REKAT (501-600)

PA. 501. Dalam 1 Raja-raja 9 Tuhan menampakkan diri kepada Salomo sekali lagi dan mengngatkannya bahwa mata Tuhan dan hati Tuhan ada di Bait Suci yang dibangun Salomo, kalau Salomo terus hidup benar di hadapan-Nya. Tapi jika tidak, Bait Suci itu akan menjadi reruntuhan. Salomo juga membangun beberapa benteng pertahanan, tiga kali setahun mempersembahkan korban di Bait Suci, membuat kapal-kapal dan memperoleh emas dari Ofir sebanyak 420 talenta emas (420 x 34 kg!). Jadi Salomo memiliki berkat rohani (relasi yang sangat intim dengan Tuhan) dan berkat jasmani (kekuatan militer dan pertahanan serta kekayaan). Keduanya dibutuhkan dalam hidup setiap orang, karena keberadaan kita terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh (1 Tesalonika 5:23). Kita tidak mungkin hanya memperoleh berkat rohani dan mengabaikan berkat jasmani, atau sebaliknya, hanya mementingkan berkat jasmani dan mengabaikan berkat rohani. Dengan demikian di akhir zaman ini kita memiliki prinsp: hidup dalam kekudusan dan kebenaran seakan-akan Tuhan akan datang sesaat lagi; namun kita bekerja keras seakan-akan Tuhan masih akan datang 1000 tahun lagi.-

 

PA – 502. Dalam 1 Raja-raja 10 Salomo mendapat kunjungan dari Ratu Syeba (Ethiopia – Afrika; disebut oleh Yesus ‘Ratu dari Selatan’ – Matius 12:42). Ketika ia melihat hikmat Salomo, rumah yang didirikannya, makanan yang disajikannya, cara pegawainya berpakaian dan melayani, dan korban bakaran yang dipersembahkannya di rumah TUHAN, ratu ini tercengang. Ia memuji TUHAN, Allah Salomo dan memberikan. 120 talenta emas, rempah-rempah, dan batu permata yang mahal-mahal. Salomo pun memberikan pemberian kepadanya. Beberapa pelajaran penting: (1) Orang yang disertai Tuhan akan diuji atau disorot oleh orang lain. Jadi kta harus sangat hati-hati dalam bersikap, bertindak, dan berkata-kata; (2) Orang yang disertai Tuhan akan membuat orang lain terkagum-kagum dan mereka pun memuji Tuhan. (3) Orang yang disertai Tuhan hidup tertib dan teratur dengan managemen (pengaturan) yang baik, tidak amburadul, baik mengenai waktu, keuangan, pekerjaan, keluarga, pelayanan, dsb.-

 

PA – 503. Dalam kemegahannya itu Raja Salomo tanpa sadar jatuh ke dalam pelanggaran terhadap ketentuan Tuhan tentang hal-hal yang dilarang untuk dilakukan oleh raja (Ulangan 17:16-17), yaitu: terlalu banyak harta (1 Raja 10:14-25), terlalu banyak kuda (1 Raja 10:26-29), dan terlalu banyak wanita (1 Raja 11:1-3). Semuanya itu membuat Salomo mulai undur dari Tuhan, terutama para wanita yang berjumlah 1000 orang. Banyak harta bisa membuat manusia ‘cinta akan uang’ (1 Tim. 6:10). Banyak kuda bisa membuat orang mengandalkan kekuatannya sendiri (Maz 20:8). Banyak wanita bisa menyeret kita ke dalam hawa nafsu dan penyembahan berhala. Dalam sejarah begitu banyak pemimpin besar jatuh dalam pelukan wanita (Samson, Julius Caesar, dll.). Oleh sebab itu waspadalah dengan semuanya itu. Kita membutuhkan harta, kuda, dan kekasih, tetapi harus tetap setia dan mengandalkan Tuhan.-

 

PA – 504. Dalam 1 Raja-raja 11 Salomo menyembah berhala-berhala: Asytoret (dewi orang Sidon), Milkom (dewa orang Amon), Kamos (dewa orang Moab), Molokh (dewa orang Amon). Hal itu mendatangkan murka Tuhan, karena Salomo tidak setia kepada Tuhan. Kerajaannya di kemudian hari akan pecah. Kalau tadinya Kerajaan Salomo aman dan tentram, kini ada ancaman musuh: Hadad dari Edom, dan Rezon dari Aram (Syria), dan Yerobeam bn Nebat yang memang telah dinubuatkan oleh nabi Aha bahwa ia akan menjadi raja atas salah satu kerajaan hasil pecahan kerajaan Salomo. Penyembahan berhala dapat diartikan menomor-sekiankan Tuhan. Ia bukan lagi di tempat yang pertama dan utama. Padahal Tuhan adalah cemburu adanya, dan penyembahan berhala melanggar perintah I dan II. Selanjutnya, hidup yang meninggalkan Tuhan pada umumnya akan mengalami banyak bencana. Allah itu adil, dan Ia tetap menjatuhkan hukuman kepada mereka yang nyata-nyata berbalik dari padanya. Oleh sebab itu jangan main-main dengan Allah.-

 

PA – 505. Dalam 1 Raja-raja 12 dkisahkan tentang Rehabeam, anak Salomo yang tidak mau mendengar nasihat para tua-tua agar bertindak bijaksana terhadap rakyat dan tidak lagi menindas mereka. Namun Rehabean justru lebih suka menerima nasihat teman sebayanya sehngga ia bermaksud semakin menindas rakyatnya. Rakyat pun memberontak di bawah pimpinan Yerobeam bin Nebat sehngga kerajaan itu pun pecah sesuai dengan firman Tuhan. Sepuluh suku di bawah pemerintahan Yerobeam dan dua suku (Yehuda dan Benyamin) di bawah pemerintahan Rehabeam. Beberapa pelajaran penting: (1) seleksi setiap masukan atau nasihat yang diberikan orang lain kepada kita; (2) jangan mengambil keputusan secara gegabah, pertimbangkan dengan sebaik-baiknya akibat dari keputusan itu; (3) jika kta telah berusaha melakukan yang terbaik, namun hasil yang diperoleh berbeda dengan harapan kita, tetaplah beryukur sebab Allah turut bekerja sesuai dengan rencana-Nya.-

 

PA – 506. Dalam 1 Raja-Raja 12:25-33, Yerobeam kuatir kalau kerajaan Israel nantinya akan kembali ke keluarga Daud karena rakyatnya beribadah di Bait Suci di Yerusalem. Kemudian berdasarkan kekuatirannya itu ia membuat dua anak lembu jantan dari emas dan mengatakan kepada rakyat bahwa itu adalah allah-allah yang telah menuntun mereka keluar dari Mesir. Satu ditempatkan d Betel (selatan) dan satu di Dan (utara). Ia juga mendirikan kuil dan mengangkat imam dari kalangan rakyat, bukan dari bani Lewi, serta menetapkan hari raya seperti di Yehuda. Bahkan ia sendiri yang naik tangga mempersembahkan korban. Yerobeam membuat umat Israel berdosa, yaitu jatuh dalam penyembahan berhala. Ketika seseorang dipercaya oleh Tuhan untuk menjabat suatu posisi penting, seharusnya ia bersyukur dan menyenangkan Tuhan dengan taat dan setia berbadah kepada-Nya, bukan malah menyakiti hati Tuhan dan menggunakan kekuasaannya untuk mengajak orang lain berdosa kepada Tuhan. Pemimpin semacam ini menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan dirinya sendiri.

 

PA. 507. Ada seorang nabi yang diutus Tuhan untuk menegur Yerobeam yang telah mendirikan mezbah berhala (1 Raja 13). Perkataan nabi itu penuh kuasa dan disertai tanda ajaib sehngga Yerobeam sempat bertobat. Namun kemudian nabi itu tidak taat kepada Tuhan sehingga Tuhan menghukumnya. Ia mati diterkam seekor singa. Karena tak ada lagi yang menegurnya, Yerobeam pun kembali menyembah berhala. Jadi: (1) pemberitaan tentang kebenaran yang bertujuan mempertobatkan orang lain selalu disertai kuasa Tuhan; (2) sang pemberita kebenaran harus senantiasa hidup dalam ketaatan, karena tuntutan Tuhan terhadapnya lebih besar dibandingkan terhadap orang ‘biasa’; (3) ketidaktaatan terhadap Tuhan – sekecil apapun – bisa berakibat fatal, yaitu ‘kematan’ dalam pelayanan, tidak ada kuasa Tuhan lagi di dalamnya; (4) jangan menunggu ada hamba Tuhan yang menegur kita baru bertobat, tetapi segeralah bertobat ketika Roh Kudus berkata di hati nurani kita.-

 

PA – 508. Dalam 1 Raja-raja 14:1-20 dikisahkan tentang anak Yerobeam yang bernama Abia sakit. Yerobeam menyuruh isterinya menemui nabi Ahia di Silo yang dulu pernah menubuatkannya bahwa ia akan menjadi raja Israel. Nabi Ahia menyampaikan pesan Tuhan bahwa karena Yerobeam telah ‘menimbulkan sakt hati Tuhan’ dan ‘membelakangi Tuhan’, maka Tuhan pun menghukum keluarga Yerobeam dari generasi ke generasi, bahkan satu kali kelak keturunannya akan punah sama sekali! Abia akhirnya mati dan dikuburkan sebab di antraa keluarga Yerobeam hanya padanyalah terdapat sesuatu yang baik di mata Tuhan! Dari kisah ini nampak jelas bahwa: pertama, jika seseorang mengeraskan hati sehngga pertobatannya hanya bersifat ‘kapok lombok’ alias kambuhan, akhirnya akan memperoleh kebinasaan. Kedua, Tuhan melihat dan membedakan orang benar di antara orang yang tidak benar. Karena hanya Abia yang hidupnya benar di hadapan Tuhan, maka hanya dialah yang lolos dari kutukan Tuhan. Ia memang tetap mati, dan tidak sembuh dari sakitnya. Tetapi itu justru penyelamatan dari Tuhan agar luput dari dosa-dosa ayahnya. Terkadang Tuhan melindungi anak-anak-Nya dari dosa dengan cara-Nya, termasuk mengambil nyawanya. Tubuhnya mati, tetapi jiwa dan rohnya terselamatkan.-

 

PA – 509. Bagaimana dengan Rehabeam, raja Yehuda? Dalam 1 Raja-raja 14:21-31, ternyata rakyat yang diperintahnya juga jatuh dalam penyembahan berhala sehingga mendukakan hati Tuhan. Ada tempat-tempat pengorbanan di ‘setiap bukt yang tinggi’ atau setiap ‘pohon yang rimbun’, juga ada praktek ‘pelacuran bakti’ dalam acara ritual mereka. Akhirnya Tuhan mengijinkan Sisak, raja Mesir, menjarah rumah Tuhan dan istana raja, termasuk perisai emas. Raja Rehabeam menggantinya dengan perisai tembaga. Juga ada peperangan sepanjang hidupnya dengan Rehabeam. Ibu Rehabeam adalah Naama, seorang perempuan Amon. Nampaknya ibunya mempengaruhi Rehabeam untuk menyembah berhala. Jadi: (1) peran seorang ibu sangat besar dalam pembentukan karakter dan kerohanian anaknya; (2) tidak ada orang yang imun dari dosa, apapun posisinya. Kita semua harus selalu berdoa dan berjaga-jaga agar tidak jatuh ke dalam pencobaan dan dosa; (3) perbuatan dosa mendatangkan hukuman Tuhan … ’emas berubah menjadi tembaga’. Kualitas hidup yang prima melorot menjadi tidak berharga.-

 

PA – 510. Rehabeam digantikan oleh Abiam (Abia), yang melakukan dosa sama seperti ayahnya, dan ada perang antara Abiam dengan Yerobeam seumur hidupnya (1 Raja 15:1-8). Namun dalam peperangan itu Abiam bersandar kepada Tuhan, sehingga Ia memberikan kemenangan besar kepadanya (2 Tawarikh 13:1-22). Hanya oleh karena Daud, kakeknya, yang hidup benar di hadapan Tuhan, maka Tuhan tetap mengijinkan Yerusalem berdiri. Artinya, Tuhan tidak mengijinkan bangsa lain menyerbu dan meruntuhkan Yerusalem pada waktu itu. Di sini ada beberapa pelajaran penting: (1) Ungkapan ‘like father like son’ sering menjadi kenyataan. Oleh sebab itu kita harus hati-hati agar tidak mewariskan kehidupan yang mendukacitakan hati Tuhan kepada generasi berikutnya (2) Sekalipun dalam satu dan dua hal Tuhan menolong kita, bukan berarti kita boleh hidup sembarangan di hadapan Tuhan. Kemenangan tetap diberikan oleh Tuhan jika kita mengandalkan Dia, dan Tuhan memegang janjiI-Nya untuk menolong orang yang berseru kepada-Nya. Namun tidak berarti Tuhan akan membiarkan dosa-dosa kita. Itu ada urusannya sendiri. Oleh sebab itu tetaplah mengandalkan Tuhan dan menyenangkan hati-Nya … dalam seluruh aspek hidup kita, bukan hanya pada hal-hal tertentu saja.-.

