REKAT (401-500)

PA – 401. Di Hakim-hakim pasal terkahir (ps  21) ada beberapa pelajaran penting: (1) Pikir dulu baru bicara atau berbuat. Suku-suku Israel berasumpah – tanpa pikir panjang –  tak akan memberikan gadis2 mereka kepada suku Benyamin. Ini akan berakibat pada punahnya suku Benyamin (ayat 1-4). (2) Jangan menyelesaikan masalah yang bisa memunculkan masalah baru. Karena sumpahnya iyu, orang Israel harus menyediakan gadis-gadis dari Yabesy-Gilead bagi suku Benyamin (5-12). (3) Jangan memfokuskan hidup ini hanya pada hawa nafsu kedagingan. Orang Benyamin masih merasa kurang dengan jumlah gadis2 itu, sehingga mereka menculik gadis-gadis dari Silo (ayat 12-23). Kesimpulan Kitab Hakim-hakim: tanpa kebenaran dari Tuhan, setiap orang bisa berbuat sesuatu yang dianggapnya benar menurut pandangannya sendiri (ayat 25).-

PA – 402. Mulai nomor ini kita akan belajar Kitab Rut. Kisah Rut terjadi pada masa hakim-hakim, namun ada beberapa kontras antara Kitab Hakim2 dan Kitab Rut (1) Dalam kehancuran ada pengharapan. Ini menunjukkan kesetiaan Allah kepada umat-Nya. (2) Dalam pemberontakan ada ketaatan. (3) Ketika banyak orang melangkah menjauh dari Tuhan ada yang justru mendekat kepada Tuhan. (4) Dalam suasana penuh penindasan dan kekerasan ada kepedulian. (5) Dalam kehidupan penuh kenajisan ada yang tetap menjaga kekudusan. Kitab Rut  diawali dengan kondisi adanya bencana kelaparan di Betlehem. Kelaparan akan apa? Pertama, kelaparan jasmani akan makanan. Ini segera bisa disadari oleh setiap orang. Namun yang kedua, sebenarnya ada kelaparan rohani, yaitu kehausan akan firman Tuhan yang seringkali tidak disadari.-

PA – 403. Dalam Rut 1:1-22 ada kisah di mana Elimelekh bersama isteri dan kedua anaknya meninggalkan Betlehem dan pergi ke Moab. Di sana mereka bermaksud memperoleh kehidupan yang lebih baik, namun yang diperoleh justru sebaliknya: Elimelekh dan kedua anaknya mati di Moab. (a) Elimelekh = Allahku itu Raja. Ia tidak sabar dan kurang pertimbangan (Amsal 3;21-24), Naomi = kesenanganku (my delight), Mahlon = merana, Kilyon = kelemahan; (b) akibat keputusan yang salah mendatangkan masalah yang lebih besar. Janganlah meninggalkan Tuhan, apapun yang terjadi; (c) TUHAN telah memperhatikan umat-Nya. Pemulihan pasti terjadi setelah ada ujian sekian lama; (d) Di balik kegagalan manusia, ada Allah yang mengubah menjadi kebaikan. Ada  Rut (= sahabat) yang berkomitmen mengikut Naomi.-

PA – 404. Perjumpaan Boas dan Rut dalam Kitab Rut pasal 2 merupakan rencana Allah yang indah dalam kehidupan Rut dan Boas. Di samping rencana Allah tersebut, keduanya hidup sebagai umat Tuhan dengan kaarakter yang indah.  (1) Rut mau bekerja keras memungut bulir-bulir jelai di ladang Boas … dari pagi … seketikapun ia tidak berhenti (ayat 1-5). (2) Boas yang bermurah hati kepada Rut setelah mendengar perbuatan baik Rut terhadap ibu mertuanya (ayat 6-9). (3) Rut menyisihkan makanan yang diperolehnya dari Boas untuk Naomi. Rut diberkati dan menyalurkannya kepada Naomi (ayat 18). (4) Boas melakukan kebaikan pada Rut bukan karena hawa nafsunya ingin memiliki Rut, melainkan dengan motivasi sebagai anak Tuhan yang peduli terhadap mereka yang membutuhkan. Ucapan-ucapan Boas yang melibatkan Tuhan menunjukkan hak itu (ayat 4, 12). Kesimpulan: bagian Tuhan adalah menggenapi rencana-Nya; bagian kita adalah melakukan tugasa kita menyatakan kasih-Nya kepada mereka yang membutuhkan.-

PA – 405. Kisah antara Boas dan Rut berlanjut dalam Rut pasal 3 di mana di dalamnya banyak pelajaran berharga. (1) Rut berurap dan berdandan agar nampak cantik sebelum berjumpa dengan Boas (ayat 1-3). Memiliki ‘outer beauty’ juga penting di samping ‘inner beauty’. (2) Rut tidak ‘cuap-cuap’ saat mengadakan pendekatan dengan Boas (ayat 4-5). Seharusnya demikian sikap orang yang menggumuli rencana Allah dalam hidupnya. Setelah terealisasi baru bersaksi agar semua orang tahu. Jangan sebaliknya. (3) Boas menilai Rut sebagai perempuan janda terhormat yang tidak mengejar laki-laki, melainkan tetap menjaga kekudusan hidupnya (ayat 10). (4) Boas berjanji akan ‘berjuang’ untuk menebus Naomi dan Rut, sehingga Rut dapat menjadi isterinya (ayat 12-18). Untuk memperoleh sesuatu yang bernilai dan berharga dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Namun Tuhan berada di sisi orang yang mau berjuang guna menopangnya. Jadi teruslah berjuang bersama Tuhan!

PA – 406. Akhirnya dalam Rut pasal 4 Boas memperisteri Rut. Dalam prosesnya ada beberapa pelajaran penrting. (1) Boas memberi pengaruh atau dampak pada orang lain (ayat 1-2). Sudahkah hidup kita juga berdampak seperti garam dan terang bagi sekitar kita? (2) Boas memberi kesempatan lebih dulu kepada yang berhak menebus Naomi dan Rut (ayat 3-4). Sudahkah kita mendahulukan orang lain sesuai dengan hak mereka ataukah kita selalu ‘menyerobotnya’ lebih dulu? (3) Boas mau berkorban menebus Naomi dan Rut, yaitu demi ‘menegakkan nama orang yang telah mati itu di atas milik pusakanya.’ (ayat 10). Boas adalah gambaran Yesus Kristus yang rela menderita bagi kita. Sudahkah kita juga mau berkorban bagi orangh lain? (4) Tindakan Boas didukung banyak orang dan ucapan mereka mengandung unsur nubuat: Rut akan seperti Rahel dan Lea (isteri-isteri Yakub), anak-anaknya akan seperti Peres (artinya ‘menerobos’) (ayat 11-12). Hidup yang berjalan sesuai rencana Allah bisa menjadi ‘history maker’, menghasilkan generasi yang dipakai Allah: Boas dan Rut memperanakkan Obed, Obed memperanakkan Isai, dan Isai memperanakkan Daud.-

PA – 407. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab 1 Samuel. Dalam pasal 1 ada kisah tentang Hana yang berdoa kepada Tuhan meminta anak, dan ia memperolehnya. Beberapa pelajaran penting: (1) Keegoisan suaminya, yaitu Elkana yang memiliki isteri lagi (Penina) mendatangkan penderitaan bagi Hana (ayat 1-8). Sejak awal Allah menetapkan prinsip monogami, agar dalam hubungan kasih antara suami dan isteri dinyatakan dalam kesetiaan. (2) Hana berdoa dengan disertai nazar bahwa ia akan menyerahkan anak yang nantinya Tuhan berikan padanya (ayat 9-11). Berarti doa Hana tidak didasarkan pada pemuasan hawa nafsu dan kedengkian kepada Penina, melainkan demi pekerjaan Tuhan. (3) Ungkapan hati dalam doa bisa berbentuk air mata yang ditampung dalam kirbat Tuhan (ayat 13-18). Doa Hana disertai dengan iman dan kesungguhan hati. Doa semacam ini besar kuasanya (Yak 5:16b). (4) Setelah Hana mendapatkan Samuel, ia menyerahkannya kepada Tuhan dengan kalimat yang sangat indah, “…; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” (ayat 28). Seharusnya sikap kita seperti itu: apapun berkat yang Tuhan berikan pada kita, pemanfaatannya harus sesuai kehendak-Nya bukan kehendak kita.-

PA – 408. Dalam 1 Samuel pasal 2 ada lirik pujian Hana. Pujian ini dapat dibagi dua: pengenalan akan Allah dan pengenalan akan diri sendiri. Dalam bagian pertama ada kalimat “TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.” (Ayat 7). Berarti Tuhan adalah Allah yang berdaulat penuh atas kehidupan umat manusia. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa manusia bersikap pasif dan menunggu nasib, yaitu apa yang Allah akan kerjakan dalam hidupnya. Di dalamnya tetap ada bagian yang dilakukan oleh manusia, karena dalam ayat 10 dikatakan “… Ia memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk kekuatan orang yang diurapi-Nya.”  Manusia berusaha (dengan kekuatan dan pertolongan Tuhan), dan Tuhan memberkati. Hana berdoa dengan sungguh-sungguh, namun tetap berhubungan intim dengan suaminya, sehingga kemudian ia memperoleh Samuel dari Tuhan. Jika Hana tidak berdoa, atau tidak mau hidup harmonis dengan suaminya, ia tidak akan memperoleh apa-apa.-

PA – 409. Kedua anak Imam Eli, yakni Hofni dan Pinehas, tidak hidup sebagai hamba Tuhan yang baik dan benar. Dalam 1 Samuel pasal 2 dikatakan bahwa tidak mengindahkan Tuhan. (1) Mengambil yang terbaik untuk diri sendiri, yang buruk diberikan kepada Tuhan (ayat 12-15). (2) Melakukan kekerasan (ayat 16-17). (3) Tidur dengan perempuan2 yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan (ayat 22). (4) Tidak mendengarkan nasihat orang tua (ayat 23-26). Jangan menjadi anak  Tuhan seperti mereka. Berikan yang terbaik kepada  Tuhan, jangan melakukan paksaan dan kekerasan, pelihara kekudusan, dan dengar nasihat orang yang diberi ortoritas oleh Tuhan-

PA – 410. Imam Eli ditegur oleh Tuhan. Dalam 1 Samuel pasal 2 ia didatangi seorang abdi Allah dan menyampaikan teguran itu: (1) Eli lupa bahwa ia adalah keturunan Lewi yang diberi hak istimewa oleh Tuhan untuk melayani-Nya sebagai imam. Seharusnya ia mensyukuri hal itu dan melaksanakan tugas panggilan itu sebaik-baiknya (ayat 27-28). (2) Memandang dengan loba korban persembahan bagi Tuhan, di mana seharusnya ia lebih mengutamakan korban bagi Tuhan ketimbang untuk dirinya sendiri. (3) Eli lebih menghormati anak-anaknya daripada menghormati Allah. Seharusnya Tuhan nomor satu dan yang lain di urutan berikutnya (ayat 29). Inilah hukuman Tuhan bagi imam Eli (ayat 30-36): (1) Tuhan membatalkan perjanjian berkat-Nya. (2) Tidak akan ada kakek dalam daftar keturunan Eli. (3) Keturunannya akan banyak yang mati dalam peperangan. (4) Keturunannya akan ada yang meminta-minta pelayanan agar bisa makan. Kesimpulan: mari kita sungguh-sungguh hidop benar di hadapan Tuhan, agar kita dan generasi keturunan kita berikutnya tetap diberkati Tuhan.-

PA 411. Kepada Samuel dipercayakan jabatan nabi TUHAN oleh Tuhan sendiri (1 Samuel 3:20). Apa rahasia hidup yang dipakai Tuhan adalah sbb.: (1) Ada orang tua yang dewasa rohani yang mau berdoa dan penuh penyerahan kepada Tuhan. Ada Hana yang berdoa untuk memperoleh Samuel dan menyerahkan Samuel kepada Tuhan (1 Sam 1:27). (2) Mendekatkan diri kepada Tuhan, walaupun banyak yang belum dipahami. Samuel ‘tidur’ dekat tabut Allah. Itu yang membuat ia disenangi Tuhan (1 Sam 3:3). (3) Memiliki kebiasaan taat kepada atasan dalam hal yang positif. Samuel segera menemui Imam Eli ketika namanya dipanggil (1 Sam 3:4-8). (4) Melaksanakan perintah Tuhan sepenuhnya. Samuel menyampaikan kepada Imam Eli apa yang Tuhan katakan kepadanya (1 Sam 3:18). (5) Memiliki konsistensi dalam panggilan hidup, tidak bersemangat ‘sprite’ yaitu sesaat di awal saja,  melainkan semakin berkenan kepada Tuhan. Melalui Samuel, “tidak ada satupin dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.” (1 Sam 3:19).- Bagaimana dengan kita?

PA – 412. Dalam 1 Samuel 4 ada kisah tentang peperangan orang Israel melawan orang Filistin. Orang Israel kalah (ayat 2). Kemudian mereka memindahkan Tabut Perjanjian ke tengah medan perang, namun ternyata mereka tetap kalah (ayat 10). Mengapa? Sebab kemenangan  bukan terletak pada simbol kehadiran Tuhan, melainkan pada kehadiran Tuhan itu sendiri.  Akhirnya  Tabut Perjanjian dirampas, Hofni dan Pinehas tewas (ayat 11). Padahal Hofni dan Pinehas ada dekat Tabut Perjanjian itu (ayat 4). Mengapa? Apa bedanya dengan Samuel? Pertama, Samuel mendekat ke Tabut Perjanjian, Hofni dan Pinehas ‘memaksa’ Tabut Perjanjian mendekat pada mereka. Kedua, Samuel dekat tubuh dan dekat hati dengan Tuhan, sedangkan Hofni dan Pinehas hanya dekat tubuh. Hati mereka jauh dari Tuhan.-

PA – 413. Dalam 1 Samuel 5 orang Filistin melecehkan Tuhan dengan menaruh Tabut Perjanjian di sisi patung Dagon. Akibatnya patung itu rebah, bahkan ketika ditegakkan kembali keesokan harinya jatuh berkeping-keping (ayat 1-7). Tidak ada ilah manapun yang dapat bertahan di hadapan Allah yang hidup! Sejak saat itu mereka tidak lagi masuk ke kuil Dagon. Ketika Tabut dipindahkan ke beberapa tempat: dari Asdod ke Gat lalu ke Ekron, selalu ada wabah sakit penyakit di tempat itu (ayat 8-12). Mereka akhirnya tahu bahwa Allah yang hidup itu tidak bisa dipermainkan. Mari kita menghormati Allah dan hadirat-Nya setiap kali kita beribadah dan melayani Dia. Jangan sembrono, sebab bisa mendatangkan malapetaka bagi kita. Orang di Korintus yang main-main dengan Perjamuan Suci, misalnya, mengalami sakit bahkan ada yang mati (1 Kor. 11:27-30). Sebaliknya, ketika kita menghormati Tuhan, berkat-Nya limpah atas kita.-

PA – 414. Dalam 1 Samuel pasal 6 dikatakan bahwa orang Filistin menahan Tabut Perjanjian selama 7 bulan. Selama itu pula mereka dihajar oleh Tuhan (ayat 1). Seharusnya tidak perlu terlalu lama menyadari kesalahan atau dosa yang dilakukan, agar penderitaan yang dialami pun tidak berkarutr-larut. Jangan berlambat-lambat atau menunda-nunda waktu untuk bertobat atau melakukan hal yang baik dan benar. Setelah Tabut Tuhan berada di tengah umat-Nya, ada orang Bet-Semes yang usil dengan melihat isi dari Peti Perjanjian. Padahal itu dilarang keras (Bil. 4:20). Akibatnya kembali jatuh korban. Ada 70 orang yang mati (ayat 19). Apa yang dilarang Tuhan jangan dilanggar. Akhirnya Tabut itu dikirim ke Kiryat-Yearim dan dijaga dengan baik oleh keluarga Abinadab (ps 7:1). Tempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat!

