mereka membandingkan dengan orang-orang berdosa lainnya yang nampaknya aman-aman saja. Tidak ada petir menyambar, tidak ada bumi terbelah. Mereka berpikir Tuhan sudah lelah mengurusi begitu banyaknya orang berdosa sehingga kemudian mendiamkannya. Alkitab menyatakan bahwa Allah itu adil. Ia menghendaki kita mengaku dosa kita, meminta pengampuan-Nya dan bertobat serta tidak mengulangi lagi dosa atau kesalahan yang kita perbuat. Satu kali kelak keadilan Allah akan dinyatakan dalam Penghakiman Terakhir. jadi, jangan punya semangat ‘tomat’ tapi bertobat dengan sepenuh hati …

PA-959. Yeremia 34:22 menyatakan ” … Aku akan membuat kota-kota Yehuda menjadi ketandusan tanpa penduduk.” Pada masa Perjanjian Lama, ketika sebuah kota atau negeri mengalami ketandusan dan tanpa penduduk, itu merupakan salah satu bentuk murka dan hukuman Tuhan atas pemimpin kota atau negeri itu. Mengapa TUHAN murka? Karena pada saat itu para pemimpin Yehuda, di bawah kepemimpinan Raja Zedekia, berbalik pikiran. Tadinya mereka membebaskan pada budak sehingga menjadi orang merdeka, namun kemudian mereka ingkar janji dan memperbudak mereka kembali. Aspek penting ibadah kepada Tuhan adalah vertikal dan horizontal. Ada suatu kesia-siaan jika kita hanya menjaga aspek vertikal dalam beribadah kepada Tuhan, namun kemudian mengabaikan azpek horizontalnya. Sebaliknya, kita juga tidak boleh terpesona dengan ajaran yang hanya mementingkan aspek horizontal, berbuat baik kepada sesama, tetapi tidak menyembah Allah yang benar dan tidak menyembah Dia dengan cara yang benar pula. Kedua aspek harus dijaga keseimbangannya, agar kita berkenan kepada Tuhan.-

PA – 960. Yeremia 35:19 mengatakan “maka beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Keturunan Yonadab bin Rekhab tak terputus melayani Aku sepanjang masa.” Mengapa mereka memperoleh kepercayaan dari Tuhan semacam itu? Karena mereka setia kepada Tuhan. APa bentuk kesetiaan mereka? Dalam pasal ini kaum orang Rekhab “digoda’ untuk melanggar hukum Tuhan dengan minuman yang memabukkan. namun ternyata mereka tetap konsisten terhadap apa yang diajarkan oleh nenek moyang mereka, yaitu Yonadab bin Rekhab agar tetap setia kepada Tuhan, dan tidak melanggar firman-Nya. Banyak orang hanya setia dan konsisten di awal pengiringannya kepada Tuhan. Namun di kemudian hari, ketika berada dalam keadaan terjepit, mereka ingkar terhadap iman mereka di dalam Tuhan. Mereka tergoda oleh dosa dan menyangkal Tuhan. Konsistensi iman dibutuhkan di tengah dunia yang semakin jauh dari Tuhan ini. Dibutuhkan keberanian untuk tetap tampil beda di tengah kehidupan yang penuh dosa. Kekuatan untuk dapat bertahan menghadapi segala godaan hanyalah jika kita dekat dengan Tuhan, mengasihi Dia senantiasa. Tuhan pun menghormati mereka yang setia dan berpaut kepada-Nya. Hidup kita akan selalu berkenan kepada-Nya, dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya … dari generasi ke generasi.

PA-961. Yeremia 36:25 berkata “Elnatan, Delaya, dan Gemarya memang mendesak kepada raja, supaya jangan membakar gulungan itu, tetapi raja tidak mendengarkan mereka.” Raja Yoyakim tetap membakar gulungan kitab yang ditulisi firman Tuhan berisi teguran keras agar umat Tuhan bertobat, karena Kerajaan Yehuda akan diserbu oleh Kerajaan Babilonia. Seruan pertobatan seringkali diabaikan bahkan dibungkam. Manusia lebih suka tetap tinggal dalam dosa, bahkan semakin berdosa, Seruan untuk bertobat datang dari Tuhan karena Ia memberi mereka kesempatan untuk luput dari penderitaan akibat hukuman atas dosa-dosa mereka. Gulungan pertama telah dibakar, namun Tuhan menyuuruh Yeremia menuliskan kembali firman Tuhan. Artinya kesempatan untuk bertobat tidak hanya datang satu kali namun beberapa kali. Namun jika kemudian ajakan untuk bertobat itu diabaikan, berarti dengan sengaja manusia membuang kesempatan. Tidaklah salah jika kemudian hukuman Tuhan jatuh atas mereka.-

PA-962. Yeremia 37:19 berkata “Di manakah gerangan para nabimu yang telah bernubuat kepadamu, bahwa raja Babel tidak akan datang menyerang kamu dan negeri ini?” Itu adalah perkataan nabi Yeremia kepada Raja Zedekia yang sama maknanya dengan pernyataan bahwa Kerajaan Yehuda pasti jatuh ke tangan raja Babel karena Tuhan yang menyatakannya melalui nubuat nabi sejati, Yeremia. Kata “nubuat” sudah mulai jarang kedengaran, padahal nubuat masih ada pada hari ini. Sayangnya banyak yang diselewengkan demi kepentingan pribadi orang yang bernubuat atau bersifat sangat subyektif. Kini orang banyak beralih pada predikisi para ahli masa depan (futurolog), yang memprediksi masa depan dengan hanya melihat pola atau siklus zaman. Nubuat dalam Alkitab banyak yang sudah digenapi tetapi ada pula yang belum digenapi. Ada nubuat mengenai Akhir Zaman yang tanda-tandanya semakin banyak digenapi. Manusia boleh berusaha menghindarinya, namun nubuat Tuhan akan tetap digenapi. Orang yang bijak tidak akan menyangkal nubuat Akhir Zaman itu, yaitu bahwa Yesus Kristus sebagai Hakim yang adil, akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, melainkan ia akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya alias berjaga-jaga senantasa.-

PA-963. Yeremia 38:27 mengatakan “… Maka mereka membiarkan dia, sebab sesuatu pun dari pembicaraan itu tidak ada yang diketahui siapa pun.” Nabi Yeremia baru saja menyampaikan nubuat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa Babilonia kepada Raja Zedekia, dan pembicaraan itu tidak bocor ke mana-mana. Mengapa tidak boleh bocor? Pertama, karena pemimpin yang lain tidak siap mental menerima nubuat kehancuran negeri itu. Orang yang tidak siap menerima sebuah pesan – baik atau buruk – sebaiknya tidak diberi informasi itu. Kedua, pertimbangan bagi keamanan bagi si pemberi informasi. Ketika pesan yang bocor tiba pada orang yang tidak siap mental tadi, bisa menimbulkan kegaduhan dan kemarahan, sehingga kemudian bisa mendatangkan celaka atas diri si pemberi informasi. Ketiga, menghindari praktik blow up terhadap pesan yang bocor. Ketika suatu informasi sampai di telinga orang yang tidak bijaksana, maka informasi itu bisa dilebihi atau dikurangi sedemikian sehingga tidak lagi sesuai dengan informasi aslinya. istilahnya “hoax”. Inti infonya benar, tetapi bumbu-bumbunya itu yang bias. Oleh sebab itu berhati-hatilah dalam menjaga informasi penting. Sesuaikan dengan waktu, tempat, dan orang yang tepat.-