 

PA – 511. Abiam digantikan oleh Asa. Ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan dengan menyingkirkan pelacuran bakti dan menjauhkan segala berhala (1 Raja-raja 15:9-24). Dengan penuh keberanian ia memecat Maakha, neneknya, yang membuat patung Asyera. Ia dikuatkan dengan janji-janji Tuhan yang disampaikan oleh Azarya bn Oded, “Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!” (2 Tawarikh 15:7). Asa membangun kota-kota benteng di Yehuda dan Tuhan mengaruniakan keamanan kepadanya. Ia memperoleh kemenangan besar saat melawan Zerah, orang Etiopia (2 Tawarikh 14:12-13). Jadi: (1) dibutuhkan keberanian dan kekuatan dari Tuhan sendiri untuk membuat suatu perubahan besar ke arah yang benar; (2) saat kita bersandar kepada Tuhan, segala usaha itu tidak akan sia-sia.-

 

PA – 512. Yerobeam digantikan oleh puteranya, Nadab, yang kemudian dibunuh oleh Baesa. Baesa menjadi ‘alat Tuhan’ untuk memunahkan keluarga Yerobeam. Ia ditinggikan Tuhan ‘dari debu’ dan diangkat Tuhan menjadi raja Israel, tetapi sesudah ia menjadi raja, ia melakukan dosa-dosa seperti Yerobeam, sehingga ia dan keturunannya dikutuk oleh Tuhan (1 Raja-raja 16:1-7). Tuhanlah yang meninggikan dan merendahkan seseorang (Maz 75:8). Oleh sebab itu bagi yang belum mengalami peninggian dari Tuhan, bersabarlah. Jangan mendahului waktu Tuhan. Sedangkan bagi yang sedang ditinggikan oleh Tuhan, duduk pada posisi yang tinggi atau memegang jabatan yang penting, harus berhati-hati dalam berkata dan bertindak agar jangan sampai menyakiti hati Tuhan. Banyak yang kembali jatuh karena ia menyalahgunakan kedudukannya untuk memberontak kepada Tuhan. Ketika kita teguh berdiri, kita harus waspada, agar jangan kita jatuh (1 Korintus 10:12).-

 

PA – 513. Raja Baesa kemudian digantikan oleh Ela yang juga berbuat jahat di hadapan Tuhan dengan menyembah berhala. Tuhan ‘membangkitkan’ Zimri, pegawainya, untuk memberontak. Ketka Raja Ela bermabuk-mabukan di Ytirza, ia dibunuh oleh Zimri. Bahkan, ketika ia duduk di atas takhta, ia membunuh seluruh keluarga Baesa (1 Raja 16:8-14). Kata ‘membangkitkan’ berarti ‘Tuhan mengijinkan’ adanya orang yang menentang kita. Apa yang harus dilakukan jika ada orang yang menentang kita? (1) Mengntrospeksi diri apakah ada yang salah pada diri kita. Meminta maaflah jika memang kita salah. (2) Menyadari bahwa akan selalu ada orang yang pro dan kontra dengan kita. Jangan sedikit pun berkompromi tentang kebenaran yang berasal dari Alkitab. Tetaplah pegang teguh-teguh kebenaran itu walaupun banyak penentang. (3) Memahami bahwa kita bisa dipakai Tuhan untuk menyadarkan orang yang menentang kita, karena bisa saja kita yang benar dan mereka yang salah. Namun hal itu harus dilakukan dengan bijak dan dalam kuasa Roh Kudus, agar orang itu sadar lalu bertobat. Dia juga perlu didoakan agar Tuhan yanh menginsyafkannya. (4) Jika memang pertentangan hanya masalah sepele, bukan prinsip, tetaplah bersahabat dengan dua pendapat yang berbeda, karena bisa saling melengkapi satu sama lain.-

 

PA – 514. Zimri menggantikan Ela sebagai raja Israel. Namun rakyat yang sedang berada dalam peperangan tidak mau menerimanya. Mereka mengangkat Omri, panglima tentara, sebagai raja tandingan, dan mengepung kota Tirza, di mana Zimri berada. Zimri frustrasi dan akhirnya membakar istana dan dirinya sendiri (1 Raja 16:15-20). Apa yang menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri? (1) Karena ia putus asa tidak bisa menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. (2) Karena ia tidak memiliki sahabat setia di mana ia bisa mencurahkan isi hatinya. Semuanya ditanggung sendiri. (3) Karena ia tidak mengetahui makna kehidupan di balik kematian. Ia berpikir bahwa sesudah mati habis perkara. (4) Karena ia sangat egois dan merasa terlalu kasihan diri (self-pity). Ia tidak tahu bahwa Tuhan menciptakannya agar hidupnya bermanfaat bagi Tuhan dan sesamanya. Jadi? Hidup ini anugerah. Jadikan hidupmu berkat bagi sesama demi kemuliaan-Nya. Jangan mudah putus asa. Di dalam Tuhan selalu ada jalan keluar!

 

PA – 515. Setelah raja Zimri wafat, rakyat terbelah dua: ada yang mendukung Tibni, ada yang mendukung Omri. Karena pengikut Omri lebih kuat, maka sesudah Tibni mati, Omri menjadi raja (1 Raja 16:21-28). Omri membeli sebuah gunung dan mendirikan kota Samaria (berasal dari kata Semer, nama pemilik gunung). Kemudian Omri digantikan anaknya, Ahab. Keduanya jahat di hadapan Tuhan. Bahkan Ahab mengambil Izebel, orang Sidon, penyembah dewa Baal dan dewi Asyera, sehngga Ahab semakin berdosa kepada Tuhan. Pelajaran penting: (1) Pemimpin dalam politik didukung dan dipilih oleh manusia, pemimpin rohani dipilih oleh Tuhan; (2) Ada orang yang jahat di hadapan Tuhan hidupnya nampak ‘sukses’ dengan membeli lahan/ gunung, membeli properti, membangun rumah besar, dsb. Kita tidak boleh iri kepada mereka. Akhir hidup mereka tetap adalah kebinasaan jika mereka tidak bertobat. Kekayaan mereka tidak mampu menyelamatkan mereka dari kebinasaan. (3) Dosa yang tidak diselesaikan di hadapan Tuhan membawa seseorang semakin berdosa. Jalan hidup yang ‘menurun’ semakin curam.-

 

PA – 516. Dalam 1 Raja-raja 17 muncullah nabi Elia yang menyatakan hukuman Tuhan bahwa di Israel akan ada kekeringan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Ia sendiri disuruh Tuhan ke sungai Kerit dan dipelihara Tuhan dalam musim paceklik itu. Tuhan mengirimkan burung-burung gagak setiap pagi dan petang yang membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum air dari sungai itu. Tuhan selalu punya cara memelihara kehidupan orang yang berkenan di hati-Nya. (1) Pemeliharaan Tuhan bisa terjadi kapan saja (tidak tergantung musim-musim), dan di mana saja (tidak tergantung tempat tinggal); (2) Pemeliharaan Tuhan melampaui segala akal, bahkan mengatasi kemustahilan (bdk. 1 Korintus 2:9); (3) Pemeliharaan Tuhan pasti cukup, menyehatkan dan terjadi tepat pada waktunya saat dibutuhkan.-

 

PA – 517. Air sungai Kerit akhirnya juga mengering, namun kasih setia Tuhan kepada Elia tak pernah mengering. Tuhan melanjutkan pemeliharaan-Nya atas hamba-Nya yang setia ini melalui seorang janda miskin di Sarfat. Saking miskinnya ia hanya tinggal memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli. Elia memintanya agar dibuatkan roti baginya. Ibu janda itu mau melakukannya dengan resiko ia dan anaknya akan mati sebab tak ada makanan lagi. Namun karena ketaatan dan imannya, tepung dan minyak itu tidak habis-habis sampai masa paceklik berlalu (1 Raja 17:7-16). Mukjizat terjadi karena: Tuhan yang berdaulat mau melakukannya, janda sarfat yang rela menaati firman Tuhan, dan Elia yang setia melayani Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan bagi mereka yang percaya.-

 

PA – 518. Ketika anak janda Sarfat mati, janda ini meminta agar Nabi Elia menolongnya. Elia berdoa kepada Allah, menumpangkan tubuhnya di atas tubuh anak itu, dan anak itu pun hidup kembali (1 Raja 17:17-24). Apa tujuan Tuhan menyatakan mukjizat-Nya pada waktu itu? (1) Agar semua orang di Israel tahu bahwa Tuhan Mahakuasa, yang berkuasa atas kehidupan dan kematian; sedangkan para berhala tidak memiliki kuasa apapun. (2) Agar orang yang mengalami mukjizat, yaitu janda Sarfat dan anaknya, semakin bersandar kepada-Nya. (3) Agar hamba Tuhan yang melayani, yaitu Elia, memperoleh konfirmasi bahwa ia benar-benar adalah hamba Tuhan. Saat itu peneguhan semacam ini amat diperlukan, sebab banyak nabi palsu berkeliaran. Belum lagi nabi-nabi Baal dan Asyera, yaitu nabi-nabi berhala, yang seringkalip memalsukan mukjizat.

 

PA – 519.  Dalam 1 Raja-raja 18:1-15 dikisahkan tentang seorang pegawai Ahab yang bernama Obaja. Ia ada di lingkungan keluarga Ahab yang penyembah berhala, namun ketka Izebel, isteri Raja Ahab, melenyapkan bai-nabi Tuhan, Obaja menyelamatkan 100 orang nabi Tuhan dengan menyembunyikan mereka. Ia membagi mereka menjadi dua kelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka. Ketika Obaja berjumpa nabi Elia, ia disuruh menyampaikan kepada Raja Ahab bahwa Elia siap bertemu dengannya. Obaja enggan karena bisa saja ketika keberadaan Ela disampaikan kepada raja, ternyata kemudian Roh Tuhan mengangkat Elia. Akibatnya, bisa-bisa Obaja dibunuh. Jika itu yang terjadi, bagaimana nasib ke-100 nabi Tuhan? Elia setuju, dan akhirnya ia sendri yang menghadap raja Ahab. Beberapa pelajaran penting: (1) Obaja mewakili jemaat yang sadar bahwa ia memliki kemampuan menyediakan kebutuhan hamba-hamba Tuhan, dan bertanggung jawab atas kesejahteraan merekam (2) Obaja berani menolak permintaan pelayanan baru yang nantinya justru mengganggu pelayanan yang telah dilakukannya selama ini. Ia mau fokus pada satu bentuk pelayanan saja, dan tidak tergiur dengan banyak pelayanan tapi tidak fokus. (3) Hamba Tuhan tdak memaksa jemaat seperti Obaja untuk melayani ‘sesuai kemauannya’, tetapi menghargai pelayanan jemaat yang mau fokus. (4) Para hamba Tuhan patut bersyukur karena ada jemaat yang mau mempedulikan mereka, namun mereka tidak ‘memeras’ jemaat demi kepentingannya sendiri.

 

PA – 520. Selanjutnya, (1 Raja-raja 18:16-40, nabi Elia menantang nabi-nabi Baal untuk meminta api dari allahnya masing-masing. Nabi-nabi Baal yang berjumlah 450 orang itu tidak berhasil mendatangkan api dari langit, sekalipun mereka telah menoreh tubuh mereka dan kerasukan, karena dewa Baal adalah berhala yang ‘tuli’, ‘sibuk’, atau bahkan ‘mati’. Ketika tiba giliran Elia, ia melakukan hal-hal penting sebelum meminta api dari TUHAN, Allah Israel. (1) memperbaiki mezbah yang sudah rusak terbengkalai (menata kehidupan rohani yang sempat amburadul), (2) memotong-motong lembu korban (kehidupan yang siap diproses Tuhan), (3) menyiramkan air sekeliling mezbah guna menghindari dugaan tipuan atau rekayasa (keterbukaan – openness), (4) menaikkan doa penuh kuasa bukan untuk kepentingan diri, tetapi bagi kemuliaan Tuhan (‘dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu’). Setelah keempat hal itu dilakukan, api Tuhan turun! Kemenangan ada di pihak orang yang merindukan pemulihan atas umat-Nya. Elia manusia biasa, tetapi karena memiliki hati yang selarasa dengan hati Tuhan, mampu mendatangkan pemulihan bagi umat Tuhan yang telah jauh menyimpang. Bagaimana dengan Anda?

 

PA – 521. Setelah penyembahan berhala kepada Baal dihapuskan, Tuhan kembali memulihkan umat-Nya: kekeringan diganti dengan pencurahan hujan yang deras. Pemulihan itu terjadi melalui tahapan berikut: 1. Elia mengucapkan perkataan iman kepada raja Ahab, bahwa telah terdengar bunyi derau hujan, padahal saat itu belum ada tanda apa-apa sama sekali. 2. Elia berdoa dengan penuh kesungguhan hati dan penuh iman hingga tujuh kali. 3. Tuhan memunculkan awan setelapak tangan yang dalam sekejap kemudian berubah menjadi awan tebal dan menurunkan hujan yang lebat (1 Raja-raja 18:41-46). Perhatikan ketiga tahapan tersebut yang merupalan prinsip kekal kalau kita mau mengalami berkat Tuhan: perkataan iman yang positif, menakkan doa yang efektif, dan tidak mengabaikan hal-hal kecil seperti ‘awan setelapak tangan’. Di atas seganya, Tuhanlah yang memang berdaulat penuh menjawab doa Elia karena Ia punya kepentingan atas kehidupan seluruh umat Tuhan. Jadi, jangan hanya berdoa untuk keperluan pribadi, tapi bagi kesejahteraan seliruh bangsa juga.-

 

PA – 522. Kemenangan nabi Elia atas nabi-nabi Baal berakibat datangnya ancaman pembunuhan dari Izebel, permaisuri raja Ahab. Ancaman itu membuat nabi Elia ketakutan sehingga ia meminta Tuhan mencabut nyawanya. Namun Tuhan tidak mengabulkan permohonan nabi Elia itu, melainkan justru menguatkan dia dengan memberinya roti bakar dan kendi berisi air. Tuhan mengirimkan seorang malaikat yang menyuruh Elia makan dan minum hingga dua kali, sehingga nabi Elia mampu berjalan 40 hari 40 malam hingga ke gunung Tuhan, yaitu Horeb (1 Raja 19:1-8). Doa Elia yang meminta mati jelas tidak dikabulkan Tuhan. Mengapa? (1) Itu adalah doa dalam kondisi abnormal, yaitu dalam ketakutan karena ancaman Izebel. (2) Itu doa yang isinya mengarah kepada kematian, padahal Tuhan menginginkan kehidupan. Kematian tentu akan dengan sendirinya datang, jika memang sudah waktunya. Tak perlu diminta! (3) Tugas Elia belum selesai sebab ia belum mempersiapkan pengganti yang akan melanjutkan perjalanannya. (4) Tuhan telah menetapkan ‘cara mati’ Elia,  yaitu dengan membawanya hidup-hidup ke sorga. Cara Tuhan lebih indah dibandingkan cara Elia.-

 

PA. 523. Dalam 1 Raja-raja 19:9-18 Allah menyatakan diri-Nya kepada Elia di Gunung Horeb. Ketika Tuhan bertanya “Apakah kerjamu di sin, Elia?” Elia menjawab bahwa ia telah bekerja sangat giat bagi Tuhan dalam memulhkan umat-Nya. Ia juga berkata bahwa nabi-nabi yang lain sudah mati dibunuh, tinggal dia seorang diri saja. Dua kali Tuhan bertanya, dan Elia memberikan jawaban yang sama. Tuhan menyatakan diri kepada Elia bukan dalam angin badai, atau gempa yang dahsyat, atau api yang berkobar-kobar, melainkan saat angn sepoi-sepoi basa. Tuhan kemudian menugaskan Elia untuk mengurapi 2 orang raja dan Elisa untuk menggantikan Elia. Jadi: (1) Jangan merasa diri paling giat dalam melayani Tuhan, melainkan harus merasa masih kurang dalam melayani Tuhan; (2) Jangan merasa hanya seorang diri yang ‘menderita’ bagi Tuhan. Masih banyak orang yang juga ‘menderita’ bagi Tuhan; (3) Jangan mengharapkan kehadiran Tuhan dengan cara dan anggapan kita, biarlah Tuhan hadir dengan cara-Nya … dimana saja, kapan saja, dengan cara apa saja.-