PA – 415. Selama 20 tahun orang Israel berada dalam tekanan orang Filistin. Mereka berseru kepada Tuhan, dan Tuhan berjanji memberikan kemenangan atas mereka. Ada beberapa syarat yang mereka harus penuhi untuk memperoleh kemenangan itu (1 Samuel 7). (1) Berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati dan menjauhkan para ilah asing (ayat 3). (2) Mengaku dosa dan menyelesaikannya di hadapoan Tuhan (ayat 6). (3) Memberikan persembahan korban bakaran kepada Tuhan (ayat 9). Cara Tuhan bekerja sangat dahsyat. Ia mengguntur dan mengacaukan orang Filistin (ayat 10). Kota-kota yang pernah mereka rebut akhirnya kembali menjadi milik umat Tuhan (ayat 14). Pegang rahasia kemenangan ini dan alami kuasa-Nya yang dahsyat!

PA – 415. Selama 20 tahun orang Israel berada dalam tekanan orang Filistin. Mereka berseru kepada Tuhan, dan Tuhan berjanji memberikan kemenangan atas mereka. Ada beberapa syarat yang mereka harus penuhi untuk memperoleh kemenangan itu (1 Samuel 7). (1) Berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati dan menjauhkan para ilah asing (ayat 3). (2) Mengaku dosa dan menyelesaikannya di hadapoan Tuhan (ayat 6). (3) Memberikan persembahan korban bakaran kepada Tuhan (ayat 9). Cara Tuhan bekerja sangat dahsyat. Ia mengguntur dan mengacaukan orang Filistin (ayat 10). Kota-kota yang pernah mereka rebut akhirnya kembali menjadi milik umat Tuhan (ayat 14). Pegang rahasia kemenangan ini dan alami kuasa-Nya yang dahsyat!

PA – 417. Selanjutnya dalam  1 Samuel 8:4-22 dikatakan bahwa bangsa Israel meminta seorang raja kepada Tuhan. Alasan yang dikemukakan adalah: karena anak-anak Samuel tidak memerintah dengan baik dan supaya mereka sama seperti bangsa-bangsa lain. Namun alasan yang sebenarnya adalah … mereka menolak Tuhan menjadi raja atas mereka!  Seringkali dalam melakukan sesuatu kita menggunakan pelbagai alasan yang dipandang ‘masuk akal’, padahal ada maksud tersembunyi dalam diri kita yang sama sekali tidak benar! Tuhan memberitahukan kepada mereka tentang hak2 seorang raja yang bisa memberatkan mereka, tetapi mereka tetap ‘ngotot’ meminta raja. Akhirnya Tuhan ‘terpaksa’ mengabulkan permintaan mereka. Jangan ‘memaksa’ Tuhan saat kita berdoa. Kalaupun Ia mengabulkan doa kita, tetapi di ujungnya akan berakhir tidak menyenangkan. Tetaplah berkata, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”.-

PA – 418. Pada mulanya Saul memenuhi syarat unrtuk menjadi raja atas bangsa Israel (1 Samuel pasal 9). Ia anak orang berada, dan posturnya tinggi besar (ayat 2), mau menaati perintah ayahnya untuk mencari keledai yang hilang (ayat 4-6), tahu adat istiadat dan sopan santun (9:7), mau menerima usulan yang baik dari orang kecil (ayat 10), dan ditetapkan Allah sendiri menjadi raja (ayat 16), rendah hati (ayat 21), serta mau menerima nasihat hamba Tuhan (ayat 25). Jadi persyaratan insani dan ilahi penting bagi seorang pemimpin rohani. Jangan asal-asalan agar tidak membawa bencana bagi banyak orang. Demikian pula dalam mempersiapkan anak-anak kita menjadi pemimpin masa depan. Membentuk pemimpin tidak bisa instant, perlu proses panjang … perlu perjuangan!

PA – 419. Ketika Saul ditetapkan Tuhan sebagai raja (1 Samuel pasal 10),  dikatakan ia akan memerintah atas umat Tuhan, atas ‘milik-Nya sendiri’ (ayat 1). Artinya Saul harus sadar bahwa rakyat itu bukan milik Saul yang bisa ia perintah semau-maunya, melainkan milik Tuhan. Jika Saul salah menangani umat Tuhan, ia akan berhadapan dengan Tuhan sendiri. Inilah makna kepemimpinan. Dikatakan juga bahwa ada tanda-tanda konfirmasi yang jelas: keledai-keledai akan ditemukan (ayat 2), ada orang yang akan memberinya roti (ayat 3-4), dan Saul akan kepenuhan seperti nabi (ayat 5). Konfirmasi atau peneguhan semacam ini penting, agar tidak ada dugaan dari orang Israel bahwa penunjukan Saul sebagai raja berdasarkan suka (like) atau tidak suka (tidak suka). Selanjutnya, ketika Saul dipenuhi Roh Kudus, ia menjadi seperti ‘manusia lain’. Ada ‘sesuatu yang baru’ ketika Roh Kudus ada di dalam kita, dan orang lain akan mengakuinya (ayat 9-12).

PA – 420. Peneguhan berikutnya terhadap Saul sebagai raja dalam 1 Samuel 10 adalah dengan cara undi. Hasil undian jatuh pada Saul bin Kisy (ayat 21). Namun saat itu Saul bersembunyi karena kurang percaya diri. Saul belum mengenal potensi diri yang Tuhan berikan kepadanya. Sebenarnya ketika ia telah kepenuhan sebagai nabi, yaitu dihinggapi Roh Tuhan, ia punya potensi yang luar biasa. Namun hal itu belum disadarinya. Ketika Saul diperhadapkan kepada bangsa itu mereka berseru ‘hidup raja!’ (ayat 24). Seringkali manusia langsung memberikan penilaian padahal baru tahu sesaat. Benarkah Saul mampu menjalankan tugas sebagai raja? Waktulah yang membuktikannya. Jangan cepat mengambil kesimpulan! Akhirnya ada orang-orang gagah perkasa yang ‘digerakkan Tuhan’ untuk mengikurt dan melayani Saul (ayat 26). Selalu ada orang yang digerakkan Tuhan untuk menolong kita. Bersyukurlah untuk hal itu dan bekerjasamalah dengan mereka! Namun ada pula yang meragukan kemampuan Saul tetapi ia mengabaikannya (ayat 27). Selalu saja ada pihak yang pro dan kontra dengan kita. Itu alamiah. Fokuskan diri pada tugas yang Tuhan berikan, dan lakukan bersama orang yang digerakkan Tuhan untuk menolong kita!

PA – 421. Ujian pertama atas kepemimpinan Saul sebagai raja adalah melawan orang Amon (1 Samuel 11). Prosesnya adalah sbb.: 1. Diawali dengan kemungkinan perundingan perjanjian antara orang Yabesy dan Nahas, orang Amon (ayat 1); 2. Ketika perundingan gagal, meminta kelonggaran waktu untuk mengambil keputusan (ayat 2-3); 3. Saul terbeban menolong mereka dan ia dikuasai oleh Roh Allah (ayat 4-6); 4. Saul memperoleh banyak tentara karena campur tangan Tuhan (ayat 7); 5. Saul menggunakan strategi dalam melawan bani Amon (ayat 11); 6. Saul memberi pengampunan terhadap orang yang meragukan kemampuannya (ayat 12-13); 7. Saul bersukacita atas pertolongan Tuhan dalam peperangan pertama yang dilakukannya (ayat 14-15). Tuhan menghendaki agar kita juga mengikuti ketujuh tahapan proses di atas. Kemenangan dari Tuhan akan menyertai kita selalu.-

PA – 422. “Di sinilah aku berdiri” (Here I Stand). Ini adalah ucapan yang sangat terkenal yang disampaikan oleh Samuel dalam pidato perpisahannya dengan umat Tuhan. Ucapan itu merupakan kesimpulan dari LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) Samuel sebagai pemimpin umat Tuhan selama bertahun-tahun (1 Samuel 12): 1.  Disampaikan di hadapan Tuhan dan manusia (ayat 1-3). 2. Mengungkapkan karya Tuhan dalam sejarah keselamatan umat-Nya agar umat tidak lupa akan kebaikan-Nya (ayat 4-12). 3. Ajakan agar umat Tuhan tetap setia beribadah kepada-Nya dan menaati firman-Nya (ayat 13-16). 4. Menyatakan dengan tegas bahwa permintaan mereka akan seorang raja adalah salah dengan ditandai guruh dan hujan, namun Tuhan mengampuni mereka (ayat 17-22). 5. Samuel tetap mau berdoa senantiasa bagi umat Tuhan dan mengajarkan jalan yang baik dan yang lurus di masa pensiunnya (ayat 23). Inilah keteladanan hidup Samuel yang harus kita ikuti!

PA – 423. Baru beberapa hari Saul memerintah, ia telah tidak taat kepada Tuhan (1 Samuel 13). Saat Saul merasa terdesak oleh orang Filistin ia tidak sabar menanti kedatangan Samuel yang akan mempersembahkan korban kepada Tuhan. Saul berinisiatif sendiri mempersembahkan korban (ayat 11-12). Alasan Saul adalah: pertama, karena ia terdesak dan terjepit (kepepet); keduan karena rakyat mulai terserak meninggalkan dia. Inilah alasan yang sering digunakan banyak orang untuk melanggar firman Tuhan, yaitu kepepet dan kuatir dijauhi orang lain sehingga tidak punya teman. Padahal seharusnya tidak demikian. Akibatnya Tuhan tidak memberikan takhta kerajaan kepada keturunan Saul, melainkan kepada orang lain yang berkenan di hati-Nya (ayat 13-14). Di samping itu, orang Filistin memperlemah posisi  orang Israel  dengan tidak mengijinkan adanya tukang besi, sehingga orang Israel tidak bisa memiliki persenjataan dalam pertempuran (ayat 19-22). Hati-hati strategi Iblis yang selalu bermaksud melucuti selengkap senjata Allah sehingga kita tidak berdaya melawannya (Efs 6:10-18).-

PA – 424. Yonatan, putera Saul ternyata memiliki prinsip iman yang luar biasa. Pertama, ketika akan berperang melawan orang Filistin dengan beberapa orang saja, ia berkata, “… Sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.” (1 Samuel 14:6). Iman tidak tergantung pada jumlah atau figur orang yang dipakai Alllah, melainkan berfokus pada Allah sendiri. Ia bahkan bisa menolong kita … tanpa bantuan siapapun! Andalkan Tuhan, jangan manusia! Kedua, Yonatan berani naik ke tempat perkemahan orang Filistin sebagai tanda bahwa TUHAN telah menyerahkan musuhnya ke dalam tangannya (1 Samuel 14:12). Dalam tangan kita ada dua pilihan: menanti kesempatan atau menjemput kesempatan. Iman sejati disertai dengan keberanian bertindak penuh resiko bersama Tuhan. Ketiga, Yonatan memberi inspirasi kepada orang lain bahwa sebenarnya bersama Tuhan pasti bisa (1 Samuel 14:22). Iman yang disertai tindakan mampu mendorong orang lain melakukan hal yang sama. Iman itu berdampak kuat secara positif bagi orang lain!

PA – 425. Dalam 1 Samuel 14, ada sumpah yang disampaikan Saul, “Semua orang tidak akan makan sesuatu sebelum mengalahkan musuh” (ayat 24). Akibatnya? Banyak orang letih lesu kelaparan, padahal akan berperang. Ini sedikit beda dengan sumpah dari Gajahmada, mahapatih Majapahit, di mana hanya ia sendiri yang akan terus berpuasa sampai  menaklukkan nusantara. Yonatan tidak mendengar sumpah ayahnya itu sehingga ia makan madu hutan dan menjadi segar. Akibatnya, Tuhan tidak menjawab pertanyaan Saul sebab ada pelanggaran dalam sumpah itu (ayat 37). Saul bersikap tegas. Ketika tahu bahwa anaknya yang salah, ia nyaris membunuhnya. Yonatan pun siap menanggung hukuman itu. Namun karena Yonatan tidak tahu, dan banyak jasa yang telah diperbuatnya, rakyat membelanya sehingga Yonatan terbebas dari kutuk. Pembebasan atau pengurangan hukuman hanya diberikan kepada orang yang benar-benar tidak tahu dan karena jasa-jasanya yang besar. Di luar itu, hukum harus ditegakkan seadil-adilnya, tidak peduli siapa yang berbuat!

PA – 426. Setelah Saul gagal dalam test ketaatan I, ia diperhadapkan pada tes ketaatan II (1 Samuel 15). Saat itu ia diperintahkan untuk menumpas bangsa Amalek seluruhnya. Mengapa ada perintah Tuhan dalam Perjanjian Lama yang begitu kejam? Alasannya dapat dijelaskan sebagai berikut: setiap bangsa yang dijumpai oleh umat Tuhan sebenarnya selalu diberi kesempatan untuk bergabung dengan umat Tuhan, menyembah Yahweh, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Bagi mereka yang mau meninggalkan berhala mereka, bergabung dengan umat Tuhan untuk menyembah Dia, maka mereka akan tetap hidup (mis. Rahab, Rut, dll.). Namun bagi yang menolak, berarti mereka tetap beribadah kepada berhala. Dalam penyembahan berhala selalu disertai dengan ‘pelacuran bhakti’, yaitu hubungan seks bebas sebagai bagian dari ritual mereka. Akibatnya memberi kesempatan kepada virus sakit penyakit kelamin yang mematikan bisa menulari banyak orang. Jadi karena mereka sendiri memilih memusuhi Tuhan, dan menjadi sumber penyakit menular yang mematikan, maka Tuhan menyuruh umat-Nya (termasuk Saul), untuk memunahkan semua orang Amnalek. Jadi, jangan meilhat dari sisi Tuhan membinasakan, melainkan dari sisi Tuhan menyelamatkan mereka yang mengasihi-Nya.