PA-964. Yeremia 39:18 mengatakan “tetapi dengan pasti Aku akan meluputkan engkau: … , sebab engkau percaya kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN.” Serbuan pasukan tentara Babel ke Yerusalem sangat dahsyat. Kota Yerusalem direbut, temboknya diruntuhkan, para pangeran dan pembesar dibunuh, Orang-orang yang kuat dibawa tertawan ke Babilonia, hanya tertinggal orang-orang yang lemah dan miskin. Namun ada dua orang juga yang terluput, yaitu Nabi Yeremia dan seorang Etiopia yang bernama Ebed-Melekh (arti namanya adalah “Hamba Raja”). Tuhan meluputkan mereka berdua karena mereka percaya kepada firman Tuhan yang menubuatkan keruntuhan Yerusalem. TUHAN sangat menghargai orang yang percaya kepada-Nya. Untuk percaya kepada TUHAN yang tak terlihat tidaklah mudah, sebab memang percaya atau iman itu adalah “bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Manusia lebih mudah percaya kepada apa yang dilihatnya dengan mata jasmani, atau apa yang dianggap masuk akal. Padahal, iman tidak bertentangan dengan akal, melainkan melampauinya. Belajalah hidup dengan iman kepada TUHAN dan firman-Nya, maka kita akan mengalami hal-hal yang “belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah diengar oleh telinga, belum pernah timbul dalam pikiran dan hati kita.” (1 Korintus 2:9).-

PA-965. Yeremia 40:10 berkata ” …, kumpulkanlah saja hasil anggur, buah-buahan dan minyak, kemudian simpanlah sebagai persediaan, dan tinggallah di kota-kota di mana kamu hendak menetap.” Ketika umat Yehuda tertawan di Babel, masih ada orang-orang yang biarkan tinggal di kota-kota Yehuda. Gedalya berkata agar mereka menerima kenyataan itu dan tidak terus-menerus menyesalinya. Jauh lebih baik jika mereka mensyukuri keberadaan “sisa negeri” mereka dan tetap menikmati hasilnya. Mereka mematuhi anjuran Gedalya sehingga bisa memperoleh anggur dan buah-buahan amat sangat banyaknya (ayat 12). Banyak orang menyesali peristiwa yang telah dialami dan yang tidak mungkin diubah kembali. Penyesalan itu membuang waktu, energi dan emosi. Banak hal kemudian justru terbuang percuma. Jauh lebih baik kita menatap ke masa depan, mensyukuri dan melipatgandakan “sisa berkat” yang masih Tuhan izinkan untuk kita nikmati. Niscaya hati kita akan lebih tenteram, dan kehidupan ini dapat terus berlanjut dengan berkat-berkat-Nya. Untuk hal-hal yang masih bisa kita ubah kita harus memperjuangkannya. Tetapi untuk hal-hal yang tidak bisa kita ubah, lebih baik kita menerimanya dan fokus pada hal-hal yang Tuhan berikan kepada kita. Mintalah hikmat Tuhan6untuk membedakan dua hal itu: apa yang bisa diubah dan apa yang tidak bisa diubah.-

PA-966. Yeremia 42:11 berkata, “Janganlah takut kepada raja Babel yang kamu takuti itu.Janganlah takut kepadanya, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai kamu untuk menyelamatkan kamu dan untuk melepaskan kamu dari tangannya.” Yohanan bin Kareah dan kelompoknya bermaksud mencari tempat aman dan nyaman di Mesir dan mereka berkata kepada Nabi Yeremia agar memintakan petunjuk Tuhan apakah mereka boleh ke Mesir atau tidak. TUHAN berkata bahwa mereka tidak usah pergi ke Mesir. Justru di Mesir mereka akan mengalami banyak penderitaan. Namun ternyata mereka tidak menaati firman TUHAN, Mereka tetap bermaksud pergi ke Mesir. Apa gunanya mereka menanyakan petunjuk Tuhan. Dalam banyak konseling pastoral, banyak orang datang kepada hamba Tuhan dengan kalimat rohani meminta petunjuk Tuhan. Tetapi ketika nasihat berdasarkan firman Tuhan diberitahukan mereka menolak dan tetap melanjutkan niat hati mereka. Berarti mereka sebenarnya punya motivasi bukan mau menanyakan kehendak Tuhan, melainkan mau meminta Tuhan merestui keputusan yang hendak mereka ambil. Mari kita benar-benar jujur dan rendah hati. Ketika kita membutuhkan tuntunan Tuhan melalui firman-Nya, benar-benar taatilah. Jangan hanya ingin tahu kemudian menolaknya. Jangan keras kepala dengan memaksakan kehendak sendiri. Jadikan firman Tuhan benar-benar kompas dalam kehidupan kita yang akan mengarahkan kita kepada jalan yang benar. Jika semula sudah ada niat tertentu, batalkan apabila ternyata bertentangan dengan firman Tuhan.-

PA-972. Yeremia 51:10 berkata “TUHAN telah membuat segala kebenaran kita menjadi nyata; marilah kita ceritakan di Sion perbuatan TUHAN, Allah kita!” Dalam nubuatan terhadap Babel ada kalimat yang indah ini. Memang ada kesalahan pada umat Tuhan – kesalahan yang amat besar, yaitu penyembahan berhala – yang membuat Tuhan membuang mereka ke Babel. Namun pembuangan itu bukan akhir bagi umat Tuhan, melainkan proses didikan Tuhan agar mereka sadar dan berbalik kepada-Nya. Pembuangan itu merupakan bukti kasih Allah yang menghendaki agar umat-Nya kembali kepada-Nya. Karena Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya kekal selama-lamanya, maka Ia akan kembali memulihkan umat-Nya. Pengampunan-Nya begitu ajaib. Tidak selamanya Ia menyimpan kesalahan kita. Itulah sebabnya ia membenarkan kita. Kabar baik dan berita gembira ini harus diceritakan, yaitu tentang perbuatan-Nya yang ajaib dalam mengampuni dan memulihkan kita. Oleh sebab itu jangan terus tenggelam dalam “rasa bersalah” karena kita pernah hidup memberontak kepada-Nya. Jangan mau hdup dalam bayang-bayang masa lalu yang kelam. Jauh lebih baik menatap masa depan dalam pengampunan dan pemulihan dari Tuhan. Jangan ragu untuk datang kepada-Nya dan meminta belas kasihan-Nya. Percayalah bahwa TUHAN akan mmbuat kebenaran kita menjadi nyata.-

PA-973. Yeremia 52:27 mengatakan “… Demikianlah orang Yehuda diangkut ke dalam pembuangan dari tanahnya.” Kalimat ini di satu sisi sangat menyesakkan hati, karena tentunya orang Yehuda – sebagaimana orang Israel yang juga dibawa ke Asyur 36 tahun sebelumnya – mengalami penderitaan karena dibuang ke Babilonia. Namun di sisi yang lain, nubuatan firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yeremia digenapi oleh Tuhan. Toh, pembuangan orang Yehuda itu bukan akhir dari segala-galanya, melainkan bagian dari proses didikan Allah atas umat-Nya, yaitu selama 70 tahun di Babilonia, dan sesudah itu – juga sesuai dengan firman Tuhan – mereka akan kembali ke tanah mereka sendiri. Saat didikan atau hajaran itu diberikan tentunya akan mendatangkan penderitaan, namun kelak dapat menjadi pelajaran berharga agar kesalahan itu tidak diulang oleh generasi-generasi sesudahnya. Bahkan menjadi pelajaran juga bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Pada umumnya manusia lebih diributkan oleh peristiwa sosial politik berkenaan dengan dinamika hubungan antarbangsa di dunia ini. Padahal, selain peristiwa politik yang amat dinamis itu, sebagai orang percaya kita harus melihat “tangan Allah yang tidak kelihatan ” (“the invisible hand of God”) yang mengendalikan segala sesuatu di alam semesta ini. Tetaplah belajar untuk meyakini bahwa masih banyak nubuatan pada masa akhir ini yang sedang dan akan terus digenapi. Karena firman-Nya tidak akan pernah gagal …