PA – 524. Tuhan sendiri yang menetapkan orang yang akan menggantikan Elia, yaitu Elisa. Inilah respons Elisa saat ditemui oleh Elia (1 Raja-raja 19:19-21).: (1) Elisa sedang bekerja keras. Allah hanya mau memakai orang yang rajin bekerja, bukan pemalas. (2) Elisa peka terhadap panggilan Tuhan, di mana saat Elia melemparkan jubahnya kepadanya, ia meninggalkan semuanya. Jangan mengeraskan hati jika Tuhan memanggil kita untuk melayani Dia. (3) Elisa meminta ijin berpamitan dengan orang tuanya, dan Elia mengijinkannya serta mengingatkan tentang panggilan itu. Mengapa? Karena saat berpamitan, pikiran dan hati bisa berubah mengingat godaan warisan orang tua yang sudah menunggu, atau munculnya rasa cinta kepada orang tua yang melebihi rasa cinta kepada Tuhan. Namun Elisa tetap mantap sekalipun harus kehilangan semua warisan itu. (4) Elisa menyembelih pasangan lembu dan memasak dagingnya dengan kayu bajak yang dijadikan kayu bakarnya. Ini tindakan yang sangat radikal, yaitu ‘memutuskan jembatan’ agar tidak bisa berbalik lagi, ‘no point of return’. (5) Elisa siap menjalani proses ‘penghambaan’: dari anak pengusaha kaya menjadi pelayan Elia. Orang yang dipakai Tuhan pada umumnya memiliki kerendahan hati untuk melayani sebagai hamba.-

PA -525. Bendahad, raja Aram bersama dengan 32 orang raja membawa pasukan yang besar jumlahnya mengepung Kota Samaria. Dalam keadaan terjepit, Tuhan berfirman kepada raja Ahab melalui seorang nabi bahwa Ia akan menolong umat-Nya dengan perantaraan orang-orang muda pengiring kepala-kepala daerah, yang berjumlah 232 orang yang memmpin 7.000 prajurit. Tuhan menggenapi janji-Nya: orang Israel memperoleh kemenangan besar (1 Raja-raja 20:1-22)! Jangan pernah mengabaikan kemampuan orang muda! Keberadaan orang-orang muda perlu dihargai, dilengkapi, dan diberi kesempatan terlibat dalam proyek Tuhan. Jika tidak, mereka akan dimanfaatkan dan dirusak oleh Iblis melalui narkoba, kekerasan, free sex, dan sebagainya! Memang mereka belum banyak pengalaman, namun jika terus didampingi dan diarahkan, mereka dapat menghasilkan karya besar yang luar biasa. Jika Anda adalah orang muda, tangkap setiap peluang untuk ikut serta dalam proyek Tuhan bagi kesejahteraan bangsa dan seluruh umat manusia, jangan hanya menjadi penonton. Jangan pula hanya menunggu kesempatan, tetapi ciptakan kesempatan, sebab bersama Tuhan Anda akan memperoleh hasil yang luar biasa!

PA – 526. Pegawai-pegawai Benhadad, raja Aram, menganggap bahwa TUHAN, Allah Israel, adalah ‘allah gunung’, sehingga kalau berperang di pegunungan, pasti orang Israel akan menang. Jadi mereka mengusulkan agar menyerbu kembali tapi di dataran, sehingga ada kemungkinan besar orang Israel akan kalah. Nyatanya tidak demikian! TUHAN, Allah Israel, adalah Allah yang Esa dan Mahahadir, bukan hanya sekedar ‘allah gunung’, ‘allah dataran’, ‘allah dapur’, ‘allah laut’, dan sebagainya. Ia adalah TUHAN, Allah semesta alam. Itulah sebabnya umat Tuhan tetap mengalami kemenangan besar sekalipun berperang di dataran (1 Raja-raja 20:23-43). Berarti Allah kita tidak sama dengan dewa-dewa berhala yang dipercaya hanya sebagai ‘allah special’ di satu tempat/lokasi, atau ‘allah khusus’ untuk kegiatan tertentu. Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa. Percayakan diri Anda kepada-Nya. Ia sanggup menolong Anda … kapan pun, di mana pun, dan dalam masalah apa pun juga!

PA – 527. Tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin yang bisa mengayomi dan menjadi berkat bagi orang-orang yang dipimpinnya. Sebagian besar pemimpin malah menekan, menindas, dan memanfaatkan mereka. Contohnya adalah Raja Ahab. Ia menginginkan kebun anggur Nabot. Namun ketika Nabot tidak merelakannya walaupun ada imbalan ‘tukar guling’, Ahab marah. Izebel, sang permaisuri yang jahat itulah yang kemudian menggerakkan saksi palsu sehngga Nabot didakwa menghujat Tuhan dan raja. Nabot dihukum mati dan Ahab bisa memperoleh kebun anggur Nabot (1 Raja-raja 21:1-16). Jika kita di posisi Nabot, jangan pernah kompromi dengan orang fasik! Jangan mudah menyerahkan hal-hal yang berharga dalam hidup ini, termasuk iman, kejujuran, kekudusan kita hanya demi kesenangan dunia sesaat. Tetaplah mempertahankannya, sekalipun kematian menghadang. Jika kita di posisi Ahab, jangan berbuat semena-mena terhadap orang kecil, sebab Tuhanlah yang akan menjadi Pembela mereka. Urusannya menjadi sangat serius, yaitu berhadapan dengan Tuhan sendiri. Jangan taak dan loba. Jangan menekan dan menindas. Jadilah pemimpin yang memberkati anak buah!

PA – 528. Tindakan Raja Ahab mengambil paksa kebun anggur Nabot dan membunuh orang benar itu dengan menggunakan saksi palsu, mendatangkan murka Tuhan atas Ahab, Izebel, dan seluruh keturunannya. Keturunannya yang mati di kota akan dimakan anjing, dan yang mati di padang akan dimakan burung. Sungguh sebuah hukuman yang amat mengerikan (1 Raja-raja 21:17-29). Kita sama sekali tidak boleh menggunakan prinsip “tujuan menghalalkan segala cara”, sebab bukan hanya tujuan yang harus benar, cara memperolehnya juga harus benar. Alkitab memberikan banyak contoh orang yang berprinsip seperti itu, akhirnya hidupnya mengenaskan. Jika kita menginginkan sesuatu, kita dapat membawanya dalam doa, tetapi tidak berdasarkan hawa nafsu melainkan kebutuhan hidup (Yak. 4:2). Apabila doa kita belum dijawab Tuhan, mungkin karena waktunya yang kurang tepat. Atau, jika tidak dijawab sesuai keinginan kita, itu karena Tuhan punya sesuatu yang lebih baik bagi kita. Keinginan hati harus disertai dengan kebenaran. Jika tidak, kita akan iri hati, atau bertengkar dan merebut milik orang lain. Jadi, bersyukurlah dengan apa yang ada, dan nantikan jawaban Tuhan atas pergumulan doa kita!

PA – 529. Ketika Ahab, raja Isael dan Yosafat, raja Yehuda berniat merebut Ramot-Gilead dari pendudukan orang Aram, Yosafat mengusulkan agar bertanya dulu apa kata firman Tuhan. Ada kira-kira 400 oang nabi yang berkata agar Ahab maju berperang, padahal mereka kerasukan roh dusta. Hanya Mkha bn Yimla, seorang nabi sejati yang menyatakan bahwa jika raja Ahab maju berperang, ia akan mengalami kekalahan besar. Mikha ditampar oleh Zedekia bin Kenaana, salah seorang dari nabi-nabi palsu itu, bahkan Mikha dipenjarakan dengan konsumsi yang sangat minim, sebab ucapannya ‘berbeda’ dengan ke-400 nabi palsu itu. Akhirnya ucapan Mikhalah yang benar: sekalipun menyamar, Ahab mati terkena panah yang dilepaskan sembarangan (1 Raja 22:1-40). Untuk hidup sebagai orang benar atau orang jujur tidak mudah, selalu jumlahnya sedikit (minoritas) dan dimusuhi oleh banyak orang. Namun jika kita tetap berani tampil beda, akhirnya dunia tahu bahwa Tuhan di pihak kita. Mana yang kita pilih: ikut arus dunia ini atau berani tampil beda?

PA – 530. Kitab 1 Raja-raja diakhiri dengan kisah raja Yosafat (dari Kerajaan Yehuda) yang hidup benar di hadapan Tuhan, dan raja Ahazia (anak Ahab, raja Israel), yang hidup berdosa di hadapan Tuhan. Raja Yosafat membuat armada kapal untuk pergi mengambil emas di Ofir, tetapi batal, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber. Ahazia ingn membantu Yosafat, tetapi ditolaknya (1 Raja-raja 22:41-54). Ketika orang benar mengalami masalah dalam hidup ini, kadang-kadang ada tawaran bantuan dari orang-orang berdosa. Kita harus benar-benar mempertimbangkan bantuan itu, apakah patut diterima atau ditolak. Jangan hanya berorientasi pada keuntungan atau pada rasa sungkan, melainkan harus berdasarkan pimpinan Roh Tuhan. Adakalanya kita bisa bekerjasama dengan semua orang, tapi ada kalanya juga kita bekerja sendiri, tanpa bantuan mereka. Ketika umat Tuhan bersekutu dengan orang Mesir yang kuda-kudanya sangat kuat saat menghadapi orang Asyur, mereka justru kalah (Yes. 31:1-3). Namun ketika hanya disertai Tuhan, orang Israel justru mengalami kemenangan. “… Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (Yes. 30:11).-

PA – 531. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab 2 Raja-raja, yang merupakan kitab sejarah kelanjutan dari Kitab 1 Raja-raja. Diawali dengan kisah raja Ahazia, anak Ahab, yang jatuh sakit karena jatuh (pasal 1). Ia menyuruh orang untuk menanyakan kepada dewa berhala, yaitu Baal-zebub, apakah ia akan tetap hidup atau mati. Namun justru nabi Elialah yang memberitahukan bahwa Ahazia akan mati karema penyakitnya itu. Ketika Ahazia mendengar hal itu ia menyuruh seorang perwira beserta 50 orang anak buahnya untuk membawa Elia menghadap raja. Namun perwira ini bersikap congkak dan tidak sopan terhadap nabi Elia, sehingga ia dan anak buahnya dibakar habis dengan api dari langit. Hal yang sama terjadi dengan rombongan kedua. Tetapi perwra ketiga tidak mau meniru kedua pendahulunya. Ia bijaksana dengan bersikap rendah hati. Ia dan anak buahnya selamat! Elia mau pergi bersama perwira itu menghadap raja, karena Tuhan menjamin keamanannya. Ia menegur Ahazia. Akhirnya Ahazia mati sesuai dengan firman Tuhan. Mari kita meneladani sikap perwira ketiga yang dengan penuh bijaksana itu: jika kita ingin dihormati orang lain, kita harus terlebih dahulu menghormati orang lain. Ini disebut dengan “Golden Rule” (Kaidah Emas) yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikan juga kepada mereka. …” (Matius 7:12).-

PA – 532. Menjelang Elia diangkat ke srga hidup-hidup, Elisa terus mengikutinya: dari Gilgal ke Betel, lalu ke Yerkho, lalu menyeberang sunga Yordan. Ada rombongan nabi yang tahu bahwa Elia akan terangkat ke sorga, tapi mereka tidak mau mengikutinya. Hanya Elisa! Melihat kesetiaan Elisa, Elia bertanya apa yang menjadi keinginannya. Elisa berkata agar ia dapat memperoleh dua bagian roh Elia. Artinya, ia rindu dipenuhi Roh Tuhan dua kali lipat agar pelayanannya menjadi lebih efektif. Kerinduan Elisa terkabul. Saat Elia terangkat ke sorga, Elisa menyaksikan- nya, dan ia pun memperoleh kuasa Tuhan itu (2 Raja-raja 2:1-18). Jadi, untuk memperoleh sesuatu yang amat berharga, ada harga yang harus dibayar. Sementara orang lain enggan, kita harus mau berbeda. Umumnya, orang yang mau membayar harga jumlahnya sedikit. Itu sama seperti apa yang Yesus sendiri katakan bahwa banyak yang dipanggil, sedikit yang diplih (Matius 22:14). Di kelompok manakah Anda berada?

PA – 533. Sesudah Elisa memperoleh jubah Elia yang telah terjatuh, ia mengoyakkan pakaiannya sendiri. Ia kemudian menguji kuasa Allah yang dirindukannya dengan memukulkan jubah itu ke Sungai Yordan sambil berseru, “Di manakah TUHAN, Allah Elia?” Sungai Yordan pun terbelah dua, sehingga ia bisa menyeberang (2 Raja-raja 2:12-14). Beberapa pelajaran penting: (1) Hal yang baru harus disambut dengan ‘mindset’ yang baru. Anggur baru harus ditampung dalam kirbat baru. Yang lama harus ‘dikoyak- kan’ agar yang baru bisa digunakan! (2) Kuasa Tuhan nyata saat kita bertindak. Kuasa Tuhan bersifat ‘inherent’, dampaknya baru muncul jika digunakan bagi kemuliaan-Nya. Dibutuhkan rasa ‘percaya-Allah-dalam-diri’ agar kita bisa melakukan perkara besar. (3) Perlunya pertanyaan tambahan selain “Di manakah Allahnya Elia?” yaitu “Di manakah Elianya Allah”. Jadi Allah sedang mencari orang-orang yang siap dilengkapi dan dipakai Allah!

