REKAT (201-300)

PA – 201. TABITA atau DORKAS. Namanya berarti “kijang”, sama seperti sifat orangnya yang tangkas dalam menolong orang lain. Ia “hanya” seorang tukang jahit, tetapi sadar bahwa itulah potensi yang Tuhan berikan padanya. Ia menggunakan keahliannya itu untuk membuatkan pakaian bagi para janda dan orang miskin lainnya. Itulah sebabnya ketika ia mati, banyak orang menangis. Tuhan menyertai pelayanan hamba-Nya, Rasul Petrus, yang datang mendoakan Tabita sehingga ia bangkit dan hidup kembali. Tugas Tabita belum selesai. Ia kembali melanjutkanb tiugas mulia itu … menyediakan pakaian bagi yang membutuhkan!

PA – 202. EUTIKHUS. Sebenarnya ia masih cukup muda, namun memiliki rasa lapar dan haus rohani yang luar biasam Dengan penuh antusias ia hadir dalam ibadah di mana Rasul Paulus mengajar semalam-malaman. Dengan nyamannya ia duduk di jendela sambil mendengarkan firman Tuhan. Hati berkehendak, tubuh lemah. Hatinya ingin terus menikmati firman, matanya tidak bisa lagi menahan kantuk. Akhirnya ia jatuh dari jendela, dan mati. Untunglah Tuhan masih mengasihinya. Rasul Paulus mendoakannya dan ia hidup kembali. Siapkan bukan hanya hati tetapi juga jiwa dan tubuh saat bersekutu dan beribadahagar tidak mengalami hal yang sama seperti Eutikhus.-

PA – 203. ANAK-ANAK SKEWA. Mereka berjumlah 7 orang, anak-anak imam Skewa, berprofesi sebagai tukang jampi. Mereka mencoba mengusir roh jahat dari seseorang, tapi melakukannya dengan kekuatannya sendiri, sehingga roh jahat itu berbalik menyerang mereka sampai mereka babak belur. Mereka menggunakan nama Yesus, tetapi tidak hidup sesuai hidup Yesus. Merekla berbeda dengan Rasul Paulus, yang hidup dalam kekudusan dan penuh kuasa Roh Kudus (Kisah 19). Jangan main-main dalam pelayanan, sebab akibatnya mengerikan!

PA – 204. APOLLOS. Ia adalah orang yang fasih berbicara dan mahir tentang Kitab Suci. Kefasihan dan kemahirannya tidak digunakan untuk mengritik rekan-rekan sepelayanannya, melainkan digunakan dalam mengajar (Kisah18). Ia pun rendah hati dan mau dikoreksi oleh Priskila dan Akwila. Ia tidak merasa dirinya benar, melainkan mau terus belajar. Akibatnya hidup dan pelayanannya menjadi sangat berguna bagi banyak orang. Orang-orang di Korintus mensejajarkannya dengan Paulus dan Kefas (Petrus). Gunakan potensi Anda untuk membangun bukan menghancurkan orang lain!

PA – 205. EPAFRAS. Ia adalah rekan sepelayanan Paulus yang baik dan setia. Iia selalu bergumul dalam doanya untuk Jemaat Kolose supaya jemaat berdiri teguh, sebagai orang- orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah. Ia juga sangat bersusah payah untuk Jemaat Kolose dan untuk mereka yang di Laodikia dan Hierapolis. Bahkan ia rela menjadi teman sepenjara dengan Paulus oleh karena Yesus Kristus. Masih adakah Epafras-Epafras masa kini?

PA – 206. PUDES. Saya yakin banyak di antara kita yang tidak mengenal nama ini. Dia adalah salah seorang rekan sepelayanan Rasul Paulus. Namanya hanya muncul satu kali, yaitu dalam 2 Timotius 4:21. Sekalipun demikian, saya percaya bahwa namanya tercantum dalam Kitab Kehidupan. Tuhan seringkali memakai orang-orang seperti Pudes, yang – walaupun tidak terkenal dan tidak dikenal – terlibat penuh dalam pelayanan bagi kemuliaan Tuhan. Tak peduli menjadi populer atau tidak, yang penting ada karya nyata bagi Kerajaan Allah. Ia bisa disamakan dengan orang yang memakai istilah “No Name” (NN) setiap kali melakukan sesuatu bagi Tuhan. Ia menerapkan prinsip “tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu”. Ia seperti penyu, yang tanpa banyak bicara menghasilkan banyak telur, bukan ayam betina yang berkoteknya begitu keras, namun hanya menghasilkan beberapa butir telur!

PA – 207. DEMAS. Semula ia adalah rekan sepelayanan Paulus. Ketika Paulus menulois surat kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon, ia menitipkan salam dari Demas. Namanya disejajarkan dengan rekan sepelayanan Paulus lainnya seperti Markus dan tabib Lukas. Berarti ia bukan pelayan Tuhan biasa, melainkan telah menduduki posisi penting. Bukankah Markus dan Lukas akhirnya dipakai Tuhan menjadi penulis-penulis Injil? Bagaimana dengan Demas? Dalam pengiringannya kepada Tuhan Yesus Kristus, ternyata ia meninggalkan Paulus dan rekan sepelayanan lainnya. Mengapa? Demas telah mengasihi dunia ini. Daya tarik kenikmatan dunia yang sementara telah membuat Demas terlena. Anugerah keselamatan yang telah Tuhan berikan kepadanya tidak diindahkannya lagi. Ia undur dari pelayanan dan undur dari Tuhan. Demas tidak setia! Bagaimana dengan kita?

PA – 208. FILEMON. Orang ini membuka rumahnya sebagai tempat persekutuan. Namun dalam suatu peristiwa ia sulit membuka hatinya untuk sebuah pengamopunan. Onesimus, salah seorang budaknya telah mencuri dan melarikan diri. Ia tiba di Roma dan menjumpai Paulus di penjara. Di sana Onesimus mendengar berita Injil dan bertobat. Paulus menyarankan agar Onesimus kembali kepada Filemon, tuannya. Ia bersedia. Rasul Paulus menitipkan suratnya kepada Onesimus yang dapat kita baca dalam Alkitab. Ia meminta agar Filemon mau mengampuni Onesimus. Filemoin bersedia. Inilah tanda hidup baru dalam Kristus. Sebagaimana kita diampuni oleh Tuhan atas dosa-dosa kita yang begitu besar, maka kita pun wajib mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita.-

PA – 209. TITUS. Ia adalah rekan sepelayanan Rasul Paulus yang diserahi menangani pelayanan di Pulau Kreta. Tugasnya begitu berat, yaitu merekrut dan memilih dari antara jemaat orang-orang yang memenuhi syarat tertentu untuk melayani sebagai penatua atau pemimpin dalam pelayanan. Syarat-syarat itu adalah: tak bercacat, mempunyai hanya satu isteri, anak- anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.

Bisakah Titus menjalankan tugas berat itu? Bisa, sebab ia disertai Tuhan. Kita pun tidak boleh secara sembarangan memilih orang-orang yang akan bekerja bersama kita.-

Untuk nomor berikutnya, kita akan membahas dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu.

KEJADIAN

PA – 210. Perencanaan (Kejadian 1) – Pada mulanya adalah Allah. Allah harus berada di tempat yang pertama dan utama, sebab segala sesuatu dimulai dari Allah. Ia merancang segala sesuatu dalam hikmat-Nya yang sempurna. Ia tidak membutuhkan nasihat siapapun, sebab dalam kekekalan yang ada hanya Dia saja. Tak ada rencana-Nya yang jahat atau buruk, sebab Ia mahabaik. Ia pun tak pernah gagal dalam melaksanakan rencana-Nya. Bahkan apabila ada manusia yang hendak merusak rencana-Nya, Allah sanggup mengubah sehingga tetap menjadi kebaikan. Anda pun ada di dalam rencana-Nya: indah dan sempurna!

PA – 211. Penciptaan (Kejadian 1) – Sesudah Allah merencanakan segala sesuatunya, Ia kemudian menciptakan langit dan bumi. Kata ‘menciptakan’ berarti menjadikan ada dari sesuatu yang belum ada. Allah menciptakan segala sesuatu dengan firman-Nya. Ia berfirman, maka semuanya jadi! Selama enam hari Allah menciptakan langit dan bumi. Pada hari yang keenam Allah menciptakan manusia, kemudian pada hari ketujuh Allah beristirahat dan menguduskannya. Penciptaan menunjukkan kemahakuasaan Allah dan firman-Nya. Ia adalah Allah yang kreatif dan penuh keteraturan. Kita pun, sebagai anak-anak-Nya diberi kreatifitas ini. Bagi orang yang hidup oleh firman, ia pasti kreatif, dan baginya tidak ada jalan buntu. Akan selalu ada jalan keluar, karena firman Allah ada di dalam dirinya. Firman itu punya kuasa untuk mencipta. Selamat berkreasi sepanjang hari ini dan seterusnya!

PA – 212. Mandat (Kejadian 1) – Manusia diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya, menurut citra-Nya (imago Dei). Manusia bukan hasil perkembangan dari ciptaan Allah lainnya, melainkan secara khusus diciptakan Allah. Kepada manusia yang diciptakan-Nya Allah memberikan mandat atau perintah penting, yaitu mengusahakan dan memelihara alam ciptaan ini. Manusia diberkati dan disuruh memenuhi bumi ini, serta menguasainya. Sayangnya manusia menyalahgunakan mandat ini. Ada yang menafsirkan bahwa Allah menghendaki mereka memiliki anak sebanyak-banyaknya. Ada pula yang mengeksploitasi alam ciptaan sehingga menjadi rusak dan menimbulkan banyak bencana. Yang lain lagi tidak mau peduli dengan alam sekitarnya. Yang penting baginya hanya urusan dengan Tuhan dan sesama manusia. Mari kita kembali mengingat akan tugas mulia ini: memelihara lingkungan kita, agar generasi yang kemudian memperoleh manfaatnya, baik: angin, udara, darat, laut, sungai, hutan, dan sebagainya. Mengasihi alam ciptaan Tuhan merupakan kewajiban setiap orang beriman.-

PA – 213. Taman Eden. Allah menempatkan Adam, manusia yang diciptakan-Nya di Taman Eden. Di taman ini Allah menyediakan semua kebutuhan Adam. Namun demikian, Adam tetap harus bekerja yaitu memelihara dan mengusahakan taman itu. Di Taman Eden ini pula Tuhan Allah menciptakan seorang perempuan dari tulang rusuk Adam. Dari kata Ibrani untuk ‘manusia’ yaitu ‘ish’, Allah menciptakan seorang perempuan, yaitu ‘ishah’. Demikianlah Allah menjadikan untuk Adam seorang penolong yang sepadan baginya, bukan penodong, apalagi perongrong. Keduanya menjadi satu daging karena Allah yang mempersatukan mereka. Jadi, lembaga ‘keluarga’ adalah inisiatif dari Allah sendiri, bukan buatan manusia.  Pembentukan sebuah keluarga dan pemeliharaannya harus melibatkan Tuhan sepenuhnya. Jika bukan Tuhan yang membangun rumah (tangga), sia-sialah usaha orang yang membangunnya …

PA – 214. Kejatuhan Manusia Ke Dalam Dosa. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia memberikan kehendak bebas (free will) kepada mereka: untuk taat atau tidak terhadap perintah Allah. Sayangnya di Taman Eden manusia memilih untuk tidak taat kepada Allah. Keinginan untuk menjadi sama dengan Allah disampaikan oleh Iblis kepada Hawa, dan Hawa jatuh dalam pencobaan itu. Ia mengambil dan memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat yang dilarang oleh Allah. Adam pun ikut memakannya. Keduanya kini terpisah dari Allah. Dosa menyebabkan keterpisahan dari Allah. Dosa menjadikan manusia kehilangan kemuliaan Allah. Pikiran mereka bukan lagi tertuju kepada Allah yang kudus, agung dan mulia, melainkan kepada ketelanjangan diri. Bukan fokus kepada Allah tetapi fokus kepada manusia. Upaya manusia menutupi ketelanjangannya dengan dedaunan pohon ara tidak menyelesaikan dosa mereka. Hanya ketika Allah “membuat pakaian dari kulit binatang” dan mengenakannya kepada mereka, maka dosa mereka terselesaikan. Jadi, solusi atas dosa datang dari Allah, bukan dari manusia. Bersyukurlah!