PA 974. Kini kita akan mulai merenungkan Kitab Ratapan. Kitab ini menyatakan kesedihan hati Yeremia terhadap keberadaan bangsanya yang telah hancur. Dalam Ratapan 1:18 dikatakan “TUHANlah yang benar, karena aku telah memberontak terhadap firman-Nya. …” Dalam menghadapi penderitaan sebagai bagian dari umat pilihan Tuhan, Yeremia tidak menyalahkan orang lain: apakah itu pemimpin yang terdahulu, atau pemimpin yang ada pada waktu itu. Yeremia justru mengadakan introspeksi yang baik, yaitu kepada dirinya sendiri. Ia sadar bahwa dirinyalah yang telah memberontak kepada firman Tuhan. Kesadaran untuk mengenali kesalahan pada diri sendiri merupakan awal dari pengampunan dan pemulihan yang Tuhan berikan. Yang sering terjadi adalah melemparkan kesalahan kepada pihak-pihak lain. Meskipun mungkin pihak-pihak lain, khususnya pemimpin bangsa, telah berdosa di hadapan Tuhan, namun sebenarnya diri kita sendiri tidak luput dari kesalahan. Kalau kita hanya melemparkan kesalahan kepada pihak lain, berarti kita mau lari dari tanggung jawab. Mari kita mau bersikap jujur di hadapan Tuhan. Kita juga ajarkan mengenai hal ini kepad aanak dan cucu kita, yaitu agar belajar bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dilakukan. Sikap gentleman semacam ini akan membuat Tuhan jatuh hati. Tokoh-tokoh Alkitab juga melakukannya, dan Tuhan memulihkan hidup mereka: Daud dalam kasus Batsyeba, Simon Petrus yang menyangkal Yesus Kristus, Rasul Paulus yang merasa dirinya sebagai orang yang paling berdosa, dan lain-lain. DImana ada pengakuan, di situ ada pemulihan.-

PA 975. Dalam Ratapan 2:17 tertulis “TUHAN telah menjalankan yang dirancangkan-Nya, Ia melaksanakan yang difirmankannya, yang diperintahkan-Nya dahulu kala; …” Jika kita hanya membaca sampai bagian ini, maka kita melihat kemahakuasaan Allah kita dalam melaksanakan apa yang telah dirancangkan dan difirmankan-Nya. Apalagi ketika kita bandingkan dengan Yeremia 29:11 bahwa rancangan Tuhan atas kita bukan rancangan kecelakaan melainkan masa depan yang penuh harapan! Sebagian besar orang Kristen akan mengaminkan apa yang tertulis di Ratapan 2:17 bagian pertama ini. Namun jika kita melanjutkan pembacaannya, “… Ia merusak tanpa belas kasihan, Ia menjadikan si seteru senang atas kamu, Ia meninggikan tanduk lawan-lawanmu”, maka akan banyak di antara kita yang terkejut. Bukankah Tuhan selalu baik kepada umat-Nya? Ya dan Amin! Namun jika kemudian umat-Nya berbalik menyakiti hati-Nya, mengabaikan firman-Nya, melecehkan hamba-hamba-Nya, maka Tuhan akan menyatakan murka-Nya. Jadi, kasih dan murka Allah ada dalam rancangan-Nya yang kekal. Kasih dan keadil-Nnnya sudah dinyataka-Nya sejak dahulu kala. Kedua hal ini merupakan sifat Allah yang kekal. Oleh sebab itu mari kita – dengan pertolongan Roh Kudus – semakin menjauhi dosa dan kenajisan, yaitu hal-hal yang tidak dikehendaki Allah; sebaliknya, dengan pertolongan Roh Kudus pula, kita semakin mengasihi Tuhan dan menaati apa yang difirmankan-Nya.-

PA 976. Ratapan 3:22-23 berkata “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” Di balik keadilan TUHAN yang membiarkan umat-Nya dibawa ke pembuangan, Yeremia memiliki pengharapan yang besar, yaitu pengharapan akan pemulihan yang akan dialami bangsanya. Pengharapan itu didasarkan pada kesetiaan TUHAN. Dalam sejarah umat Tuhan, setelah cukup waktu bagi mereka di negeri pembuangan, mereka dikembalikan ke negeri mereka. Kesetiaan TUHAN telah menggantikan murka-Nya. Sukacita menggantikan dukacita; kemuliaan menggantikan nista; berkat menggantikan kutuk. Apabila ada di antara kita – sadar atau tidak – telah hidup jauh dari Tuhan, hidup dalam perbuatan yang sia-sia. Akibatnya tidak ada kebahagiaan sama sekali, penuh dengan penderitaan. Inilah saatnya untuk kembali kepada Tuhan. Ia sedang mengedangkan tangan-Nya untuk menyambut anak-anak-Nya yang mau kembali kepada-Nya. Rahmat dan kasih setia Tuhan tidak pernah habis untuk menerima kita kembali. Sayangnya, banyak orang tidak menggunakan anugerah dan kesempatan seperti ini. Di satu sisi mereka ragu akan kesetiaan Tuhan; di sisi lain, mereka merasa masih banyak waktu untuk bertobat. Kedua pandangan itu salah! Ia adalah Allah yang setia yang patut dipercayai, dan segeralah kembali kepada-Nya selagi ada waktu!

PA 977. Ratapan 4:13 berkata “Hal itu terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya dan kedurjanaan imam-imamnya yang di tengah-tengahnya mencurahkan darah orang yang tidak bersalah.” Nabi adalah jurubicara Allah bagi umat-Nya; sedangkan imam adalah jurubicara atau perwakilan umat menghadap Allah. Kedua jabatan itu kudus, dan dalam Perjanjian Lama, keduanya diurapi secara khusus. Idealnya, orang yang menjabat sebagai nabi dan imam hidup benar, memberikan keteladanan kepada umat, mengasihi, mengajar dan mencegah umat dari segala bentuk penyimpangan terhadap hukum Tuhan. Namun yang terjadi pada zaman Yeremia adalah bahwa justru nabi-nabi berbuat dosa dan imam-imam hidup sebagai orang durjana/jahat. Orang yang tahu hukum Tuhan justru melanggarnya. Bahkan mereka menindas umat dan membunuh mereka. Ini merupakan tragedi yang sangat dahsyat, sebab jika pemimpin keagamaan saja sudah keliru, apa jadinya dengan umat Tuhan? Lalu apa sikap kita terhadap para pemimpin keagamaan semacam itu? Pertama, doakan mereka supaya bertobat dan hidup benar di hadapan Allah dan manusia. Kedua, beri mereka teguran dengan penuh kasih sebab mereka adalah tetap manusia yang bisa lalai. Ketiga, maafkan dan ampuni mereka jika telah membuat kita kecewa. Keempat, jangan tiru perbuatan salahnya.-

PA 978. Dalam doa pemulihan bagi bangsanya, Yeremia mengatakan “Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, …” (Ratapan 5:21). Segala penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan adalah akibat mereka meninggalkan TUHAN, Allah mereka. Satu-satunya cara pemulihan untuk menjadi bangsa yang makmur dan damai sentosa adalah dengan kembali kepada TUHAN, ALlah yang benar. Dalam doa pemulihan ini ada dua aspek penting: TUHAN dan umat-Nya. TUHAN diminta membawa kembali umat mendekat kepada-Nya, dan umat TUHAN mau dibawa kembali kepada-Nya. Aspek pertama sudah merupakan hal yang pasti, yaitu TUHAN menghendaki umat-Nya berbalik kepada-Nya. Tetapi aspek kedua? Tidak semua orang mau dibawa kembali kepada TUHAN, hidup dalam pertobatan, cara hidup yang baru dan yang benar. Yang sering terjadi adalah bahwa ketika seseorang diajak untuk kembali kepada TUHAN, ia justru semakin menjauh dari pada-Nya. Dibutuhkan sebuah tekad yang kuat dan bulat untuk membuat gerakan 180 derajat berbalik kepada TUHAN. Sebenarnya, kondisi bangsa kita tidak jauh berbeda dengan kondisi umat Tuhan pada masa itu. Ada korupsi, kelaliman dan kekerasan, ada penyembahan berhala, dan sebagainya. Hanya ada satu jalan untuk pemulihan, yaitu kembali menyembah TUHAN, Allah yang benar, dan hidup dalam kebenaran-Nya.-