PA – 534. Rombongan nabi yang di Yerikho tahu bahwa roh Elia sudah hinggap pada Elisa. Mereka bermaksud mencari jazad Elia, sebab jangan-jangan Allah mengangkat Elia tinggi-tinggi kemudian kemudian menjatuhannya ke bumi. Elisa berkata bahwa mereka tak akan menemukannya. Namun mereka tidak mau mendengarkan Elisa. Mereka tetap mencari mayat Elia. Hasilnya … nihil (2 Raja-aja 2:15-18). Jadi: (1) Orang lain akan tahu jika kita penuh dengan Roh Kudus, yaitu melalui karya dan karakter kita. Hal itu tak bisa disembunyikan. Orang yang penuh Roh Kudus akan menghasilkan karya yang bermanfaat bagi banyak orang dan menunjukkan karakter yang baik. (2) Jangan pernah berpikir negatif tentang Allah. Ia tidak pernah merancangkan kejahatan sedikit pun bagi kita melainkan justru masa depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). (3) Belajarlah mendengar dan mennaati nasihat hamba Tuhan yang baik, yang berdasarkan firman Tuhan. Jangan bertndak semau-maunya. Ketaatan akan membuat apa yang kita lakukan tidak sia-sia.-

PA – 535. Di kota Yerikho – kota tertua di muka bumi ini – airnya tidak sehat karena bisa menyebabkan kematian dan keguguran bayi. Oleh kuasa Tuhan, Elisa menyehatkan air di Yerikho itu dengan membubuhkan garam di mata airnya. Di Betel – yang artinya ‘Rumah Allah – Elisa justru diolok oleh anak-anak yang berkata, “Botak, botak!” Maka Elisa pun mengutuk mereka sehingga ada 42 anak yang mati dicabik-cabik dua ekor beruang (2 Raja-raja 2:19-25). Dari dua peristiwa itu ada beberapa pelajaran penting: (1) Garam merupakan simbol kehidupan Kristen yang berdampak menyehatkan. Jika ia tidak berfungsi dengan baik, malah menjadi ‘batu sandungan’, pasti akan terjadi ‘kematian dan keguguran bayi’, di mana tidak akan ada orang yang mau menerima Kristus dalam kehidupan mereka. Tidak ada ‘bayi-bayi Kristen’ atau petobat baru. (2) Seharusnya anak-anak dari ‘Rumah Allah’ bisa menghargai dan bersikap hormat kepada hamba-hamba Allah, yang sama artinya dengan menghina Tuhan sendiri. Jika mereka tidak dididik dengan baik untuk belajaar menghargai perkara rohani (suka berdoa dan belajar firman Tuhan, tidak main ‘game’ saat ibadah, menolong mereka yang membutuhkan, dsb.), mereka tidak akan punya masa depan yang baik.-

PA – 536. Dalam 2 Raja-eaja 4:1-7 ada kisah tentang minyak seorang janda. (1) Ia terbuka menyatakan masalah beat yang dihadapinya, yaitu bertumpuknya hutang sehingga kedua anaknya nyaris diambil oleh penagih hutang. (2) Ia datang ke alamat yang tepat untuk mencari solusi, yaitu datang kepada nabi Elisa, seorang hamba Tuhan yang diurapi Tuhan. Ia tidak datang ke paranormal atau tempat pertolongan lainnya. (3) Ia diingatkan Elisa agar jangan menganggap remeh hal yang kecil, yaitu hanya punya sebuah buli-buli berisi minyak. Tuhan seringkali membuat sesuatu yang besar dari hal-hal kecil yang kita miliki. (4) Ia menaati nasihet Elisa dan rela untuk tdak menjaga gengsi dengan meminta botol-botol kecil dalam jumlah yang cukup ke tetangganya-tetangganya. (5) Ia memliki keluarga yang kompak dalam menyelesaikan masalah. Ia melibatkan kedua anaknya dalam menuang minyak ke botol-botol itu hingga semuanya penuh. (6) Ia kembali memberitahu kepada Elisa bahwa mukjizat telah terjadi. Ia bisa melunasi hutang-hutang- nya, bahkan berlebih untuk menghidupi keluarganya selama beberapa waktu lamanya. Teladani perempuan janda ini agar kita juga dapat memperoleh solusi atas masalah kita.-

PA – 537. Dalam 2 Raja-raja 5 ada kisah tentang Naaman, seorang panglima kerajaan Aram (Syria) yang berpenyakit kusta. (1) Ia mau mendengarkan masukan dari budak perempuannya untuk pergi ke Israel, menjumpai Nabi Elisa. (2) Ia marah ketika Nabi Elisa tidak menemuinya, melainkan hanya menyuruh bujangnya. (3) Ia juga semula tidak bersedia kalau harus masuk ke Sungai Yarden yang dianggapnya kotor sebanyak 7 kali. Namun karena didesak bawahannya, akhirnya Naaman menaati nasihat Nabi Elisa dan ia memperoleh kesembuhan. Mukjizat kesembuhan tidak akan dialami seseorang jika ia tidak mau rendah hati untuk menerima cara Tuhan. Banyak orang ingin keluar dari masalah yang dihadapinya, tetapi dengan caranya, bukan cara Tuhan. Ia ingin ‘mengatur’ Tuhan. Ia lupa bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat, bukan ‘tukang’ yang bisa kita perintah. Cara Tuhan justru lebih sederhana dari cara manusia. Cara Tuhan menuntut ketaatan, cara menuntut bayaran. Cara Tuhan membuat kita rendah hati, caa manusia membuat kita tingg hati.

PA – 538. Sebelum mukjizat kesembuhan Naaman dari kustanya, nabi Elisa dipakai Tuhan menyatakan kuasa-Nya kepada sebuah keluarga di Sunem. (1) Keluarga ini kaya dan mau melayani nabi Elisa dengan memberi makan dan tumpangan. (2) Tuhan mengaruniakan anak kepada keluaga ini yang sudah lama merindukan kelahiran seorang anak. (3) Setelah anak itu besar, mengalami sakit dan meninggal. Tuhan membangkitkannya kembali (2 Raja-raja 4:8-37). Kisah ini membuktikan bahwa ketika kita mau melayani Tuhan dengan melayani hamba-hamba Tuhan, Tuhan tak pernah berhutang. Ia akan memberkati dengan limpahnya. Di samping itu, pelayanan dan pengorbanan yang kita lakukan bagi Tuhan dan sesama tidak akan menjadi sia-sia (1 Korintus 15:58).-

PA – 539. Ada dua mukjizat lagi yang Elisa lakukan setelah dengan kuasa Tuhan membangkitkan seorang anak di Sunem. Kedua mukjzat itu adalah: (1) menyehatkan sayur dalam kuali. Saat itu terjadi bencana kelaparan dan ada salah seorang dari rombongan nabi yang mengambil tanaman sayuran yang tidak dikenal. Saat dimasak dan dimakan bersama, mereka menderita ‘keracunan’. Elisa menyuruh menaruh tepung dalam kuali, dan akhirnya bisa dimakan. (2) Elias memberi makan seratus orang hanya dengan 20 roti jelai dan gandum baru dalam sebuah kantong. Bahkan masih ada sisanya. (2 Raja-raja 4:38-44). Kedua mukjizat tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya terletak pada urusan makanan, yaitu kebutuhan primer manusia sehari-hari. Perbedaan- nya: yang pertama perlu ada tindakan dari pihak Elisa dengan ‘menaruh tepung’, sedangkan yang kedua tanpa ada tindakan apapun. Tujuan Tuhan dengan menyatakan mukjizat-Nya adalah: (a) agar umat Tuhan percaya akan kemahakuasaaan-Nya dan tidak hidup lagi dalam kekuatiran, dan (b) memberitakan kasih dan kuasa Tuhan kepada orang lain, sehingga mereka pun percaya kepada-Nya.-

PA – 540. Dalam 2 Raja-raja 6:1-7 ada mukjizat yang ‘melawan’ hukum alam. Saat orang-orang menebang pohon untuk memperluas tempat tinggal sejumlah nabi, ada sebuah mata kapak yang jatuh ke sungai Yordan. Padahal kapak itu adalah barang pinjaman. Kemudian Elisa memotong sepotong kayu lalu dilemparkannya ke air tempat mata kapak itu jatuh, maka timbullah kapak itu. Dalam kisah ini ada beberapa hal penting: (1) Perluasan tempat kediaman atau tempat usaha atau pengembangan pelayanan disukai oleh Tuhan (Yesaya 54:2-3). (2) Jika fasilitas pengembangan belum semuanya tersedia, boleh meminjam dari tempat lain. Namun harus digunakan dengan sebaik-baiknya, dan dikembalikan sesudah selesai digunakan. Tuhan Yesus pun pernah meminjam seekor keledai saat akan masuk kota Yerusalem. (3) Jika mau dijelaskan dengan cara fisika: Sebuah benda yang berat seperti mata kapak pasti tenggelam di air. Ia akan mengapung jika massa jenisnya dibuat lebih kecil dari air. Atau, ada magnit yang menarik kapak itu. Nampaknya, ‘kayu’ yang dilemparkan Elisa mempunyai daya magnit yang kuat sehingga mampu menarik keluar mata kapak dari dasar sungai. Secara rohani: mukjizat yang terjadi tidak melawan hukum alam, melainkan ‘melampaui’ hukum alam.-

PA – 541. Ketika raja Aram bermaksud menyerang Israel, apapun strateginya bisa ‘dibaca’ oleh Elisa, karena Tuhan memberitahukan kepadanya. Akibatnya strategi itu selalu bisa diatasi oleh raja Israel. Raja Aram bermaksud menangkap Elisa yang dipandang sebagai ‘pembocor rahasia’ dan mengepungnya di kota Dotan. Hamba Elisa sangat ketakutan melihat tentara Aram mengepung kota itu, tetapi Elisa begitu tenang. Elisa berdoa agar mata bujangnya ‘dicelikkan’ agar mampu melihat bahwa sebenarnya ada tentara sorga dengan kereta berapi siap melindungi mereka. Akhirnya tentara Aram dibutakan matanya, lalu digiring ke kota Samaria, ke istana raja. Sesampai di sana Elisa menyuruh agar mereka diberi makan sepuasnya lalu disuruh pulang. Sejak saat itu tak ada gangguan lagi dari orang Aram (2 Raja 6:8-23). Jadi: (1) Tuhan bisa memberi- tahu kepada kita sesuatu yang masih merupakan rahasia (1 Kor. 2:9-10). (2) Tuhan selalu melindungi dan menyertai kita dengan mengutus tentara sorga dalam jumlah besar sehingga kita tak perlu takut lagi (1 Yoh. 4:4). (3) Balaslah kejahatan dengan kebaikan, agar mereka malu dan tidak mengganggu lagi (Roma 12:21).-

PA – 542. Ketika ibukota Kerajaan Israel, yaitu Samaria, dikepung musuh, terjadi kelaparan sehingga ada orang yang makan anaknya sendiri (kanibal). Raja menemui Elisa dan menyatakan bahwa penyebab bencana itu adalah Tuhan. Sekalipun tuduhan itu jelas salah, tetapi Elisa tetap mau menolong orang Israel keluar dari masalah. Ia berkata bahwa besok pagi akan ada mukjizat makanan berlimpah, namun ajudan raja tidak percaya, sehingga ketika mukjizat itu terjadi, ia tidak menikmatinya, bahkan mati terinjak-injak banyak orang yang berebut makanan. Dari mana kelimpahan makanan itu berasal? Dari perbekalan musuh. Tuhan bekerja dengan cara menimbulkan suara kereta dan pasukan berkuda sehingga tentara musuh ketakutan dan lari terbirit-brit meninggalkan kemah dan perbekalan mereka (2 Raja-raja 6:24-7:20). Jika Tuhan mau menolong umat-Nya tak ada yang sukar bagi-Nya. Dengan cara ajaib Ia bertindak, dan masalah umat-Nya pun terselesaikan! Masihkah Anda meragu- kan kuasa-Nya untuk menolong Anda?

PA – 543. Dalam peristiwa tersedianya makanan berlimpah bagi umat Tuhan dalam 2 Raja-raja 6:24-7:20 tidak terlepas dari peran 4 orang kusta yang saat itu berada di luar gerbang kota Samaria. Mereka menghadapi tiga opsi sulit untuk mengambil keputusan berkenaan dengan hidup-mati mereka: (1) Tetap tinggal di tempat mereka tanpa melakukan sesuatu apapun dengan resiko … mati mengenaskan dalam kelaparan; atau (2) Masuk ke dalam kota Samaria dan tinggal bersama penduduk kota yang juga dalam kelaparan dengan resiko yang sama … mati mengenaskan dalam kelaparan; atau (3) Memasuki wilayah perkemahan tentara musuh dengan resiko … mati mengenaskan dalam kelaparan atau tetap hidup. Jadi masih fifty-fifty. Opsi ketigalah yang kemudian mereka pilih. Hasilnya? Mereka mendapati seluruh perkemahan musuh kosong ditinggal tentara Aram, sehingga mereka bisa menikmati banyak makanan dan memperoleh harta benda. Lalu? Mereka merasa bersalah jika hal itu mereka nikmati sendiri. Mereka memberitahukan kepada seluruh penduduk kota Samaria tentang kabar baik itu, sehingga banyak orang ikut menikmati berkat Tuhan dan tidak mati kelaparan. Ambillah keputusan dengan benar dan jadilah berkat bagi sesama!