PA – 427.  Ternyata Saul kembali gagal dalam test ketaatan yang kedua. Ia tetap membiarkan hidup Agag, raja Amalek beserta kambing domba yang tambun-tambun (1 Sam 15:9). Ketika Samuel menegurnya, Saul tidak mau mengakui kesalahannya itu, bahkan ia mengemukakan 7 (tujuh) alasan guna membenarkan diri dengan ketidak-taatannya itu. (1) Ia merasa telah melakukan firman Tuhan, walaupun tidak tuntas. (2) Ia merasa telah berjasa menyiapkan kambing domba untuk korban bakaran yang dituntut Tuhan. (3) Ia menyatakan bahwa dosanya cuma satu (menyelamatkan Agag), sedangkan rakyat lebih banyak (menyisihkan kambing domba). (4) Ia mengaku berdosa, tetapi itu dilakukannya karena ia takut kepada rakyat. (5) Ia mengaku berdosa, tetapi meminta Samuel menghormati keputusannya dan dirinya sebagai raja di depan publik. Karena Saul mengelak dan tidak mau mengakui dosanya seutuhnya, maka ia pun akhirnya ditolak oleh Tuhan. Sekalipun ia sujud menyembah kepada Tuhan, Tuhan tidak menghiraukannya lagi (1 Sam. 15:31). Mari kita mengaku atas setiap dosa yang kita lakukan agar Tuhan mengampuni kita, dan kita pun jangan berbuat dosa lagi (1 Yoh. 1:9; Yoh. 8:11).

PA – 428. Samuel diperintahkan Tuhan untuk mengurapi raja baru pengganti Saul yang – karena ketidaktaatannya – ditolak oleh Tuhan (1 Samuel 16). Ia disuruh ke Betlehem, yaitu kepada keluarga Isai. Semula Samuel berpikir pasti Eliab, anak sulung Isai yang berperawakan tinggi besar, yang ditetapkan Tuihan. Ternyata bukan! Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati (ayat 7). Oleh sebab itu kita harus super hati-hati saat akan menentukan pilihan kita: sebagai pasangan hidup kita, sebagai karyawan atau anak buah kita, sebagai pemimpin kita, sebagai rekan bisnis kita, sebagai rekan sepelayanan kita, dan sebagainya. Dibutuhkan tuntunan Tuhan agar kita tidak salah memilih. Akhirnya justru Daud, anak bungsu Isai, yang dipilih Tuhan. Sejak saat itu berkuasalah Rih TUHAN atas Daud (ayat 13). Pilihan Tuhan berdasarkan kedaulatan-Nya yang bersifat mutlak, dan tanggapan dari yang bersangkutan. Tuhanlah yang merendahkan yang satu dan meninggikan yang lain (Maz 75:7-8).

PA – 429. Setelah Daud diurapi Tuhan, proses berikutnya Daud dibawa Tuhan ke istana Saul dan menjadi pelayannya (1 Samuel 16:14-23). Tugasnya? Pertama, menjadi pembawa senjata Saul. Kedua, memainkan kecapi di hadapan Saul, khususnya ketika “roh jahat yang dari pada Allah” mengganggunya, sehingga Saul merasa nyaman dan roh jahat itu kemudian undur dari padanya. Saul suka kepada Daud. Jadi Daud sebenarnya sudah berperang secara rohani: (1) menaklukkan diri sendiri sehingga punya kerendahan hati untuk menjadi pelayan dari orang yang telah hilang urapannya. (2) memainkan musik yang diurapi Tuhan sehingga mampu menghalau roh jahat. Ketika talenta yang dimilikinya digunakan semaksimal mungkin dalam urapan Tuhan, pasti menjadi berkat dan mendatangkan kenyamanan bagi orang yang dilayani. Daud menag dalam kedua peperangan tersebut. Bagaimana dengan Anda?

PA – 430. Peperangan Daud berikutnya adalah peperangan fisik menghadapi Goliat (1 Samuel 17). Ancaman Goliat (yang anti urapan), merontokkan semangat Saul (yang mantan urapan) dan tentaranya (yang tanpa urapan). Dibutuhkan seorang (yang penuh urapan), yaitu Daud untuk mampu mengalahkan Goliat. Namun, kakaknya mencemoohkannya (ayat 28), Raja Saul pun meremehkannya (ayat 33). Ketika ia maju, Goliat pun menghinanya dan mengutukinya (ayat 42). Pertama, Daud mampu mengalahkan Goliat bukan karena umban dan batu yang digunakannya, melainkan karena kuasa Tuhan menyertainya. Saat Tuhan menyertai seseorang, alat apapun yang digunakan akan menjadi sangat ampuh. Kedua, karena Goliat ‘menghina barisan Allah yang hidup’. Berarti Goliat berhadapan dengan Allah sendiri. Ketiga, karena Daud beriman kepada Tuhan berdasarkan pewahyuan dan pengalamannya saat menggembalakan kambing domba. Tuhan menghargai iman yang sungguh-sungguh kepada-Nya. Orang yang beriman kepada Tuhan akan memiliki keberanian menghadapi apapun.

PA – 431. Dalam 1 Samuel 18:1-5 ada contoh persahabatan yang baik bagi nkita, yaitu antara Daud dan Yonatan. 1. Persahabatan berarti perpaduan jiwa. Artinya, karakter dan pendapat bisa berbeda tetapi dapat dipadukan dengan saling menerima dan menghormati, bukan memaksakan kehendak sendiri. 2. Persahabatan diikat oleh kasih, bukan pemanfaatan guna kepentingan diri sendiri. 3. Kasih dalam persahabatan adalah kasih yang memberi. A friend in need is a friend indeed, seorang sahabat yang hadir saat kita membutuhkan adalah sahabat sejati. 4. Persahabatan tidak mengurangi prestasi dan pencapaian pribadi. Jika ada hubungan yang justru menghambat kemajuan kita, maka hubungan itu harus dihentikan, sebab bukan hubungan persahabatan melainkan hubungan yang merusak dan menghancurkan.

PA – 432. Dalam 1 Samuel 18:6-9 dikisahkan bagaimana Saul mulai dengki terhadap Daud karena Daud dipuji rakyat lebih dari Saul, dan Saul takut kalau jabatan raja jatuh kepada Daud. Dalam rasa dengki ada beberapa fakta yang menarik. Pertama, tidak mau bersifat sportif. Jika memang Daud lebih baik, mengapa tidak didukung dan dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan banyak orang? Kedua, memiliki sikap egois dan self-centered. Pujian harus hanya ditujukan bagi dirinya dan sama sekali tidak boleh diberikan pada orang lain. Padahal, setiap orang punya hak azasi untuk memuji siapa saja atas dasar atau alasan tertentu.  Ketiga, tidak memahami kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Jika memang Tuhan telah memercayakan jabatan raja kepada Saul, mengapa ia takut kalau-kalau jatuh kepada Daud. Kalaupun akhirnya Tuhan menunjuk Daud untuk menggantikannya, siapa yang bisa mencampuri kedaulatan Tuhan? Memang kita harus terus mengobarkan potensi yang Tuhan berikan untuk tiba di puncak. Namun jika kemudian Tuhan mau memilih orang lain, kita sama sekali tidak dapat mencegahnya. Justru kita dapat menolong orang itu untuk menjadi lebih baik dari kita.

PA – 433. Kedengkian Saul terhadap Daud diwujudkan dengan niat membunuh Daud, namun karena Daud disertai Tuhan, dan ada rencana besar Tuhan dalam hidupnya, ia terluput dari maut. Raja Saul yang dikuasai roh jahat kemudian menempatkan Daud di depan medan pertempuran agar tewas oleh musuh, tapi Daud justru berhasil memperoleh kemenangan … Sebab Tuhan menyertainya (1 Samuel 18:10-13). Ketika ada orang yang dengki terhadap kita karena prestasi kita sehingga mau ‘membunuh’ baik fisik, nama, atau karier kita, tidak perlu takut. Atau, kita sengaja ‘digeser’ dan ‘dibuang’ ke tempat-tempat yang sulit, justru di sana kita pun akan dapat berhasil. Selama kita benar di hadapan Tuhan, Ia akan menyertai kita.

PA – 434. Setelah dua kali gagal dalam upaya membunuh Daud karena rasa dengkinya, raja Saul menggunakan taktik lain (1 Samuel 18:17-30). Orang yang dengki anehnya bisa sangat ‘kreatif’, ada saja cara licik yang dilakukannya. Raja Saul meminta Daud menjadi orang yang gagah perkasa dengan melakukan ‘perang Tuhan’ dan menawarkan Merab, puterinya untuk menjadi isteri Daud. Nampaknya tawaran yang baik, namun sebenarnya Saul sedang menjerat Daud. Daud – dengan penuh rendah hati – merasa tidak layak menjadi menantu raja. Saul pun memberikan Merab kepada orang lain. Berikutnya yang ditawarkan adalah Mikhal dengan syarat harus menyerahkan ‘mas kawin’ 100 kulit khatan orang Filistin. Tujuannya? Agar Daud terbunuh oleh orang Filistin. Namun kali ini pun Daud menang, sehingga Saul semakin takut kepada Daud. Jadi, kita harus hati-hati dan waspada terhadap ‘niat baik’ orang lain bagi kita, agar kita tidak terjerat. Namun jika kita terjerat pun, Tuhan mampu melepaskan kita asalkan kita benar di hadapan-Nya.

PA – 435. Dalam 1 Samuel 19 dikisahkan bagaimana Yonatan mencoba melunakkan hati ayahnya, Saul, dengan menyampaikan hal-hal yang baik tentang Daud. Upaya tersebut pada mulanya berhasil, tetapi setelah Daud memperoleh kemenangan besar lagi, Saul pun kembali dengki dan mencoba membunuhnya. Namun kali ini Mikhal, isteri Daud, dengan kecerdikannya, meloloskan Daud dari maut. Jadi, pertama, selalu ada orang di sekitar kita yang dipakai Tuhan untuk menolong kita. Kedua, seutas rambut pun tidak akan gugur jika Tuhan tidak mengijinkannya. Ketiga, kecerdikan dan ketulusan berkreatifitas boleh digunakan guna memperoleh kehidupan yang lebih baik.

PA – 436. Dalam kehidupan raja Saul terjadi fluktuasi (naik turunnya) kehidupan rohani yang menyebabkannya tidak stabil. Ketika roh jahat datang, ia sangat membenci Daud dan berniat membunuhnya dengan cara apapun. Namun ketika ia dihinggapi Roh Allah, ia mengalami kembali kepenuhan seperti nabi, bersama-sama dengan Samuel dan Daud (1 Sam. 19:22-24). Kita harus memiliki kehidupan rohani dan emosi yang stabil, karena Roh Kudus tidak lagi ‘hinggap’ melainkan ‘tinggal’ dalam hati kita untuk selama-lamanya. Kestabilan bisa dimiliki jika kita memelihara persekutuan dengan Tuhan setiap saat dan tidak memberi kesempatan kepada Iblis. Jika kita stabil.n karya Allah akan terus berlanjut dalam kehidupan kita. Jika tidak stabil, kita akan lama berputar-putar tanpa ada pencapaian yang jelas. Kerohanian yang up and down terus menerus melelahkan diri sendiri dan orang lain.

PA – 437. Dalam 1 Samuel 20 ada perjanjian antara Daud dan Yonatan. Mereka terpaksa berpisah karena Saul tetap berencana membunuh Daud. Berulangkali Yonatan berusaha menyadarkan ayahnya, namun tidak berhasil. Bahkan ia sendiri nyaris dibunuh ayahnya (ayat 33). Perkataan Yonatan, “TUHAN kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai ayahku dahulu” (ayat 13) perlu kita renungkan secara mendalam. Yonatan menyadari bahwa Tuhan telah undur dari kehidupan Saul, ayahnya. Sayangnya, Saul sendiri tidak mau menyadarinya. Ia bukannya berdoa agar Tuhan kembali menyertainya, melainkan justru menikmati rasa bencinya kepada Daud. Apa artinya prestasi di masa lalu di mana kita merasa ‘pernah’ disertai Tuhan, dan sekarang tidak lagi? Yang dibutuhkan adalah konsistensi, kesetiaan dan ketaatan yang terus menerus. Hanya yang setia sampai akhir yang memperoleh mahkota kehidupan, bukan?

PA – 438. Dalam 1 Samuel 20:18-23 Yonatan mengadakan kesepakatan dengan Daud untuk memberikan informasi yang jelas apakah ayahnya masih berniat membunuh Daud atau tidak. Caranya adalah dengan ‘simbolisasi’ pencarian anak panah, dan maknanya. Dengan simbol dan makna tersebut, Yonatan menyelamatkan hidup Daud. Penggunaan ‘symbol and meaning’ (lambang dan makna) sangat penting, misalnya dalam mengirimkan pesan seperti ‘jempol’, smiley, dsb. Apalagi jika kita mengadakan komunikasi lintas budaya. Untuk setiap budaya ada lambang-lambang yang masing-masing mempunyai makna. Jika kita salah memahami simbol dan maknanya tersebut, maka kita akan mengalami banyak kesulitan. Ketika Tuhan Yesus memberikan pengajaran tentang Akhir Zaman, maupun dalam Kitab Nubuatan (Daniel, Wahyu), banyak digunakan ‘lambang/tanda dan makna’. Mari kita belajar melihat ‘Tanda Zaman’ dan memahami maknanya, agar kita dapat bersikap benar di hadapan Allah.

PA – 439. Dalam pelariannya, Daud tiba di Nob. Ia tidak mengatakan kepada imam Ahimelekh bahwa ia sedang lari karena Raja Saul bermaksud membunuhnya, melainkan menutupi kejahatan Saul dengan mengatakan bahwa ia sedang ditugaskan oleh Saul (1 Sam. 21:1-4). Daud berbeda dengan kebanyakan orang yang biasanya justru membesar-besarkan masalah. Daud justru menutupi kejahatan orang lain. Di Nob ia makan bukan roti biasa karena memang tidak ada, melainkan ‘roti kudus’ yang biasa dipersembahkan kepada Tuhan (1 Sam 21:5-6). Seharusnya Daud dan teman-temannya tidak boleh makan ‘roti kudus’ itu. Yang boleh hanya imam-imam. Artinya, ada aturan yang ketat dalam ibadah kepada Tuhan, tetapi di dalamnya ada sedikit ruang fleksibilitas yang diperkenan oleh Tuhan. Fleksibilitas ada karena manusia  bukan dimaksudkan untuk merusak aturan, melainkan karena berada dalam situasi dan kondisi yang sama sekali tidak memungkinkan. Itupun harus diikuti dengan adanya damai sejahtera dari Allah sendiri.