PA – 215. Segalanya dimulai dari hati. Kain dan Habel adalah anak-anak Adam dan Hawa. Kain adalah petani sedangkan Habel adalah peternak. Ketika keduanya mempersembahkan korban, yang diterima Tuhan adalah persembahan Habel, sebab ia melakukannya dengan iman, sedangkan Kain tidak. Karena dengki, Kain membunuh Habel. Tiuhan berkata bahwa dosa sudah mengintip di depan pintu, tetapi Kain harus berkuasa atas dosa itu. Nyatanya ia jatuh dalam dosa dan menghabisi nyawa adiknya. Dosa pertama menimbulkan pertanyaan, “Hai Adam, di manakah engkau?” Dosa kedua menimbulkan pertanyaan, “Hai Kain, di manakah adikmu?” Jika kita telah diampuni dari dosa pertama, apakah kita sudah membereskan dosa kedua: ketidakpedulian terhadap orang lain di sekitar kita?

PA – 216. Adam dan Hawa memiliki anak lagi yang bernama Set, dan Set memperanakkan Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN (YHWH). Semula adalah monoteisme, lalu karena dosa menjadi berbagai-bagai isme, dan manusia sedang dipulihkan kepada monoteisme. Generasi lepas generasi datang dan pergi. Dari keturunan Adam ada yang hidup dekat bergaul dengan Tuhan sepanjang hidupnya, seperti Henokh, tetapi ada pula yang tidak. Apa yang membedakannya? Pilihan Tuhan dan tanggung jawab manusia atas pilihan-pilihannya sendiri dengan resikoinya masing-masing. Jika kita memilih dekat Tuhan kita memperoleh kedamaian dan keselamatan  dan hidup ini menjadi berkat bagi banyak orang. Jika kita memilih jauh dari Tuhan, kita akan mengalami kebinasaan. Manakah yang Anda pilih?

PA – 217. Hidup benar seperti Nuh di tengah-tengah zaman yang rusak moralnya sangat tidak mudah. Belum lagi memberitahu mereka tentang murka Allah yang akan menimpa mereka jika mereka tidak bertobat, yaitu akan datangnya air bah. Belum lagi membangun bahtera yang begitu besar sedangkan matahari bersinar terang dan tidak ada tanda-tanda sama sekali akan datangnya hujan dan Air Bah. Apa yang akan dikatakan orang kepada kita? Kuno! Fanatik! Gila! Andai saja Nuh takut mendengar apa kata orang, tidak akan ada kisah penyelamatan di waktu Air Bah. Tidak akan ada Sem yang kemudian menghasilkan Abraham, Ishak, Yakub, dan seterusnya. Jadi … jauh lebih baik mendengar apa kata Tuhan dari pada apa kata orang.-

PA – 218.  Sebelum Air Bah datang, manusia sedemikian angkuhnya dengan membangun menara yang puncaknya sampai ‘ke langit’. Tujuannya? Mau menggeser Tuhan dari takhta-Nya dan mengandalkan kemampuan mereka sendiri. Kesombongan seperti itu membuat Tuhan menggagalkan upaya mereka. Ia mengacaukan bahasa mereka sehingga pembangunan menara ‘Babel’ terbengkalai, dan mereka tercerai berai! Rasio dianugerahkan Tuhan untuk melakukan karya besar, tetapi tetap dalam kerendahan hati!

PA – 219. Sesudah Air Bah, Alkitab menyatakan bahwa “selama bumi masih ada tidak akan berhenti musim panas dan musim dingin, menabur dan menuai, siang dan malam.” Dengan ditetapkannya musim-musim tersebut maka ada 4 (empat) pelajaran penting: (1) semua musim itu baik karena Tuhan yang menciptakan dan menetapkannya, (2) nikmati dan syukuri semua musim yang datang dalam hidup ini, (3) berkaryalah dalam segala musim bagi Tuhan dan sesama, (4) persiapkan diri sebaik-baiknya menjelang perubahan musim.-

PA – 220. “Bapa Orang Beriman” adalah sebutan yang tepat bagi Abraham. Ia beriman kepada Allah yang memanggilnya keluar dari negerinyam Ia juga beriman bahwa keturunannya akan menjadi seperti bintang di langit dan pasir di laut, sekalipun saat itu Sara, isterinya, mandul. Ia juga beriman bahwa Allah akan membangkitkan Ishak kembali sehingga oia tidak segan-segan menaati perintah Allah untuk menyerahkan Ishak, anak perjanjian yang diperolehnya pada masa tuanya. Sebagai keturunan Abraham secara rohani mari kita miliki iman yang seperti itu: (1) beriman bahwa Allah memberikan sesuatu yang lebih baik bagi kita jika kita rela meninggalkan zona nyaman kita, (2) beriman bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah dan bagi orang yang percaya, (3) beriman bahwa Allah tidak akan pernah berhutang atas pengorbanan sebesar apapun yang kita lakukan.

PA – 221. Ada seorang laki-laki yang melakukan banyak kesalahan dalam hidupnya: (1) memilih berdasarkan yang dilihat dari luar, tidak meminta petunjuk Tuhan; (2) tidak melibatkan isterinya dalam hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan keluarga terhadap orang lain; (3) nyaris mengorbankan kedua puterinya untuk diperkosa banyak orang; (4) tidak pernah serius dalam hidup ini sehingga dilecehkan oleh calon menantunya;  (5) meninggalkan isterinya di belakang saat keluarga menyelamatkan diri; (6) diperdaya oleh kedua puterinya sehingga ia tidur dengan mereka; (7) tidak bisa mendidik cucu-cucunya sehingga mereka menjadi musuh Tuhan. Jadi, dia laki-laki yang sangat egois yang hanya menyelamatkan dirinya sendiri, sementara anggota keluarga lainnya binasa. Siapakah dia? Lot!

PA – 222. Untuk bisa diberkati Tuhan, ada beberapa hal yang harus dilakukan: (1) hentikan kebergantungan kepada manusia, (2) tempatkan posisimu dekat Tuhan, (3) suka berdoa, (4) siap menerima cara Tuhan yang baru yang mungkin berbeda dengan cara-cara kita yang lama (koinvensional), (5) bekerja keras dan smart serta suka menabur, (6) miliki kerelaan melepaskan hak jika ada yang mau mengambilnya dari kita, dan (7) miliki keseimbangan hidup antara Tuhan, keluarga, dan pekerjaan. Contoh orang yang teah melakukan hal-hal di atas adalah Ishak (Kejadian 25-26).

PA – 223. Jika Allah yang meninggikan, tak ada seorang pun yang merendahkan. Namun orang itu sendiri harus berjlan sesuai firman Tuhan. Yusuf adalah contohnya. Ia (1) memperoleh mimpi dari Tuhan, (2) menjalani pembentukan karakter sebagai budak, (3) menjaga kekudusan dengan menang terhadap godaan isteri Potifar, (4) berprestasi sebagai penghuni penjara, (5) mengampuni saudara-saudaranya. Itulah sebabnya rencana Allah dalam hidupnya tergenapi. Setiap tantangan adalah kesempatan menjalani proses pembentukan karakter yang Allah inginkan.-

PA – 224. Yehuda memang ditetapkan Allah bahwa dari keturunannya kelak akan datang Mesias. Namun Yehuda adalah tetap manusia yang bisa salah. Ia mengambil seorang perempuan Kanaan sebagai isterinya, dan menghasilkan Er, Onan, Syela. Karena didikan ibunya yang tidak mengenal Tuhan, ketiga anak Yehuda melakukan kejahatan di hadapan  Tuhan sehingga dibinasakan Tuhan. Untunglah ada menantunya, Tamar, yang akhirnya memberikan anak Peres dan Zerah. Dari garis keturunan Peres inilah muncul Mesias.- pelajaran hari ini adalah: (1) jangan sembarangan memilih teman hidup, (2) Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia.-

KELUARAN

PA – 225. Allah bisa memakai orang yang bukan umat pilihan-Nya menjadi alat menyelamatkan umat-Nya. Sifra dan Pua adalah bidan-bidan yang takut akan Allah. Mereka mendapat tugas dari Firaun untuk membunuh bayi-bayi Ibrani, tetapi itu tidak mereka lakukan. Allah memberkati mereka dan membuat mereka berumahtangga. Jangan membabi-buta dengan menyatakan semua orang non-Kristen jahat. Ada di antara mereka yang memiliki hati nurani takut akan Tuhan yang bisa dipakai Tuhan menolong umat-Nya. Jadi, terbukalah atas pertolongan yang Tuhan berikan kepada kita melalui mereka.-

PA – 226. Mengapa Allah membiarkan umat-Nya menderita sebagai budak di Mesir selama 400 tahun? Alkitab menjelaskan sbb.: (1) akibat kelalaian Abram saat mempersembahkan korban bakaran (Kej 15:12-15), (2) menanti hingga kedurjanaan orang Amori (Kanaan) genap (Kej 15:16), (3) agar nantinya umat Tuhan bisa menghargai kelepasan dan keselamatan yang Tuhan anugerahkan, (4) menyediakan contoh yang sangat jelas bagi generasi yang kemudian, termasuk kita yang hidup di masa kini. Itu berarti bahwa dalam setiap penderitaan ada maksud Tuhan di dalamnya. Jadi, bersyukurlah!

PA – 227. Bagaimana bayi Musa bisa terselamatkan dari upaya pembunuhan oleh Firaun? (1) Ada Ibu (Yolkhebed) yang mengasihi anaknya, (2) Ada kakak (Miryam) yang mengasihi adiknya dan cukup smart berkata kepada Puteri Firaun sehingga adiknya bisa disusui ibunya, (3) Ada orang kafir (Puteri Firaun) yang mau mengambilnya dari Sungai Nil, dan … (4) Ada Tuhan yang dalam kekekalan telah menetapkan Musa untuk menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Jadi, seutas rambut pun tidak akan jatuh jika Tuhan tidak menghendakinya, dalam situasi sekritis apapun jangan takut. Hidup kita di tangan-Nya, dan Ia bisa pakai orang lain memelihara hidup kita.-

PA – 228. Ada orang ingin menjadi ‘pahlawan kesiangan’. Ia mencoba mendamaikan orang lain dengan caranya sendiri. Bahkan prinsip yang digunakannya adalah ‘tujuan menghalalkan cara’. Musa adalah contohnya. Ia mencoba menyelesaikan masalah pertikaian antara orang Mesir dengan orang Ibrani, tetapi dengan caranya sendiri, yaitu membunuh orang Mesir itu. Ini bukan cara Tuhan! Musa berpikir ia bisa menjadi pembebas bagi bangsanya, namun ia salah. Caranya salah, waktunya belum tepat! Ia harus mengikuti ‘sekolah padang gurun’ dulu selama 40 tahun untuk bisa dipakai Tuhan menjadi pembebas bagi bangsanya. Jangan terburu-buru menarik seseorang dalam pelayanan, padahal karakternya belum terbentuk. Skill saja tidak cukup. Kartakter jauh lebih penting! Jika Anda belum mengikuti ‘sekolah padang gurun’ dengan Tuhan, Anda belum bisa menjadi alat Tuhan. Jika Anda sedang berada di ‘sekolah padang gurun’, yaitu proses pembentukan karakter hingga serupa dengan Kristus, bertahanlah.

PA – 229. Banyak alasan yang dikemukakan oleh orang-orang ketika mereka diajak untuk melayani Tuhan, menjadi mitra Allah. Alasan-alasan tersebut sangat beragam dari yang ‘rohani’ sampai yang ‘jasmani’. Makin pintar orangnya, makin banyak alasannya. Demikian halnya dengan Musa. Sesudah ia menjalani SPG (Sekolah Padang Gurun), ia diutus Tuhan untuk membebaskan umat-Nya. Inilah alasan-alasan yang dikemukakan Musa: (1) “Siapakah aku ini?”, (2) “Siapakah Engkau?”, (3) “Kalau mereka tidak percaya?”, (4) “Aku tidak pandai bicara”, (5) “Utuslah orang lain saja”. Sampai di sini, Tuhan murka terhadap Musa dan akhirnya Ia melibatkan Harun untuk mendampingi Musa. Alasan apakah yang Anda kemukakan saat Tuhan memanggil Anda untuk melayani Dia?