PA 979. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab Yehezkiel. Nama Yehezkiel berarti “Allah (Elohim) Menguatkan”. Dalam Yehezkiel 1:1 tertulis “…, ketika aku bersama-sama dengan para buangan … , dan aku melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah.” Berada di antara orang-orang buangan atau terpinggirkan karena pelbagai sebab tentunya mendatangkan kesedihan tersendiri. Yehezkiel tentu akan banyak mendengar adanya umpatan, keluhan kekecewaan, dan pelbagai perkataan negatif lainnya, baik kepada Allah maupun kepada situasi dan kondisi yang mereka alami. Namun satu hal yang indah, Yehezkiel memperoleh banyak penglihatan tentang Allah. Di tengah penderitaan masih bisa memperoleh penglihatan tentang Allah! Mungkinkah? Ya! Itu tergantung dari sikap kita dalam menghadapi situasi hidup ini: apakah mau terus mengeluh dan menyalahkan diri sendiri atau banyak pihak, ataukah mau terus bersyukur karena Allah tetap bersama kita. Persepsi atau cara pandang terhadap masalah kehidupan akan menentukan sikap, perkataan dan perilaku kita. Mata iman Yehezkiel tidak tertuju kepada penderitaan itu sendiri, melainkan kepada Allah yang mengizinkan penderitaan itu terjadi. Ia tetap percaya bahwa Allah yang berdaulat akan tetap mengatur sedemikian rupa sehingga pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan. Jangan memandang segala sesuatu sebagai akhir dari segalanya. Melainkan pandanglah itu sebagai proses yang belum selesai, yang sedang dikerjakan oleh Allah untuk kebaikan kita.-

PA 980. Yehezkiel 2:7 berkata “Sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak, sebeb mereka adalah pemberontak.” Biasanya seseorang akan memberikan sesuatu kepada orang lain dengan harapan orang itu akan menerimanya dan berterimakasih kepada si pemberi. Jarang sekali orang mau memberikan sesuatu yang belum tentu akan diterima atau digunakan, apalagi kalau sampai ditolak dan dibuang. Sekarang, bagaimana dengan kemungkinan diterima atau ditolak? Di sini diperlukan ketaatan dan kesetiaan. Jika kita hanya mau memberitakan Kabar Baik atau melayani orang lain kalau ia bersedia menerimanya, maka kita bisa kecewa saat mereka menolak maksud baik kita. Sebaliknya, jika kita mengabaikan mereka yang jelas-jelas akan menolak maksud baik kita, maka kita salah di hadapan Tuhan. Jadi kta harus terus menabur hal-hal yang baik sekalipun besar kemungkinan apa yang ditabur tidak berbuah karena kerasnya tanah atau hati seseorang. Tunaikan terus tugas sebagai umat Tuhan yang menaburkan hal-hal yang baik dengan setia. Masalah pertumbuhan adalah urusan Tuhan.-

PA 981. Yehezkiel 3:17 berkata “… Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.” Sebagai orang-orang yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan untuk menjadi utusan-Nya di tengah-tengah dunia yang gelap ini, maka kita memiliki tugas seperti yang Yehezkiel miliki. Dalam melaksanakan tugas mulia itu ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Pertama, mendegar. Apa yang akan kita katakan kepada orang lain tidak berasal dari diri kita sendiri, melainkan dari apa yang kita dengar dari Tuhan. Tuhanlah sumber beritanya. Itu berarti kita harus menyediakan waktu yang cukup untuk mendengarkan firman-Nya. Kita pun harus memiliki kepekaaan dalam mendengar suara-Nya. Kedua, memperingatkan. Firman Tuhan yang kita dengar kemudian kita sampaikan kepada orang lain. Bukan untuk menggurui atau menghakimi mereka, melainkan karena kasih yang merindukan pertobatan mereka. Peringatan yang kita sampaikan bisa secara verbal atau tulisan. Bisa secara langsung saat kita berjumpa dengan seseorang, atau melalui media sosial. Banyak cara bisa digunakan dalam memperingatkan banyak orang, agar mereka berbalik dari jalannya yang jahat. Peringatan itu juga bukan hanya tertuju kepada kelompok usia tertentu, melainkan kepada segala usia. Mengapa? Karena dosa, yaitu pemberontakan kepada Allah, telah ada dalam diri manusia, saat ia dilahirkan. Pengabaian terhadap tugas memperingatkan kepada anak-anak dan generasi muda agar mereka takut akan Tuhan, akan menjadikan mereka semakin memberontak kepada Tuhan. Mereka harus diberitahu mengenai keselahan yang mereka lakukan: ketidakjujuran saat belajar di sekolah, ketidakkudusan saat menggunakan internet, kekerasan saat di-bully, dsb. Teruslah memperingatkan generasi ini akan pentingnya pertobatan, sebab kedatangan Tuhan sudah sangat dekat!

PA 982. Dalam Yehezkiel 4:7 TUHAN menyuruh Yehezkiel demikian: “Tujukanlah wajahmu kepada pengepungan Yerusalem dan kepalkanlah tinjumu kepadanya dan bernubuatlah melawan kota itu.” Yerusalem adalah ibukota Kerajaan Selatan (Yehuda), dan Bait Allah ada di sana. Namun Yerusalem segera akan dikepung dan dikuasai bangsa lain. Tiga hal yang harus dilakukan Yehezkiel: mengarahkan wajah, mengepalkan tinju, dan bernubuat. Dalam pelayanan seorang nabi ada tindakan kenabian sebagai simbol (prohetic action). Dalam hal ini mengarahkan wajah dan mengepalkan tangan. Pada masa kini pun tindakan profetik boleh tetap dilakukan dengan beberapa syarat penting. Pertama, kita melakukannya atas perintah Tuhan. Kita tidak boleh meniru-niru orang atau gereja lain yang pernah melakukan tindakan profetik. Kedua, kita melakukannya dengan ekspresif dan penuh kesungguhan hati, keluar dari hati yang terdalam, bukan sekedar nampak di luar. Ketiga, simbol yang ditunjukkan berhubungan erat dengan pesan yang hendak disampaikan, sehingga orang lain dapat dengan mudah memahaminya. Suatu bentuk tindakan profetik yang paling sering dilakukan adalah pelayanan doa keliling (prayer trip), di mana ketika kita menghendaki terjadinya pertobatan di suatu tempat, kita mendoakannya dengan mengelilingi lokasi itu. Hal itu tidak salah asalkan benar-benar dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada, bukan sekedar untuk show of force (unjuk gigi) yang pada hakikatnya merupakan kesombongan rohani dan tidak menjadi berkat.-

PA-983. Dalam Yehezkiel 5:12 TUHAN mendisiplin umat-Nya dengan mengatakan bahwa sepertiga dari umat-Nya akan mati kena sampar (penyakit yang mematikan), sepertiga lagi akan tewas dimakan pedang (dalam peperangan, dan sepertiga lagi akan dihamburkan ke semua mata angina (tercerai-berai, terserak ke mana-mana). Manusia seringkali tidak dapat memahami tindakan TUHAN. Ketika ada orang-orang berdosa yang lebih makmur atau dipandang lebih berhasil, mereka menanyakan mengapa TUHAN “mendiamkan” orang yang seperti itu bahkan cenderung “memberkatinya”. Tetapi ketika di saat yang lain TUHAN bertindak melalui alam dengan berbagai bentuk malapetaka, banyak yang bertanya mengapa TUHAN “tega” bertindak sedemikian sehingga banyak orang yang menderita, mana kasih-Nya. Seharusnya sebagai orang beriman kita percaya bahwa TUHAN tidak pernah salah dalam menyatakan kehendak dan dalam bertindak. Seringkali TUHAN “mendiamkan” orang-orang melakukan dosa dan kejahatan yang besar, karena Ia sedang memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat. Tugas kitalah untuk mengingatkan mereka agar bertobat. Jangan beranggapan bahwa ketika mereka berbuat dosa dan nampaknya TUHAN “tenang-tenang” saja, itu berarti TUHAN berkenan atas dosa yang dilakukan. Jika TUHAN nampaknya “diam”, justru itulah saat untuk bertobat. Sebaliknya, jika TUHAN “tega” dalam mendisiplin umat-Nya, itu berarti Ia sedang menimbulkan efek jera. Tujuannya? Sama, yaitu agar dalam penderitaan itu umat-Nya bertobat. Ketika ada pengakuan dosa dan pertobatan, maka TUHAN akan mengampuni dan memulihkan!