PA – 440. Dari Nob, Daud lari sampai ke Gat, kota orang Filistin (1 Samuel 21:10-15). Orang-orang di sana mengenalnya sebagai orang yang dipuja-puja di Israel, sehingga karena takutnya kepada Akhis, raja kota Gat, Daud ‘berlaku seperti orang yang sakit ingatan’, dan ‘berbuat pura-pura gila’ sehingga ia lolos dari maut. Dalam ketakutan orang bisa memiliki ide yang kreatif. Asalkan itu digunakan untuk hal positif sah-sah saja, namun yang sering terjadi adalah kreatifitas semacam itu digunakan untuk hal yang negatif. Namun sebenarnya bukan itu saja yang dilakukan Daud dalam ketakutannya. Ia juga menulis mazmur yang luar biasa yang kemudian membuat ia tidak takut lagi. Mazmur yang indah itu adalah Mazmur 56. Renungkan mazmur ini dan camkan dalam hati, letakkan kepercayaan kita kepada Allah, amkaa ketakutan pun akan sirna!

PA – 441. Dari Gat Daud melarikan diri ke gua Adulam. Kepadanya datang seluruh keluarganya dan orang-orang yang bermasalah, yang dikejar debt collector, yang sakit hati, berjumlah 400 orang. Ia  menitipkan kedua orangtuanya untuk sementara kepada raja Moab. Namun dalam pelariannya di kubu gunung, ia dinasihati Gad agar kembali ke tanah Yehuda (1 Samual 22:1-5). Pelajaran pertama, di sekitar kita ada orang-orang yang terpinggirkan: ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), mantan narapidana, anak-anak jalanan, dan sebagainya. Memang tidak semua orang terpanggil dan dipilih Tuhan untuk melayani mereka seperti Daud, tetapi setidaknya kita tidak boleh membuang mereka. Mereka mungkin pernah gagal dalam hidup, namun mereka harus diberi kesempatan untuk bangkit kembali. Miliki hati Allah yang membenci dosa, tetapi mengasihi orang-orang berdosa. Kedua, jangan melibatkan orang tua dalam masalah kita. Pastikan mereka berada di tempat yang ‘aman’, agar hati mereka penuh damai sejahtera. Ketiga, dengar nasihat yang baik dan benar dari orang lain yang dipakai Tuhan guna melindungi kita dari pelbagai marabahaya.

PA – 442. Mengetahui bahwa imam Ahimelekh telah menolong Daud dengan memberinya makan serta menanyakan pimpinan Tuhan bagi Daud, raja Saul memanggilnya. Ahimelekh memuji Daud sebagai orang yang dapat dipercaya sehingga tidak sepatutnya Saul membencinya. Raja Saul marah dan membunuh 85 orang imam, serta membunuh seluruh penduduk kota Nob berikut hewan-hewannya. Hanya seorang imam yang lolos lalu bergabung dengan Daud, yaitu Abyatar (1 4amuel 22:6-23). Dosa dengki berlanjut dengan dosa membunuh. Bahkan pembunuhan dilakukan terhadap orang-orang yang tak ada kaitannya sama sekali dengan kedengkian itu sendiri. Jadi Saul yang ditolak Tuhan bukannya bertobat, melainkan dosanya semakin menjadi-jadi. Kita harus waspada terhadap eskalasi atau peningkatan dosa ini. Jika tidak bertobat, dosa pasti akan meningkat kualitasnya, sebab dosa tak pernah statis.

PA – 443. Saat Daud mendengar bahw Kota Kehila diserbu orang Filistin, ia bertanya kepada Tuhan apakah harus pergi, dan Tuhan berkata bahwa ia boleh pergi melawan orang Filistin. Namun temn-temannya berkata agar mereka jangan pergi melawan orang Filistin. Jadi Daud kembali bertanya meminta kepastian dari Tuhan, dan Ia pun berkata supaya Daud tetap pergi dan Tuhan akan menyerahkan orang Filistin itu kepadanya (1 Samuel 23:1-5). Milikilah kehidupan yang selalu bertanya kepada Tuhan tentang apa yang harus dilakukan. Terlebih ketika ada usulan-usulan dari sekitar kita, yang membuat kita menghadapi sebuah dilema atau berada di persimpangan jalan. Orang yang bertanya kepada Tuhan pasti akan dijawab-Nya. Jawaban Tuhan bisa datang melalui firman yang kita baca dan dengar, serta dikuatkan dengan beberapa konfirmasi atau tanda-tanda. Dengan demikian kita tidak akan salah melangkah, dan tidak tersesat di jalan hidup kita.

PA – 444. Ketika Saul tahu bahwa Daud di Kehila, ia pergi mengepung kota itu dan menduga Daud ‘telah mengurung dirinya sendiri’. Kembali Daud bertanya kepada Tuhan apakah Saul akan datang dan apakah orang-orang Kehila akan menyerahkan dirinya kepada Saul. Tuhan menjawab bahwa memang Saul akan datang dan ia akan diserahkan orang-orang Kehila kepada Saul. Orang-orang Kehila tidak seperti imam Ahimelekh yang berani menanggung resiko dengan menolong Daud. Mereka lebih memilih aman. Daud dan keenam ratus orang lainnya akhirnya mampu meloloskan diri dari Kehila dengan selamat (1 Samuel 23:4-13). Pelajaran penting: pertama, tidak ada tempat yang benar-benar aman di bumi ini selain hidup dekat Tuhan. Kedua, Tuhan akan memberitahukan jalan keluar jika kita datang dan berserah kepada-Nya. Ketiga, ada orang yang akan rela ‘menyerahkan’ kita asalkan mereka bisa aman dan nyaman. Keempat, seutas rambut pun tidak akan gugur jika Tuhan tidak menghendakinya (Lukas 21:18).

PA – 445. “Gunung Batu Keluputan” (Ing. The Rock of Division; Ibr. Selahammahlekoth), adalah nama tempat di mana Daud nyaris tertangkap oleh Saul. Saat itu pembatas antara Daud dan Saul yang terus mengejarnya untuk membunuihnya hanyalah sebuah gunung batu. Dalam keadaan yang sangat kritis itu tiba-tiba ada informasi datang kepada Saul untuk segera mundur sebab orang Filistin telah menyerbu negeri (1 Samuel 23:14-28). Seringkali kita berada dalam keadaan ‘nyaris’ atau ‘sangat kritis’, seperti telur di ujung tanduk. Namun Tuhan sanggup melepaskan kita dari kondisi kritis tersebut. Sebelumnya, Yonatan telah menjumpai Daud dan menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah. Dibutuhkan orang-orang yang menguatkan kita. Mereka – tanpa kita sadari – ditempatkan Tuhan di sekitar kita untuk mendoakan, menasihati dan menegur kita agar kita semakin bertumbuh dalam iman. Bersyukurlah kepada Tuhan atas keberadaan rekan-rekan tersebut. Satu dengan yang lain saling menguatkan!

PA – 446. Dalam 1 Samuel 24 dikisahkan tentang Daud yang membiarkan Saul hidup, padahal ia memiliki kesempatan membunuhnya. Rekan-rekannya berkata bahwa ini adalah kesempatan terbaik yang diberikan Tuhan untuk membunuh Saul, namun Daud menolaknya. Ia hanya memotong punca jubah Saul saat ia tidur. Apa yang membuat Daud tidak membunuh Saul sekalipun ada kesempatan dan Saul berulang kali mencoba membunuhnya?  Pertama, karena Daud mengasihi dan menghormati Saul yang disebutnya sebagai “Tuan, Raja, dan Ayah (Mertua)”. Kedua, Daud mnenghormati keputusan Tuhan yang telah memilih dan mengurapi Saul menjadi raja atas Israel. Ketiga, Daud mengerti hukum Tabur Tuai. Ia tidak mau menuai kebencian dan dendam agar nantinya tidak menuai kebencian dan dendam juga. Keempat, Daud mengerti waktu Tuhan. Kalaupun ia akan menjadi raja atas Israel, hal itu tidak harus dicapai melalui kudeta berdarah. Segala sesuatu akan indah pada waktunya (Pengkh. 3:11). Kelima, Daud menyerahkan pembalasan ke dalam tangan Tuhan sendiri (Roma 12:19). Keenam, Daud memegang janji setia dengan sahabatnya, Yonatan, bahwa di antara keluarga mereka tidak akan ada permusuhan. Mari kita tidak dikalahkan oleh kejahatan, dan mau mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:21).-

PA – 447. Nabal. Ia adalah orang kaya raya yang kikir. Daud telah ikut menjaga keamanan ternaknya, namun ketika ia dan kawan-kawannya membutuhkan makanan, Nabal sama sekali tidak peduli, bahkan menggunakan kata-kata kasar. Daud marah dan nyaris membunuh Nabal dan semua orang laki-laki di rumahnya. Untunglah Abigail, isterinya, sangat bijak. Ia mendatangi Daud dengan membawa apa yang dibutuhkan Daud serta menggunakan kata-kata yang menyejukkan hati, sehingga Daud membatalkan niatnya membunuh Nabal. Akhir kisah: Nabal mati terkena serangan jantung mendadak ketika Abigail memberitahukan apa yang telah dilakukannya kepada Daud (1 Samuel ps 25). Inilah nasihat firman Tuhan: (1) Harta kekayaan kita adalah sesuatu yang dipercayakan kepada kita untuk dikelola sebaik-baiknya. (2) Kehidupan kita tidak bergantung pada berkat, tapi pada Tuhan Sang Pemberi berkat.  (3)  Kita harus menolong mereka yang membutuhkan, apalagi mereka yang telah berjasa bagi kita, termasuk karyawan kita. (4) Pegang prinsip: menabur banyak, menuai banyak.

PA – 448. Jika pada suatu kesempatan seseorang mampu bertahan untuk tidak berbuat dosa, belumlah tentu jika ada kesempatan kedua baginya. Apalagi jika sepertinya Tuhan yang ‘memberikan’ kesempatan itu.Namun Daud tetap tidak melakukan dosa, ketika ada kesempatan kedua untuk membunuh Saul. Saul dan semua tentaranya tidur, karena TUHAN membuat mereka tidur nyenyak.  Bahkan dalam 1 Samuel 26:15-16 Daud menegur Abner bin Ner, panglima tentaranya yang lalai menjaga rajanya, sehingga Daud berhasil menyusup ke dalam kemah, mengambil tombak dan kendi yang ada di sebelah kepala Saul.  Dua pelajaran penting di sini adalah: pertama, hati-hati dalam menghadapi ‘kelancaran’, karena itu belum tentu dari Tuhan. Justru yang dari Tuhan kadang-kadang penuh perjuangan. Contohnya adalah Yusuf dan Maria yang ditolak saat mau mengingap di tempat penginapan di Betlehem, dan menghadapi kekejaman Herodes. Kedua, jangan menjadi seperti Abner yang melalaikan tugas sehingga akibatnya nyaris fatal. Kerjakan setiap tugas dengan penuh tanggung jawab.-

PA – 449. Dalam 1 Samuel 27 dikisahkan tentang ‘strategi perang’ Daud. Pertama, ia dan orang-orangnya menyingkir justru ke wilayah orang Filistin, agar Saul tidak lagi mengejarnya. Kedua, ia merendahkan diri kepada Akhis, raja Gat, agar diberi tempat bukan di kota tapi di desa. Ketiga, ia ‘menolong’ orang Filistin dengan menyerbu ke bangsa-bangsa lain, sehingga Akhis diyakinkan bahwa Daud bisa menjadi orang kepercayaannya. Ketiga strategi itu berhasil. Selama 1 tahun 4 bulan ia beserta seluruh rombongannya aman di daerah orang Filistin. Ini saya sebut Strategi Berselancar (Surfing), yaitu memanfaatkan gelombang yang datang untuk mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Minta hikmat Tuhan agar kita bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, karena kita bagaikan domba di tengah serigala.-

PA – 450. Ketika seseorang dalam masalah, ia mencoba menyelesaikannya sendiri. Jika tidak berhasil ia akan minta bantuan teman. Jika teman tidak bisa menolong ia akan datang kepada Tuhan. Jika Tuhan tidak menjawab? Seharusnya kita tetap meminta dan menanti jawaban Tuhan. Namun tidak demikian dengan Saul.  TUHAN tidak menjawabnya saat ia terjepit menghadapi orang Filistin. Ia bukannya tetap menanti di kaki Tuhan, malah ia pergi kepada seorang peramal  (1 Sam 28). Terhadap pertanyaan, “Apakah yang dipanggil peramal itu benar-benar arwah Samuel atau bukan?” Ada dua penafsiran: ya dan bukan, mana yang benar? Sebaiknya kita lihat pernyataan dari  Alkitab itu sendiri. Ayat 15, 16 dan 20  berkata bahwa itu adalah Samuel.  Jika Alkitab menyatakan demikian, kita tinggal memercayainya. Samuel berkata bahwa Tuhan telah menjadi musuhnya (ayat 16).  Mari kita berhati-hati dalam hidup ini agar tidak menjadi musuh Allah, melainkan sahabat Allah, bahkan anak-anak Allah yang menyenangkan hati-Nya!

PA – 451. Keberadaan Daud di tengah-tengah orang Filistin ternyata menimbulkan kecurigaan para panglima raja Akhis. Mereka kuatir Daud menusuk dari dalam, sehingga ia dan kawan-kawannya harus kembali ke Ziklag, tidak usah ikut berperang (1 Sam 29). Mereka meragukan ketulusan Daud, karena mereka sendiri tidak tulus. Orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah jujur akan meragukan kejujuran orang lain. Secara umum: orang seringkali ‘mengukur pakaian orang lain dengan pakaiannya sendiri’.  Kita dilarang menghakimi orang lain (Mat. 7:1-5). Syukurlah, penolakan panglima Filistin justru jadi berkat bagi Daud, karena membuat dia lolos dari berperang melawan bangsanya sendiri. Jangan marah karena ditolak, sebab justru di sinilah letak iman kita, bahwa Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Roma 8:28).-

PA – 452. Lepas dari orang Filistin, Daud harus berhadapan dengan orang Amalek. Kota Ziklag di mana keluarga Daud dan orang-orangnya tinggal diserbu dan dibakar habis oleh orang Amalek. Isteri dan anak-anak mereka dibawa sebagai tawanan. Daud sedih, menangisi keluarganya, dan ia terjepit sebab rakyat hendak melempari dia dengan batu. “Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.” (1 Sam. 30:6b). Daud bertanya kepada Tuhan tentang apakah ia harus mengejar orang Amalek atau tidak. Tuhan menjawabnya agar ia mengejar mereka sebab ia akan mendapatkan kembali orang-orangnya yang tertawan. Iman seseorang diuji dalam keadaan kritis. Ada orang yang langsung melanggar firman Tuhan ketika ia terjepit (seperti Raja Saul), tetapi ada yang tetap bersandar kepada Tuhan dan firman-Nya (seperti Daud). Keputusan ada di tangan kita dengan resikonya masing-masing.