PA – 544. Dalam 2 Raja-raja 8:1-6 kembali Elisa menemui perempuan Sunem yang anaknya pernah dibangkitkan dari kematian, agar ia pergi bersama keluarganya ke tempat lain sebab akan ada kelaparan selama 7 tahun. Mereka pergi ‘mengungsi’ ke daerah orang Filistin, dan setelah 7 tahun kembali ke Israel. Namun rumah dan ladangnya ternyata telah diambli alih pihak lain, sehingga ia bermaksud mengadukannya kepada raja. Tepat pada saat itu Gehazi, bujang Elisa, sedang menceritakan mukjizat kebangkitan si anak. Ketika raja diberitahu bahwa dialah ibu si anak yang dibangkitkan, raja berkenan mengembalikan segala milik perempuan 4unem tersebut. Kisah ini mengajarkan tentang ketaatan kepada firman Tuhan: (1) Ketaatan menolong kita terlepas dari bencana. (2) Ketaatan harus tuntas, tidak hanya sebagian. (3) Kadang- kadang dalam ketaatan kita ‘kehilangan’ sesuatu dalam hidup ini. Namun pada waktunya kita akan memperolehnya kembali.-

PA – 545. Dalam 2 Raja-raja 8:7-15 Elisa didatangi Hazael, utusan Benhadad, raja Aram, untuk menanyakan apakah Benhadad akan sembuh atau tidak. Elisa bernubuat bahwa Benhadad akan sembuh tetapi akan mati dibunuh. Elisa juga berkata bahwa Hazael akan menjad raja menggantikan Benhadad. Bahkan saat nanti Hazael menjadi raja, ia akan menyerbu ke Israel dan mendatangkan banyak penderitaan bagi umat Tuhan. Semula Hazael cukup rendah hati dengan berkata bahwa dirinya adalah orang hna dina, bagaikan seekor anjng, sehingga tidak mungkin ia menjadi raja. Namun kemudian ia memiliki ambisi besar dan membunuh Benhadad sehingga akhirnya ia menjadi raja sesuai nubuatan Elisa. Pelajaran penting: dalam kehidupan kita ada destiny atau ketetapan dan rencana Tuhan yang telah ditentukan sejak sebelum dunia dijadikan. Tetapi dalam mencapai destiny itu jangan sekali-kali menggunakan cara-cara kedagingan atau rekayasa duniawi, karena apa yang ditabur nantinya akan dituai. Menabur kedagingan menuai kematian, menabur yang rohani menuai kehidupan (Galatia 6:8). Tunggu waktu Tuhan saat Ia mempromosikan kita. Segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11).-

PA – 546. Kebenaran selalu menang! Pernyataan ini memberi pengharapan kepada kita bahwa terang itu berkuasa atas kegelapan. Salah satu buktinya adalah kisah dalam 2 Raja-raja 11:1-20, di mana Atalya, cucu Omri, membunuh semua keturunan Ahazia, raja Yehuda. Namun, Tuhan memakai seorang ibu, Yoseba (isteri Imam Besar Yoyada), yang penuh keberanian menyembunyikan dan menyelamatkan salah seorang anak raja, yaitu Yoas. Selanjutnya ketika Yoas berusia 7 tahun, ia diangkat sebagai raja Yehuda, di bawah bimbingan Imam Yoyada. Atalya dibunuh oleh pasukan yang dipersenjatai Imam Yoyada, mezbah dan patung Baal dihancurkan, Matan (imam Baal) juga dibunuh, sehingga negeri itu bersih dari orang-orang dursila dan dari Baalisme. Tuhan senang dan mendukung penuh setiap upaya pemulihan. Tantangannya memang besar, tetapi hal itu harus dilakukan, agar penyertaan Tuhan kembali nyata!

PA – 547. Sepanjang hidup Imam Besar Yoyada, Raja Yoas menaati firman Tuhan dan melakukan pembaharuan atas rumah Tuhan. Ia memiliki ide menempatkan kotak persembahan di Bait Suci, sehingga umat Tuhan yang mau beribadah dapat memberikan persembahan syukurnya. Uang itu digunakan untuk perbaikan dan perawatan Bait Suci. Sedangkan untuk kesejahteraan para imam diambilkan dari uang korban penebus salah dan uang korban penghapus dosa (2 Raja-raja12:1-21). Sayangnya setelah imam Yoyada mati, Yoas lebih menuruti keinginan rakyat yang datang menyembahnya. Mereka meninggalkan Tuhan. Sekalipun sudah ada nabi-nabi yang diutus mengingatkan mereka tetapi tidak didengar. Akhirnya Tuhan menghukum umat-Nya dengan membiarkan tentara Aram menyerbu ke Yehuda, dan Yoas dibunuh di atas tempat tidurnya (2 Tawarikh 24:13-27). Mari kita setia kepada Tuhan dari awal sampai akhir. Jangan putus di tengah jalan! Mahkota kehidupan telah menanti bagi yang setia sampai mati (Wahyu 2:10b).-

PA – 548. Saat nabi Elisa sakit menjelang kematiannya, raja Israel yaitu Yoas menengoknya. Raja Yoas disuruh Elisa melakukan dua tindakan profetik: melepaskan anak panah dan memukulkan anak-anak panah lainnya ke tanah. Tindakan pertama dilakukannya sebagai simbol anak panah kemenangan yang akan diraihnya saat ia melawan raja Aram. Namun ketika ia memukulkan anak panah ke tanah, ia hanya memukulkan tiga kali, seharusnya lebih banyak dari itu. Akibatnya ia hanya tiga kali memperoleh kemenangan atas Aram (2 RaJa-raja 13:14-19). Pelajaran pentng: pertama, tindakan profetik juga masih boleh kita lakukan pada masa kini: misalnya, mengangkat tangan saat menyembah Tuhan sebagai tanda menyerahkan diri kepada Tuhan, atau menghentakkan kaki tanda menghancurkan kuasa Iblis. Tetapi tindakan profetik tidak akan ada berdampak apa-apa jika tidak didasari iman yang kuat dan hati yang bersungguh-sungguh. Kedua, jangan tanggung-tanggung ketika melakukan sesuatu. Jika ada kesempatan dari Tuhan untuk mengoptimalkan kemampuan yang Tuhan berkan, lakukan hingga tuntas. Maka dampaknya pun akan lebih luas!

PA – 549. Banyak orang berpendapat bahwa segala karya kita akan berkahir ketika kita mati. Namun tidak demikian halnya dengan karya orang-orang percaya yang hidupnya diserahkan kepada Tuhan sepenuhnya. Contohnya adalah Nabi Elisa. Sekalipun ia telah mati, namun tulang-tulangnya bisa membuat mayat seseorang hidup kembali. Karya Elisa tidak berakhir saat ia mati, namun masih terus berlanjut (2 Raja-raja 13:20-21). Penerapan prinsip ini bagi kita sekarang adalah sbb.: (1) buatlah tulisan tentang proses kehidupan yang kita jalani bersama Tuhan, atau tentang prinsip-prinsip hidup yang benar, lalu terbitkan (cetak atau online di blog internet), agar sesudah kita mati, orang yang membacanya dibangkitkan semangatnya. (2) Saat kita masih hidup jadilah teladan yang baik dan berbuatlah baik dengan dasar kasih bagi keluarga dan orang-orang lain di sekitar Anda. Niscaya ketika kita mati keteladanan dan perbuatan baik kita dapat terus dikenang dan menjadi inspirasi (contoh: Martin Luther King, Bunda Theresa, dan tokoh-tokoh lainnya).-

PA – 550. Sesudah Yoas, maka Amazia, putranya, menjadi raja Yehuda. Ia menyusun kekuatan pasukan dengan menyewa tentara bayaran. Ketika ada seorang nabi menasihati agar ia tidak menyewa tentara dari Israel, ia menaatinya. Amazia menyerbu Edom dan mampu menaklukkannya. Sayangnya, ia membawa pulang patung berhala Edom dan menyembahnya. Ia ditegur oleh seorang nabi, namun tidak mau mendengarkannya, bahkan mengancam akan membunuhnya. Tuhan menghukum Amazia atas ketidaksetiaannya kepada-Nya. Saat ia menantang Yoas, raja Israel, untuk berperang, ia kalah dan ditawan. Akhirnya Amazia dibunuh orang-orang Yehuda sendiri (2 Raja-raja 14:1-22; 2 Tawarkh 25:1-26:2) Mari kita mau mendengar dan menaati nasihat hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan, dan tidak bersikukuh dengan pendapat kita sendiri, agar kita tidak menyakiti hati Tuhan dan mendatangkan bencana atas diri kita.-

PA – 551. Setelah Yoas, maka Yerobeam bin Yoas, menjadi raja Israel. Ia memerintah cukup lama, 41 tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, namun mampu mengembalikan daerah Israel yang sangat luas. Hal itu sesuai dengan nubuatan nabi Yunus yang hidup pada zaman itu. Mengapa Tuhan bisa memakai orang yang tidak berkenan kepada-Nya sehingga bisa mempeoleh kemenangan besar dalam peperangan? Alasannya karena ‘TUHAN tidak mengatakan bahwa Ia akan menghapuskan nama Israel dari kolong langit’ (2 Raja-raja 14:27). Jadi: (1) Tuhan setia pada janji-Nya. (2) Jangan merasa berjasa jika kita dipakai Tuhan menggenapi janji-Nya. (3) Jika orang yang berbuat salah bisa ‘dipakai’ Tuhan menjadi alat-Nya, apalagi jika kita berbuat benar. (4) Jangan terus tinggal dalam dosa, melainkan segera sadar dan bertobat, agar tidak mendukakan hati Roh Kudus.-

PA – 552. Banyak orang berpendapat bahwa segala karya kita akan berkahir ketika kita mati. Namun tidak demikian halnya dengan karya orang-orang percaya yang hidupnya diserahkan kepada Tuhan sepenuhnya. Contohnya adalah Nabi Elisa. Sekalipun ia telah mati, namun tulang-tulangnya bisa membuat mayat seseorang hidup kembali. Karya Elisa tidak berakhir saat ia mati, namun masih terus berlanjut (2 Raja-raja 13:20-21). Penerapan prinsip ini bagi kita sekarang adalah sbb.: (1) buatlah tulisan tentang proses kehidupan yang kita jalani bersama Tuhan, atau tentang prinsip-prinsip hidup yang benar, lalu terbitkan (cetak atau online di blog internet), agar sesudah kita mati, orang yang membacanya dibangkitkan semangatnya. (2) Saat kita masih hidup jadilah teladan yang baik dan berbuatlah baik dengan dasar kasih bagi keluarga dan orang-orang lain di sekitar Anda. Niscaya ketika kita mati keteladanan dan perbuatan baik kita dapat terus dikenang dan menjadi inspirasi (contoh: Martin Luther King, Bunda Theresa, dan tokoh-tokoh lainnya).-

 

PA. 553. Sesudah Yoas, maka Amazia, putranya, menjadi raja Yehuda. Ia menyusun kekuatan pasukan dengan menyewa tentara bayaran. Ketika ada seorang nabi menasihati agar ia tidak menyewa tentara dari Israel, ia menaatinya. Amazia menyerbu Edom dan mampu menaklukkannya. Sayangnya, ia membawa pulang patung berhala Edom dan menyembahnya. Ia ditegur oleh seorang nabi, namun tidak mau mendengarkannya, bahkan mengancam akan membunuhnya. Tuhan menghukum Amazia atas ketidaksetiaannya kepada-Nya. Saat ia menantang Yoas, raja Israel, untuk berperang, ia kalah dan ditawan. Akhirnya Amazia dibunuh orang-orang Yehuda sendiri (2 Raja-raja 14:1-22; 2 Tawarikh 25:1-26:2) Mari kita mau mendengar dan menaati nasihat hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan, dan tidak bersikukuh dengan pendapat kita sendiri, agar kita tidak menyakiti hati Tuhan dan mendatangkan bencana atas diri kita.-

 

PA. 554. Setelah Yoas, maka Yerobeam bin Yoas, menjadi raja Israel. Ia memerintah cukup lama, 41 tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, namun mampu mengembalikan daerah Israel yang sangat luas. Hal itu sesuai dengan nubuatan nabi Yunus yang hidup pada zaman itu. Mengapa Tuhan bisa memakai orang yang tidak berkenan kepada-Nya sehingga bisa mempeoleh kemenangan besar dalam peperangan? Alasannya karena ‘TUHAN tidak mengatakan bahwa Ia akan menghapuskan nama Israel dari kolong langit’ (2 Raja-raja 14:27). Jadi: (1) Tuhan setia pada janji-Nya. (2) Jangan merasa berjasa jika kita dipakai Tuhan menggenapi janji-Nya. (3) Jika orang yang berbuat salah bisa ‘dipakai’ Tuhan menjadi alat-Nya, apalagi jika kita berbuat benar. (4) Jangan terus tinggal dalam dosa, melainkan segera sadar dan bertobat, agar tidak mendukakan hati Roh Kudus.-

 

PA – 555. Sesudah Amazia, maka Azarya (Uzia) menjadi raja di Yehuda, pada usia 16 tahun. Ia dibimbing oleh Zakharia untuk hidup benar di hadapan Tuhan. Selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil. Kemenangan demi keenangan diperolehnya. Sayangnya, ketika ia kuat ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia mengintervensi peribadahan di Bait Suci yang bukan merupakan kewenangan- nya, yaitu membakar ukupan. Ketika ia ditegur oleh imam-imam yang tegas, ia marah. Sementara amarahnya meluap timbullah kusta pada tubuhnya, sehingga ia diusir dan diam di pengasingan (2 Raja-raja 15:1-7; 2 Tawarikh 26:1-23). (1) Anak muda membutuhkan bimbingan senior yang baik untuk hidup takut akan Tuhan. (2) Keberhasilan dijanjikan oleh Tuhan jika kita setia berpaut kepada-Nya. (3) Kesombongan selalu mendatangkan hal yang merusak. (4) Allah menentang orang sombong tetapi mengasihani orang yang rendah hati (1 Petrus 5:5b).-

 

PA – 556. Urutan beberapa raja terakhir Kerajaan Israel adalah: Yerobeam – Zakharia (6 bulan) – Salum (1 bulan) – Menahem (10 tahun) – Pekahya (2 tahun) – Pekah (20 tahun) – Hosea (9 tahun). Semua raja-raja itu melakukan hal yang jahat di hadapan Tuhan, sehingga kemudian Tuhan menyerahkan Kerajaan Israel kepada Asyur, pada tahun 722 SM. Penyebabnya adalah karena mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala. Berulangkali Tuhan mengingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau bertobat. Akhirnya semua diangkut ke Asyur, dan Samaria dihuni oleh bangsa-bangsa lain (2 Raja-raja 17). Berhala adalah sesuatu yang dipuja atau diidolakan lebih dai Tuhan. Penyembahan berhala juga bisa dilakukan oleh orang-orang Kristen dengan bentuk berhala yang bermacam-macam. Mulai dari benda, kegemaran, sampai orang, bisa diberhalakan. Intinya, ketika kita memuja, menghabiskan lebih banyak waktu, tenaga, dan harta kita, kepada sesuatu atau seseorang lebih dari pada kepada Tuhan, maka itulah berhala kita. Gunakan setiap kesempatan untuk bertobat dan kembali mengasihi Tuhan, sebelum murka Tuhan menyala-nyala dan ‘membuang’ kita.-

 

PA. 557 – Kebalikan dari raja-raja Israel yang berdosa kepada Tuhan, di Yehuda memerintah raja Hizkia, yang menyenangkan hati Tuhan. Pertama-tama ia memperbaiki rumah Tuhan, baik bangunan fisiknya, pentahiran seluruh peralatannya, dan memulihkan peribadahan kepada Tuhan, termasuk korban-korban dan pelayanan pujian bagi Tuhan (2 Tawarikh 29). Kemudian Ia membersihkan segala bentuk penyembahan berhala, termasuk patung ular tembaga zaman Musa yang hingga saat itu disembah oleh umat Tuhan. Itulah sebabnya … TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung (2 Raja-raja 18:7). Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya, serta mampu mengalahkan bangsa Filistin. Kemenangan diperoleh setelah Hizkia mendekat kepada Tuhan. Sudahkah kita memperbaiki ‘rumah Allah’ yaitu diri kita sendiri (1 Korintus 3:16; 6:19)? Perbaikan itu harus meliputi luar dan dalam: kesetiaan kita bersekutu dalam ibadah bersama dan saat teduh pribadi, juga dalam pelayanan, serta penerapan kebenaran firman Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan kita, oleh pertolongan Roh Kudus-Nya.-

 

PA – 558. Suatu ketika, raja Hizkia memperoleh ancaman dari raja Asyur. Sepuluh tahun sebelumnya Asyur telah berhasil menaklukkan Samaria (Kerajaan Israel), dan sekarang Asyur ingin menaklukkan Yerusalem (Kerajaan Yehuda). Utusan raja Asyur bukan hanya menantang Hizkia, raja Yehuda, tetapi menantang TuhanN Allah Israel yang hidup, dengan berkata: “Siapakah di antara semua ilah negeri-negeri yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?” (2 Raja 18:35). Raja Hizkia membawa surat ancaman itu kepada Tuhan di dalam doa, dengan permohonan agar Tuhan membela umat-Nya (2 Raja 19:14). Tuhan berkata melalui nabi Yesaya bahwa Ia akan membela umat-Nya. Pada malam itu juga Tuhan mengutus para malaikat-Nya membunuh 185.000 dalam perkemahan Asyur! Ketika kita menghadapi pelbagai kesulitan dalam hidup ini, jangan takut, dan jangan hadapi dengan kemampuan diri sendiri. Serahkan kepada Tuhan, dan Ia akan membela umat-Nya yang hidup benar di hadapan-Nya!