PA-984. Yehezkiel 6:10 mengatakan “Dan mereka akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN dan bukan cakap angina, kalau Aku berfirman hendak menjatuhkan malapetaka ini atas mereka.” Istilah “cakap angin” sama dengan “omong kosong”. Manusia yang terkadang melakukan “omong kosong” baik dalam menjanjikan sesuatu yang baik, maupun dalam melakukan tindakan disiplin terhadap orang lain. “Cakap angin” yang dilakukan seseorang bisa terjadi karena keterbatasannya, atau karena karakter orang itu yang buruk, yaitu suka menyebar omong kosong. TUHAN tidak demikian. Ia adalah Allah yang tidak terbatas. Ia juga adalah Allah yang Mahabenar yang tidak mungkin menyampaikan apa yang hampa dan tak bermakna. Di satu sisi, Ia adalah Allah yang mampu menggenapi janji-Nya untuk menyertai, memelihara, dan memberkati umat-Nya dalam situasi dan kondisi apa pun. Di sisi lain Ia adalah Allah yang tetap akan menjalankan keadilan-Nya atas manusia: bagi mereka yang mau hidup dalam kebenaran dan kekudusan akan diperkenan-Nya, dan bagi mereka yang memberontak dan terus hidup dalam dosa akan menerima hukuman-Nya. Keduanya akan tetap dijalankan oleh Allah atas dunia ini. Oleh sebab itu kita sama sekali tidak boleh main-main dengan dosa. Kita tidak boleh beranggapan bahwa Allah diam saja, pasif, tidak melakukan apapun, baik terhadap orang benar maupun terhadap orang fasik. Ia pasti akan bertindak! Keadilan-Nya pasti akan dijalankan. Mengenai waktunya? Hanya Tuhan yang tahu!

PA-985. Yehezkiel 7:25 mengatakan “Ketakutan datang, dan mereka mencari keselamatan, tetapi tidak ada.” Banyak orang berpikir bahwa jika ia sedang membutuhkan sesuatu, maka dengan yakin ia merasa bisa selalu memenuhinya. Apalagi jika ia memiliki banyak harta kekayaan yang dianggapkan mampu memenuhi segala kebutuhannya. Faktanya tidak demikian! Ada orang sakit yang membutuhkan kesembuhan. Namun ketika ia berusaha untuk berobat, bahkan sampai ke luar negeri karena ia kaya, ia tidak memperoleh kesembuhan atas penyakitnya. Di Alkitab ada Naaman, da nada perempuan yang sakit pendarahan dua belas tahun lamanya. Orang-orang itu tidak memperoleh kesembuhan yang diharapkan dengan menggunakan hartanya. Ayat ini mengatakan bahwa ketika umat Tuhan mengalami ketakutan, mereka membutuhkan ketenangan dan damai sejahtera (keselamatan). Namun ternyata apa yang dibutuhkan itu tidak ada. Mereka sama sekali tidak bisa memperolehnya. Mengapa? Karena shalom yaitu damai sejahtera (keselamatan) memang tidak bisa dibeli dengan uang! Itu merupakan anugerah dari Tuhan. Saat itu umat Tuhan sedang dalam ketakutan. Ketika Tuhan tidak menganugerahkan keselamatan, mereka tetap tinggal dalam ketakutan. Sumber keselamatan itu telah meninggalkan mereka karena saat itu mereka selalu memberontak kepada-Nya. Jadi, untuk bisa memperoleh damai sejahtera jangan sekali-kali memberontak kepada Tuhan, Jehovah Shalom. Melekatlah kepada-Nya dan nikmatilah kehidupan dalam ketenangan dan keselamatan.

PA – 986. Yehezkiel memperoleh penglihatan tentang Bait Allah, “Lihat, di sana tampak kemuliaan Allah Israel, seperti penglihatan yang kulihat di lembah itu.” (Yehezkiel 8:4). Kemuliaan Allah itu seperti apa? Dijelaskan dalam Yehezkiel 1:28, “Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah sinar yang mengelilinginya.” Ada beberapa pengertian penting di sini. Pertama, kemuliaan Tuhan seharusnya selalu ada dalam Bait Allah, baik dalam arti persekutuan orang percaya, maupun secara pribadi. Kemuliaan Tuhan nyata dalam kehidupan yang berkenan kepada-Nya. Inilah yang membuat setiap ibadah mendatangkan kegairahan. Ibadah tidak hanya dihadiri secara rutinitas meskipun itu perlu, melainkan mengalami kemuliaan-Nya, yaitu ketika kita memuji, berdoa, mendengar firman-Nya. Kedua, kemuliaan Tuhan juga bisa datang untuk menyatakan keadilan-Nya seperti api yang menghanguskan (Keluaran 16:7). Tuhan menghendaki adanya kemurnian dan kekudusan, termasuk dalam perkataan. Ketika umat Tuhan tidak bisa bersyukur, Tuhan datang untuk memberikan teguran keras (Keluaran 24:17). Ketiga, kemuliaan Tuhan berkaitan dengan janji dan kesetiaan-Nya dalam menggenapi janji-Nya yang digambarkan seperti pelangi (bdk. peristiwa Air Bah pada zaman Nuh – Kejadian 9:13). Keempat, kemuliaan Tuhan ada ketika kasih dinyatakan. Setiap orang percaya hendaknya menyatakan kebaikan kepada semua orang, sehingga mereka … memuliakan Bapa kita di surga (Matius 5:16).

PA-987. Ketika Tuhan menjatuhkan hukuman atas umat-Nya, Yehezkiel berdoa, “… Aduh, Tuhan ALLAH, apakah Engkau memusnahkan seluruh sisa Israel di dalam mencurahkan amarah-Mu atas Yerusalem?” (Yehezkiel 9:8). Ini adalah seruan seorang hamba Tuhan yang bersyafaat bagi bangsanya. Yehezkiel tahu bahwa banyak pemimpin bangsanya kala itu yang tidak hidup sesuai dengan firman Tuhan, rakyat yang juga jatuh ke dalam penyembahan berhala dan membelakangi Tuhan. Namun ketika Tuhan menjatuhkan hukuman, Yehezkiel tidak tega melihatnya. Bagaimanapun, hukuman tetap dijalankan. Kali ini doa syafaat Yehezkiel tidak mampu mencegah Tuhan menjatuhkan hukuman-Nya. Biasanya, doa syafaat dapat meredakan murka Tuhan. Namun kali ini tidak! Mengapa? Inilah jawaban Tuhan kepada Yehezkiel, “Kesalahan kaum Israel dan Yehuda sangat banyak, …” Kalau begitu, sia-siakah doa syafaat Yehezkiel? Tidak! Lalu apa artinya doa syafaat? Artinya, kita harus tetap berdoa syafaat atas bangsa dan negara kita dengan mengharapkan pengampunan-Nya atas dosa-dosa bangsa ini dan memulihkan negeri ini. Namun kita juga harus sadar bahwa ada batasan kejahatan di hadapan Tuhan, di mana doa syafaat itu tidak dapat mengubah keputusan-Nya. Setidaknya, dengan berdoa syafaat kita merendahkan diri di hadapan Tuhan sebagai orang yang masih memiliki kasih dan kepedulian. Mengenai keputusan akhir? Tetap di tangan Tuhan yang berdaulat penuh atas bangsa-bangsa.

