Pendahuluan
Allah itu Mahakuasa. Namun dalam banyak hal Allah ‘membutuhkan’ orang-orang untuk menjadi mitra kerja-Nya. Itulah sebabnya dalam setiap zaman Allah – yang empunya lading pelayanan – selalu mencari, memanggil, dan memilih orang-orang yang dapat dipakai-Nya menjadi alat di tangan-Nya bagi kemuliaan-Nya.
Pada diri orang-orang yang dicari, dipanggil, dan dipilih Allah, ada kehendak bebas yang bisa digunakan oleh individu yang bersangkutan untuk menyatakan respons yang positif dengan menerima ajakan Allah tersebut, atau respons yang negatif dengan menolak ajakan Allah yang mulia itu. Itulah sebabnya ada kalanya Allah dipuaskan dengan orang-orang yang memberikan respons positif terhadap panggilan dan pilihan-Nya (mis. Yesaya – Yes. 6:8; Matius – Mat. 9:9). Tetapi adakalanya juga Allah sedih sebab tidak ada satu pun yang menanggapi panggilan dan pilihan-Nya itu (Yehezkiel 22:30). Kali ini kita akan melihat seluruh proses panggilan dan pilihan Allah ini.
Hakekat Panggilan dan Pilihan Allah
Dalam perikop ini, Tuhan Yesus sedang menyampaikan sebuah perumpamaan tentang orang-orang yang diundang dalam sebuah perjamuan kawin (Matius 22:1-14). Dari sini kita akan belajar banyak hal.
Pertama, panggilan dan pilihan Allah bertujuan mendatangkan sukacita, bukan dukacita. Peta perjamuan kawin merupakan momen istimewa di mana setiap orang bersukacita. Pelayanan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tidak akan merupakan suatu beban berat yang men-dukacitakan, melainkan kepercayaan dan kehormatan besar yang menyukacitakan.
Kedua, panggilan dan pilihan Allah bisa diterima atau ditolak. Terdapat banyak alasan yang bisa digunakan untuk menolak panggilan Allah ini. Namun sebenarnya juga terdapat banyak alasan untuk menerimanya. Menerima atau menolak memang merupakan hak azasi setiap manusia, tetapi tentu akan disertai dengan akibatnya masing-masing.
Ketiga, panggilan dan pilihan Allah selalu member kesempatan kedua. Kalau ada orang yang pada mulanya menolak, bisa saja setelah diberi kesempatan kedua ia menerimanya. Namun demikian ada pula yang tetap bersikukuh tidak mau mengiyakan panggilan dan pilihan Allah itu, bahkan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hokum Tuhan.
Keempat, panggilan dan pilihan Allah bisa datang dalam kehidupan orang-orang yang sebenarnya tidak layak, yaitu ‘orang-orang yang dijumpai di jalan-jalan’. Apa yang dianggap bodoh dan hina bagi dunia, dipanggil dan dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat (1 Kor. 1:26-29).
Kelima, panggilan dan pilihan Allah – walaupun terbuka bagi semua orang – namun tetap membutuhkan pemenuhan syarat-syarat yang sangat ketat. Salah satu persyaratan itu adalah ‘pengenaan pakaian pesta’, yaitu mengenakan karakter Yesus Kristus sendiri yang disebut sebagai buah Roh (Gal. 5:22-23).
Kelima, keberhasilan dalam pelayanan bukan terletak pada kuantitas, melainkan pada kualitas. Kualitas lebih dahulu, baru kemudian kuantitas menyusul (bdk. kemenangan Gideon).
—– 00000 —–