 

PA – 559. Ketika Raja Hizkia sakit, Tuhan mengatakan melalui nabi Yesaya bahwa ia akan mati. Hizkia berdoa dan meminta belas kasihan Tuhan. Tuhan pun menjawab dengan menambah usia Hizkia 15 tahun lagi (2 Raja 20:1-11). Itu berarti bahwa doa bisa mengubah keputusan Tuhan. Apa prinsip doa yang penuh kuasa seperi itu? (1) Doa itu dipanjatkan oleh orang yang hidupnya benar di hadapan Allah. Kebenaran tersebut tidak berdasarkan kepada perbuatan kta, melainkan proses pembenaran oleh Allah sendiri atas kehidupan kita. (2) Doa dipanjatkan dengan iman dan penuh kesungguhan hati. (3) Doa itu bukan hanya bertujuan memuaskan keinginan hawa nafsu pribadi, melainkan untuk kepentingan banyak orang. (4) Doa disertai dengan penyerahan penuh terhadap kehendak dan kedaulatan Allah sendiri. (5) Doa dipanjatkan dengan pertolongan Roh Kudus. (6) Doa dinaikkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Pada zaman Hizkia (Perjanjian Lama), prinsip ke-6 ini, berbentuk ketaatan kepada nabi Tuhan (dalam hal ini nabi Yesaya).-

 

PA – 560. Rupanya tambahan usia yang diberikan Tuhan kepada Hizkia tidak sepenuhnya digunakan untuk hal-hal positif dan baik. Hizkia justru mendatangkan bencana atas negerinya dengan mengadakan acara ‘open house’. Hizkia menunjukkan semua ‘rahasia’ kerajaannya kepada utusan raja Babel yang datang mengucapkan selamat atas kesembuhannya. Nabi Yesaya menegurnya, namun Hizkia justru memiliki pikiran yang amat egois, “Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku.” Jadi kalau nanti di kemudian hari kerajaan Yehuda akan jatuh ke tangan Babel tak masalah, asal selama hidupnya aman dan nyaman. Egois sekali, bukan? (2 Raja-raja 20:12-21). Kita pun sering berbuat demikian, yaitu menyenangkan diri sendiri dan tidak mempedulikan generasi yang akan datang. Anak-anak tidak dberi pendidikan yang baik. Sekolah asal-asalan, tidak dicarikan yang terbaik. Mari kita hidup lebih bijak: nikmati berkat Tuhan hari in, tetapi persiapkan masa depan generasi yang kemudian agar lebih baik lagi.-

 

PA – 561. Hizkia memang telah hidup benar di hadapan Tuhan, namun sepeninggalnya, Manasye, anaknya, yang menggantikannya sebagai raja, tidak hidup seperti dia. Manasye malah memunculkan kembali praktek penyembahan berhala kepada Baal dan Asyera, tenung dan ramal, bahkan mengorbankan anaknya dalam api. Amon, anaknya juga berbuat demikian saat menjadi raja. Hal ini tentu mendatangkan murka Tuhan (2 Raja-raja 21). Mengapa Hizkia yang baik tidak menghasilkan anak yang baik pula? Ada beberapa kemungkinan: (1) Hizkia tak punya waktu mendidik anaknya karena kesibukannya memerintah sebagai raja. Permaisuripun tidak punya waktu mendidiknya karena kesibukan mendampingi suaminya. (2) Karena Manasye terjebak dalam pergaulan yang buruk yang merusak kebiasaannya yang baik. (3) Karena sekalipun Hizkia dan isterinya telah mendidiknya dengan baik dan benar, tetapi puteranya menggunakan kehendak bebasnya untuk memberontak terhadap didikan orang tua dan terhadap Tuhan. Oleh sebab itu ketiga faktor ini: didikan orang tua, pergaulan, dan penggunaan kehendak bebas dengan benar, akan emmpengaruhi sikap, perkataan, dan perbuatan kita di hadapan Tuhan.-

 

PA – 562. Yosia, putra Amon, menjadi raja di Yehuda pada usia 8 tahun, dan melakukan banyak pembaharuan: (1) merobohkan mezbah penyembahan berhala kepada Baal, (2) memperbaiki dan merawat Bait Suci dengan memberdayakan orang-orang yang jujur dan setia, (3) meminta petunjuk Tuhan dan merendahkan diri bersama seluruh rakyat di hadapan Tuhan karena saat perbaikan dilakukan, imam besar Hilkia menemukan kitab Taurat yang dibacakan oleh Safan di hadapan raja. Isinya adalah tentang murka Tuhan yang segera akan terjadi terhadap umat-Nya yang telah jatuh ke dalam penyembahan berhala. Namun, sebagaimana disampaikan oleh nabah Hulda, hal itu tidak akan terjadi pada masa Yosia sebab ia merendahkan diri di hadapan Tuhan (2 Raja 22; 2 Tawarikh 34). Saat kita mendengar firman Tuhan yang menegur kita, jangan marah kepada pembawa berita firman, jangan pula mengeraskan hati, namun bersyukurlah dan segeralah bertobat serta merendahkan diri, agar pengampunan Tuhan datang atas kita.-

 

PA – 563. Sesudah Yosia, raja-raja Yehuda berikutnya yakni: Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, dan Zedekia, adalah raja-raja yang jahat di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan mengijinkan Raja Nebukadnezar dari Babilonia menaklukkan Yehuda, dan membawa banyak harta benda berupa perkakas- perkakas dari Bait Suci, serta orang-orang tawanan ke Babel (2 Raja-raja 24-25). Jadi, sesudah Samaria jatuh ke tangan Asyur (722 SM), kini Yerusalem jatuh ke tangan Babel (586 SM). Selama sekitar 70 tahun mereka berada dalam pembuangan di Babel. Apakah Allah begitu kejam sehingga membiarkan umat-Nya menderita sebaga tawanan? Tidak! Allah tidak kejam tetapi adil! Banyak nabi telah diutus untuk mengingatkan umat-Nya bertobat, tetapi mereka tidak mau. Keadilan Allah harus tetap berlangsung. Tetapi di kemudian hari akan ada pemulihan. Allah adalah Bapa yang baik, yang ‘menghajar’ anak-anak-Nya demi kebaikan mereka. Oleh sebab itu kita harus hidup menyenangkan hati-Nya, yakni dengan menaati perintah- perintah-Nya.-

PA – 569. Untuk nomor-nomor berikutnya kita akan belajar dari Kitab EZRA. Sesudah sekitar 70 tahun umat Tuhan berada dalam pembuangan, tibalah saatnya Tuhan memulihkan umat-Nya sesuai dengan janji-Nya. Pemulihan menyangkut kehidupan rohani yang berkaitan dengan hukum Tuhan (Kitab Ezra), dan kehidupan jasmani (Kitab Nehemia). Ezra pasal 1 mengisahkan tentang Raja Persia, yaitu Koresh, yang memberi perintah agar umat Tuhan kembali ke negeri asalnya. Ada yang tidak mau pulang sebab sudah ‘keenakan’ di negeri orang. Tapi ada yang tetap setia kepada Tuhan, yang mau ‘digerakkan oleh Tuhan’ untuk pulang ke negeri Yehuda, membangun kembali reruntuhan negerinya. Allah dapat menggerakkan orang lain seperti Koresh untuk menggenapi rencana-Nya dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu: (1) jangan menolak bantuan orang lain yang Tuhan kirim bagi kita, sekalipoun ia tidak seiman. (2) Jangan ‘keenakan’ hidup di dunia ini sehingga ‘enggan’ meninggalkannya untuk kembali ke ‘rumah asal’ kita.-

PA – 570. Jumlah orang yang kembali dari pembuangan yang tercatat oleh Ezra adalah 42.360 orang dengan jumlah budak 7.330 orang. Ada 200 penyanyi di antara mereka. Mereka membawa serta ternak dan kekayaan mereka, yaitu; 736 ekor kuda, 245 ekor bagal, 435 ekor unta, 6.720 ekor keledai. Sebagian dari kekayaan mereka disumbangkan untuk pembangunan kembali Rumah Tuhan sesuai kemampuan mereka: 61.000 dirham emas (1 dirham = 8 gram) = 488 kg emas, 5.000 mina perak (1 mina = 570 gram) = 2.850 kg perak, dan 100 hela kemeja imam (Ezra 2:64-69). Data di atas perlu kita ketahui sekilas guna membuktikan bahwa sebagian berkat yang diterima harus dikembalikan bagi pelayanan di rumah Tuhan. Itu hanya bisa terjadi jika seseorang mengasihi Tuhan. Dalam mengasihi ada kerelaan untuk memberi yang terbaik, sekalpun saat itu mereka sendiri baru pulang dari pembuangan yang pasti membutuhkan dana besar untuk diri mereka sendiri. Yang mereka utamakan adalah Tuhan dulu, baru diri sendiri. Bagaimana dengan Anda?

PA – 571. Pemulihan ibadah kepada Tuhan dilakukan secara bertahap oleh Ezra dan Zerubabel serta imam Yosua bin Yozadak. Pertama, membangun mezbah lalu membakar korban bakaran di atas mezbah. Kemudian barulah mereka meletakkan dasar Bait Suci yang hendak mereka dirikan kembali. Saat dasar diletakkan para imam dan orang Lewi menaikkan nyanyian pujian dan syukur bagi Tuhan dengan suara yang nyaring. Namun sebagian lagi menangis yaitu mereka yang pernah melihat Bait Allah yang dahulu, yang kemudian dihancurkan oleh musuh (Ezra 3). Empat hal ini: mezbah (doa dan korban), dasar Bait Suci (fondasi iman), pujian, dan tangisan (pertobatan), merupakan hal yang sangat penting dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Sisihkan waktu untuk melakukan ketiganya, maka kita akan dapat mengalami keindahan penyertaan Tuhan dalam hidup ini.-

PA – 572. Ezra memuji Tuhan yang telah ‘menggerakkan’ hati raja Artahsasta untuk mendukung proses pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem (Ezra 7:27). Contoh lain: Tuhan menggerakkan hati raja Artahsasta juga saat Nehemia akan membangun tembok Yerusalem. Hati Raja Darius juga digerakkan Tuhan untuk mengeluarkan Daniel dari lubang singa. Di zaman kini, Tuhan menggerakkan hati Mikhael Gorbachov untuk meruntuhkan Tembok Berlin dan Uni Soviet. Oleh sebab itu berdoalah bagi para pemimpin agar peka akan gerakan Tuhan dalam hati mereka sehngga mereka menjadi alat Tuhan yang luar biasa. Pemimpin yang tidak mau digerakkan Tuhan tidak akan langgeng posisinya.-

PA – 573. Dalam Ezra 8 dikisahkan tentang pertolongan Tuhan bagi umat-Nya selama dalam perjalanan dari Babel ke Yerusalem. Untuk keamanan selama dalam perjalanan, semula Ezra berniat meminta kepada raja suatu pengawalan tentara yang cukup. Tapi Ezra merasa malu sebab ia telah berkata kepada raja bahwa Tuhan Allahnya pasti mampu melindung mereka. Jadi, akhirnya Ezra memilih mengajak semua orang berpuasa dan berdoa, sehngga Tuhan mengabulkan permohonan mereka. Ada dua kemungkinan seseorang memperoleh pertolongan: dari sesama manusia (termasuk pejabat pemerintahan), atau Tuhan. Bantuan manusia bisa diperoleh asalkan syarat-syarat berikut in terpenuhi: (1) bantuan murni persahabatan tanpa menuntut balasan berupa hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan; (2) tidak mendatangkan malu apalagi menyangkut nama Tuhan; (3) tidak membuat kta bergantung atau bersandar kepadanya; (4) tidak membuat kita kecewa jika bantuan tidak diberikan atau dibatalkan.-

PA – 574. Setelah sekian lama di Yerusalem, para pemimpin sudah kembali berbuat dosa, yaitu kawin-campur dengan para penyembah berhala yang ada di sana. Ezra menyesali perbuatan dosa rekan-rekan sejawatnya dan menaikkan doa syafaat berupa pengakuan dosa bag mereka (Ezra 9:6-15). Isi pengakuan dosa adalah: (1) mengingat sejarah keselamatan bagaimana Tuhan telah membebaskan mereka dari pembuangan di Babel, (2) mengingat karya Tuhan dalam menolong pembangunan kembali Bat Allah, (3) fakta keberdosaan mengenai dosa kawin-campur, (4) permohonan pengampunan Tuhan. Benarlah pepatah ini: “Ikan busuk dimulai dari kepalanya”. Jika Anda adalah pemimpin, jangan menimbulkan murka Tuhan lagi dengan menyakiti hati-Nya justru jadlah teladan dalam kasih, kekudusan, dan kebenaran, agar Tuhan berkenan atas kehidupan Anda. Dosa sekecil apapun yang dilakukan para pemimpin akan luas dampaknya.-

PA – 575. Dalam menyelesaikan masalah, Ezra tidak hanya berdoa agar Tuhan menolong dia dalam menyelesaikan masalah tersebut, tetapi ia juga bertindak. Terhadap masalah kawin-campur pada masa itu, setiap orang yang telah melakukannya agar ‘mengusir’ perempuan asing dan anak-anak yang dilahirkannya (Ezra 10). Pada masa kini bentuk tindakan itu adalah ‘mengusir’ atau membuang segala bentuk dosa yang ada dalam kehidupan kita. Harus ada pemutusan hubungan yang total dengan dosa. Kadang-kadang muncul rasa sayang atau tidak tega jika dosa harus dibuang. Namun jika perasaan semacam itu kita pelihara, kita tidak akan pernah bertobat. Akibatnya? Kita mendatangkan hukuman Allah atas diri kita. Oleh sebab itu jangan merasa sayang terhadap dosa, sebab dosa adalah seperti ‘penyakit kanker’ yang akan merusak seluruh kehidupan kita. Dosa harus diberantas, dan orang berdosa harus dipulihkan. Jadi yang diberantas adalah dosanya, bukan orangnya. Orang yang bersikap tegas terhadap dosa menyukakan hati Bapa.