PA – 230. Istilah ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’ sering disalahmengerti oleh sebagian orang. Ada yang menganggap bahwa Tuhan begitu tega sehingga Firaun binasa, padahal tidak demikian. Selama 10 kali kesempatan diberikan oleh Tuhan kepada Firaun agar melepaskan umat-Nya pergi, tetapi dengan sengaja ia menolak. Dalam kehendak bebas yang Tuhan berikan kepadanya digunakan Firaun untuk melawan Tuhan. Jadi istilah ‘mengeraskan hati’ sama dengan ‘membiarkan Firaun menggunakan kehendak bebasnya’, karena Firaun sudah tidak mau lagi memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan. Ini sama dengan ungkapan dalam Wahyu 22:11 “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; …” Ketika kesempatan untuk bertobat dan dipulihkan diabaikan begitu saja, maka kebinasaanlah yang akan diterima. Jangan keraskan hati. Jika Roh Kudus berbicara agar kita menaatinya, lakukanlah. Jika kita terus tidak taat, kita akan dibiarkan-Nya …

PA – 231. Mengapa Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir? (1) Karena itu adalah janji Allah sendiri kepada nenek moyang mereka, Abraham (2) Karena orang Israel berseru kepada Tuhan atas penderitaan yang mereka alami. Orang yang berseru kepada Tuhan akan diselamatkan (3) Karena kejahatan orang Amori di Kanaan sudah genap. Tuhan bermaksud membinasakan mereka melalui orang Israel (4) Tuhan bermaksud menjadikan umat Israel agen misi-Nya, yaitu supaya melalui mereka keselamatan datang atas bangsa-bangsa (5) Menjadikan peristiwa itu sebagai contoh atau teladan bagi umat Tuhan masa kini. Jadi, pembebasan atau keselamatan adalah anugerah, lebih merupakan inisiatif Tuhan yang mengasihi kita, dan bukan usaha kita sendiri. Nikmatilah dan ceritakanlah kepada orang lain tentang kasih dan kuasa-Nya yang menyelamatkan!

PA – 232. Secara bertahap Allah membawa umat Israel mengalami hal-hal yang berhubungan dengan peperangan. Tahap 1 – Umat Tuhan tidak diijinkan melihat perang apalagi berperang, sebab mereka belum siap berperang (kanak-kanan rohani – Keluaran 13). Tahap 2 – Umat Tuhan diijinkan melihat saja peperangan, tetapi belum bisa berperang, jadi sekedar menjadi penonton (Keluaran 14 – remaja rohani). Tahap 3 – Umat Tuhan harus berperang, dan Tuhan menjanjikan kemenangan (Keluaran 17 – dewasa rohani). Banyak orang ingin berada di tahap 1 terus, tetapi Tuhan menghendaki kita berada di tahap 3. Bagi yang terus-menerus dalam pergumulan dan peperangan rohani, bersyukurlah, sebab Anda dipandang dewasa secara rohani. Kemenangan pasti ada di tangan kita, karena Ia adalah Yehovah Nissi, TUHAN Panji Kemenangan kita!

PA – 233. Allah Yahweh bukan saja membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir, tetapi Ia juga memelihara mereka di sepanjang perjalanan hingga tiba di Tanah Perjanjian. (1) Ia memberikan roti dari sorga, yaitu manna, (2) Ia memberikan air dari gunung batu, (3) Ia membuat pakaian mereka tidak rusak dan kasut mereka tidak lapuk, (4) Ia menjauhkan segala sakit penyakit, (5) Ia melindungi dari terik matahari dengan Tiang Awan dan menerangi mereka di malam hari dengan Tiang Api. Demikian pula Tuhan sanggup memelihara kita, karena kita adalah umat kesayangan-Nya, biji mata-Nya!

PA – 234. Selain Allah memenuhi kebutuhan jasmani orang Israel di padang belantara, Ia juga memberi mereka kesempatan untuk beribadah kepada-Nya selama perjalanan itu. Mengenai ibadah tersebut Allah telah menetapkan hal-hal berikut: (1) bentuk, ukuran, dan posisi Kemah Pertemuan (Tabernakel), (2) pembagian ruangan Tabernakel (Halaman, Ruang Suci dan Ruang Mahasuci), (3) materi dan cara pembuatan peralatan ibadah, (4) orang-orang yang akan mengerjakan pembuatan Tabernakel (yaitu Bezaliel dan Aholiab serta para ahli lainnya), (5) orang-orang yang nantinya akan melayani yaitu imam-imam dari keturunan Harun dan orang Lewi, (6) materi dan cara memberikan persembahan korban kepada-Nya. Bahkan Ia pula yang menyediakan segala kebutuhan pembuatan Tabernakel melalui persembahan yang dibawa umat Israel itu sendiri. Jadi, ibadah yang benar bukan berdasar pada inisiatif dan cara-cara manusia, melainkan ketetapan Allah sendiri!

PA – 235. Dalam beberapa sesi ini saya akan menjelaskan tentang Tabernakel (Kemah Suci), yaitu tempat ibadah orang Israel selama dalam perjalanan dari Mesir ke Kanaan. Tabernakel terdiri dari tiga bagian: Halaman, Ruang Suci, Ruang Maha Suci. Sebelum memasuki halaman ada PINTU GERBANG. Di sini ada kain penutup dengan 4 warna: ungu, biru, merah kirmizi dan putih. Ini adalah simbol dari Tuhan Yesus Kristus sendiri. “Akulah Pintu” (Yoh. 10:7). Itulah sebabnya oleh Matius Ia digambarkan sebagai Raja (ungu), oleh Markus sebagai Hamba (biru), oleh Lukas sebagai Anak Manusia (merah), dan oleh Yohanes sebagai Anak Allah (putih). Jadi Yesus Kristus sekaligus adalah Jalan dan Pintu untuk seseorang dapat menghadap hadirat Bapa. Ini bukan fanatisme, tetapi kebenaran!

PA – 236. Di bagian HALAMAN ada 2 peralatan ibadah yang penting, yaitu Mezbah Korban Bakaran dan Kolam Pembasuhan. MEZBAH KORBAN BAKARAN merupakan simbol dari karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib. Jadi selain “Pintu”, Yesus Kristus adalah “Penebus” yang telah mengorbanlkan diri-Nya bagi kita. Tidak ada korban lain yang diperkenan Allah Bapa agar kita dapat datang kepada-Nya, kecuali dengan menerima karya pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Pelbagai korban persembahan yang kita berikan kepada Tuhan bukan menjadi syarat keselamatan, melainkan buah atau hasil dari keselamatan. Kita memberi kepada Tuhan bukan karena Tuhan kekurangan sesuatu, melainkan karena Ia sudah memberikan segala-galanya bagi kita! Jadi jangan hitung-hitungan dengan Tuhan.-

PA – 237. Sesudah Mezbah Korban Bakaran, ada KOLAM PEMBASUHAN. Ini adalah lambang dari Baptisan Air. Dalam Baptisan Air kehidupan yang lama dikuburkan dan kehidupan yang baru bangkit. Sebagaimana orang yang mati di dalam kubur, ia tidak menjadi sombong karena dipuji atau menjadi marah karena dihina. Yang mati adalah kehidupan menurut daging, yang dibangkitkan adalah kehidupan menurut Roh. Antara “daging” dan “roh”, keduanya berlawanan, sehingga tidak mungkin seseorang hidup dengan keduanya sekaligus. Daging berakhir dengan kebinasaan, roh berakhir dengan kehidupan. Ini masalah pilihan. Jika “daging” yang diberi makan ia menjadi tambah kuat dan bisa mematikan roh. Sebaliknya, jika roh yang diberi makan ia menjadi tambah kuat dan bisa mematikan daging.-

PA – 238. Sesudah Halaman ada Ruang Suci. Di ruangan ini ada tiga perlataan ibadah: Pelita Emas, Meja Roti dan Mezbah Dupa. PELITA EMAS merupakan simbol dari kehidupan yang bercahaya. Nabi Yesaya berkata agar umat Tuhan bangkit dan bercahaya (Yesaya 60:1-3), dan bangsa-bangsa akan datang berduyun-duyun kepada terang yang dipancarkan. Tuhan Yesus berkata bahwa Ia adalah Terang Dunia (Yohanes 8:12), dan kita pun yang telah menerima-Nya adalah terang dunia (Matius 5:14). Kita bagaikan bintang-bintang yang bercahaya dan menuntun orang pada kebenaran. Jangan tutupi terang degan gantang, melainkan pancarkan ke semua orang. Terang itu berupa karakter Kristus dan perbuatan baik yang menjadi berkat bagi banyak orang,  sehingga mereka memuliakan Bapa kita di sorga.-

PA – 239. Benda lainnya dalam Ruang Suci adalah MEJA ROTI. Ini melambangkan firman Tuhan sebagai roti rohani. Yesus Kristus berkata bahwa kita hidup bukan dari roti saja tetapi oleh firman (rhema) yang keluar dari mulut Allah (Mat 4:4). Firman ini bisa seperti susu yang murni dan rohani (1 Petrus 2:2), atau seperti makanan keras (Ibr 5:14). Itu tergantung tingkat kerohanian kita. Sebagai makanan rohani, kita tidak boleh meremehkan (Ams 13:13), melainkan kita harus menikmatinya secara teratur setiap hari. Akan ada kelaparan dan kehausan akan firman Tuhan (Amos 8:11). Oleh sebab itu selagi ada kesempatan, nikmati firman-Nya!

PA – 240. Benda ketiga dalam Ruang Suci adalah MEZBAH DUPA. Setiap pagi Harun harus membakar ukupan dari wangi-wangian (Kel. 30:7). Ini berbicara tentang penyembahan kepada Tuhan. Hidup sebagai Saksi (Pelita), Pelaku firman (Meja Roti) dan Penyembah (Mezbah Dupa) merupakan kerinduan Tuhan dalam kehidupan umat-Nya. Yang dicarikan Tuhan bukan (model) atau tempat penyembahannya, melainkan penyembahnya. Allah menghendaki penyembah yang menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23). Menyembah Allah tidak cukup hanya dalam tubuh dan jiwa (pikiran, perasaan, dan kehendak), tetapi juga dalam roh. Menyembah Allah hanya diterima-Nya apabila penyembah itu adalah ‘orang benar’, yakni orang yang dibenarkan oleh darah Kristus, dan hidup selalu dalam kebenaran firman-Nya. Jadilah penyembah yang berkenan kepada-Nya!

PA – 241. Ada pembatas antara Ruang Suci dan Ruang Mahasuci.n Pembatas itu disebut dengan TIRAI. Pada zaman itu hanya Imam Besar yang boleh melintasi Tirai, masuk ke Ruang Mahasuci untuk memintakan pengampunan (grafirat) bagi seluru umat Israel dan dirinya sendiri. Itu pun hanya setahun sekali. Ketika Tuhan Yesus mati di kayu salib, Tirai ini tercabik menjadi dua: dari atas ke bawah. Artinya, akses atau jalan masuk kepada Allah terbuka bagi semua orang, tanpa pengantara Imam Besar manusia lagi. Selanjutnya pada masa kini kita memiliki Imam Besar Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus yang telah melintasi Tirai itu yaitu Diri-Nya sendiri, sekali untuk selamanya. Kini kita bisa memiliki keberanian menghadap takhta hadirat Allah karena pengorbanan Yesus Kristus. Gunakan setiap kesempatan untuk datang kepada-Nya, berkomunikasi dengan-Nya. Ia adalah Bapa yang sangat baik … sungguh sangat baik.

P4 – 242. Di Ruang Mahasuci hanya ada sebuah benda, yaitu PETI PERJANJIAN. Di dalamnya ada tiga benda penting: manna, tongkat Harun yang bertunas, dan kedua loh batu. Di atas Peti Perjanjian inilah Allah hadir dan menyatakan kemuliaan-Nya. Percikan darah atas Peti Perjanjian menandakan Allah menebus dan mengampuni dosa umat-Nya. Tidak ada pengampunan tanpa penumpahan darah (Ibr 9:22). Oleh sebab itu ada kuasa dalam darah Anak Domba Allah: kuasa pengampunan, kuasa penebusan, kuasa kesembuhan (1 Pet 2:24), kuasa pemulihan. Kita “ditutup” (covered) oleh darah-Nya, sehingga tidak ada kuasa lain yang mampu menghancurkan kita. Namun jika kita sendiri yang keluar dari covering tersebut … resiko ditanggung penumpang!