 

PA-988. Dalam vision Yehezkiel melihat bahwa “… kemuliaan TUHAN baik dari atas kerub dan pergi ke atas ambang pintu Bait Suci, dan Bait Suci ini dipenuhi oleh awan itu dan pelatarannya penuh dengan sinar kemuliaan TUHAN” (Yehezkiel 10:4). Jika kita berhenti membaca perikop ini sampai pada ayat ini maka tentu kita setuju untuk berkata bahwa memang sudah seharusnya Bait Suci itu penuh kemuliaan TUHAN. Saat kita berdoa atau bersekutu dalam ibadah, maka yang dirindukan adalah kehadiran TUHAN dalam kemuliaan-Nya. Apa tanda kehadiran TUHAN? Setiap orang terberkati: yang hidup dalam dosa akan segera menyadari dosanya dan bertobat, yang main-main dalam ibadah akan lebih bersungguh-sungguh, yang menghadapi tantangan kehidupan memperoleh damai sejahtera dan solusi, yang berbeban berat memperoleh kelegaan, yang bersedih akan bersukacita, dan sebagainya. Namun jika kita terus membaca ayat-ayat berikut, sangat menyedihkan. Mengapa? Sebab ternyata kemudian kemuliaan Tuhan itu meninggalkan Bait Suci. Tuhan tidak lagi hadir dalam ibadah umat-Nya. Jika Ia tidak hadir, maka yang tersisa adalah kedagingan. Para pemimpin rumah Tuhan akan saling bertikai memperebutkan posisi jabatan dan uang, pujian dan penyampaian firman Tuhan kering dan hampa, ibadah menjadi ritual biasa tanpa makna, dan kehidupan jemaat tidak mengalami perubahan yang drastic: yang melakukan dosa tidak bertobat bahkan menjadi-jadi, yang mengalami pergumulan hidup tidak memperoleh solusi, dan sebagainya. Mengapa kemuliaan Tuhan meninggalkan Bait Suci? Karena dosa umat Tuhan itu sendiri. Harus selalu diingat bahwa dosa selalu menjadi sumbat dan penghambat relasi kita dengan Tuhan. Mintalah Roh Kudus selalu hadir dalam setiap ibadah dan pelayanan kita, sehingga banyak orang terberkati.

PA-989. Kepada Yehezkiel datang firman TUHAN yang memberikan penghiburan dan pengharapan yang sangat besar karena TUHAN berkata, “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat.” (Yehezkiel 11:19). TUHAN sendiri yang akan mengadakan restorasi atau pemulihan atas kehidupan umat-Nya, yang selama ini menyakiti hati-Nya. Caranya? Dengan memberi “hati yang lain” dan “roh yang baru”. Dalam Perjanjian Baru digunakan istilah “Lahir Baru” atau “Ciptaan Baru”. Hanya dengan cara inilah manusia dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dari dirinya sendiri yang ada dalam kuasa dosa manusia tidak akan pernah bisa memenuhi tuntutan kebenaran Allah! Kesalehan manusia nampak seperti kain kotor di hadapan Allah ((Yesaya 64:6). Bagaimana ciptaan baru itu terbentuk? Pertama, ia harus mendengar firman Tuhan untuk tahu secara kognitif siapa TUHAN dan siapa dirinya. Kedua, firman itu akan menimbulkan iman kepada TUHAN, yaitu keyakinan yang teguh bahwa hanya Dia yang sanggup memperbaharui hidupnya. Ketiga, ia bertobat dan meninggalkan kehidupannya yang lama secara sukarela dan dengan penuh sukacita. Keempat, ia menjadi ciptaan baru dimana Roh Allah kini tinggal dalam kehidupannya untuk selama-lamanya. Kelima, ia akan belajar untuk terus menerus mengenal dan mengasihi Allah serta bersyukur atas kepastian keselamatan yang telah diterimanya. Keenam, ia akan memiliki kerinduan untuk membawa orang lain yang masih hidup di dalam kegelapan kepada terang TUHAN yang ajaib.-

PA-990. “Olek karena itu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak satu pun dari firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang Kufirmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan ALLAH.” (Yehezkiel 12:28). Banyak orang Kristen memaknai ayat ini dengan prinsip bahwa pertolongan Tuhan akan diberikan tepat pada waktunya, sebab Tuhan tidak pernah menunda-nunda firman-Nya. Di satu sisi benar bahwa Tuhan selalu bekerja pada waktu yang tepat. Namun bukan hanya berkaitan dengan memberkati umat-Nya, melainkan juga dalam hal mendisiplin umat-Nya. Konteks ayat di atas bukan tentang berkat Tuhan yang tidak tertunda, tetapi tetang disiplin dan hukuman Tuhan. Saat itu umat Tuhan sulit untuk bertobat dari kesalahan dan dosa mereka sebab mereka berpikir bahwa Tuhan tidak akan pernah tega mendisiplin umat-Nya. Itulah sebabnya saat Tuhan benar-benar bertindak, mereka tidak menyangka sama sekali. Mereka pun tidak bisa luput dari murka-Nya. Bukanlah keadaan semacam itu juga terjadi di zaman kita? Dengan santai dan enteng orang-orang berbuat dosa, melanggar hukum, melakukan tindakan amoral, karena memandang Tuhan sebagai Mahapengampun. Mereka lupa bahwa ada takaran atau “kuota dosa” yang jika sudah terpenuhi akan mendatangkan hukuman Tuhan yang dahsyat. Oleh sebab itu ada dua hal yang perlu kita lakukan. Pertama, segera bertobat dari dosa yang kita lakukan. Jangan menunda-nunda pertobatan! Kedua, selalu mendoakan dan mengingatkan sesama kita yang masih berkubang dalam lumpur dosa.-

PA-991. Ada teguran keras dari Tuhan melalui Yehezkiel terhadap nabi-nabi palsu, “Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah nabi-nabi yang bebal yang mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat sesuatu penglihatan.” (Yehezkiel 13:3). Setiap kali umat Tuhan mendengarkan kata-kata dari seorang hamba Tuhan, jangan langsung menyetujui atau mengaminkannya. Kita perlu melakukan pengecekan apakah yang dikatakannya sesuai dengan firman Tuhan yaitu Alkitab, atau menurut pikirannya sendiri. Perlu dilakukan pengecekan ulang walaupun hamba Tuhan itu menyatakan kalimat-kalimat yang dikatakannya sebagai firman Tuhan. Batasnya amat tipis antara apa yang disampaikan menurut bisikan hatinya sendiri dengan apa yang firman Tuhan benar-benar nyatakan yang diinsipirasikan kepadanya oleh Roh Kudus. Pada umumnya perkataan yang mengenakkan telinga berasal dari diri sang pembicara, dan mendatangkan kesombongan bagi yang menyampaikannya. Ia menjadi sangat populer dan memperkaya diri. Sedangkan perkataan yang benar-benar membangun iman, pengharapan dan kasih, berasal dari Tuhan, serta mendatangkan kerendahan hati bagi yang menyampaikannya. Ia mungkin tidak populer dan tidak bermaksud memperkaya diri. Terhadap hamba Tuhan yang hanya menyampaikan perkataan dari dirinya sendiri kita tidak perlu taat, bahkan kita boleh menegurnya, karena apa yang dikatakannya bisa menyesatkan umat Tuhan. Sedangkan terhadap hamba Tuhan yang benar-benar menyampaikan firman Tuhan kita perlu taat dan hormati serta kita doakan tiada henti, agar ia semakin dipakai Tuhan dalam kerendahan hati.-