PA – 453. Dari 600 orang yang semula pergi bersama Daud dalam mengejar orang Amalek, ada 200 orang yang begitu lelah sehingga mereka berhenti di satu tempat (1 Sam 30:10). Selanjutnya dengan 400 orang – oleh pertolongan Tuhan – Daud dapat mengejar orang Filistin, membebaskan para tawanan, dan menjarah harta benda mereka. Sesudah memperoleh kemenangan, hasil jarahan rencananya hanya untuk dinikmati mereka yang maju berperang, tetapi Daud berkata agar 200 orang yang tidak ikut maju berperang tetap bisa ikut menikmati hasil jarahan 4ejak saat itu ada peraturan yang berbunyi, “bagian orang yang tinggal di dekat barang- barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama.” (1 Sam 30:24). Jadikan prinsip Daud menjadi prinsip kita. Jika kita berhasil dalam suatu pencapaian hidup, ingatlah orang yang pernah menyertai kita, walaupun mungkin – karena satu dan lain hal – mereka terhenti di tengah jalan. Bagikan hasil pencapaian itu juga dengan mereka. Jangan lupakan orang-orang yang pernah dan sedang ditempatkan bersama-sama kita. Kemajuan dan prestasi adalah juga karena jasa mereka … sekecil apapun.-

PA – 454. Akhir hidup Raja Saul sungguh tragis. Ketika terjadi peperangan dengan orang Filistin, orang Israel mengalami kekalahan yang besar. Raja Saul terjepit dan membunuh dirinya di atas pedangnya sendiri. “Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama- sama mati pada hari itu.” (ayat 6). Ini adalah akhir kehidupan seorang anak manusia yang sangat targis. Dimulai dengan roh diakhiri dengan daging (Gal. 3:3). Saul menabur angin. Akhirnya ia menuai badai (Hos. 8:7). Beberapa kali kesempatan untuk bertobat tidak dimanfaatkan dengan baik. Urapan Tuhan tidak dijaganya dengan menjaga hati. Ia membiarkan harga diri dan kedengkian menguasai hatinya sehingga tidak mampu lagi menangkap isi hati Tuhan.

PA – 455. Mulai nomor ini kita akan membahas Kitab 2 Samuel. Diawali dengan laporan palsu seorang keturunan Amalek yang mengatakan bahwa ia telah ‘berjasa’ karena membunuh Saul yang selama ini memusuhi Daud. Tapi jutsru dengan laporannya itu ia menuai kebinasaan, sebab Daud menyuruh salah seorang anak buahnya untuk membunuhnya (2 Sam 1:16). Itu berarti kita harus jujur dalam menyampaikan sesuatu … apa adanya. Rekayasa licik dengan alasan apapun termasuk ABS (Asal Bapak Senang), akan menuai kehancuran. Selanjutnya  Daud yang meratapi kematian Saul, Yonatan dan para pahlawan bangsanya yang gugur dalam peperangan (2 Sam 1:17-27). Dalam ratapannya itu Daud memuji Saul dan Yonatan sebagai “orang yang dicintai dan ramah … Lebih cepat dari burung rajawali … Lebih kuat dari singa. Bisakah kita prihatin dan bersimpati dengan kejatuhan orang yang membenci kita seperti Daud, ataukah kita bersyukur karena menganggap itu ‘balasan Tuhan’ atas hidup mereka? Kedewasaan rohani diukur dari sikap hati saat ‘musuh’ kita menderita.-

PA – 456. Setelah bertanya kepada Tuhan dan memperoleh persetujuan-Nya Daud pergi ke Hebron bersama seluruh rombongannya dan tinggal di sana. Orang-orang Yehuda mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda (2 Sam 2:1-4). Jadi bukan Daud yang merajakan dirinya sendiri. Peninggian datang dari Tuhan melalui orang-orang yang selama ini memperoleh berkat melalui kehidupan dan karya nyata Daud. Dalam hal ini benarlah bahwa ‘suara rakyat adalah suara Tuhan’, karena pengurapan mereka atas Daud sebagai raja sesuai dengan kehendak Tuhan. Daud tidak menjadi raja karena ‘money politic’ atau intrik-intrik lain, melainkan ketulusan menolong bangsanya dari penindasan musuh. Daud juga memuji tindakan orang-orang Yabesy-Gilead yang menguburkan Saul, bukan mencela mereka (2 Sam. 2:5-7). Kita harus memuji perbuatan orang lain yang baik terhadap  musuh kita yang sudah tidak berdaya lagi. Ini termasuk bagian dari pengampunan berdasarkan kasih.

PA – 457. Abner bin Ner, panglima Saul, mengangkat Isybosyet, anak Saul, menjadi raja atas Israel. Kemudian terjadi peperangan antara pihak Daud (dipimpin oleh Yoab, Abisai, dan Asael) dengan pihak Isybosyet (dipimpin oleh Abner) (2 Samuel 2:1-32). Pasukan Yoab memenangi peperangan itu. Asael mengejar Abner namun terbunuh oleh Abner karena mengabaikan seruan Abner untuk berhenti mengejarnya. Kemudian Yoab (yang belum tahu kalau adiknya telah tewas di tangan Abner) mengejar Abner juga. Tapi Yoab selamat karena mau mendengar seruan Abner. Kadang-kadang pihak lawan mengharuskan kita menghentikan konflik. Jika kita tidak ambisius kita selamat seperti Yoab. Namun jika sangat ambisius menghabisinya, kita bisa mengalami celaka seperti Asael. Bukan berarti kita harus berkompromi, namun cerdik untuk mencari saat yang baik, dan strategi yang tepat.

PA – 458. Abner marah kepada Isybosyet karena dituduh meniduri gundik Saul. Ia kemudian bermaksud berpihak kepada Daud. Isybosyet kehilangan orang kepercayaannya yang memiliki pengaruh sangat besar. Daud mau menerima Abner asalkan ia membawa Mikhal, anak Saul yang telah diberikan kepada Daud sebagai istrinya. Abner pun setuju. Bahkan ia akan mengajak seluruh Israel untuk tunduk di bawah kepemimpinan Daud (2 Sam. 3:1-21). Dari peristiwa ini ada beberapa pelajaran penting: (1) Perlakukan orang kepercayaan kita dengan sebaik-baiknya; jika tidak, kita akan kehilangan aset yang sangat berharga; (2) Jika Tuhan sudah berjanji, Ia akan menepatinya dengan cara yang ajaib.  Melalui Abner Daud dipastikan menjadi raja atas Yehuda dan Israel; (3) Perbaiki kesalahan selagi ada kesempatan. Abner akhirnya mengakui bahwa Tuhan di pihak Daud. Ia memperbaiki kesalahannya selama ini: dari orang yang memusuhi Daud menjadi orang yang berpihak kepada Daud.-

PA – 459. Yoab diliputi rasa dendam terhadap Abner karena Abner telah membunuh Asael, adiknya. Ia marah kepada Daud karena Daud membiarkan Abner pergi dengan selamat. Diam-diam Yoab menyuruh orang memanggil kembali Abner, kemudian Yoab bersama Abisai saudaranya, membunuh Abner. Atas perbuatannya itu, Daud mengutuk Yoab yang membalas kejahatan dengan kejahatan, darah dengan darah. Daud meratapi kematian Abner sedemikian rupa dan menyebut Abner sebagai ‘seorang pemimpin, seorang besar di Israel’. Dengan demikian orang Israel tahu bahwa bukan Daud yang merancang pembunuhan terhadap Abner (2 Samuel 3:22-39). Mari kita memiliki hati seperti Daud yang mudah memaafkan dan mengampuni. Apalagi kalau orang itu telah menyadari kesalahannya dan bertobat.-

PA – 460. Ada dua orang yang bermaksud ‘berbuat baik’ kepada Daud dengan melakukan hal yang jahat, yaitu Rekhan dan Baana. Mereka menyusup ke tempat kediaman Isybosyet yang saat itu penjaganya sedang lengah (tertidur), kemudian memenggal kepala Isybosyet dan membawanya kepada Daud. Melihat hal itu, Daud sangat marah dan menyuruh anak buahnya membunuh mereka berdua. (2 Samuel 4:1-12). Rekhab dan Baana seharusnya tahu isi hati Daud bahwa sekalipun dulu Saul adalah musuhnya, tapi ia tidak punya hati yang mendendam. Mereka berdua bertindak menurut pikiran mereka sendiri, tidak menyelami hati Daud dengan baik. Kesimpulan: jika kita mau melakukan hal yang baik bagi pimpinan kita, termasuk menyenangkan hati Tuhan, kita harus terlebih dahulu mengenal isi hatinya.

PA – 461. Akhirnya Daud diminta menjadi raja atas seluruh Israel. Ia berumur 30 tahun saat menduduki takhta, dan memimpin selama 40,5 tahun: 7,5  tahun di Hebron, dan 33 tahun di Yerusalem. Ketika ia hendak menghalau orang Yebus yang menghuni Yerusalem, mereka itu berkata kepada Daud: “Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang- orang timpang akan mengenyahkan engkau!” Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari. Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud (2 Samuel 5:1-7). Ada dua pelajaran penting di sini: pertama, di usia 30 tahun Daud duduk sebagai raja! Masih sangat muda, bukan? Oleh sebab itu jangan menganggap remeh kemampuan orang-orang muda yang disertai Tuhan. Mereka memiliki potensi yang sangat besar. Berilah mereka kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi mereka, niscaya akan banyak karya besar yang mereka hasilkan. Kedua, jangan marah kalau ada orang yang meremehkan kemampuan kita. Tidak perlu beradu argumentasi dengan mereka. Mereka hanya membutuhkan bukti bahwa bersama Tuhan kita memang mampu. Prestasi dan pencapaian yang kita raih bersama Tuhan akan membungkam mereka.-

PA – 462. Orang Filistin  majulah untuk menangkap Daud. Tetapi Daud mendengar hal itu, lalu ia pergi ke kubu pertahanan. Daud bertanya kepada TUHAN apakah ia harus maju melawan orang Filistin itu dan apakah Tuhan akan menyerahkan  mereka ke dalam tangannya,  TUHAN menjawab agar Daud maju sebab TUHAN pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tangannya. Akhirnya Daud menang di suatu tempat yang disebut Baal- Perasim, artinya “TUHAN telah menerobos musuhku di depanku seperti air menerobos. (2 Samuel 5:17-20). Untuk bisa mengalami terobosan dalam hidup ini seperti Daud, kita harus memenuhi beberapa syarat: (1) menyadari bahwa dalam hidup selalu ada tantangan dan pergumulan; (2) mau menghadapi kenyataan pergumulan itu, tidak lari menghindari; (3) menanyakan kehendak Tuhan tentang apa yang harus dilakukan, bukan menurut kehendak diri sendiri atau orang lain; (4) bertindak sesuai pimpinan Tuhan dengan penuh iman bahwa Tuhan yang menyertai kita memberikan kemenangan; (5) melihat setiap kesempatan yang ada – sekecil apapun – yang dibukakan Tuhan bagio kita dan memeanfaatkannya sebaik-baiknya.-

PA – 463. Allah menghendaki kita setia, tetapi setia yang bagaimana? Ada orang-orang yang merasa dirinya setia, tetapi ternyata keliru di hadapan Tuhan. Dalam 2 Samuel 6 ada empat orang yang mewakili empat kelompok berkaitan dengan kesetiaan. (1) Setia tapi teledor. Uza setia melayani sebagai imam, tapi ia melakukan keteledoran dengan membawa Tabut Perjanjian menggunakan pedati, padahal seharusnya dipikul. Ia juga teledor dengan ‘membantu’ menyelamatkan Tabut Perjanjian agar tidak jatuh saat lembu pedati tergelincir. Ia mati karena keteledorannya itu. (2) Setia tapi pengritik. Mikhal setia sebagai istri Daud, tetapi ia mengritik suaminya saat Daud menyanyi dan memuji Tuhan dengan menari-nari di hadapan Tuhan. Akibatnya Mikhal mandul (tidak produktif) seumur hidupnya.  (3) Setia dan berbesar hati. Obed-Edom setia dengan rela hati rumahnya ditempati Tabut Perjanjian selama 3 bulan. Ia diberkati Tuhan. Ia juga berbesar hati saat Daud meminta kembali Tabut Perjanjian itu. Ia tidak ngotot mempertahankan ‘jabatan’ sebagai penjaga Tabut Perjanjian. Ia tyetap melayani Tuhan walaupun di bidang pelayanan lainnya. (4) Setia dengan segenap hati. Daud setia kepada Tuhan dengan senantiasa bersyukur, memuji dan menyembah Tuhan dengan segenap hati! Jadilah orang yang setia seperti Obed-Edom dan Daud, jangan seperti Uza dan Mikhal.-

PA – 464. Dalam 2 Samuel 7, Daud berniat membangun Bait Suci. Tetapi Tuhan berkata kepadanya melalui Nabi Natan bahwa salah seorang putra Daudlah yang akan membangun Bait Suci itu. Niat ini tentunya menyukakan hati Tuhan karena Daud tidak merasa nyaman jika ia tinggal di istana yang bagus, sedangkan Tabut Allah ada di tenda-tenda. Mana lebih bagus dan indah: rumah Anda atau Gereja Tuhan? Mana lebih bagus: mobil Anda atau mobil Gereja Tuhan? Mana lebih canggih: sound system di rumah Anda atau di rumah Tuhan? Karena niat yang indah itu Tuhan berjanji untuk mengokohkan keluarga dan kerajaan Daud untuk selama-lamanya. Mendengar hal itu Daud mengucapkan syukur kepada Tuhan, “… Oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya.” Jika kita ingin memperoleh janji berkat Tuhan seperti yang disampaikan-Nya kepada Daud, kita pun harus hidup seperti Daud … Selalu berusaha menyenangkan hati Tuhan: yang dipakai dalam pelayanan bagi Tuhan harus lebih indah dari yang digunakan untuk diri sendiri.-