PA – 243. Di Gunung Sinai (Horeb) selain memberikan pola peribadahan Tabernakel, Allah juga memberikan Hukum kepada umat-Nya yang dikenal dengan Dasa Titah (Sepuluh Perintah Allah – The Ten Commandments). Jadi TUHAN tidak hanya memberikan kesembuhan (Kel 15:26), air (Kel 15:27), makanan (manna – Kel 16:35), kemenangan (Kel 17:15), pemimpin (Kel 18:24-26), tetapi juga hukum (Kel 20:1-17). Hukum itu diberikan kepada umat yang telah dibebaskan. Kebebasan atau keselamatan diperoleh lebih dulu, baru hukum diberikan. Jadi hukum dilakukan bukan untuk memperoleh kebebasan melainkan untuk mengisi kebebasan yang telah diperoleh. Sifat-sifat hukum Allah ini: kudus, benar, baik (Roma 7:12), rohani (Roma 7:14), kekal (Matius 5:18). Yesus Kristus datang untuk menggenapinya, yaitu mengajarkan hukum huruf dan roh (Mat 5:17). Kita harus juga melakukan dan mengajarkannya (Mat 5:19; 22:37,39). Yesus Kristus sering mengecam para ahli Taurat karena dalam melaksanakan Hukum itu: ada adat-istiadat manusia yang ditambahkan, yang mereka pentingkan hanya ‘huruf’ bukan ‘roh’, dan ada penekanan yang berat sebelah. Bersyukurlah dan taatilah hukum-hukum Tuhan ini.-

PA – 244.  Semua manusia telah dilahirkan berdosa, yaitu mewarisi dosa Adam. Itulah sebabnya mereka membutuhkan Hukum Tuhan. Kepada mereka harus diberitakan Hukum Tuhan. Menurut Yesaya  42:1-9, pemberitaan Hukum Tuhan: (1) disampaikan dalam kuasa Roh Kudus, sebab (a) Roh yang memimpin kepada seluruh kebenaran, (b) Roh yang menginsyafkan, (c) Roh yang memberi kuasa untuk melakukan mujizat dan tanda-tanda. (2) Pemberitaan dilakukan dengan santun, penuh kesabaran, dan kesetiaan (2-4). Contoh: (a) Yesus dan perempuan Samaria, (b) Yesus dan Zakheus, (c) Yesus dan Simon Petrus. (3) Bertujuan membebaskan manusia dari: (a) Belenggu ketidaktahuan, (b Belenggu ketidakmampuan, dan (c) Belenggu dosa. (4) dengan hasil: pembaharuan hidup. Mari kita lakukan Hukum Tuhan dan memberitakannya!

PA – 245. Hukum Tuhan diberikan saat berada di padang gurun. Hukum ini dilakukan saat hidup sudah dibebaskan dari perbudakan dosa (Kel. 20:1-2). Hukum 1 berbunyi “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku.” Hukum ini menyatakan hubungan antara Allah dengan umat-Nya sebagai hubungan intim antara “suami” dan “isteri” (Yes 54:5-7; 62:5). Dalam PB, Yesus Kristus sbg ‘mempelai laki-laki’ – Gereja sbg ‘mempelai perempuan’ (2 Kor 11:2). Jadi ini berbicara tentang ‘keintiman kasih dengan Allah’.  Allah telah lebih dulu mengasihi umat-Nya dengan mengambilnya dari kehinaan, melepaskannya dari perbudakan, dan memberkatinya. Tapi umat Tuhan justru beribadah kepada Baal, tidak lagi setia kepada Tuhan. Akibatnya mereka mengalami banyak penderitaan. Kemudian oleh kasih-Nya yang besar, Tuhan memulihkan umat-Nya dan mengambil-Nya kembali menjadi kekasih-Nya dan memulihkan berkat-berkat-Nya (Hosea 2:7-8, 18-22).

PA – 246. Masih tentang hukum I, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”. Apa wujud ketaatan terhadap Hukum I ini? Setidaknya dalam 3 hal: (1) Mencari dan mengandalkan Tuhan dalam seluruh aspek hidup ini (Yes. 30:1-2; 31:1). (2) Memiliki prinsip hidup dan kehendak yang sejalan dengan firman dan kehendak-Nya (Yes. 55:6-9). (3) Tidak berbalik atau memperhambakan diri lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin (Gal. 4:8-11).-

PA – 247.  Ada tiga alasan mengapa Hukum I yang berbunyi “Jangan ada allah lain di hadapan-Ku” ini diberikan: (1) Karena hakekat Allah sendiri. Tidak ada yang seperti Dia. Dalam PL, manusia yang memilih kepada siapa ia akan beribadah (Yos 24:15). Yosua memilih Allah Abraham – Ishak – Yakub karena Ia berpribadi, transenden (agung dan mulia) tetapi juga imanen (mau berada di tengah umat-Nya), dan kuasa-Nya tak terbatas. Dalam PB, Ia yang memilih kita (Yoh. 15:16). Tuhan Yesus menjadikan segala sesuatunya baik (Mrk. 7:37) dan ada kepastian keselamatan (Kisah 4:12).(2) Karena di luar Tuhan kita bergantung penuh (Yoh. 15:5). (3) Karena ada orang yang mudah tergoda oleh pengaruh lingkungan, oleh ilah zaman yang membutakan mata rohani kita (2 Kor. 4:4).-

PA – 248. Hukum 2 berbunyi, “Jangan membuat patung dan menyembahnya”. Hukum ini menyatakan beberapa hal penting: (1) Allah memberikan kepada manusia banyak potensi dan krteatifitas, termasuk seni memahat patung. (2) Manusia ternyata tidak hanya membuat patung dari bahan-bahan tertetu (kayu, batu, logam, dsb.) sebagai ekspresi seni namun kemudian mengganti Allah dengan patung itu. Manusia melakukan penyembahan berhala dengan patung itu. (3) Penyembahan berhala ini menyakiti hati Tuhan, sebab Ia adalah Allah yang cemburu adanya. (4) Akibat dari dosa penyembahan berhala ini adalah kutukan Tuhan sampai kepada generasi yang keempat. (5) Penyembahan berhala merupakan bentuk tidak mengasihi Tuhan. Dan orang yang tidak mengasihi Tuhan dikutuk. (6) Sebaliknya, Tuhan memberkati orang yang mengasihi Dia.-

PA – 249. Jauh sebelum Hukum 2, “Jangan membuat patung dan menyembahnya,” ini diberikan, sudah ada praktek-praktek penyembahan berhala. Laban, misalnya,  mempunyai ‘terafim’ yaitu patung berhala khususnya dewa keluarga (Kej 31:19), Umat Israel sendiri telah beberapa kali gagal menaati Hukum 2, Dalam perjalanan di padang gurun, mereka meminta Harun membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya. “Mari, buatlah untuk kami allah …” (Kel 32). Mereka merelakan harta benda mereka untuk membentuk patung berhala itu. Jadi banyak orang membuat ilah-ilah bagi diri mereka sendiri. Tuhan nyaris membinasakan mereka semua. Untunglah Musa mau menjadi pendoa osyafaat bagi mereka sehingga murka Tuhan su¡rut. Namun demikian mereka tetap menerima hukuman Tuhan. Di Tanah Perjanjian, mereka juga menyembah Baal, Asyera, dan Asytoret (dewa-dewi Kanaan), Molokh (dewa Edom), dsb. Hati Tuhan mereka sakiti. Pada zaman kini, ada bentuk-bentuk berhala modern yang juga ‘disembah’ oleh banyak orang. Mari kita mengasihi Tuhan dengan tidak membuat dan menyembah berhala.-

PA – 250. Dalam dunia modern ini Hukum 2 yang berbunyi “”Jangan membuat patung dan menyembahnya,” tetap berlaku. “Patung” yang dibuat adalah simbolisasi dari apa yang dipercayai. Bentuk berhala nya pun modern, yang dikenal dengan istilah New Age Movement (Gerakan Zaman Baru – GZB). GZB adalah suatu gerakan yang bersifat global yang mengajak semua orang untuk meninggalkan agama yang terorganisasi lalu mengikuti kepercayaan Timur. Bentuknya sangat banyak. Saya akan menyebutkan beberapa saja: ramalan (kartu Tarot, astrologi), Transendental Medtitation (TM), hipnotism, yoga, kundalini, tenaga prana, tai-chi dan waitankung, sihir, fenshui, voodoo, dsb. Tuhan melarang kita melakukan semuanya itu!

PA – 251. Hukum Allah Ketiga berbunyi “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu dengan sembarangan.” Sebuah nama memiliki makna yang sangat mendalam. Allah Abraham, Ishak dan Yakub memperkenalkan Nama-Nya kepada Musa, “Aku adalah Aku”, yang dalam bahasa Ibrani ditulis dalam empat huruf (tetragramaton) YHWH. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan TUHAN (semua huruf besar). Nama ini begitu agung hingga tak ada orang Ibrani yang berani mengucapkannya. Mereka menggunakan istilah pengganti “Adonai” yang artinya “Tuhanku”. Dari nama YHWH (biasanya dibaca Yahweh atau Yehovah) ini ada rangkaian nama yang menjadi berkat bagi kita semua: Yehovah Rapha (TUHAN Penyembuhku), Yehovah Shalom (TUHAN Keselamatanku), Yehovah Jireh (TUHAN yang menyediakan/mencukupi), Yehovah Nissi (TUHAN Panji Kemenanganku), dan sebagainya.-

PA – 252. Dalam Perjanjian Baru, pelaksanaan Hukum Allah Ketiga yang berbunyi “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu dengan sembarangan” berkaitan dengan nama Tuhan Yesus Kristus. Nama “Yesus” diberikan oleh Allah sendiri melalui malaekat Gabriel kepada Yusuf. Dalam bahasa Ibrani nama “Yesus” identik dengan nama “Yosua” yang artinya “Allah yang menyelamatkan”, sedangkan “Kristus” identik dengan kata “Mesias” yang artinya “Yang Diurapi”. Dalam nama ini: (a) orang lumpuh di Gerbang Indah disembuhkan, (b) semua doa kepada Bapa dilandaskan, (c) manusia memperoleh keselamatan (Kisah 4:12), (d) setiap lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp 2:10-11).  Nama Tuhan Yesus penuh kuasa dan tidak boleh digunakan sembarangan. Anak-anak Skewa yang secara sembarangan menggunakan nama ini untuk mengusir setan justru diserang balik oleh setan (Kisah 19:13-16). Banyak film Hollywood menggunakan nama “Jesus!” atau “Oh My God” dan diartikan dengan “Astaga” dan kehidupan pasangan artis Hollywood banyak yang berantakan. Hormati nama Allah kita agar kita mengalami kuasa-Nya yang ajaib!

PA – 253. Hukum Keempat berbunyii, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel. 20:8). Pengertian “Sabat” adalah “perhentian”. Selama enam hari Ia menciptakan langit dan bumi, kemudian pada hari ketujuh Ia berhenti (Kej. 2:3). Allah menguduskan dan memberkati Sabat. Dalam grand design-Nya, Allah membentuk manusia bekerja hanya 6 hari, dan satu hari harus digunakan beribadah dan beristirahat. Di Perjanjian Baru yang dimaksud dengan Sabat ini adalah hari Minggu (dari kata Dominggos, yang berarti ‘hari Tuhan’). Rekan-rekan dari Advent tetap menggunakan hari Sabtu. Yang paling baik kita bisa menggunakan 2 hari: Sabtu digunakan untuk doa pagi bersama dengan jemaat di gerejan dan Minggu untuk ibadah raya. Dengan demikian PL dan PB ditaati. Jika kita melanggar hukum ini, maka kita akan menghadapi masalah: kekosongan hati serta kelelahan fisik dan mental. Kalau terus dilanjutkan, fisik kita akan dihinggapi penyakit, jiwa kita stress dan depresi, roh kita mati. Akhirnya kita mati binasa. Tapi jika kita menaatinya, ada berkat Tuhan dalam hidup kita.-

PA – 254. Dalam Alkitab ada beberapa contoh pelanggaran terhadap  Hukum Keempat yang berbunyii, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat”. Pertama, mereka tetap bekerja pada hari Sabat (Neh. 13:15), ada yang berdagang di pintu gerbang (Neh. 13:19). Diperlukan pemimpin yang tegas agar umat Tuhan tidak mengulang kesalahan yang sama yang dilakukan nenek moyang mereka. Kedua, memahami Sabat secara kaku. Pada waktu Tuhan Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, ada orang Farisi yang menegur-Nya. Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat (Mat. 12:8), dan  menolong orang atau berbuat baik pada hari Sabat itu suatu kewajiban (Mat. 12:12). Dari sini dapat disimpulkan bahwa Tuhan menginginkan kita memahami Hukum Tuhan dengan benar, yaitu tidak melanggarnya demi kepentingan diri.-