PA-992. Ada beberapa nama khusus yang Tuhan sebutkan sebagai pendoa syafaat yang mampu menggetarkan hati Tuhan, mereka adalah: Nuh, Daniel, dan Ayub. Namun apabila orang-orang yang didoakan guna mendapatkan pengampunan Tuhan melakukan dosa yang tak terampunkan, maka doa ketiga orang tadi hanya mendatangkan keselamatan bagi diri mereka sendiri. Jadi sebenarnya tidak ada doa yang sia-sia. “biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH.” (Yehezkiel 14:14). Isi doa syafaat bukan memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang kita kehendaki, melainkan: (1) memohon belas kasihan Tuhan agar Ia mau mengampuni umat-Nya yang telah berdosa kepada-Nya; (2) mengakui kedaulatan Tuhan dalam melaksanakan apa yang dipandang-Nya baik, termasuk dalam memberkati atau menjatuhkan hajaran bagi umat-Nya; (3) meminta Tuhan kembali memulihkan umat-Nya apabila hajaran memang harus dijatuhkan. Seorang pendoa syafaat dapat dipastikan memiliki karakter yang sesuai dengan hati Tuhan, yaitu: mudah mengampuni dan mudah berbagi. Seorang pendoa syafaat tidak akan menari-nari di atas penderitaan orang lain. Ia memiliki simpati bahkan empati terhadap orang-orang yang perlu didoakan.-

PA-993. Dalam menekankan kepada umat-Nya bahwa hidup ini harus berguna bagi Tuhan dan sesama, Tuhan mengandaikan mereka seperti pohon anggur. Ia berkata, “Lihat, sedangan waktu ia masih utuh, tidak dipakai untuk sesuatu, apalagi sesudah dimakan api dan terbakar; apakah masih dapat lagi dipakai untuk sesuatu?” (Yehezkiel 15:5). Saat pohon anggur anggur itu masih hidup, seharusnya ia menghasilkan buah. Namun tidak pernah orang menebangnya untuk memakai kayunya. Apalagi jika ia sudah terbakar. Gambaran ini tentu sangat jelas bagi umat Tuhan betapa Ia menginginkan mereka memiliki hidup yang berguna bagi banyak orang. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk berguna bagi orang lain? Pertama, melalui doa-doa kita. Dengan mendoakan orang lain kita bisa memohon Tuhan menolong mereka. Kedua, melalui pesan yang kita sampaikan secara lisan atau secara tertulis melalui media elektronik dan digital kita. Pesan yang kita sampaikan tidak membuat orang menjadi resah dan gelisah, melainkan menjadi optimis dan berpengharapan. Ketiga, melalui perbuatan kita. Harus ada tindakan nyata dalam menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan kita. Keempat, tidak menyebarkan luaskan keburukan atau kekurangan orang lain. Justru kita harus menolongnya berubah ke arah yang lebih baik. Jangan sampai hidup kita tidak berguna bagi orang lain, dan terbuang dengan sia-sia.-

PA-994. TUHAN menyampaikan kepada Yehezkiel mengenai kronologi bagaimana ia menjadikan Israel sebagai “kekasih”-Nya. TUHAN mengambil mereka dan berkata, “Aku mengenakan anting-anting pada hidungmu dan anting-anting pada telingamu dan mahkota kemuliaan di atas kepalamu.” (Yehezkiel 16:12). Sayangnya, bangsa ini kemudian melakukan perzinahan rohani dengan menyembah berhala-berhala Kanaan, Mesir, Asyur, Babilonia. TUHAN mengatakan bahwa mereka bagaikan soerang istri yang memeluk orang-orang lain ganti suaminya sendiri (Yehezkiel 16:32). Dalam perikop ini TUHAN melihat adanya ketidaksetiaan umat kepada diri-Nya. Rupanya di hadapan TUHAN, kesetiaan amat penting dan berharga. Kesetiaan kepada TUHAN yang tidak nampak harus diwujudkan melalui: kesetiaan kepada pasangan hidup yang TUHAN telah berikan kepada kita; kesetiaan kepada keluarga dengan menyediakan waktu yang berkualitas bagi mereka; kesetiaan beribadah dengan mengikuti ibadah tanpa tergoda untuk memainkang gawai (gadget) selama ibadah berlangsung; kesetiaan kepada bangsa dan negara. Kesetiaan yang tertinggi adalah kepada TUHAN dengan hanya menyembah Dia dan tidak kepada ilah-ilah lain. TUHAN telah lebih dulu menyatakan kasih dan kesetiaan-Nya kepada kita. Ia telah memberikan yang terbaik kepada kita. Bagaimana mungkin kita tidak setia kepada-Nya. Kesetiaan kepada TUHAN harus nampak dalam ketaatan kepada firman-Nya. Hidupnya bukan berprinsip kepada “Apa yang manusia katakana”, melainkan hanya berprinsip kepada “Apa yang TUHAN katakan”.

PA-995. Raja Zedekia tidak setia kepada perjanjian yang dibuatnya dengan Raja Nebukadnezar. Ia meminta tolong Firaun, Raja Mesir, untuk membebaskannya dari Babilonia. Tetapi itu tidak berhasil, bahkan TUHAN menghukumnya. “Ya, ia memandang ringan kepada sumpah dan mengingkari perjanjian. Sungguh, walaupun ia menyungguhkan hal itu dengan berjabat tangan, tetapi ia melanggar semuanya itu, maka ia tidak dapat luput.” (Yehezkiel 17:18). Karena TUHAN adalah Allah yang setia dan memegang perjanjian-Nya, maka Ia pun menghendaki umatnya setia atau berkomitmen dalam segala hal, termasuk dalam memegang perjanjian dengan pihak-pihak lain. Jika kita pernah berjanji kepada anak-anak kita untuk memberikan sesuatu kepada mereka atau mengajak mereka berlibur, kita harus menepatinya. Jika kita membuat perjanjian tau Memorandum of Understanding (MoU) dengan rekan bisnis kita, maka kita pun harus menepatinya. Pelanggaran atas perjanjian seperti itu tidak boleh dilakukan oleh umat TUHAN. Bisa saja justru pihak lain yang mengingkari perjanjian itu, namun jangan dari pihak kita. Pepatah Jawa menyatakan Ajining Diri Ono Ing Lati, artinya, “martabat diri ada pada lidah”, yaitu sejauh mana kita menepati dan berkomitmen pada janji-janji kita. Apabila karena satu dan lain hal kita tidak bisa menepatinya sesuai waktu yang ditetapkan, maka secara sopan kita akan meminta maaf dan tetap menepati janji itu di waktu mendatang. Janji adalah hutang yang harus dibayar!

 

PA-996. “Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!” (Yehezkiel 18:32). Allah yang telah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya, amat berharga di mata-Nya. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, tentunya hati Allah begitu berduka, karena yang akibat yang akan diterima oleh manusia adalah maut atau kematian kekal. Namun dalam kasih-Nya Ia menyatakan bahwa Ia tidak menghendaki kematian kekal yang harus ditanggung seseorang karena dosa-dosanya. Allah menghendaki manusia tetap bisa bersama-Nya dalam kehidupan kekal. Oleh sebab itu Ia berfirman agar manusia bertobat. Pertobatan membawa kepada kehidupan. Proses pertobatan seseorang adalah sebagai berikut: (1) Roh Kudus menyadarkan atau menginsyafkannya saat ia mendengar atau membaca firman Tuhan bahwa ia adalah orang berdosa; (2) Kesadaran berikutnya adaah bahwa ia tidak akan pernah mampu menyelamatkan dirinya sendiri dari hukuman kekal karena kesalehan manusia seperti kain kotor di hadapan-Nya; (3) Ia tahu bahwa hanya Allah yang sanggup melepaskannya dari kutuk dosa yaitu hukuman kekal; (4) Ia bersedia menerima cara Allah menyelamatkan dirinya, yang dalam Perjanjian Lama harus “hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia – ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH.” (Yehezkiel 18:9). Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kita diselamatkan oleh iman dan anugerah-Nya melalui pengorbanan Sang Mesias, yaitu Yesus Kristus di kayu salib. Tidak ada cara lain!