PA – 465. Dalam 2 Samuel 8:6,14 ada pernyataan: “TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang.” Dalam hal apa ia memperoleh kemenangan? (1) Dalam menaklukkan bangsa-bangsa di sekitarnya (Filistin, Moab, Edom, dll.). (2)  Dalam berkomitmen membawa seluruh jarahan untuk digunakan bagi kemuliaan Tuhan (ayat 11). (3) Dalam menegakkan kebenaran dan keadilan bagi bangsanya (ayat 15). (4) Dalam memimpin khususnya menempatkan orang-orang yang tepat pada posisi dan fungsi yang tepat (ayat 16-17). Hanya satu hal yang perlu dipertanyakan, yaitu dalam hal Daud menetapkan anak-anaknya menjadi imam-imam (17). Apakah itu suatu pelanggaran karena keinginan Daud sendiri atau desakan orang-orang dekatnya, mengingat jabatan imam hanya diberikan pada keturunan Lewi sedangkan Daud keturunan Yehuda? Ataukah memang ada pesan Tuhan kepada Daud agar anak-anaknya ditahbiskan sebagai imam-imam sebagai suatu bentuk dispensasi? Terlepaskan dari pelbagai kemungkinan tersebut, Daud tetap tampi sebagai pemenang karena penyertaan Tuhan sendiri.-

PA – 466. Dalam 2 Samuel 9 dikisahkan tentang Mefiboset, putra Yonatan, cucu Saul ditolong oleh Daud. Ia timpang. Ia memperoleh kembali ladang-ladang Saul, kakeknya, dan dijinkan makan sehidangan dengan raja Daud di istana. Adanya orang seperti Mefiboset yang dipulihkan bergantung pada banyak faktor. (1) Tuhan yang mengasihi Mefiboset. (2) Daud yang mau menjadi alat Tuhan untuk menolong Mefiboset. (3) Ziba yang mau tetap setia kepada Saul dan Yonatan sehingga mau mengasuh Mefiboset hingga dewasa. (4) Mefiboset sendiri yang rendah hati dan tidak menolak niat baik Daud.  Di sekitar kita ada orang-orang yang perlu ditolong baik yang seiman maupun tidak. Jadilah seperti Daud yang mau berbelas kasihan dan berbagi berkat, sehingga mereka dipulihkan. Tuhan senang jika kita tidak egois, namun peduli dengan orang lain.-

PA – 467. Dalam 2 Samuel 10, dikisahkan tentang perbuatan Hanun, raja bani Amon, yang mempermalukan utusan Raja Daud yang datang ke istananya guna menyampaikan ungkapan simpati atas kematian ayahanda Hanun. Hanun melakukan hal itu setelah memperoleh ‘masukan’ dari stafnya bahwa utusan itu jangan-jangan datang sebagai mata-mata. Akhirnya timbul peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Pelajaran penting dalam kisah ini adalah: (1) Dibutuhkan pemimpin yang tidak ‘tipis telinga’ yang karena mendengar suatu info langsung bertindak tanpa mengadakan crosscheck terlebih dahulu. (2) Dalam persahabatan dibutuhkan kepercayaan (trust), bukan penuh kecurigaan. Ketika trust itu hilang, persahabatan bisa berubah menjadi permusuhab. (3) Timbulnya masalah besar pada umumnya diawali hal-hal yang sepele. Oleh sebab itu dalam menangani hal-hal sepele tetap harus bijaksana.-

PA – 468. Dalam 2 Samuel 11 dikisahkan tentang kesalahan fatal Daud dengan meniduri Batsyeba, isteri Uria, hingga mengandung. Mendengar hal itu Daud melakukan beberapa siasat agar perbuatan dosanya tidak ketahuan, mulai dari menyuruh Uria cuti agar bisa berkumpul dengan isterinya, membuatnya mabuk, sampai menempatkan Uria di baris depan pertempuran hingga akhirnya Uria mati di medan pertempuran. Apa yang dilakukan Daud jahat di pemandangan Tuhan. Dari sini kita melihat beberapa hal penting: (1) Tak ada orang yang sempurna. Setiap orang punya kelemahan. (2) Kita harus selalu waspada, sebab tak ada satu pun manusia yang imun atau kebal terhadap godaan dosa. (3) Jika kita bersalah atau berdosa, jangan mencoba menutup-nutupi kesalahan, karena biasanya akan semakin salah dan berdosa. (4) Sebaiknya segera membereskan dosa dengan Tuhan, dengan meminta pengampunan-Nya dan tidak mengulanginya lagi.-

PA – 469. Allah kita adalah Bapa yang baik. Jika ada anak-Nya yang salah jalan pasti akan dibawa kembali ke jalan yang benar. Ia akan menegur dan memberikan disiplin yang baik sehingga jika anak-Nya sadar dan mau bertobat akan dipuilihkan. Namun jika tidak mau, hukuman akan dijatuhkan. Itulah yang Allah kerjakan terhadap Daud yang telah mengambil Batsyeba. Melalui hamba-Nya, yaitu Natan, Tuhan menegur Daud (2 Samuel 12). Daud mau mengakuinya dan menerima disiplin dari Tuhan, di mana anak pertama hasil hubungan gelapnya mati. Ia diampuni oleh Tuhan, tetapi ada hukuman yang tak bisa dielakkan, yaitu selalu akan ada peperangan pada keturunannya, dan istri-istrinya juga akan ditiduri orang. Karena pertobatannya, Daud dipulihkan. Ia memperoleh seorang anak dari Batsyeba yang dinamainya Salomo (artinya ‘damai’), dan Tuhan memberinya nama Yedija (artinya ‘kekasih TUHAN’). Daud pun memperoleh kemenangan dalam peperangan dan menggunakan mahkota raja Raba sebagai mahkotanya. Jadi: dosa – disiplin Tuhan – pengakuan – pertobatan – pengampunan – pemulihan. Ini adalah prinsip kekal Allah.-

PA – 470. Dalam banyak kasus pelanggaran terhadap prinsip kekal Allah, selalu ada masalah. Masalah dapat datang dalam hidup kita karena kekeliruan kita atau ujian yang Tuhan ijinkan guna memurnikan kita. Salah satu kekeliruan yang dilakukan Daud adalah praktek poligami. Ia mempunyai banyak anak dari banyak isteri. Di dalamnya rentan terjadi konflik antar anak yang seayah tapi lain ibu. Dalam 2 Samuel 13:1-22 ada peristiwa di mana Amnon, salah seorang putra Daud jatuh cinta pada Tamar, putri Daud dari isteri yang lain.  Ammon memperkosa Tamar dan ini mendatangkan kemarahan Daud dan Absalom. Seharusnya hal itu tak perlui terjadi jika: (1) Amnon bisa berpikir jernih untuk memperoleh gadis lain di luar lingkungan istana. (2) Amnon tidak pesimis bahkan menganggap mustahil bahwa cintanya akan bertepuk sebelah tangan. (3) Amnon tidak serta merta menuruti nasihat sepupunya, Yonadab, yang menyesatkan. (4) Amnon mau mendengar nasihat Tamar agar memintanya baik-baik kepada ayahnya. (5) Amnon mau memahami hubur tabur tuai. Namun karena sudah dikuasai hawa nafsu, semua hal di atas diabaikan, sehingga terjadilah perbuatan asusila tersebut.-

PA – 471. Absalom, kakak Tamar, tidak dapat menerima perlakuan Amnon yang memperkosa adiknya itu. Ia menyimpan kebenciannya kepada Amnon selama 2 tahun. Ia mengadakan pesta dan menguindang raja Daud untuk hadir. Karena Daud tidak bisa hadir, Absalom meminta agar Amnon diizinkan datang. Daud pun memberikan izin. Amon dan anak-anak raja datang ke pesta itu. Absalom menyuruh orang membunuh Amon ketika ia sedang mabuk (2 Samuel 13:23-29). Tak bisa dibayangkan penderitaan Absalom ketika ia hidup dalam kebencian. Tidak ada sukacita dan damai sejahtera selama ia membenci Amnon. Memang Amnon berbuat dosa terhadap Tamar, tapi sikap Absalom membenci Amnon juga adalah dosa. Bahlkan kebenciannya membawanya kepada dosa pembunuhan. Jangan menyikapi dosa dengan dosa. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan. Kebencian yang tak terselesaikan akan berakhir dengan pembunuhan (fisik, karakter). Jadi, buang kebencian dan ganti dengan kasih dan pengampunan.-

PA – 472. Berita yang diterima oleh Daud  bukan hanya Amnon yang dibunuh oleh Absalom tetapi semua anak raja, sehingga Daud sangat sedih dan mengoyakkan pakaiannya. Yonadablah yang memberikan informasi yang benar bahwa hanya Amnon yang dibunuh (2 Samuel 14:30-39). Sesudah membunuh Amnon, Absalom kemudian melarikan diri bersama orang-orangnya ke Gesur. Ada dua kemungkinan seseorang terus-menerus menghadapi masalah. Pertama, akibat kesalahannya sendiri di mana ia hanya menuruti hawa nafsunya. Kedua, karena Tuhan memang sedang menguji kesetiaannya kepada Tuhan (mis. Ayub). Absalom termasuk tipe yang pertama. Ia sebenarnya sangat dikasihi Daud, terbukti setelah 3 tahun, Daud menghendaki Absalom kembali kepadanya. Namun, Absalom sendiri yang lebih menuruti kata hatinya daripada pimpinan Tuhan. Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan (Mazm 37:8).-

PA – 473. Dalam 2 Samuel 14 Yoab mencoba melunakkan hati raja Daud agar mau mengampuni Absalom yang telah membunuh Amnon. Ia menggunakan seorang perempuan bijak untuk melemparkan suatu kasus kepada raja, dan dalam hikmatnya raja Daud tahu bahwa Yoablah yang menyuruh perempuan itu. Daud berkenan agar Absalom pulang ke rumahnya sendiri, namun selama 2 tahun tidak diperkenan menghadap raja. Perasaan ‘didiamkan’ membuat Absalom tidak sabar. Ia menyuruh orang memanggil Yoab agar membawanya kepada raja. Beberapa kali Yoab tidak datang kepada Absalom hingga Absalom ‘menggugah’ Yoab dengan menyuruh orang membakar ladang Yoab. Akhirnya Yoab membawa Absalom kepada Daud. Ia sujud di hadapan Daud, dan Daud menciumnya. Rekonsiliasi atau pemulihan hubungan harus dilakukan sesegera mungkin oleh kedua belah pihak. Cari cara-cara ‘kreatif’ untuk rekonsiliasi.-

PA – 474. Dalam 2 Samuel 15 ada persepakatan gelap yang dilakukan oleh Absalom untuk menggoyang posisi ayahnya sebagai Raja. (1) Absalom mencuri hati rakyat dengan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Ia menolong rakyat tetapi ‘ada udang di balik batu’, yaitu agar mereka mau berpihak kepadanya. (2) Absalom mengambil beberapa orang kepercayaan Daud untuk berpihak padanya, termasuk Ahitofel, penasihat Daud. Absalom mencari enaknya sendiri dengan merekrut orang-orang yang ‘sudah jadi’. Hal ini juga banyak dilakukan di masa kini yang disebut dengan ‘membajak salesman atau manager” yang kemudian dipakai untuk menghancurkan pesaingnya.

PA – 475. Dalam 2 Samuel 16:1-4 Daud didatangi oleh Ziba, hamba Saul yang telah merawat dan mendampingi Mefiboset. Ia membawa buah-buahan, makanan dan minuman untuk Daud dan rombongannya. Rupanya Mefiboset masih berharap dinasti kakeknya jatuh kepadanya, sehingga ia membangun kekuatan di Yerusalem. Namun Ziba lebih berpihak pada Daud. Ada beberapa kemungkinan seseorang mau bergabung dengan seorang pemimpin suatu komunitas: (1) Karena tidak ada pemimpin lain yang lebih baik, akhirnya terpaksa memilih pemimpin itu. (2) Karena jika ia mengikut pemimpin itu ia akan memperoleh imbalan atau jaminan kesejahteraan yang lebih baik. (3) Karena ia pernah kecewa dengan seorang pemimpin akhirnya bergabung dengan pemimpin yang baru. Jika ternyata nanti mengecewakan juga, ia akan pindah lagi ke pemimpin yang baru lagi. (4) Ia berdoa dan memperoleh petunjuk Tuhan untuk bergabung dengan pemimpin yang mana, dan memberikan kontribusi penting dalam komunitas itu. Semuanya itu berkaitan dengan prinsip followership. Bagaimana dengan Anda?

PA – 476. Dalam 2 Samuel 16:6-14 ada seorang bernama Simei, dari keluarga Saul, yang terus mengutuki Daud. Stafnya meminta ijin kepada Daud untuk membunuh Simei, tetapi Daud melarangnya. Ia berkata bahwa Tuhan bisa saja menyuruh Simei mengutukinya. Kalau memang demikian, siapakah yang bisa mencegahnya? Yang perlu diminta kepada Tuhan adalah kekuatan hati, pertolongan dan berkat Tuhan di balik semua penderitaan itu. Mari kita miliki hati Daud yang melihat segala peristiwa dengan mata iman, bahwa Tuhan bisa ‘menghendaki’ (perfect will of God) atau ‘mengijinkan’ (permissive will of God) sesuatu terjadi dalam hidup kita. Jika yang baik datang atas kita maka itu adalah kehendak-NyaM Namun bila yang ‘buruk’ yang kita alami, itu adalah atas ijin-Nya dengan maksud tertentu. Roma 8:28 sangat jelas menyatakan bahwa dalam segala sesuatu Allah turut bekerja … untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Oleh sebab itu daripadai mengeluh mari kita bersyukur, daripada membenci orang yang mendatangkan kesulitan bagi kita, mari kita mendoakan dan memberkati orang itu.-

PA – 477. Dalam 2 Samuel 17:15-23 dikisahkan tentang Husai yang ‘membelot’ kepada Absalom. Ia ditugaskan Daud untuk ‘menyusup’ ke kubu Absalom agar dapat membatalkan nasihat Ahitofel. Ahitofel memberi nasihat kepada Absalom bahwa untuk membuat Daud geram dapat digunakan cara menghampiri gundik-gundik Daud. Jika Daud terpancing marah, maka seluruh umat Israel akan berpihak pada Absalom. Pada masa itu apa yang dikatakan Ahitofel selalu dipandang sebagai perkataan Tuhan sendiri. Ia sudah dianggap sebagai wakil Tuhan. Dari sini kita belajar beberapa hal penting: (1) Prinsip ‘Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati’ harus dilakukan ketika kita berada dalam posisi ‘seperti domba di tengah serigala’ (Mat. 10:16). (2) Jangan selalu menganggap setiap nasihat dari sesama kita pasti sama dengan firman Tuhan sendiri. Nasihat manusia tidak sama kualitas dan kesempurnaannya dengan firman Tuhan. Jaid kita harus hati-hati dan meminta karunia ‘membedakan roh’ agar tahu mana yang sesuai dengan firman Tuhan dan mana yang tidak. Hanya orang yang limpah dengan firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus yang dapat mengerti bahwa sebuah nasihat berasal dari Tuhan atau tidak.