PA – 255. Hukum Kelima “Hormatilah ayahmu dan ibumu.” Dalam ajaran Confusius anak-anak harus uhauw kepada orang tua bahkan sampai orang tua wafat pun mereka harus menghormatinya. Itulah sebabnya banyak kuburan orang Tionghoa yang diperindah guna menyenangkan hati orang tuanya yang telah meninggal. Ajaran Alkitab adalah menghormati orang tua selagi mereka masih hidup. Mengapa? Pertama, karena orang tua telah melahirkan dan memelihara kita. Kedua, karena orang tua sudah mendidik kita untuk mengasihi Allah (Ul. 6:6-9). Ketiga, karena orang tua merupakan alat bahkan wakil Tuhan mendisiplin kita (Ibr. 12:7-10). Janji Tuhan bagi anak-anak yang menghormati orang tuanya adalah “supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Efs. 6:3). Bagi yang masih memiliki orang tua yang masih hidup: kasihi mereka, hormati mereka, pelihara mereka. Tidak perlu saling tuding antar saudara, siapa yang harus memelihara atau menjaga orang tua (dan mertua). Ini urusan setiap pribadi dengan Tuhan.-

PA – 256. Terhdap pelaksanaan Hukum Kelima yang berbunyi “”Hormatilah ayahmu dan ibumu,” terdapat banyak pertanyaan. Pertama, bagaimana jika orang tua bukan orang percaya?  Anak-anak harus tetap hormat. Justru dengan demikian mereka satu kali bisa bertobat. Kedua bagaimana dengan orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, termasuk ayah atau ibu tiri yang bengis dan kejam? Itu urusan mereka dengan Tuhan. Anak-anak harus tetap hormat! (1 Pet. 2:18). Ketiga bagaimana jika anak-anak disuruh melakukan dosa, misalnya menyembah berhala? Dalam hal ini anak-anak harus menolak, tetapi dengan memberitahukan alasannya. Kita harus lebih takut akan Tuhan dari pada manusia, walaupun untuk itu kita harus menderita (Kisah 4:19; Gal. 1:10).-

PA – 257. Dalam Hukum Kelima yang berbunyi “”Hormatilah ayahmu dan ibumu,” nampaknya hanya anak-anak yang punya kewajiban tertentu, padahal dalam hukum ini tersirat adanya kewajiban orang tua yaitu bahwa orang tua wajib memahami  kebutuhan anak dan oleh pertolongan Tuhan memenuhi semua kebutuhan itu. Apa saja kebutuhan seorang anak? (1) pengenalan akan Allah yang menciptakan dan menebusnya melalui Alkitab dan pengalaman hidup sehari-hari serta mengasihi dan menaati-Nya,, (2) kasih dan penerimaan apa adanya, (3) disiplin dan arahan saat mereka melakukan kesalahan, (4) pendidikan yang baik dan berkelanjutan, (5) keleluasaan mengkspresikan diri dan potensi yang Tuhan taruh dalam hidupnya, (6) menu makanan yang sehat dan bergizi, dan (7) perlindungan dari segala ancaman bahaya secara fisik, mental dan spiritual.  Jadi, tugas orang tua tidaklah mudah, tetapi bersama Tuhan kita pasti bisa.-

PA – 258. Pelanggaran terhadap Hukum Kelima yang berbunyi “”Hormatilah ayahmu dan ibumu,” sangat tragis. Dalam Alkitab dikisahkan tentang kehidupan orang-orang yang memberontak kepada orang tua, misalnya Absalom (2 Sam. ps 13-18). Absalom adalah salah seorang putera Raja Daud. Adiknya yang bernama Tamar diperkosa oleh Amnon, saudara tirinya. Absalom marah kepada ayahnya yang membiarkan Amnon. Absalom membunuh Amnon dan memberontak melawan ayahnya. Ia membentuk pasukan dan menyerbu ke istana sehingga Daud harus mengungsi. Pasukan Daud berperang dengan pasukan Absalom, dan menang. Dalam usaha Absalom melarikan diri itu, ia naik bagal yang lari dengan cepat, sehingga rambut Absalom yang panjang tersangkut di dahan pohon tarbantin dan Yoab, panglima dari Daud melemparkan lembingnya kepada Absalom sehingga ia mati tergantung. Sebaliknya, dalam Alkitab juga ada orang-orang diberkati karena hormat dan patuh kepada orang tua. Samuel yang patuh dipakai Tuhan menjadi Nabi. Timotius yang patuh dipakai Tuhan melanjutkan pelayanan Rasul Paulus. Jadi, silakan pilih … dan ingat akibatnya masing-masing.-

PA – 259. Hukum Keenam, “Jangan Membunuh” (Kel 20:13). Manusia diciptakan Allah serupa dengan gambar-Nya. Manusia berharga di mata Allah, dan kehidupan yang diberikan Allah kepada manusia merupakan suatu hal yang juga amat berharga. Hanya Allah yang berhak mengambil kehidupan itu kembali. Jadi, perintah ini mau menyatakan bahwa manusia sama sekali tidak mempunyai hak mengambil kehidupan dari dirinya sendiri maupun orang lain. Barang siapa membunuh (diri sendiri atau sesamanya) berarti mengambil alih kewenangan Tuhan Allah sendiri. Dalam hukum ini perlu dibedakan tiga jenis pembunuhan: kelembagaan (mis. perang), pembunuhan secara sengaja dan terencana, atau kelalaian yang mendatangkan musibah. Masing-masing ada hukumnya.-

PA – 260. Jenis pertama: membunuh di masa perang. Ketika seorang Kristen ditugaskan ke medan perang oleh negara menghadapi musuh yang jelas-jelas mau menyerang atau menjajah, maka ia wajib menaati perintah itu berdasarkan Roma 13:1-3. Tetapi jika negaranya sendiri yang akan menyerbu atau menjajah negara lain, maka ia harus menolaknya berdasarkan Roma 13:5. Jenis kedua: membunuh dengan sengaja. Ini dilarang oleh Tuhan. Bentuk pertama dalah aborsi (pengguguran kandungan) dengan alasan apapun. Orang Kristen harus berprinsip Pro-Life, bukan Pro-Choice! Bentuk kedua adalah euthanasia (mercy killing), yaitu membunuh orang yang menderita karena sakit, baik diminta oleh pasien atau tidak. Bentuk ketiga adalah membenci (Mat. 5:21-22). Bentuk keempat adalah ‘pembunuhan karakter’ termasuk pemfitnah orang lain sehingga orang itu dibenci orang lain dan masa depannya hancur. Bentuk kelima adalah pembunuhan yang direncanakan demi harta, kekuasaan wanita, dsb.

PA – 261. Hukum ketujuh berbunyi “Jangan berzinah” (Kel. 20:14). Jika perzinahan termasuk hal yang didaftarkan dalam hukum Tuhan ini, berarti saat itu umat Tuhan banyak yang hidup dengan kecenderungan seperti itu. Salah satu definisi perzinahan adalah:  “hubungan seks secara badani antara seorang perempuan yang telah menikah dengan seorang laki-laki selain pasangannya, baik lajang maupun telah menikah”. Definisi hukum ini perlu diperluas agar sesuai dengan apa yang Alkitab maksudkan. Beberapa bentuk perzinahan antara lain: (1) hubungan seks pria wanita sebelum menikah; (2) hubungan seks beda jenis kelamin dengan yang bukan pasangannya (perselingkuhan); (3) hubungan seks sesama jenis (homo dan lesbianisme); (4) hubungan seks yang abnormal lainnya (dengan anak-anak, dengan mayat, dengan binatang, dengan lansia, dsb.); (5) fantasi seksual bahkan juga termasuk berzinah (Mat. 5:27-30). Kita harus benar-benar bertobat, dan hidup dalam kekudusan dengan menjauhi bentuk-bentuk perzinahan di atas.-

PA – 262. Perzinahan (adultery) dibedakan dari percabulan (fornication). Bahasa Yunani untuk ‘percabulan’ adalah ‘porneia’ yaitu asal kata dari pornografi. Perzinahan lebih menekankan kepada hubungan seksual, sedangkan percabulan lebih merupakan karakter. Percabulan lebih berat dari perzinahan. Jika perzinahan saja dilarang oleh Tuhan,  apalagi percabulan. Orang yang cabul mungkin saja tidak melakukan perzinahan, tetapi ia memiliki pikiran yang selalu mengarah ke pornografi. Ia bisa berada pada posisi terhormat atau memiliki intelektualitas yang tinggi, tetapi memproduksi atau terikat dengan pornografi (foto, gambar, film, situs internet, dsb.). Alkitab memasukkan percabulan sebagai salah satu dari ‘perbuatan daging’ (Gal 5:19-21). Dunia seakan memaklumi jika pornografi dinikmati oleh orang yang berusia 17 atau 18 tahun ke atas, tetapi Alkitab melarangnya sama sekali bagi semua usia. Manusia baru dalam Kristus harus mematikan pornografi (Kol. 3:5).

PA – 263. Alkitab mencatat pelbagai bentuk pelanggaran terhadap hukum ketujuh, “Jangan berzinah” ini. (1) Penduduk Sodom dan Gomora yang kemudian dibinasakan Allah. (2) Lut yang berhubungan seks dengan kedua puterinya sendiri, menghasilkan dua bangsa (Moab dan Amon) yang memusuhi umat Tuhan. (3) Simson yang takluk dalam pelukan Delilah sehingga mendatangkan penderitaan dalam hidupnya. (4) Daud dan Betsyeba yang mengakibatkan kematian Uria, suami Betsyeba. (5) Salomo dengan ke-seribu isteri dan gundiknya. Selain itu Alkitab mencatat bahwa percabulan selalu dilakukan dalam praktek penyembahan berhala. Hubungan seks yang tidak normal ini bisa menyebabkan munculnya pelbagai penyakit kelamin yang menular kepada orang lain. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh umat Tuhan memberantas para penyembah berhala agar lebih banyak orang terselamatkan dari penularan penyakit yang membahayakan itu.  Dalam sejarah dunia: Julius Caesar (Kaisar Roma) dengan Cleopatra (Ratu Mesir) yang mendatangkan kehancuran atas Kekaisaran Romawi. Dalam dunia modern juga banyak pemimpin dunia yang hidup dalam perzinahan. Dari contoh-contoh di atas jelas bahwa perzinahan mendatangkan hukuman Tuhan. Jadi … Jaga terus kekudusan!

PA – 264. Alkitab juga mencatat adanya orang-orang yang menaati hukum ketujuh, “Jangan berzinah” ini. Salah satunya adalah Yusuf. Di rumah Potifar ia bekerja sebagai budak yang dipercaya. Isteri Potifar menggodanya agar Yusuf mau bercinta dengannya. Yusuf menolak dan lari menjauh. Ia menang atas godaan perzinahan. Kemudian ia difitnah sehingga masuk ke dalam penjara. Namun akhir hidupnya sungguh indah. Ia menjadi raja muda di Mesir dan menjadi berkat bagi banyak orang. Diperlukan ketegasan untuk menolak godaan semacam itu. Hati-hati dengan bisikan Iblis, “Ah, teman-temanmu juga pernah melakukannya!” atau “Jangan sok suci!” atau “Sedikit-sedikit tak apalah!” atau “Bapa itu baik, nanti pasti engkau diampuni-Nya.” atau “Tak ada orang lain yang tahu!” dan sebagainya. Jangan merusak rencana Allah yanh indah dalam hidupmu. Jangan menjadi seperti Esau yang menukarkan hak kesulungannya yang penuh kemuliaan dan bekat dengan semangkok makanan yang hanya memberikan kenikmatan sesaat.-

PA – 265. Hukum kedelapan, “Jangan mencuri” berkaitan dengan kepemilikan (Kel. 20:15). “Mencuri” berarti “mengambil sesuatu yang bulan miliknya”, tidak peduli apakah untuk digunakan sendiri atau diberikan lagi kepada orang lain, ketahuan atau tidak oleh orang lain, barang berharga atau tidak. Hukum ini tidak mengecualikan penderita kleptomania. Apa motivasi seseorang dalam mencuri? (a) Dipaksa oleh orang lain, (b) Dalam kondisi ekonomi yang terpuruk, (c) Ingin memiliki suatu barang, (d) Godaan Iblis secara langsung atau melalui orang lain, (e) Hawa nafsu ketamakan. Apapun motivasinya, mencuri itu dosa!