PA-997. “Dan sekarang ia tertanam di padang gurun, di tanah yang kering dan haus akan air” (Yehezkiel 19:13). Hanya ada dua jenis kehidupan: kesuburan atau kegersangan. Kehidupan yang subur adalah seperti kehidupan tanaman yang berada di dekat mata air. Akar-akarnya selalu mendapatkan makanan dari sumber air dan kemudian bertumbuh dengan baik, menghasilkan buahnya, daunnya tetap hijau bahkan di musim panas sekalipun. Ia seperti pohon korma atau pohon aras di daerah Libanon, yang berakar kuat dan bertumbuh menjulang tinggi. Tanda-tanda kehidupan yang subur adalah kehidupan yang melekat dengan Tuhan. Ia bisa selalu bersyukur, bersukacita, dan kuat dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Hidupnya selalu menjadi berkat bagi banyak orang. Sebaliknya, kehidupan yang gersang digambarkan seperti tanaman yang ada di padang gurun, meranggas, dan selalu haus akan air. Tidak bertumbuh dengan baik, dan tidak menghasilkan buah apa pun. Tanda-tanda kehidupan yang gersang adalah kehidupan yang jauh dari Tuhan. Ia sulit mengucap syukur, selalu berpikir negatif dan bersikap pesimis, mudah goyah saat menghadapi tantangan. Hidupnya selalu menjadi beban bagi orang lain. Yang manakah jenis kehidupan yang Anda miliki. Jika kehidupan Anda subur tingkatkan terus; tetapi jika kehidupan Anda gersang jangan terus dibiarkan, melainkan segeralah datang melekat pada Tuhan Yesus Kristus, Sang Air Kehidupan. Ia akan menjadikan hidupmu segar, bertumbuh dan menjadi berkat bagi banyak orang!

PA-998. “Akulah TUHAN, Allahmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan lakukanlah peraturan-peraturan-Ku dengan setia, …” (Yehezkiel 20:19). Berkat terbesar yang Tuhan berikan kepada umat-Nya adalah hukum yang mendatangkan kehidupan. Hukum Tuhan, yaitu ketetapan (statue) dan peraturan (judgments) bukan membuat kita terbelenggu, melainkan justru membebaskan. Perintah “Jangan membunuh!” bukan membelenggu kita agar tidak membunuh, melainkan membebaskan kita untuk tidak membunuh! Bahkan melindungi nyawa orang dari pembunuhan. Demikian pula dengan hukum-hukum Tuhan lainnya, yang oleh Yesus Kristus diringkas menjadi dua hukum utama: mengasihi Tuhan, Allah kita dan mengasihi sesama kita. Sebagai manusia berdosa, ada kuasa dosa yang selalu mengendalikan diri seseorang sehingga kecenderungan untuk memberontak terhadap perintah Tuhan dan hukum negara sangat besar. Setiap ada hukum dan peraturan, manusia akan cenderung mencari celah kelemahan hukum dan peraturan itu, untuk kemudian dilanggarnya. Namun bagi mereka yang telah ditebus oleh Yesus Kristus, maka ketika kepadanya dihadapkan hukum Tuhan yaitu kebenaran firman-Nya, dan hukum negara, maka ia memiliki kecenderungan yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Ia kini cenderung meminta kekuatan dan kemampuan dari Tuhan untuk menaati hukum dan peraturan itu. Artinya, ketaatan terhadap hukum dan peraturan, merupakan kerjasama yang baik antara kemauan kita dan pertolongan Tuhan. Dengan menaati semua hukum dan peraturan itu, maka kita akan hidup, yaitu hidup yang berkenan kepada Allah dan manusia!

PA-999. “… Tiada yang tetap seperti keadaannya sekarang. Yang rendah harus ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan.” (Yehezkiel 21:26). Tiada yang kekal di dunia ini. Banyak yang mengatakan bahwa hidup ini seperti roda yang terus berputar, dimana posisi seseorang bisa di atas namun sesaat kemudian bisa berada di bawah.

Ayat di atas dalam konteks pemimpin bangsa. Tuhan bisa menurunkan seseorang dari posisinya apabila saat memerintah tidak mendatangkan kesejahteraan atas rakyat yang dipimpinnya. Sebaliknya, Tuhan bisa mengangkat seseorang yang berkenan di hati-Nya untuk duduk dalam posisi yang tinggi. Orang pilihan Tuhan akan bekerja keras dan bekerja cerdas, bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kesejahteraan rakyat semata-mata.

Namun ayat tersebut juga bisa berlaku bagi kita yang ditetapkan oleh Tuhan sebagai pemimpin di bidang kita masing-masing. Kepemimpinan adalah mandate (amanah) yang Tuhan berikan. Pertanggungjawaban tugas bukan hanya kepada orang-orang yang memilih kita, atau kepada majikan yang mengangkat kita, melainkan terutama kepada Tuhan yang mengangkat kita. Sayangnya, banyak pemimpin hanya ingin menyenangkan hati pemilihnya, atau pimpinan di atasnya, tetapi tidak belajar untuk menyenangkan hati Tuhan.

Orang boleh memilih kita, boss boleh mengangkat kita, namun jika kita tidak berkenan kepada Tuhan, maka dalam tempo singkat, Tuhan akan menurunkan kita dengan cara-Nya. Sebaliknya, jika kita terlibat dalam proses memilih pemimpin, pilihlah orang cerdas tetapi rendah hati dan disertai dengan takut akan Tuhan. Maka kepemimpinannya akan menjadi berkat bagi banyak orang. Sekalipun satu kali ia tidak menjabat lagi karena terbatasnya periodisasi, namun apa yang diperbuatnya akan terus dikenang baik selamanya.-

PA-1000. “Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di tangan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya.” (Yehezkiel 22:30). Ini adalah ayat yang biasanya digunakan untuk para pendoa syafaat. Untuk istilah “mempertahankan negeri” digunakan istilah bahasa Inggris “stand in the gap” (berdiri di tengah celah).
 
Setiap negeri pada umumnya dipimpin dan dihuni oleh orang-orang yang tidak melakukan kehendak Allah yang menganugerahkan negeri itu kepada mereka. Dosa mereka terus meningkat sehingga pada titik puncaknya akan mendatangkan murka Allah atas mereka. Namun apabila ada orang-orang yang mau peduli dan berkorban untuk menjadi pendoa syafaat bagi mereka, rela berdiri di celah antara negeri yang berdosa itu dengan Allah yang kudus, maka Allah mengurungkan niat-Nya untuk menjatuhkan hukuman atas negeri itu. Namun dalam konteks ayat di atas, Allah tidak menemukan adanya pendoa syafaat, seorang pun tidak. Mengapa?
 
Ada beberapa sebab. Pertama, semua orang di negeri itu bersifat egois yaitu hanya berpusat kepada diri mereka sendiri. Jangankan berdoa bagi orang lain, mungkin bagi diri sendiri saja tidak karena menikmati kehidupan berdosa. Kedua, telah pernah ada orang yang berdoa untuk negeri itu tetapi kemudian mengalami kejenuhan dan kebosanan. Ia kemudian berhenti melakukannya. Ketiga, ada orang yang berpikir bahwa karena besarnya dosa, maka ia merasa akan sia-sia saja menaikkan doa syafaat.
 
Janganlah ketiga alasan di atas membuat kita tidak berdoa atau berheni berdoa bagi negeri kita Indonesia. Teruslah berdoa, karena masih banyak pemimpin dan rakyat negeri ini yang tidak hidup sesuai dengan kehendak Tuhan: aborsi, perzinahan, perjudian, korupsi, ketidakjujuran, dan sebagainya.-