PA – 478. Ahitofel memberi nasihat kepada Absalom dengan mengatakan bahwa bersama 12.000 orang ia akan mendatangi Daud selagi ia lesu dan lemah semangatnya. Tetapi Husai menaihati Absalom bahwa Daud justru dikenal sebagai pahlawan dan kekuatannya bagaikan ‘beruang yang kehilangan anak di padang’. Absalom mempertimbangkan bahwa nasihat Husai lebih baik, sehingga nasihat Ahitofel ditolaknya. Akibatnya Ahitofel merasa terhina, kemudian pulang dan menggantung dirinya (2 Sam 17:23). Dengan nasihat Husai itu Daud terlindungi, karena strategi Absalom disampaikan kepada Daud. Kesimpulan: (1) Jika kita ragu atas sebuah nasihat, bisa minta nasihat orang lain sebagai pembanding. (2) Sebuah nasihat yang lebih baik dapat membatalkan nasihat yang baik (3) Jika masukan atau nasihat kita ditolak, jangan putus asa. Mungkin lain kali nasihat kita didengar. (4) Untuk bisa memberi nasihat yang baik, kita harus limpah dengan firman Tuhan, kehidupan doa yang dinamis, dan memiliki pengetahuan umum yang memadai.-

PA – 479. Sekalipun Daud menyusun kekuatan perang untuk menghadapi Absalom, tetapi ia meminta kepada Yoab, panglima perangnya agar Absalom diperlakukan dengan lunak. Artinya, kalau bisa Absalom ditangkap hidup-hidup sebab Daud masih mengasihi Absalom (2 Samuel 18:5). Dalam peperangan itu Absalom yang mengendarai bagal tersangkut di pohon sehingga dirinya tergantung antara langit dan bumi. Yoab kemudian menikam Absalom dengan tiga buah lembing hingga tewas. Yoab tidak menaati perintah Daud untuk menangkap Absalom, melainkan menuruti emosinya sendiri dengan menewaskan Absalom. Yoab termasuk ‘orang bebal sebab “Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.” (Amsal 29:11). Kemarahan itu sendiri bukan dosan tetapi harus terkendali, baik kualitas maupun lamanya. Jika tidak, barulah kemarahan itu akan membawa kita kepada dosa (Efesus 4:26-27). Kemarahan Yoab tak terkendali, kemarahan Daud terkendali. Yoab tak bisa mengampuni Absalom, Daud bisa. Manakah yang Anda pilih?

PA – 480. Daud larut dalam kesedihan yang begitu rupa terhadap Absalom. Dalam ratapannya atas kematian Absalom ia berkata “Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom!” Inilah hati seorang ayah sejati, yaitu rela menggantikan posisi anaknya (2 Samuel 18:33). Namun selanjutnya, dalam 2 Samuel 19 ternyata Daud terus menerus larut dalam ratapannya itu yang pasti akan mengganggu keberadaannya sebagai seorang raja. Ia nyaris melupakan anggota keluarga lainnya yang selamat. Ia juga nyaris melupakan jasa para tentaranya yang telah membelanya mati-matian di medam peperangan.  Bahkan, ia nyaris melupakan rakyat yang menunggu kepemimpinannya. Yoab menngingatkan semua hal itu kepada Daud, sehingga Daud sadar untuk kembali menjalankan tugas sebagai raja. Ada masa-masa kita boleh tenggelam dalam perasaan diri kita: kesenangan atau kesedihan untuk sementara waktu. Namun kita tetap harus mampu mengendalikandiri untuk tidak terus menerus tenggelam dan perasaan kita yang bisa mengganggu aktifitas kita. Akhirnya Daud kembali ke Yerusalem. Orang-orang Israel yang tadinya berpihak pada Absaloim kembali kepada Daud. Kalau tadinya Daud kehilangan sejumlah rakyat, kini mereka kembali kepadanya. Jangan resah ketika ada sebagian ‘milik’ kita lepas dri genggaman tangan kita. Itu hanya sementara. Ketika kita lolos dalam ujian pengampunan, Tuhan mengirimkannya kembali.-

PA – 481. Ketika Daud hendak kembali ke Yerusalem ada beberapa orang penting yang menyongsong dan mengantarnya: (1) Simei yang pernah mengutukinya. (2) Ziba, hamba Saul dengan 15 anaknya dan 20 hambanya. (3) Mefiboset, cucu Saul. (4) Kimham yang diutus Barzilai, orang kaya yang pernah memelihara Daud (2 Samuel 19:15-43). Untuk memperoleh teman atau orang-orang yang mau berada di pihak kita ada beberapa cara: (1) Tetap konsisten pada kebenaran yang dari Tuhan. Mungkin pada mulanya disalahmengerti namun kemudian orang tahu bahwa kita benar. (2) Memiliki Emotional Quotient (EQ) yang tinggi, yaitu mampu menyelami dan mengendalikan baik emosi diri maupun orang lain. (3) Senang melihat orang lain bertumbuh dan berkembang bahkan hingga melampaui diri kita sendiri. (4) Mudah mengampuni kesalahan orang lain, karena menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna. (5) Mempercayai dan melibatkan mereka dalam proyek-proyek Allah yang besar, sehingga mereka dapat memaksimalkan potensi yang mereka dapat dari Tuhan. (6) Bersifat netral atau tidak berpihak secara subyektif. Mana yang benar kita katakan benar, yang salah kita katakan salah.-

PA – 482. Daud kembali harus menghadapi sebuah pemberontakan, yaitu yang dipimpin oleh Seba bin Bikri, orang Benyamin. Semula ia menyuruh Amasa mengumpulkan tentara, tetapi Amasa berlambat-lambat hingga melewati batas waktu. Kemudian Daud menyuruh Abisai dan Yoab untuk memimpin pasukan. Yoab membunuh Amasa, dan mengepung kota ke mana Seba melarikan diri. Namun ketika kota itu hendak diruntuhkan, seorang perempuan bijaksana menyerahkan kepala Seba, sehingga kota itu tidak jadi diruntuhkan (2 Samuel 20). Kesimpulan: (1) Jangan berlambat-lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas akan bisa berakibat fatal. (2) jangan mengorbankan hal-hal besar untuk masalah yang kecil. Selesaikan segera masalah kecil sehingga yang lain terselamatkan. (3) Pemberontakan terhadap pemimpin yang ditetapkan Allah selalu berakibat fatal. Belajarlah mengakui dan menghormati keputusan Tuhan, maka damai sejahtera- Nya limpah atas kita.

PA – 483. Dalam 2 Samuel 21:1-14 dikisahkan bagaimana Daud menyelesaikan masalah kelaparan yang terjadi selama tiga tahun atas negerinya. Pertama, ia bertanya kepada Tuhan apa yang menjadi penyebab bencana itu. Ternyata masalahnya terletak pada pelanggaran perjanjian antara umat Tuhan dengan orang Gibeon yang dilakukan oleh Saul. Mereka seharusnya dilindungi, tapi Saul ternyata melakukan kekerasan atas mereka. Tuhan sendiri adalah saksi atas perjanjian itu (Yosua 9:15-20). Kedua, Daud memenuhi tuntutan orang Gibeon yaitu menyerahkan tujuh orang dari keluarga Saul sebagai kompensasi atas apa yang telah dilakukan Saul atas mereka. Ketiga, menghibur keluarga besar Saul dengan menguburkan secara terhormat tulang-tulang Saul, Yonatan, dan ketujuh orang yang rela berkorban demi pemulihan atas negerinya. Keempat, setelah menaati perintah Tuhan Daud berdoa agar Tuhan memulihkan negeri itu. Berarti setiap bencana yang kita alami tidak boleh dipandang remeh dan kadang-kadang bukan hanya berkaitan dengan hal-hal natural/alamiah, tetapi bisa berkaitan dengan hal yang rohani. Doa pemulihan dijawab Tuhan setelah kita hidup dalam ketaatan.-

PA – 484. Dalam 2 Samuel 21:15-22 dikisahkan tentang kemenangan yang diperoleh Daud dan pasukannya saat melawan 4 orang raksasa Fiistin, yaitu: Yisbi-Benob, Saf, Goliat, dan seorang lagi yang tidak disebutkan namanya. Semula Daud nyaris terbunuh sebab ia mengalamii letih lesu, namun Abisai menolongnya dengan mengalahkan dan membunuh raksasa itu. Dari sini kita belajar beberapa hal penting: (1) Seberapa kuatnya kita, tetap akan ada masa di mana kita letih lesu. Kita tidak mungkin menjadi ‘superman’ sepanjang waktu. Jika kita menyadari hal ini kita, kita akan memiliki kerendahan hati. (2) Kita membutuhkan orang lain untuk menolong kita. Tuhan selalu menyediakan orang di sekitar kita untuk menolong kita. Jangan menolak pertolongan merekan sebab itu bisa merupakan dorongan dan perintah dari Tuhan sendiri (bdk. hamba perempuan Naaman). (3) Sebesar dan sebanyak apapun tantangan hidup ini, jika Tuhan di pihak kita, maka kemenangan akan selalu kita peroleh. Raksasa-raksasa itu memang kuat, tapi Tuhan yang menciptakan raksasa-raksasa itu lebih kuat.-

PA – 485. Dalam 2 Samuel 22, Daud menaikkan ucapan syukur rkepada Tuhan yang telah menolongnya selama ini. Isi dari nyanyian syukur itu adalah: (1) Pengakuan bahwa Allah adalah Gunung Batu, Perisai, Tanduk Keselamatan, Kota Benteng, dan Juruselamatnya pribadi (ayat 3). (2) Kesaksian bahwa ketika ia berseru kepada Tuhan, Ia mendengar, dan menjawabnya dengan karya-karya-Nya yang dahsyat, di mana segala musuh ditaklukkan-Nya (ayat 4-20). (3) Daud melihat dirinya sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan dengan memperhatikan hukum-Nya, dan menjaga diri dari kesalahan. Ia tahu bahwa hidup yang menyenangkan hati Tuhan adalah syarat mutlak agar doa dijawab oleh Tuhan (ayat 23-24). Dosa merupakan penghambat doa (bdk. Yes. 59:1-2). (4) Tuhanlah yang mengangkat Daud untuk memerintah dengan adil dan takut akan Tuhan (2 Sam 23:1-7). Jadikan nyanyian syukur Daud sebagai nyanyian syukur kita setiap hari.-

PA – 486. Daud mempunyai 3 orang pahlawan yang luar biasa: Isybaal, Eleazar, dan Sama. Dalam 2 Samuel 23:1-17 dikisahkan tentang Daud yang ingin minum air dari sumur di Betlehem, padahal kota itu sedang diduduki oleh orang Filistin. Mengetahui hal itu, ketiga orang tadi dengan penuh keberanian mempertaruhkan nyawa mereka, menerobos tentara orang Filistin, mengambil air di sumur Betlehem dan membawanya kepada Daud. Melihat hal itu Daud tidak meminum air tersebut, melainkan mencurahkannya di hadapan Tuhan sebagai tanda ucapan syukur dan kebanggaannya atas keberanian ketiga pahlawannya. Di sini terdapat tipologi tentang Kristus yang berkata, “Aku haus!” dan kita sebagai orang percaya yang berani memberitakan Kabar Baik kepada orang lain dan membawanya kepada Yesus Kristus, Raja kita. Kehausan Tuhan bulkan pada air secara jasmani, melainkan akan jiwa-jiwa terhilang. Sudah berapa jiwakah yang kita bawa kepada Tuhan. “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, …” (2 Tim. 4:2). Memberitakan Kabar Baik harus dilakukan dengan perkataan, dan dengan perbuatan, agar orang tahu siapakah Yesus Kristus dan apa yang telah dilakukan-Nya dalam hidup kita. Pemberitaan Kabar Baik harus dilakukan dengan prinsip ‘cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati’.-

PA – 487. Dalam 2 Samuel 23:18-:39 ada daftar nama para pahlawan yang menyertai Daud. Sehebat-hebatnya Daud dalam medan peperangan, ia masih membutuhkan orang lain. Sebagai seorang pemimpin, Daud tahu kemana ia akan pergi, ia menuju ke sana, dan ia mampu mengajak orang lain bersamanya. Jadi dalam kepemimpinan ada tiga hal penting: Tujuan, Tindakan, dan Pengaruh. Bagaimana Daud bisa menggerakkan sedemikian banyak orang hebat     bersamanya? Itu karena Daud memiliki tujuan yang jelas dan tindakannya pun tegas. Sangatlah penting melihat motivasi para pengikut: karena terpaksa, karena kewajiban, atau karena kasih. Lawrence Kohlberg melihat masalah motivasi ini sebagai ‘tahap perkembangan moral’ seseorang. Hal ini penting, khususnya dalam membuat anak-anak taat pada orang tua, membuat murid taat pada guru, dan membuat anak buah taat pada pemimpin. Minta hikmat Tuhan untuk mampu mengubah hati seseorang dari keterpaksaan ke kewajiban lalu ke kewajaran. Sebaliknya, mari kita mengintrospeksi diri kita apakah kita mengikut dan melayani Tuhan dan sesama karena terpaksa, sekedar kewajiban, atau kasih.-

PA – 488. Dalam 2 Samuel 24:1-17 Daud berencana mengadakan sensus dengan motivasi mau membanggakan dirinya bahwa ia telah mencapai kemajuan yang baik dalam posisinya sebagai raja. Yoab mencoba memberi masukan agar hal itu jangan dilakukan, tapi Daud tidak mau menerima masukan itu. Dahulu Daud terbuka untuk menerima masukan anak buahnya. Semakin ia berkuasa semakin ia merasa benar sehingga merasa tidak membutuhkan masukan lagi dari anak buahnya. Yoab akhirnya ‘terpaksa’ melakukan tugas sensus prajurit itu. Tuhanlah yang kemudian menegur Daid dengan keras melalui nabi Gad dan menawarkan tiga jenis hukuman terhadap Daud. Karena kelalaian Daud tersebut, ada korban 70 ribu rakyat yang mati karena hukuman Tuhan berupa penyakit sampar. Mari kita terus terbuka terhadap masukan orang lain, dan punya kepekaan terhadap kehendak Tuhan, supaya keputusan kita benar dan tidak jatuh korban yang sia-sia akibat kekerasan hati dan sikap egois kita.-