PA – 266. Beberapa bentuk pelanggaran hukum kedelapan, “Jangan mencuri” antara lain: mencuri harta (termasuk mencopet, merampok, korupsi), mencuri ide (termasuk plagiat, pembajakan barang), mencuri aset (termasuk menculik, membajak pegawai/manager,  pelanggan). Dan yang paling parah … mencuri jemaat gereja lain, mencuri persepuluhan,  dan mencuri kemuliaan Tuhan. Contohnya dalam Alkitab cukup banyak dan akibatnya tragis – Rahel (Kej. 31:19). Akhan mencuri barang jarahan di Yerikho (Yos. 7:20-21), Ananias dan Safira (Kisah 5:1-11). Rasul Paulus menasihatkan agar siapa yang pernah mencuri tidak mencuri lagi (Efs. 4:28).-

PA – 267. Salah satu kisah menarik tentang hukum kedelapan, “Jangan Mencuri” adalah kisah Onesimus yang terdapat dalam Surat Filemon. Ia ada budak Filemon yang mencuri lalu lari. Dalam pelariannya itu ia menemui Rasul Paulus di penjara yang kemudian menginjilinya. Onesimus bertobat dan menjadi ciptaa baru di dalam Kristus. Paulus meminta agar Filemon mau mengampuni dan  menerima Onesimus kembali. Jadi Onesimus bebas dua kali: bebas dari status sebagai budak dosa dan bebas dari status sebagai budak Filemon. Apakah ada orang yang telah mencuri sesuatu atau seseorang dari hidupmu? Ampunilah dia dengan kasih Kristus!

PA – 268. Hukum kesembilan, “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.” Tuhan tidak melarang umat-Nya untuk bersaksi. Yang dilarang adalah berdusta dalam bersaksi. Yang Allah inginkan adalah bersaksi benar, bukan palsu. Tuhan Yesus Kristus berkata agar kita berkata “Ya” di atas ya, dan “Tidak” di atas tidak. Selebihnya adalah dari si Iblis (Matius 5:37). Itu berarti Allah menentang hal-hal berikut: (1) dusta atau kebohongan, (2) kepalsuan dan pemalsuan, (3) kemunafikan. Saya akan menjelaskannya satu per satu. Pertama, dusta atau kebohongan. Iblis adalah bapa segala dusta (Yoh. 8:44). Jika kita berdusta berarti kita adalah anak-anaknya. Motivasi orang berdusta antara lain: ketakutan akan hukuman, ketamakan akan harta benda, di bawah tekanan pihak lain, dan sebagainya. Mari kita mau jujur dan mengatakan kebenaran sesuai faktanya … apa pun yang akan terjadi.-

PA – 269. Hal kedua yang berkaitan dengan Hukum kesembilan, “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” adalah kepalsuan dan pemalsuan. Ketika Yesus Kristus bangkit, pemimpin Mahkamah Agama membayar sejumlah uang kepada para serdadu agar memalsukan berita, yaitu bahwa mayat Yesus telah dicuri oleh murid-murid-Nya (Mat. 28:11-15). Namun Tuhan turut bekerja bersama para murid-Nya dalam memberitakan kebenaran Injil, sehingga banyak orang diselamatkan. Hingga saat ini praktek menjual kebenaran masih sering terjadi demi sejumlah uang. Dalam industri kita tidak boleh memalsu produksi orang lain. Dalam berjual-beli kita juga dilarang melakukan pemalsuan merk. Dalam bidang notariat kita dilarang memalsukan sertifikat. Sebagai mahasiswa kita dilarang memalsukan tanda tangan orang lain walaupun demi solidaritas kepada teman. Dalam percintaan kita dilarang mengucapkan cinta atau janji palsu. Janji harus ditepati!

PA – 270. Hal ketiga yang berkaitan dengan hukum kesembilan, “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” adalah kemunafikan. Kata “munafik” berarti “menggunakan topeng”, yaitu ketidaksamaan antara sikap atau perbuatan yang nampak di luar dengan sifat yang ada di dalam. Sifat ini dibenci oleh Allah. Contoh yang sangat jelas adalah kehidupan orang Farisi yang nampak seperti “kuburan: putih di luar tetapi isinya tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Mat 23:27). Mereka berdoa dan memberi persembahan hanya untuk dilihat orang, padahal hati mereka tidak mengasihi Tuhan. Tuhan Yesus menegur keras kehidupan semacam ini. Kata yang berlawanan dengan kemunafikan adalah “kejujuran” (honesty), “ketulusan”  (sincerity), dan “integritas” (integrity). Inilah yang Tuhan kehendaki: kesamaan antara yang di dalam dan di luar. Ini bukan hanya menyangkut sifat pemimpin apalagi pengajar, tetapi sifat semua orang. Tanggalkan topeng dan nyatakan integritas sesuai kebenaran firman Tuhan.

PA – 271. Hukum kesepuluh berbunyi “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu. ” Salahkah jika kita memiliki keinginan? Tidak! Asalkan keinginan itu tidak mengarah pada milik orang lain. Jadi hukum ini tidak berkata, “Jangan mengingini sesuatu seperti milik sesamamu,” melainkan “Jangan mengingini milik sesamamu.” Keduanya sangat berbeda. Hukum ini mencegah umat Tuhan dari keinginan yang salah, yang pernah ditawarkan oleh Iblis di Taman Eden kepada Hawa. Iblis sendiri adalah penghulu malaekat yang disebut “Lucifer” (artinya “cahaya”) yang mengingini takhta Allah, sehingga ia kemudian dicampakkan dari sorga. Selanjutnya Iblis selalu menggoda manusia dengan hal ini: keinginan terhadap milik orang lain. Contoh-contoh di Alkitab antara lain: Firaun mengingini Sara, isteri Abraham (Kej 12:16), Daud mengingini Bestsyeba, isteri (milik) Uria (2 Sam 11), Raja Ahab mengingini kebun anggur Nabot (1 Raja 21). Wujud keinginan semacam ini di zaman modern sangat beragam: bangsa yang mengingini wilayah bangsa lain, pengusaha yang mengingini manajer pengusaha lain, bahkan pimpinan gereja yang mengingini jemaat gereja lain, perselingkuhan, iri hati. Semuanya berakibat pada pertengkaran dan pembunuhan. Jadi taatilah hukum kesepuluh ini!

PA – 272. Berkaitan dengan hukum kesepuluh, “Jangan mengingini milik  sesamamu”, ada sebuah dosa yang harus dijauhi yaitu dosa iri hati. “Iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30). Kain iri kepada Habel yang persembahannya diterima Tuhan. Raja Saul iri kepada Daud yang lebih disanjung-sanjung karena dianggap rakyat lebih mampu. Rasul Paulus menyatakan bahwa iri hati adalah ‘perbuatan daging’ yang berlawanan dengan Roh (Gal 5:20). Yakobus menjelaskan bahwa jika kita memiliki keinginan, tidak perlu iri melainkan membawanya dalam doa. Namun doa yang berisi keinginan itu harus diselaraskan dengan kehendak Allah bukan untuk pemuasan hawa nafsu. Jika itu uyang terjadi, doa kita tidak dijawab Tuhan (Yak 4:1-3). Jadi mari kita nyatakan kebutuhan dan keinginan kita kepada Allah dalam doa dengan sikap hati yang benar. Maka Ia akan memenuhi kebutuhan kita itu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Yesus Kristus (Flp 4:19). Jadi … jangan iri hati!

IMAMAT

PA – 273. Dalam beberapa seri ke depan akan dibahasa Kitab Imamat. Kata ‘Imamat’ berarti hal-ikhwal tentang keimaman. Tugas seorang imam adalah menjadi wakil umat di hadapan Allah dengan mempersembahkan beberapa jenis korban yang diwajibkan:  (1) korban sajian dan korban minuman, bertujuan untuk memuliakan TUHAN; (2) korban bakaran, korban keselamatan, dan korban pujian, bertujuan untuk memelihara persekutuan dengan TUHAN; (3) korban penghapus dosa dan korban penebus salahn bertujuan untuk menebus dosa dan kesalahan. Dalam PB, korban-korban itu telah digenapi oleh Yesus Kristus (Ibrani 10:8-10). Masa kini kita  harus tetap memberikan korban persembahan tetapi bukan lagi sebagai syarat keselamatan melainkan sebagai bentuk kasih dan ucapan syukur (Roma 12:1-2). Kualitas korban yang dipersembahkan kepada Tuhan haruslah yang terbaik!

PA – 274. Dalam Kitab Imamat yang berlaku adalah imamat Harun, sekarang imamat orang percaya (1 Petrus 2:9). Penahbisan sebagai imam adalah sbb: (1) dibasuh dengan air, (2) dikenakan pakaian, (3) diurapi dengan minyak urapandan darah korban. Itu semua merupakan simbol dari Roh Kudus dan penebusan Kristus, agar mau mendengar, berbuat, melangkah seperti yang Tuhan mau. (4) makan daging persembahan dan roti, artinya bersekutu dalam Perjamuan Kudus dan penderitaan Kristus. Tugas imam adalah memberkati umat dan mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan. Saat pelayanan imam berlangsung, Tuhan mengirimkan api-Nya menerima seluruh persembahan umat-Nya, dan umat-Nya sujud menyembah TUHAN (I’m. 9:24). Jadilah pelayan Tuhan yang kehidupan dan pelayanannya berkenan kepada Tuhan.-

 

PA – 275. Dalam Imamat 10 dikisahkan tentang Nadab dan Abihu yang mempersembahkan “api asing” sehingga dihukum Tuhan. Artinya, setiap ibadah dan pelayanan kepada Tuhan harus dilakukan dengan cara Tuhan, dan bukan kemauan sendiri. Tujuan hukuman Tuhan itu adalah untuk menyatakan kekudusan dan kemuliaan-Nya. Kita tidak boleh main-main dalam hidup dan pelayanan kita. Umat Tuhan berduka atas kematian Nadan dan Abihu, sebab mereka adalah hamba-hamba Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan dispensasi khusus dalam hal kekudusan ini. Hamba Tuhan pun, jika keliru, akan didisiplin Tuhan sendiri. Selanjutnya, bagaimana pun juga imam-imam yang saat itu masih mengikuti cara Tuhan, yaitu Eleazar dan Itamar, harus tetap menjalankan tugas imamat sebab sudah diurapi untuk tugas itu. Kesedihan karena adanya hamba Tuhan yang didisiplin Tuhan tidak boleh menghentikan pelayanan bagi umat Tuhan. Mari kita selalu mengadakan introspeksi diri agar tidak mengalami akibat fatal seperti Nadab dan Abihu.-

PA – 276. Dalam Imamat pasal 11 TUHAN memperhatikan kesehatan umat-Nya. Salah satunya melalui makanan. Sebagai manusia ciptaan Tuhan kita diberi akal budi untuk menghargai tubuh sebagai Bait Allah ini dengan menjaga kesehatan. Kita sehat karena: dikehendaki Tuhan (3 Yoh. 1:2), hasil jawaban doa kepada Tuhan (Yes 38:16), mengkonsumsi jenis makanan yang sehat, memiliki pola makan yang benar, olahraga, istirahat yang cukup. Dengan kesehatan yang baik kita dapat memuliakan Tuhan dan berkarya bagi Tuhan dan sesama.-

PA – 277. Dalam Imamat pasal 13 dan 14 ada penjelasan tentang penyakit kusta (lepra). Kusta dalam PL merupakan simbol dari dosa. Sebagaimana penderita kusta terisolasi dari masyarakat, orang berdosa terisolasi dari Allah (Roma 6:23). Sebagaimana penderita kusta dapat dipulihkan dengan ucapan syukur burung merpati, kayu aras, kain kirmizi, dan hisop, orang berdosa dipulihkan oleh karya penginsyafan Roh Kudus, firman kebenaran, dan darah Kristus (Roma 3:23-24).Kasus kusta Naaman membuktikan bahwa dosa juga merambah para pejabat penting. Dibutuhkan kerendahan hati untuk menerima cara Tuhan yang sederhana – “mandi di sungai Yordan”, yaitu dibasuh oleh air firman Allah, agar memperoleh pemulihan (2 Raja 5).-

PA – 278. Dalam Imamat pasal 18 ada prinsip bagaimana menjaga kekudusan perkawinan. Ada dua alasan kuat: (1) Karena Allah yang menciptakan lembaga perkawinan itu kudus; (2) karena umat Tuhan dibebaskan dari perbudakan di Mesir untuk tujuan pengudusan; (3) guna kesaksian bagi bangsa-bangsa lain tentang prinsip kekudusan umat Tuhan. Umat Tuhan dilarang hidup menurut kebiasaan orang kafir (Mesir, Kanaan, bdk. Roma 12:2). Berarti ada prinsip perkawinan di sekitar kita yang tidak sesuai firman Tuhan, misalnya: kawin-cerai, harta gono-gini, perseliungkuhan, seks pranikah dan di luar nikah, (samen leven), dsb. Ketaatan terhadap prinsip perkawinan yang dari Tuhan mendatangkan kehidupan.