PA – 576. Mulai nomor ini kita akan mempelajari Kitab NEHEMIA. Nehemia sedang bertugas sebagai juru minuman raja Artahsasta ketika ia mendengar dari Hanani bahwa tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya terbakar. Respons Nehemia sangat positif sebagai bentuk kepeduliannya atas penderitaan bangsanya: berdoa dan berpuasa dengan memohon kepada Tuhan agar ia diijinkan raja untuk membangun kembali tembok Yerusalem itu (Neh 1). Kondisi yang sama sedang dihadapi bangsa kita, di mana ‘tembok’ peradilan, keadilan sosial, dan moral, telah roboh. Kasus korupsi tiada habisnya, tawuran remaja terus terjadi, kasis narkoba semakin meningkat, perekonomian mengalami goncangan, dan sebagainya. Mari kita juga peduli dengan bangsa ini melalui doa dan tindakan nyata. Setidaknya diri kita dan keluarga kita tidak semakin memperburuk kondisi bangsa, dan tidak bersikap pesimis dengan terus mengeluh tanpa henti. Upayakan kesejahteraan bangsa ini, sebab itu adalah kesejahteraan kita juga (Yer. 29:7).-

 

PA – 577. Setelah Nehemia berdoa, ia pergi menghadap raja dan meminta ijin selama beberapa waktu untuk pergi ke Yerusalem. Oleh kemurahan Allah, raja Artahsasta bukan hanya mengijinkan- nya tetapi juga mengutus sejumlah pasukan mendampinginya serta memeberikan surat pengantar kepada penguasa di sepanjang jalan yang hendak dilewati dan surat dukungan agar disediakan material secukupnya. Nehemia memperoleh jawaban doa lebih dari yang dia pikirkan (Nehemia 2:1-10). Tuhan memberikan kepadanya hal-hal yang baik, yang belum pernah terpikirkan olehnya. Benarlah apa yang firman Tuhan katakan: “Apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah muncul dalam hati dan pikiran kita, itu yang Allah Bapa sediakan bagi orang- orang yang mengasihi Dia” (1 Korintus 2:9).-

 

PA – 578. Selain berdoa dan membawa surat ijin dari raja, Nehemia melakukan beberapa hal penting setibanya di Yerusalem. Pertama, ia mengadakan penyelidikan dengan seksama sebelu melakukan pembangunan kembali tembok Yerusalem. Kedua, ia tidak ‘gembar gembor’ memberitahukan apa saja yang akan ia lakukan kepada orang lain. Nehemia menggunakan ‘ilmu penyu’ sedikit bicara banyak kerja! Ketiga, ia memotivasi orang-orang yang bersamanya untuk bersatu hati. Nehemia memahami pentingnya teamwork dan sinergi dalam melaksanakan tugas mahaberat itu. Keempat, ia tetap maju sekalipun ada orang-orang yang berniat memfitnah- nya. Prinsip Nehemia adalah ‘anjing menggongong, kafilah berlalu’ (Nehemia 2:11-20). Bagaimana dengan Anda? Berusahalah untuk teliti, tenang, kerjasama tim dan tetap konsisten!

 

PA – 579. Pada waktu Nehemia memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem yang roboh, ia melibatkan banyak orang. Ada yang berprofesi sebagai tukang emas, juru campur rempah-rempah, penguasa wilayah, dan sebagainya. Kata-kata yang digunakan adalah ‘di sampingnya’ dan ‘di dekatnya’ sehingga terselesaikan dengan baik (Nehemia ps 3). Dalam sebuah teamwork (termasuk keluarga) perlu diperhatikan hal-hal berikut agar bisa menghasilkan sinergi yang luar biasa: (1) ada perbedaan di antara para anggota tim, (2) perbedaan bukan untuk dipertentangkan tetapi saling melengkapi, (3) setiap orang berkomitmen dalam tugasnya masing- masing, (4) jika ada yang lemah harus ditolong oleh yang kuat. Gambaran terindah sebuah teamwork adalah tubuh kita sendiri. Ada banyak anggota yang berbeda-beda namun dapat berfungsi dengan baik sehingga seluruh tubuh baik adanya (1 Korintus 12:12-31).-

 

PA – 580. Karena tekanan dan intimidasi dari Sanbalat dan Tobia semakin gencar terhadap seluruh rakyat yang sedang bekerja membangun kembali tembok Yerusalem, maka Nehemia menyuruh mereka bekerja dan berjaga-jaga: satu tangan membangun tembok, satu tangan memegang senjata. Ada yang ditugaskan bekerja di siang hari, ada yang ditugaskan berjaga-jaga di malam hari (Nehemia 4:22). Makna rohaninya adalah bahwa Iblis tidak suka kita membangun ‘tembok rohani’ kita. Ia selalu berusaha menggagalkannya. Oleh sebab itu kita harus selalu berdoa dan berjaga-jaga. Iblis selalu menunggu saat yang baik untuk mencobai dan menjatuhkan kita (Lukas 4:13). Itulah sebabnya sikap berjaga-jaga dala kehidupan doa yang teratur sangat penting, agar kita bisa tetap berdiri di dalam iman (1 Petrus 5:8). Bagaimana kalau kita telah jatuh? Bangun dan bangkit kembali! Mohon pengampunan Tuhan dan kuat kembali! Dan jika kita telah kuat, kita dapat menolong mereka yang lemah (Ibr. 12:12).-

 

PA – 581. Di antara umat Tuhan yang kembali dari pembuangan ternyata begitu tega mengambil bunga tinggi (menjadi rentenir atau makan riba) serta menjadikan sesama bangsa sebagai budak karena piutang yang tak terbayar. Nehemia menyelesaikan masalah itu dengan berkata bahwa sebaiknya yang kuat menolong yang lemah, apalagi sesama umat Tuhan. Ladang yang digadaikan harus dikembalkan, hutang yang belum terbayar harus dihapuskan, yang telah menjadi budak harus dibebaskan. Seluruh rakyat menaati nasihat Nehemia, dan Tuhan pun disukakan (Nehemia 5:1-13). Kehidupan baru dala Yesus Kristus selalu ditandai dengan mengasihi Tuhan dan sesama. Itulah dua aspek Salib Kristus: vertikal dan horizontal. Kita tidak boleh menekan dan memanfaatkan kesedihan atau penderitaan orang lain demi keuntungan kita. Mari kita lakukan kebajikan bagi sesama kita dengan menolong mereka yang sedang menderita.-

 

PA – 582. Ketika Nehemia menjadi bupati selama 12 tahun, ia dan saudara-saudaranya tidak pernah mengambil bagian yang menjadi hak bupati. Padahal para bupati sebelumnya membebani rakyat dan anak buahnya merajalela atas rakyat. Bahkan Nehemia sering ‘nombok’ dari hartanya sendiri untuk acara-acara protokuler dengan para pejabat. Hal itu dilakukannya karena ia takut akan Tuhan (Nehemia 5:14-19). Jadi jika kita melayani Tuhan dan sesama, jangan hitung-hitungan untung rugi. Pelayanan harus disertai pengorbanan: waktu, tenaga, pikiran, perasaan, harta benda, dan sebagainya. Pengorbanan itu tidak akan sia-sia, karena pasti menjadi berkat dan menjadi insprasi bagi banyak orang. Pengorbanan harus diberikan secara tulus dan murni, tanpa ada ‘udang di balik batu’. Tuhan yang melihat motivasi di hati kita ketika kita melayani dengan pengorbanan, dan Tuhan tidak pernah tutup mata terhadap kita yang mau melayani dengan pengorbanan yang sedemikian besar.-

PA – 583. Orang-orang yang memusuhi Nehemia kini berniat membunuhnya. Strategi yang digunakan mereka sangat jahat dan licik: mulai dari mengajak Nehemia bertemu dan berunding, hingga memunculkan isu bahwa Nehemia hendak memberontak terhadap raja dan menjadikan dirinya raja atas Yehuda. Juga menyuap orang agar mengajak Nehemia ‘menyembunyi- kan diri’ dari orang yang hendak membunuhnya. Namun, Nehemia tetap tegar dan melanjutkan pembangunan itu hingga selesai (Nehemia pasal 6). Jadi, jika memang belum saatnya, seutas rambut pun tidak akan gugur. Sebagaimana Nehemia dilindungi Tuhan, kita pun demikian. Jangan takut terhadap ancaman apa pun! Jika Tuhan tidak mengijinkannya, bahaya apapun tidak akan menimpa kita (Yesaya 43:2).-

 

PA – 584. Ada dua orang yang diserahi Nehemia untuk mengawasi kota Yerusalem setelah selesai pebangunan temboknya. Mereka adalah Hanani (saudara Nehemia) dan Hananya, panglima benteng, sebab ia dapat dipercaya dan takut akan Allah lebih dari pada orang-orang lain (Nehemia 7:2). Sikap dapat dipercaya selalu menjadi syarat bagi seseorang yang mau dipakai Tuhan (1 Korintus 4:2). Musa juga disuruh Tuhan mencari 70 rekan sepelayanan yang dapat dipercaya (Keluaran 18:21). Orang yang dapat dipercaya menerima banyak berkat (Amsal 28:20). Demikian pula dengan sikap takut akan Tuhan. Kita semua harus sadar bahwa Tuhan Mahatahu, sehingga Ia dapat menjadi ‘Pengawas’ setiap waktu, di mana saja … kapan saja.-

 

PA – 585. Dalam Nehemia pasal 8 dikisahkan tentang seluruh umat Tuhan yang berkumpul untuk mendengarkan pembacaan hukum Tuhan. Saat itu umat Tuhan sujud menyembah Tuhan, dan memahami hukum Tuhan karena disampaikan dengan diberi penjelasan yang baik dan mudah dimengerti. Umat Tuhan juga menangis karena sadar akan kesalahan dan dosa nenek moyang mereka, namun kemudian mereka bersukacita sebab Tuhan sudah mengampuni dan memulihkan mereka. Pemahaman terhadap firman Tuhan nampak nyata di mana mereka membagikan berkat Tuhan kepada sesama yang membutuhkan (Nehemia 8:1-13). Jadi dalam penyampaian firman Tuhan ada beberapa faktor penting: hamba Tuhan yang diurapi Tuhan, firman Tuhan yang disampaikan, metode penyampaian yang baik, umat yang memperhatikan dan meneria firman, serta penerapan firman dala kehidupan nyata.-

 

PA – 586. Dalam Nehemia 8:15-19 umat Tuhan diingatkan untuk merayakan Hari Raya Pondok Daun selama 7 hari. Sejak zaman Yosua hingga saat itu umat Tuhan tidak pernah mengadakannya., padahal itu adalah perintah Tuhan. Maksud Tuhan adalah bahwa dengan merayakan hari raya tersebut umat Tuhan selalu diingatkan akan karya Tuhan yang telah melepaskan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir dan menyertai perjalanan mereka di padang belantara menuju ke Tanah Perjanjian. Jadi umat Tuhan bisa tetap menjaga hati untuk tidak sombong, ketika mereka telah menempati rumah-rumah yang besar dan indah. Sepanjang 7 hari mereka terus mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan para hamba Tuhan dan bersyukur. Jangan lupakan Tuhan dan jangan meninggalkan Dia dalam situasi dan kondisi apapun, sebab Ia telah membebaskan dan memelihara kta dengan ajab. Jangan sombong, melainkan selalu ingat bahwa prestasi dan pencapaian yang kita peroleh semuanya berasal dari Tuhan.-

 

PA – 587. Dalam Nehemia 9 ada doa yang dinaikkan kepada Tuhan oleh para pemimpin dan diikuti seluruh rakyat. Kita dapat belajar dari doa mereka ini sebab di dalamnya terkandung: (1) Ingatan akan karya Tuhan di masa lalu terhadap nenek moyang mereka, yaitu kelepasan dari perbudakan di Mesir, pemeliharaan di sepanjang perjalanan, pimpinan yang jelas dengan tiang awan dan tiang api, hingga masuk ke Tanah Perjanjian; 2. Ketidaksetiaan umat Tuhan kepada-Nya sehingga menghasilkan penderitaan atas generasi-generasi selanjutnya; 3. Kesetiaan Allah kepada umat-Nya sehingga Ia berkenan memulihkan mereka; 4. Janji setia untuk tidak melakukan dosa yang sama yang bisa mendatangkan kehancuran bahkan kebinasaan. Jadikan keempat hal di atas sebagai pelajaran penting dalam kehidupan doa kita.-

 

PA – 588. Dalam Nehemia 10, janji setia atau komitmen kepada Tuhan yang bermeterai meliputi segala aspek ibadah: (1) Menaati hukum Tuhan, (2) Tidak menyerahkan anak perempuan kepada orang yang tidak seiman, atau mengambil anak perempuan mereka sebagai menantu, (3) menjaga kekudusan hari Sabat, (4) memberikan persepuluhan dan persembahan kudus lainnya, (5) tidak menanami lahan pada tahun ketujuh (tahun Sabat). Apakah dengan demikian berarti bahwa komiten kepada Tuhan merupakan ‘belenggu’ baru yang membuat kita tidak bebas? Bukan! Justru itu adalah kebebasan sejati sebab dilakukan atas dasar kasih. Jika ketika kita melayani pasangan kita dengan menggerutu karena menganggapnya sebagai beban, berarti kasih kita kepadanya mulai pudar. Begitu pula halnya dengan kasih kita kepada Tuhan!