PA – 489. Dalam 2 Samuel 24:18-25 nabi Gad memberitahu Daud cara menghentikan hukuman Tuhan akibat sensus tentara yang diadakan Daud, yaitu terjadinya penyakit sampar yang mematikan. Daud mau mendengar nasihat nabi Gad. Ia disuruh mendirikan mezbah bagi Tuhan di ladang milik Arauna. Sebenarnya bagi rajanya Arauna mau memberikan ladang dan hewan korban secara cuma-cuma, tapi Daud menolak. Ia tetap membayar tanah itu dan mempersembahkan korban di sana. Maka tulah pun berhenti. Di satu sisi kita harus bersikap seperti Arauna yang rela menyerahkannya jika Tuhan, Sang Raja menghendaki sebagian dari milik kita, bahkan kehidupan kita untuk dipakai bagi kemuliaan-Nya. Tapi biasanya Tuhan justru membalasnya dengan berlipatkali ganda. Di sisi lain kita juga bisa meneladani Daud yang mau menerima teguran Tuhan melalui hamba-hamba-Nya, dan melunakkan hati Tuhan, memohon pengampunan-Nya melalui persembahan hidup yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya, yang didasarkan pada pengorbanan Sang Anak Domba Allah itu sendiri di kayu salib. Pengampunan sejati hanya bersumber pada kasih Allah di Kalvari.-

PA – 490. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab 1 Raja-raja. Dalam pasal 1 ayat 1-4 dikisahkan bahwa Raja Daud telah tua. Para pegawainya mencoba ‘menghangatkan tubuh’ Raja Daud dengan mengirimkan seorang perawan yang cantik, Abisag namanya, agar merawat dan ‘melayani’ raja, tetapi Raja Daud tidak bersetubuh dengan dia. Apakah yang dapat ‘menghangatkan’ kehidupan seseorang? Pertama, tetap dimilikinya visi yang dari Tuhan. Orang yang memiliki visi akan didorong oleh visi itu untuk tetap bersemangat dalam hidup ini. Kedua, tetap dimilikinya orang-orang yang dikasihi. Kasih itu seperti api yang terus menyala-nyala, yang membuat hidup ini bersemangat. Ketika kasih menjadi pudar, hilanglah segala semangat dan antusiasme hidup ini. Ketiga, kesadaran bahwa di dalam diri ini masih ada potensi yang belum disalurkan dan tugas yang belum selesai. Sangat disayangkan ketika ada orang yang meninggal dengan membawa serta potensi-potensi yang belum diberdayakan. Jadilah seperti tanaman yang tetap subur di masa tua. Jadi ‘kehangatan’ dalam hidup ini tidak berasal dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri. Orang yang terus dipimpin oleh Roh Tuhan akan tetap menyala-nyala, penuh semangat!

 

PA – 491. Di tengah kondisi di mana Raja Daud sedang ‘dingin’, salah seorang putranya kembali memberontak, yaitu. Adonia. Selama hidupnya ayahnya tak pernah menegornya. Banyak pemimpin mengikut Adonia, termasuk Yoab dan imam Abyatar (1 Raja 1:5-53). Melihat hal itu nabi Natan segera menemui Batsyeba agar meminta kepada Raja Daud untuk menunjuk Salomo (Solaiman) menjadi raja menggantikannya. Daud pun menyetujuinya karena ia pernah bersumpah mengenai hal itu. Salomo diurapi menjadi raja oleh imam Zadok, diarak dan rakyat menyambutnya. Adonia akhirnya menyerah sebelum melakukan makar dan Salomo mengampuninya. Beberapa pelajaran penting: (1) Jangan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan (2) Jangan meninggikan diri tanpa pimpinan Tuhan (3) Persiapkan regenerasi dalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan dengan baik (4) Berikan pengampunan kepada mereka yang mau mengaku salah dan bertobat.-

 

PA – 492. Kepada Salomo yang menggantikannya sebagai raja, Daud menyampaikan pesan-pesan penting sebagai berikut (1 Raja 2:1-12): (1) Kuatkan hati dan setia kepada TUHAN dalam menaati firrman-Nya. Hal ini akan bisa melanggengkan kepemimpinannya dari generasi ke generasi. (2) Bertindak dengan bijaksana terhadap orang yang pernah mendatangkan kesulitan dalam kehidupan Daud, misalnya Yoab. (3) Berkemurahan terhadap orang yang pernah berjasa dalam kehidupan Daud, misalnya Barzilai. (4) Membangun Bait Suci dan berbagai sarana penunjangnya (1 Taw. 28:11-19). Jadi untuk menjadi seorang pemimpin dibutuhkan beberapa kecerdasan: Kecerdasan Rohani (Spiritual Quotient – SQ), Kecerdasan Intelek (Intelectual Quotient – IQ), Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient – EQ), Kecerdasan Sosial (Social Quotient – SoQ), dan Kecerdasan dalam menghadapi tantangan (Adversity Quotient – AQ). Tidak mudah, bukan?

 

PA – 493. Untuk mengokohkan kerajaannya, Salomo melakukan hal-hal sebagai berikut (1 Raja 2:13-46): (1) Menyuruh Benaya membunuh Adonia yang tadinya diampuni oleh Salomo karena Adonia ‘memanfaatkan’ kebaikan Batsyeba, ibu Salomo agar kepadanya diberikan Abisag, perempuan yang disuruh melayani Daud di masa tuanya. (2) Memecat Abyatar dari jabatan imam karena tadinya berpihak kepada Adonia. (3) Menyuruh Benaya membunuh Yoab yang tadinya juga memihak pada Adonia dan telah membunuh Abner serta Amasa, kedua orang panglima Daud yang ‘lebih baik dan lebih benar’ dari Yoab. (4) Menyuruh Benaya membunuh Simei yang melanggar janji untuk tidak keluar dari Yerusalem. Inti pelajaran rohani dari tindakan Salomo ini adalah: jika kita ingin rencana dan janji Tuhan atas kehidupan kita tergenapi, bersihkan hidup ini dari noda-noda dosa dan motivasi yang tidak benar di hadapan Tuhan. Ia tidak bisa memakai orang yang berkompromi dengan dosa. Dari sisi kepemimpinan, tentunya ketegasan tindakan semacam itu akan mendatangkan sikap pro dan kontra. Namun jika Tuhan menyuruh kita tegas seperti itu, tetap harus kita lakukan. Maka Tuhan akan terus menyertai dan memberkati kepemimpinan kita.-

 

PA – 494. Sesudah Salomo mendirikan mezbah dan memberikan korban kepada Tuhan di Gibeon, maka Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi. Ia memberi kesempatan kepada Salomo untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Salomo mengatakan bahwa yang sangat dibutuhkan sebagai seorang raja dalam memerintah umat Tuhan yang sangat besar itu adalah hikmat. Permintaannya diperkenan Tuhan, sehingga Salomo tidak  hanya memperoleh hikmat melainkan juga kekayaan, kehormatan, dan kemasyhuran. Bahkan jika ia konsisten mengikut Tuhan, kepadanya akan diberikan umur panjang. Hikmat merupakan satu ‘paket’ di mana di dalamnya ada hal-hal penting lain yang dibutuhkan dalam kehidupan ini (1 Raja 3:1-15). Jika kita ingin memahami manfaat hikmat dalam kehidupan seseorang, bacalah Kitab Amsal, kitab yang ditulis oleh Salomo sebagai seorang yang dikaruniai hikmat oileh Tuhan. Hikmat dan Wahyu merupakan dua hal penting dalam kehidupan ini yang harus selalu ada dalam doa kita agar kita dapat mengenal pribadi Allah dan karya-Nya dengan benar (Efesus 1:17).-

 

PA. – 495. Hikmat Salomo nampak dalam mengambil keputusan-keputusan, di antaranya dalam kasus perebutan seorang bayi (1 Raja 3:16-28). Ada dua orang perempuan yang tinggal serupa sama-sama melahirkan seorang bayi. Salah seorang ibu menindih bayinya saat tidur sehingga mati dan kemudian menukarnya dengan bayi perempuan yang lain. Saat bangun terjadilah keributan milik siapakah bayi yang masih hidup itu. Salomo menyuruh mengambil pedang hendak membelah bayi yang masih hidup itu dan dibagi fifty-fifty. Tentu saja ibu asli sang bayi tidak tega dan menyerahkan bayinya untuk diasuh perempuan lainnya. Dari keputusan itu kita melihat beberapa sifat hikmat yang datang dari Allah: (1) mengubah hal yang sulit menjadi sederhana, bukan sebaliknya; (2) mampu menolong menyelesaikan masalah orang lain, bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri; (3) melakukan terobosan (breakthrough), yaitu memberi keputusan yang tidak lazim tetapi sangat manjur; (4) mendatangkan keadilan, sebab tidak memihak berdasarkan kedekatan, suap, dsb.; (5) memuliakan Allah sang pemberi hikmat, bukan untuk kebanggaan diri.-

 

PA – 496. Dalam 1 Raja-raja 4 Salomo dikatakan memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan sebagai seorang raja: para pembesar dan kepalla daerah yang loyal kepadanya, wilayah kekuasaan yang amat luas di mana raja-raja yang ditaklukkan memberi upeti kepadanya, keamanan di segala tempat sehingga warga kerajaannya ‘diam dengan tenteram, masing-maaing di bawah pohon anggur (sukacita) dan pohon aranya (keb enaran)’, persediaan makanan yang sangat berlimpah, serta hikmat dan pengertian yang sangat besar. Hal ini menunjukkan kesetiaan Tuhan akan janji-Nya bahwa Ia akan menambahkan kepada Salomo hal-hal lain karena ia hanya memohon hikmat kepada Tuhan. Ketka kita mendahulukan hikma Tuhan (yaitu Kerajaan Allah dan kebenarannya), maka semuanya ditambahkan kepada kita (Matius 6:33). Kerajaan Allah itu adalah: kebenaran, sukacita dan damai sejahtera oleh Roh Kudus (Roma 14:17), serta kuasa untuk menyatakan kemuliaan-Nya (1 Korintus 4:20).-

 

PA – 497. Dalam 1 Raja-raja 5 dikisahkan bagaimana Salomo bermitra dengan Hiram, raja Tirus. Hiram diminta mengirimkan kayu-kayu aras dan kayu senobar untuk keperluan mendirikan rumah Tuhan dengan imbalan gandum dan minyak tumbuk. Salomo juga mengerahkan 30 ribu orang rodi untuk membantu tukang-tukang Hiram dalam menebang pohon-pohon itu. Itu berarti kerjasama yang baik dengan orang lain, termasuk yang tidak seiman, bisa dilakukan sepanjang saling menguntungkan dengan prinsip kesetaraan. Hubungan kemitraan semacam itu harus dikaga sebaik-baiknya, sebab Tuhan dapat menolong dan memberkati kita melalui mereka. Kekayaan bangsa-bangsa dapat dilimpahkan Tuhan ke atas kita (Yesaya 60:5), jika kita menjalin hubungan baik dengan mereka tanpa mengorbankan iman kita di dalam Tuhan Yesus Kristus.-

 

PA – 498. Dalam 1 Raja-raja 6 raja Salomo membangun Bait Suci. Tuhan berjanji bahwa jika Salomo tetap taat dan setia kepada firman Tuhan, maka Tuhan akan tetap tinggal bersama umat-Nya (ayat 12-13). Seluruh rumah itu dilapisi dengan emas sebagai tanda memberikan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan (ayat 22). Ada tiga ornamen di pintunya: kerub (malaekat), korma dan bunga mengembang (ayat 35). Ini merupakan lambang keseimbangan: ketika hubungan dengan Tuhan dan dengan alam ciptaan harmonis, kehidupan pun akan mengalami perkembangan dan kemajuan. Bagi kita sekarang, bait suci itu adalah tubuh kita (1 Kor. 6:19), di mana Roh Kudus-Nya tinggal. Berikan yang terbaik, jaga keseimbangan dalam hidup ini, maka berkat dan penyertaan Tuhan akan nyata.-

 

PA – 499. Dalam 1 Raja-raja 7 Salomo mendirikan sebuah istana yang sangat megah. Ada dua tiang utama: yang kanan diberinya nama Yakhin (artinya “TUHAN yang menetapkan”) dan yang kiri diberinya nama Boas (artinya “kekuatan”) (ayat 21). Ini adalah gambaran dari dua hal penting dalam kehidupan kita. TUHAN menetapkan – artinya dalam kekekalan Tuhan telah menetapkan rancangan yang indah dalam kehidupan kita. Rancangan-Nya sempurna dan semuanya demi kebaikan kita. Tuhan bisa mengijinkan datangnya masalah dalam kehidupan kita untuk memproses kita supaya kita ‘keluar seperti emas’ (Ayub 23:10). Tak ada kekuatan manapun yang dapat menggagalkan apa yang telah ditetapkan-Nya dalam kehidupan kita. Untuk itu dibutuhkan kekuatan dari Tuhan, yaitu kekuatan untuk bertahan dalam pelbagai musim kehidupan. Kekuatan Tuhan bisa kita peroleh ketika kita bersekutu dengan-Nya dalam doa dan firman. Oleh sebab itu kita tidak boleh gampang menyerah dalam pergumulan hidup in. Fight the fight! Tangan Tuhan yang memegang tangan kita dan memberikan kemenangan (Mazmur 20:7).-

 

PA – 500. Dalam 1 Raja-raja 8 Salomo memindahkan Tabut Perjanjian dari Kota Daud ke Bait Suci dan kemudian menahbiskan Bait Suci yang telah didirikannya itu. Dalam penahbisan itu ada ucapan syukur atas penyertaan Tuhan dalam proses pembangunan sehingga terselesaikan dengan baik (ayat 15-16), serta  permohonan agar Tuhan mau mendengarkan dan menjawab setiap doa yang dipanjatkan di Bait Suci tersebut. Jenis-jenis doa yang didaftarkan Salomo sangat lengkap: doa mohon pengampunan dan pembelaan Tuhan, doa di masa paceklik agar Tuhan mengirimkan hujan, doa di masa bencana alam agar Tuhan memulihkan, dsb. (ayat 31-54). Kemuliaan Tuhan memenuhi Bait Suc I tersebut sehngga imam-imam tidak tahan berdiri (ayat 11). Ini adalah suatu contoh yang baik tentang penguc apan syukur, perkenanan Tuhan, dan permohonan doa. Kalau kiblat doa orang Yahudi  adalah Bait Suci Salomo di Yerusalem, maka kiblat doa orang percaya masa kini adalah sorga karena Allah sendiri adalah Bait Sucinya (Wahyu 21:22). Jadi, menyembah Tuhan tidak lagi tergantung tempat tetapi dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23).-

Tinggalkan komentar