PA – 279. Sesudah kekudusan perkawinan, Imamat pasal 19 merupakan prinsip kekudusan hidup secara keseluruhan. Kata kudus (Ibr. kadosh) berarti ‘dipisahkan untuk suatu tujuan khusus’. Kekudusan ini berkaitan dengan: (1) ketaatan akan hukum Tuhan (ayat 3-8), (2)  kepedulian terhadap yang miskin (ayat 9-10), (3) seksualitas (ayat 20-22), makanan dan minuman (ayat 26), (5) praktek klenik (ayat 28-31), dan (6)kejujuran dalam bisnis (ayat 36).Keharusan hidup kudus juga ditekankan dalam PB (1 Pet 1:16).-

PA – 280. Dalam Imamat 23 ada peraturan tentang Hari-hari Raya. Pertama, Paskah bagi Tuhan, yaitu perayaan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Kata Ibrani “pesah” berarti “melewati” (Ing. Pass over). Peristiwa itu diperingati dengan mnengadakan perjamuan Paskah di mana para peserta “makan Paskah” yaitu makan “Korban Paskah” atau anak domba Paskah. Dalam PB Yesus Kristus disebut “anak domba Paskah” (1 Kor. 5:7) atau “Anak Domba Yang Disembelih” (Why. 5:6). Jadi bagi kita sekarang, hari Paskah memiliki makna baru yaitu perayaan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.-

PA – 281. Hari Raya Kedua adalah Hari Raya Pendamaian. Satu hari setahun di mana segala dosa umat dan imam diperdamaikan Tuhan yang dilambangkan dengan seekor kambing jantan yang setelah ditumpangi tangan dilepaskan ke padang belantara (Imamat 16; 23:27). Ketiga, Hari Raya Pentakosta, yaitu perayaan pengucapan syukur bagi orang Israel atas hasil panen gandum. Pesta itu dirayakan tujuh minggu setelah hari Paskah. Sebab itu juga dikenal dengan nama “Hari Raya Tujuh Minggu” (Ul. 16:10). Dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan turunnya Roh Kudus (Kisah 2).-

PA – 282. Hari Raya Keempat adalah Hari Raya Pondok Daun (Ibrani khag hassukkot) apabila  mereka selesai mengumpulkan hasil panen anggur. Hari itu jatuh hari ke 15-21 pada bulan Tisyri (sekitar bulan September – Oktober). Pada hari itu seluruh keluarga merayakan dengan sukacita dan Tuhan berjanji akan memberkati hasil tanah dan segala usaha mereka (Ulangan 16:13-15). Selama tujuh hari mereka harus mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan. Pada hari pertama dan hari ke delapan mereka harus mengadakan pertemuan kudus dan menjadi hari perhentian penuh (Imamat 23:39). Bangsa Israel memperingati hari itu dengan cara tinggal di pondok-pondok daun selama tujuh hari untuk  mengingatkan bangsa Israel yang pernah tinggal di pondok-pondok terbuat dari cabang-cabang dan dahan-dahan pohon pada waktu mereka berada dalam pengembaraan di padang gurun sesudah keluar dari tanah Mesir. Jadi, … Selalu ingat akan kasih dan kuasa-Nya!

PA – 283. Dalam Imamat pasal 25 ada Tahun Sabat dan Tahun Yobel. Setelah umat Tuhan menggarap lahan pertanian selama 6 tahun, maka pada tahun ketujuh, tanah itu harus diistirahatkan. Tujuannya adalah agar kondisi tanah kembali puilih. Panen pada tahun keenam dijanjikan Tuhan berlimpah, sehingga sekalipun tahun ketujuh tanah tidak digarap, umat Tuhan masih memiliki stok makanan, hasil panen tahun sebelumnya. Bahkan cukup sampai tahun ke delapan. Tahun Yobel (Jubelium) adalah tahun kelimapuluh. Inilah tahun di mana pembebasan dialami oleh seluruh budak di antara umat Tuhan. Semua budak harus dibebaskan, termasuk budak baru. Namun apabila budak tersebut tidak bersedia dibebaskan, maka ia akan ditindik telinganya dan menjadi budak tuannya seumur hidupnya. Inti tahun Sabat dan tahun Yobel adalah perhentian dan pembebasan. Sebagai orang Kristen kita memperoleh kedua hal itu di dalam Tuhan Yesus Kristus.-

PA – 284. Dalam Imamat pasal 26 ada penjelasan tentang dua hal yang saling bertentangan: berkat dan kutuk. Keduanya merupakan perjanjian bersyarat “jikalau … maka …” Bentuk berkat melipuiti: hasil pertanian dan peternakan, damai sejahtera, kemenangan, keluarga dan kesehatan, rohani (kehadiran Tuhan). Pelanggaran terhadap per- janjian mendatangkan kutuk yang sangat mengerikan. Kutukan akan datang secara bertahap sesuai dengan pertobatan yang terjadi. Pertobatan sejati mendatangkan pemulihan (Imamat 26:42). Manakah yang Anda pilih?

BILANGAN

PA – 285. Mulai nomor ini dan selanjutnya kita akan belajar dari Kitab Bilangan. Dalam Bilangan ps 1 ada daftar nama pemimpin dan jumlah orang yang dihitung. Pelajaran apa yang bisa kita peroleh? Pertama, Allah kita adalah Penguasa atas alam makro dan mikro. Ia tahu dan peduli dengan jumlah bintang di langit, dan jumlah butiran pasir di pantai. Ia juga peduli dengan jumlah helai rambut kita. Artinya, Ia peduli dengan seluruh aspek hidup kita. Kedua, para pemimpin pasukan ditunjuk oleh Tuhan sendiri. Dalam memilih orang sebagai pemimpin, baik dalam masyarakat umum maupun dalam pelayanan harus banyak berdoa, sebab Tuhan yang menetapkan mereka. Jangan sampai kita memilih orang yang tidak ditetapkan oleh Tuhan. Ketiga, khusus orang Lewi terpanggil bukan berperang melainkan mengurus ibadah. Kita harus mengetahui dengan benar panggilan atau prosesi kita masing-masing dengan benar.

PA – 286. Kitab Bilangan pasal 2 menjelaskan tentang urutan dan kelompok pasukan yang akan berjalan. Dari pasal ini ada dua pelajaran penting. Pertama, Yehuda adalah suku pertama yang berangkat. Meskipun Yehuda bukan anak sulung Yakub, tetapi Tuhan yang menetapkan sebagai yang pertama. Dari suku inilah kelak Kristus datang. Berarti Yesus Kristus harus di tempat yang pertama dan utama. Kedua, ada panji-panji yang menandai setiap kelompok pasukan. Ini bukan untuk memecah belah melainkan justru agar penanganan perintah atau komando lebih terarah. Ini berbicara mengenai di mana Tuhan menempatkan kita dalam bertumbuh dan berjuang secara rohani. Bukan jadi orang Kristen yang jalan-jalan dari satu gereja ke gereja lain, melainkan ada dalam satu kelompok gereja lokal untuk bertumbuh dan melayani bersama.-

PA – 287. Dari Kitab Bilangan pasal 3 yang menjelaskan tentang orang Lewi ada beberapa pelajaran penting. Pertama, orang Lewi adalah pelayan-pelayan Tuhan yang dikhususkan. Pada masa kini pelayanan berdasarkan imamat orang percaya (1 Pet 2:9). Berarti kita semua adalah ‘orang-orang Lewi’ yang harus melayani Tuhan dan sesama. Kedua, orang Lewi adalah kepunyaan Tuhan. Artinya, orang yang melayani memiliki status istimewa di hadapan Tuhan. Ketika kita melayani Yesus Kristus, kita akan dihormati oleh Bapa (Yoh. 12:26). Ketiga, orang-orang Lewi mendapat tugas di bidangnya sesuai kelompok masing-masing. Dalam pelayanan ada spesialisasi. Tidak ada istilah ‘one man show’, melainkan dalam bentuk ‘team work’. Memang ada orang yang punya banyak talenta, tetapi tetap harus memiliki roh pengendalian diri, agar tidak mengambil alih tugas orang lain. Ada ‘pemuji’ yang mengambil tugas ‘pengkhotbah’ dan ada ‘pengkhotbah’ yang mengambil tugas ‘pengelola keuangan’, dan sebagainya. Lakukan tugas pelayanan masing-masing dengan setia!

PA – 288. Dalam Bilangan pasal 4 ada nama-nama bani Kehat, Gerson dan Merari yang diberi tanggung jawab masing- masing atas Tabernakel, ketika dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Yang dihitung adalah yang berusia 30-50 tahun. Beberapa pelajaran penting: pertama, ini menunjukkan adanya kematangan usia saat melayani Tuhan. Pada masa kini banyak orang langsung diajak ikut serta melayani, padahal masih kanak-kanak rohani. Ia harus menunjukkan kedewasaan rohani, seperti: suka makanan rohani yang keras, tidak pesimis, tidak mudah putus asa, tidak hidup dalam hawa nafsu kedagingan, tidak membenci tapi suka mengampuni, suka berkorban, dsb. Kedua, sekalipun mereka masih sehat, tetapi ada batas akhir pelayanan mereka. Ini berarti mereka diberi kesempatan melayani selama 20 tahun, yang harus digunakan sebaik mungkin. Jika kepada kita dipercayakan suatu pelayanan atau pekerjaan, lakukanlah bagi Tuhan dan bukan hanya bagi manusia atau organisasi. Ketiga, sudah ada penerus yang akan menggantikan tugas mereka. Di sinilah pentingnya pemuridan. Kita mungkin memang sudah melayani dengan baik (finish well), tetapi adakah orang yang kemudian mampu melanjutkannya (beyond finish well)?

PA – 289. Ada tiga hal penting dalam Bilangan pasal 5. Pertama, ada yang disebut ‘orang najis’ yaitu: orang yang sakit kusta, orang yang mengeluarkan lelehan, orang yang tersentuh mayat’ harus dikucilkan. Ini merupakan simbol kehidupan berdosa, yang terpisah dari hadirat Tuhan dan komunitas umat Tuhan. Namun jika ia mau datang kepada Tuhan Yesus Kristus – seperti perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun – ia mengalami pemulihan. Kedua, jika ada yang bersalah terhadap sesamanya, ia harus mengakuinya kepada orang itu dan juga kepada Tuhan serta membayar sejumlah tebusan salah. Kini, jika kita bersalah kepada sesama, kita tetap harus mengakuinya kepadanya dan kepada Tuhan, tetapi tentang penebusan salah hanya bisa dilakukan dengan percaya akan karya penebusan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Ketiga, tentang kecemburuan seorang suami terhadap isterinya yang diduga selingkuh. Jika ternyata isterinya setia pada suaminya, ia tidak mengalami apa-apa. Namun jika ternyata isteri ini berselingkuh, maka ia akan mengalami penyakit yang penuh, ‘perutnya mengembung dan pahanya mengempis’. Ini bicara tentang kesetiaan pasangan hidup. Katakan ‘tidak’ dalam nama Tuhan Yesus Kristus kepada setiap godaan perselingkuhan!

PA – 290. Bilangan pasal 6. Ada peraturan tentang nazar kepada Tuhan, yaitu suatu janji untuk mengkhususkan dirinya bagi Tuhan. Makna nazar bisa diperluas dengan ‘akan melakukan sesuatu bagi Tuhan’, seperti: “Apabila Tuhan menolong aku dalam masalah ini, maka aku akan …”. Dalam Alkitab banyak orang bernazar, misalnya: Yakub (Kej. 28:20-21), Yefta (Hak 11:29-40), Hana (1 Sam. 1:11), dll. Beberapa prinsip tentang nazar: (1) mempertimbangkan masak-masak sebelum bernazar (Ams. 20:25), (2) tidak boleh tidak menepatinya, sebab Tuhan akan menuntutnya (Pengkh. 5:4), (3) tidak boleh menunda-nunda pelaksanaannya (Ul. 23:21), (4) jika berkaitan dengan benda tidak boleh menguranginya. Jika Anda pernah bernazar … tepatilah sekarang juga!

PA – 291. Dalam Bilangan 6:22-27 ada rumusan ucapan berkat imam kepada seluruh umat Tuhan. Dalam rumusan itu ada beberapa makna penting. (1) Nama TUHAN disebutkan tiga kali yang menunjuk pada Allah Tritunggal, Allah Abraham. Ishak, dan Yakub. (2) Ada kekhasan karya untuk setiap pribadi Allah Tri- tunggal: Bapa memberkati dan melindungi, Anak menyinari dengan wajah- Nya dan memberi kasih karunia, Roh Kudus memberi damai sejahtera. (3) Ada kuasa dalam ucapan berkat imam, bukan sekedar bagian dari liturgi ibadah. Oleh sebab itu dalam setiap ibadah di gereja jangan lewatkan Votum (di awal ibadah) dan Doa Berkat (di akhir ibadah), karena keduanya mengandung kuasa berkat Tuhan. (4) Berkat Tuhan bagi umat-Nya menyangkut berkat jasmani dan rohani. Jangan hanya mengingin- kan salah satu jenis berkat, melainkan kedua- duanya!