 

PA – 589. Dalam Nehemia 11:2 tertulis, “Orang-orang memuji setiap orang yang rela menetap di Yerusalem.” Mengapa? Karena itu berarti bahwa mereka siap menghadapi tantangan dan resiko yang besar. Sembilan dari sepuluh orang lebih suka tinggal di kota-kota lain yang lebih nyaman. Hanya sepersepuluh yang bersedia tinggal di Yerusalem. Berarti orang yang mau menghadapi tantangan jumlahnya tidak banyak. Masuk golongan minoritas. Anehnya, dala setiap generasi selalu ada orang-orang yang mau menerima resiko itu. Tentu bagi mereka harus diberikan apresiasi yang cukup memadai. Yang berani menghadapi tantangan dan kesulitan harus diberi reward atau imbalan yang baik. Jika tidak ada orang-orang seperti ini, yang mau berada di garis depan, maka ‘bangunan tembok Yerusalem’ yang kokoh akan kembali hancur. Hargai dan berikan apresiasi bagi orang-orang yang rela berkorban semacam itu, yang mau menjadi ‘bumper’ atau ‘tameng’ di garis depan!

 

PA – 590. Dalam Nehemia 11 disebutkan banyak nama orang dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Penempatan posisi untuk menangani tugas itu bisa berdasarkan keputusan yang bersangkutan (karena dia tahu potensi yang dimilki dirinya dan pemimpin setuju dengan ), atau penunjukan dan penugasan pimpinan (karena pemimpin tahu potensi anak buahnya, dan yang ditunjuk mau menaatinya). Dua hal tersebut sama pentingnya yang dapat digabung menjadi ‘the right man in the right place’ – setiap orang yang tepat berada di posisi yang tepat. Dalam keluarga pun harus demikian: setiap orang harus memahami fungsi masing- masing dan memaksimalkan diri dalam menjalani fungsinya: sebagai suami, isteri, atau anak. Jika tidak fokus untuk berfungsi dengan baik, kita cenderung mulai mencari kesalahan orang lain, dan merasa diri sendiri saja yang benar.-

 

PA – 591. Dalam Nehemia 12:43 dikatakan bahwa pada hari pentahiran (peresmian) tembok Yerusalem, umat Tuhan mempersembahkan korban serta bersukaria sebab Allah memberi mereka kesukaan yang besar. Artinya, peresmian atas prestasi dalam hidup kita tidak dilakukan dengan mengadakan pesta foya-foya dan penuh dosa, melainkan tetap tetap dirayakan dalam kaitan dengan karya Allah yang besar. Sukacitanya tidak berfokus pada kemampuan diri, melainkan pada karya Tuhan melalui hidup kita. Sumber sukacita bukan dari manusia, melainkan dari Allah sendiri. ‘Sukacita Yerusalam’ ini terdengar sampai jauh. Artinya, kasih dan kebaikan Tuhan harus diberitakan agar semua orang tahu bahwa Ia adalah Allah yang hidup, Allah yang menolong dan menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada-Nya.-

 

PA – 592. Dalam Nehemia 13:1-9 imam Elyasib melakukan kesalahan dengan mengeluarkan barang-barang untuk keperluan ibadah dari sebuah ruangan dan mengijinkan Tobia – keturunan bani Amon – tinggal di ruangan itu. Nehemia segera bertindak dengan mengembalikan fungsi ruangan itu dengan mengusir Tobia. Dengan asalan tertentu orang sering ‘memberi tempat’ kepada keluarga atau kerabat dekat untuk duduk di posisi-posisi penting dalam pemerintahan, perusahaan, pelayanan, padahal mereka tidak pantas atau tidak memiliki kemampuan untuk itu. Yesus Kristus saja tidak menjadikan ‘adik-adik’-Nya sebagai murid-murid- Nya. Jadi nepotisme harus dihindari. Jika tidak, akan terjadi banyak masalah. Mengapa? Karena bisa bersifat sangat subyektif. Hal itu juga bisa berarti suatu sikap egois karena menutup peluang orang lain.-

 

PA – 593. Dalam Nehemia 13:10-14, urusan perawatan rumah Tuhan juga diabaikan oleh para pemimpin. Nehemia memotivasi mereka kembali sehingga umat Tuhan mengembalikan persepuluhan kembali kepada Tuhan. Dengan demikian ada kas yang cukup untuk perawatan rumah Tuhan. Baik persepuluhan maupun persembahan syukur kepada Tuhan harus kembali digunakan untuk pekerjaan Tuhan, seperti: perbaikan fasilitas ibadah dan pelayanan, perluasan sarana/prasarana, perawatan gedung, pelayanan diakonia dan sosial termasuk beasiswa, kesejahteraan hamba Tuhan secara wajar. Persembahan tidak boleh digunakan hanya untuk memperkaya hamba Tuhan dan keluarganya. Seorang hamba Tuhan haruslah hidup sederhana. Di sisi lain jemaat harus memperhatikan kesejahteraan hamba Tuhan. Jangan sampai ada hamba Tuhan yang konsentrasi pelayanannya terganggu karena urusan ‘dapur’. Mereka telah mengorbankan segalanya guna melayani kita. Tidaklah salah jika kita memberkati mereka dengan doa, masukan, dan berkat jasmani yang mereka butuhkan. Jika kita punya berkat berlebih, haruslah digunakan untuk menolong orang lain yang membutuhkan. Kita diberkati untuk memberkati.-

 

PA – 594. Dalam Nehemia 13:15-22 kembali Nehemiah menjumpai umat Tuhan yang mengabaikan hari Sabat, hari perhentian yang harus dikuduskan. Nehemia mengingatkan mereka pada hukuman Tuhan terhadap nenek moyang mereka yang sering mengabaikan Sabat Tuhan. Seharusnya mereka benar-benar beristirahat pada hari Sabat dan menggunakannya untuk beribadah kepada Tuhan. Sabat dapat memulihkan kembali kekuatan kita sehngga dapat memulai pekan yang baru dengan semangat yang baru pula. Sejenak berhenti agar kemudian dapat melaju lebih cepat. Bagi kita sekarang Sabat itu adalah hari Minggu di mana kita – bersama keluarga – beribadah kepada Tuhan. Di situ terjadi pertemuan antara kita dengan Tuhan, dengan seluruh keluarga, dan dengan teman-teman. Terjadi sosialisasi yang menyegarkan diri kita kembali. Jadi tetaplah menghormati hari Sabat!

 

PA – 595. Dalam Nehemia 13:23-31 dikisahkan tentang Nehemia yang marah dan sedih melihat banyak umat Tuhan memperoleh pasangan hidup dengan orang yang tidak seiman. Seharusnya mereka ingat bahwa dalam sejarah nenek moyang mereka, perempuan-perempuan yang berasal dari bangsa lain selalu menyeret suaminya ke dalam penyembahan berhala. Contoh yang paling jelas adalah Salomo. Kita boleh berteman dengan semua orang, namun untuk teman hidup (pasangan sebagai suami/isteri) harus seiman. Mengapa? Pertama, karena itu adalah kehendak Tuhan sendiri. Kedua, supaya iman kita tidak kandas. Ketiga, supaya anak-anak yang nantinya hadir dalam keluarga kita memperoleh didikan iman yang sama. Keempat, agar dalam kekekalan kelak tetap bisa kumpul bersama.-

 

PA – 596. Mulai nomor ini kita akan belajar dari Kitab Ester. Dalam pasal 1 dikisahkan tentang Raja Ahasyweros yang mengadakan perjamuan besar untuk seluruh pembesar Kerajaan Persia (sekarang Iran). Perjamuan itu berlangsung 180 hari (6 bulan). Kemudian selama 7 hari lagi ia mengadakan pesta rakyat. Wasti, permaisuri raja juga mengadakan perjamuan bagi kaum perempuan. Raja menyuruh stafnya untuk membawa Wasti menghadap raja, tetapi Wasti menolak. Tindakan penolakan Wasti ini tidak bisa dipandang hal yang sederhana. Karena ia adalah ibu negara, maka segala tindakannya akan ditiru oleh para perempuan, di mana mereka juga bisa tidak menghiraukan suaminya. Sejak saat itu Wasti dicopot kedudukannya dari jabatan ratu, dan akan digantikan perempuan lain. Jika kita sedang berada di posis yang tinggi, ingatlah bahwa segala perkataan dan tindakan kita – sekecil apapun – akan berdampak pada orang di sekitar kita. Jika kita melakukan hal yang tercela (seperti Wasti), maka Tuhan akan menetapkan orang lain untuk menggantikan kita.-

 

PA – 597. Dalam Kitab Ester pasal 2, setelah Wasti dipecat dari jabatan sebagai ratu, raja Ahasyweros mengadakan sayembara mencari ratu baru pengganti Wasti. Salah seorang Yahudi yang ada di kota Susan itu namanya Mordekhai. Ia adalah pengasuh Hadasa (Ester), anak yatim piatu, anak saudara ayahnya. Jadi Ester adalah sepupu Mordekhai yang diambil anak oleh Mordekhai. Ester memiliki perawakan yang elok dan paras yang cantik. Ia enjalani proses pewangian selama satu tahun. Ia menimbulkan kasih sayang kepada semua orang yang melihatnya (ayat 15b). Ester akhirnya diangkat raja menjadi ratu pengganti Wasti. Posisi atau kedudukan yang tinggi ditentukan oleh tga faktor penting: (1) ditetapkan oleh Tuhan sendiri sebagai destiny atau tujuan hidupnya; (2) memiliki kepribadian dan karakter yang elok di mata Tuhan dan manusia serta berpenampilan yang baik; (3) bersedia menjalani proses pembentukan oleh orang lain yang ditetapkan Tuhan baginya. Ini adalah gambaran kehidupan orang percaya yang harus mempersiapkan diri menjadi ‘kekasih’ Tuhan. Rasul Paulus menyatakan bahwa Yesus Kristus dapat digambarkan sebagai seorang ‘laki-laki’ yang sedang mencari seorang ‘isteri’. Gereja Tuhan atau orang percaya adalah isteri yang diingini-Nya. Hubungan Kristus-Jemaat ini menjadi dasar dari hubungan suami-isteri Kristen, yaitu prinsip monogami, di mana isteri tunduk pada suami dan suami mengasihi isterinya sendiri (Efesus 5;22-33).

 

PA – 598. Mordekhai, sepupu sekaligus ayah angkat Ester, pada suatu kali mendapati adanya upaya pembunuhan dari Bigtan dan Teresy terhadap Raja Ahasyweros. Mereka adalah pejabat penting, sida-sida raja, yang merasa sakit hati. Mordekhai pun melaporkan kedua orang itu kepada raja melalui Ester. Raja kemudian memerintahkan untuk enindaklanjuti laporan itu dengan mengadakan penyelidikan dan mencari bukti-bukti. Ternyata laporan itu benar sehingga keduanya kemudan dihukum mati (Ester 2:19-23). Peristiwa itu dicatat dalam sejarah Kerajaan. Apa motivasi Mordekhai melaporkan hal tersebut? Pertama, pasti bukan karena iri hati lalu memfitnah. Mordekhai punya bukti kuat, bukan asal gosip untuk enjatuhkan orang lain. Kedua, pasti bukan karena mau mencari muka. Mordekhai tidak gila kedudukan di mana kemudian ‘menjegal’ orang lain agar kemudian dia memperoleh jabatan. Ketiga, motivasi Mordekhai pastilah karena kebenaran. Jika kita mengutamakan kebenaran, maka kita akan marah terhadap orang yang berkelakuan. Jika masih bisa dinasihati harus dinasihati. Namun jika tidak, kita harus bertindak tegas, termasuk melaporkan kepada yang berwenang, agar tidak jatuh korban yang lebih banyak. Kita tidak boleh apatis dan mendiamkan atau membiarkan perbuatan dosa merajalela. Kita harus melakukan tindakan nyata, tetapi tidak dengan main hakim sendiri. Tindakan kita harus sesuai dengan kewenangan kita masing-masing.-

 

PA – 599. Ada seorang pejabat yang memiliki posisi sangat tinggi dalam pemerintahan Raja Ahasyweros, namanya Haman. Semua orang berlutut dan sujud kepada Haman, kecuali Mordekhai. Mordekhai tidak mau melanggar firman dengan menyembah manusia. Yang patut disembah dan ditakuti hanyalah Allah saja! Haman sangat marah dan bermaksud membinasakan bukan hanya Mordekhai tetapi semua orang Yahudi yang ada di seluruh wilayah kerajaan. Ia berhasil membujuk raja Ahasyweros sehingga memperoleh cincin meterainya yang digunakan untuk memerintahkan semua pejabat untuk memusnahkan orang Yahudi (Ester pasal 3). Beberapa pelajaran penting: (1) Jangan gila hormat, (2) Jangan menyembah dan takut pada manusia, (3) Jangan menyalahgunakan kewenangan yang dipercayakan kepada kita untuk kepentingan pribadi, (4) Jangan memiliki semangat menghancurkan, melainkan semangat membangun, (5) Jangan mudah menyerahkan otoritas kepada anak buah secara sembarangan, sebab bisa disalahgunakan.-

 

PA – 600. Ancaman genosid atau pembunuhan massal oleh Haman merupakan hal yang amat serius. Yang bisa membatalkannya hanya jika Tuhan yang campur tangan. Mordekhai menyampaikan kepada Ester tentang ancaman itu, dan berharap Ester melakukan sesuatu, yaitu memberitahukan ancaman itu kepada raja. Ester menyanggupinya walaupun resikonya adalah kematian. Tak ada orang yang bisa menghadap raja tanpa perkenanan raja, dan sudah sebulan raja tidak memanggil Ester untuk menghadap dia. “Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati,” demikian tekad Ester. Namun ia membutuhkan dukungan rohani lewat doa puasa (Ester pasal 4). Miliki sense of crisis dengan membawanya kepada Tuhan. Mungkin kita sendiri tidak menghadapi masalah secara langsung, tetapi kita dapat ‘standing in the gap’ atau berdiri di hadapan Tuhan mewakili orang-orang yang berseru kepada-Nya. Ada masalah keputusasaan, kekuatiran, kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan sebagainya di antara kita. Jangan pasif, melainkan lakukan sesuatu. Kita ada bukan hanya untuk menjadi penonton terhadap masalah orang lain, tetapi terlibat aktif dalam mencari solusinya, juga dengan doa-doa kita.-

Tinggalkan komentar