PA – 292. Bilangan pasal 7 menjelaskan tentang penahbisan Tabernakel. Sesudah Tabernakel didirikan, Musa mengurapi dan menguduskan seluruh perkakas yang ada di Tabernakel dan para kepala suku memberikan persembahan. Memang dalam PL yang diurapi dan dikuduskan menyangkut peralatan ibadah, namun dalam PB menyangkut kehidupan kita sebagai Rumah Allah (1 Kor 3:16). Di sini ada tiga hal penting tentang ibadah: (1) Pengurapan – ini menyangkut kuasa Roh Kudus dalam ibadah dan pelayanan kita. Hanya jika Roh Kudus yang mengurapi kita, maka pelayanan kita akan berdampak. Oleh sebab itu hendaklah kita selalu penuh dengan Roh Kudus, sehingga roh kita selalu menyala-nyala (Efs. 5:18; Roma 12:11). (2) Pengudusan – hanya dalam saluran yang bersih, kuasa dan berkat Tuhan mengalir melalui kehidupan dan pelayanan kita. Jangan lagi ada pikiran yang najis dan hati yang penuh dendam dan kebencian. Kekudusan meyangkut hati yang bersih dari kepahitan. Jika masih ada akar pahit, akan mencemarkan orang lain (Ibr. 12:15). (3) Persembahan – pelayanan bukan beban melainkan suatu persembahan tubuh yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Kita patut memberikan yang terbaik kepada Tuhan sebab ia telah memberikan yang terbaik baik kita (Roma 12:1).-

PA – 293. Bilangan pasal 8 menjelaskan tentang keberadaan orang Lewi sebagai suku yang dipilih Tuhan sendiri untuk melayani-Nya di Tabernakel. Mereka dikuduskan sebelum memulai pelayanan. Karena pelayanan bagi Tuhan bersifat rohani, maka pengudusan diri menjadi syarat mutlak. Mengabaikan hal ini bisa mendatangkan murka Tuhan. Untuk dapat menjadi saluran berkat bagi pelayanan, saluran itu harus bersih. Dengan demikian umat yang dilayani memperoleh ‘air yang bersih dan segar’ sebab airnya bersih dan salurannya juga bersih. Sama seperti para pasukan dari suku lain yang secara struktural dibatasi usianya (20-50 tahun), maka untuk orang Lewi juga demikian, yaitu 25-50 tahun. Sesudah itu mereka tidak menganggur, tetapi ‘tetap membantu saudara-saudaranya’ dalam melayani Tuhan, tetapi tidak lagi menjabat secara struktural. Mari kita menghargai ketetapan Tuhan ini dalam hidup kita. Posisi kita dalam hidup ini harus mengalami pergeseran: ‘ing ngarsa sung tulada’ (posisi di depan menjadi teladan), lalu bergeser menjadi ‘ing madya mangun karsa’ (posisi di tengah membangun semangat), lalu bergeser lagi menjadi ‘tut wuri handayani’ (posisi di belakang menjadi penasehat). Pergeseran posisi tersebut dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan usia kita.-

PA – 294. Dalam Bilangan 9 ada pelajaran penting tentang pimpinan Tuhan. Tuhan yang membebaskan mereka adalah Tuhan yang memimpin umat-Nya dengan Tiang Awan dan Tiang Api (ayat 15-23). Tiang Awan menaungi mereka dari panas terik maytahari di padang belantara, sedangkan Tiang Api menerangi dan menghangatkan tubuh mereka di malam hari. Umat Tuhan diminta taat: kapan harus berjalan, kapan harus berhenti. Pimpinan Tuhan tak pernah salah. Ia tahu ada apa di depan perjalanan umat-Nya, sementara umat Tuhan dalam segala keterbatasannya tidak tahu apa yang ada di depan, tidak tahu akan hari esok (Yak. 4:14). Jadi, yang dibutuhkan adalah iman dan ketaatan. Tujuan pimpinan Tuhan adalah mermberikan perlindungan bagi kita  dan untuk kebaikan kita.-

PA – 295. Tuhan selalu punya cara memelihara umat-Nya sebagaimana dikisahkan dalam Bilangan pasal 9. Saat itu ada orang-orang yang meminta makanan, teringat pada ikan-ikan di Mesir dan menganggap diri mereka kurus kerin (ayat 4-6). Tuhan murka terhadap mereka (ayat 9) dan Ia berjanji akan memberikan daging (ayat 18-20). Musa berpikir hal itu mustahil dan Ia tidak percaya. Berapa banyak ternak di darat dan ikan di laut yang dibutuhkan bagi seluruh umat Tuhan (ayat 21-22)? Tuhan membuat ada tiupan angin yang mendatangkan banyak burung puyuh sehingga seluruh umat Tuhan memperoleh daging yang sehat dan berlimpah (ayat 31). Masihkah kita ragu terhadap kuasa Tuhan dalamn memelihara hidup kita?

PA – 296. Dalam Bilangan pasal 11 ada kisah tentang pengangkatan 70 orang tua-tua. Beberapa pelajaran penting di sini adalah sbb. (1) Sehebat-hebat Musa ia tetap tidak mampu menangani segala hal. Kita tidak diciptakan Tuhan sebagai ‘single fighter’ melainkan untuk bekerja dan melayani bersama tim (ayat 14). (2) Tuhan mengambil sebagian Roh yang hinggap pada Musa kepada 70 orang yang dipilih oleh Musa. Artinya ada orang-orang di sekitar kita yang juga diberi Tuhan kemampuan yang luar biasa oleh Roh Kudus-Nya (ayat 24-25). (3) Adanya dua orang yang ‘di luar jalur’ yaitu Eldad dan Medad, ternyata juga memperoleh kemampuan itu. Musa mengakui kemampuan mereka dan tidak merasa tersaingi. Jadi kita harus bersyukur jika ada orang lain yang mampu bahkan lebih baik dari kita. Kita tidak boleh takut tersaingi tapi justru dapat merangkul mereka untuk bekerja dan melayani bersama (ayat 26-30).

PA – 297 – Dalam Bilangan 12 dikisahkan tentang pemberontakan Miryam dan Harun terhadap Musa. Pertama, Miryam dan Harun “mengatai” (mengritik, berkata melawan, berkata jahat) kepada Musa karena perempuan Kush yang diperisteri Musa (ayat 1). Kita tidak boleh mengusik biji mata Tuhan. Jika ada perbedaan pendapat dengan pemimpin kita, sampaikan dengan santun dan tetap menaruh hormat. Jika ia tidak mau mendengar masukan kita, itu urusan dia dengan Tuhan. Kedua, sebaliknya jika kita yang diusik,  serahkan kepada Tuhan. Ia adalah Pembela kita (ayat 5-8). Kita tidak boleh membalas dendam dengan memusuhinya. Ketiga, ternyata di balik pemberontkan Miryam dan Harun ada unsur iri hati dan kedengkian yang bisa mendatangkan murka Tuhan (ayat 9-10). Jangan sekali-kali iri dan dengki. Lebih baik kita bersyukur atas bagian yang dipercayakan Tuhan kepada kita dan tidak menginginkan posisi atau jabatan orang lain. Apalagi jika posisi itu ditetapkan Tuhan sendiri. Keempat, Musa berhati lembut dan mulia, tetap mau memintakan pengampunan dari Tuhan untuk Miryam (ayat 3, 12). Kita pun harus demikian. Kalahkan kejahatan dengan kebaikan!

PA – 298. Ini adalah kisah 12 orang pengintai yang sering kita dengar dalam khotbah, yang tercantum dalam Bilangan 13. Dari kisah ini ada beberapa pelajaran penting. (1) Hasil ditentukan oleh sikap. Kesepuluh orang bersikap pesimis, Kaleb dan Yosua optimis. Hasil akhir? Hanya Kaleb dan Yosua yang dapat masuk ke Tanah Perjanjian (2) Miliki iman berdasar janji Tuhan. Iman Kaleb dan Yosua tidak ngawur, namun berfokus pada janji Tuhan, bahwa Ia akan memberikan Tanah Kanaan kepada umat-Nya! Itu berarti jika ada tantangan pasti Tuhan akan memampukan mereka menanganinya. (3) Yang positif selalu minoritas. Sepuluh lawan dua. Bandingkan dengan Nuh, tentara Gideon, keduabelas murid Yesus, dan setrusnya. Yang lebih Tuhan kehendaki adalah kualitas, bukan kuantitas! (4) Sikap hidup menular pada orang lain. Umat Tuhan terprovokasi oleh perkataan kesepuluh orang yang tidak punya iman. Hati-hati dalam bersikap karena akan memengaruhi banyak orang!

PA – 299. Laporan kedua belas pengintai dalam Bilangan pasal 13 dilanjutkan dengan pemberontakan umat Tuhan dalam pasal 14. (1) Kita harus waspada agar tidak terprovokasi dan salah dalam berkata-kata (ay. 1-3). (2) Jadilah seperti Kaleb dan Yosua yang menyampaikan kebenaran … dengan segala konsekwensinya, di mana mereka nyaris dilontari batu. Namun kemuliaan Tuhan yang turun saat itu membuat umat Tuhan membatalkan  niat mereka (ay. 5-10). (3) Naikkan doa syafaat seperti doa syafaat Musa yang penuh kuasa kepada Tuhan, sehingga Tuhan tidak membinasakan mereka, namun melarang mereka masuk ke Tanah Perjanjian sesuai keinginan mereka yaitu “lebih baik mati di padang gurun” (ay. 11-19). (4) Tuhan tetap menghargai orang yang melekat kepada-Nya, yaitu Kaleb dan Yosua yang diperkenan masuk ke Tanah Perjanjian (ay. 24. (5) Tuhan memurkai orang yang menista-Nya. Ia membinasakan kesepuluh orang pengintai yang telah memprovokasi umat Tuhan (ay. 36-38). (6) Ada di antara umat Tuhan yang langsung menyerbu ke Tanah Perjanjian, tapi gagal total sebab mereka melakukannya secara emosional bukan berdasarkan pimpinan Tuhan. Jadi jangan melakukan sesuatu secara emosional. Hasilnya akan mengecewakan (ay. 39-45).

PA – 300. Setelah menghadapi pemberontakan Miryam dan Harun, kali ini Musa dan Harun menghadapi pemberontakan 250 orang ternama yang dipimpin oleh Korah (suku Lewi), Datan, Abiram dan On (ketiganya suku Ruben). Masalah yang diangkat adalah otoritas kepemimpinan Musa dan Harun (Bilangan ps 16). Bagaimana cara Musa menyelesaikan masalah ini? (1) Ia sujud, artinya mau merendahkan diri dalam menyelesaikan masalah itu. Sujud bukan berarti mengalah, tetapi bersedia membicarakannya baik-baik. Sujud juga berarti membawa maslah ini kepada Tuhan (ay 4). (2) Musa memberikan klarifikasi. Ia berbicara kepada mereka dengan menyatakan bahwa mereka berdua menjadi pemimpin bukan atas kemauan mereka sendiri, melainkan penetapan Tuhan (ay 5). (3) Ketika mereka tetap pada pendiriannya, Musa sangat marah dan membawanya dalam doa bahwa ia tidak pernah berbuat jahat kepada orang-orang itu (ay 15). (4) Musa dan Harun akhirnya menyerahkan pada Tuhan (ay 16) dengan tetap berdoa syafaat agar Allah bertindak adil: yang salah saja yang dihukum (ay 22) Akibatnya? Korah, Datan dan Abiram beserta seisi keluarganya ditelan bumi hidup-hidup (ay 31-32), dan 250 orang lainnya mati terbakar api Tuhan (ay 35). (5) Ketika muncul lagi tuduhan bahwa Musa penyebab itu semua, Tuhan kembali menyatakan kemuliaan dan keadilan-Nya dan bermaksud membinasakan seluruh bangsa Israel dengan tulah dalam sekejap. Untunglah Musa dan Harun segera mencegahnya dengan perbaraan sehingga yang binasa “hanya” 14.700 orang. Ini semua menjadi pelajaran bagi kita agar jangan iri dan menggugat orang-orang yang jelas ditetapkan oleh Tuhan menjadi pemimpin (rohani) atas kita.-

Tinggalkan komentar