Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat …
Ibrani 2:4
Pada zaman pemerintahan Raja Ahab atas Kerajaan Utara (Israel) (874-852 SM), kehidupan umat Tuhan jauh dari Tuhan. Izebel, puteri Raja Etbaal, raja orang Sidon, yang dipersunting Ahab menjadi isterinya, merupakan penyembah berhala, yaitu menyembah Baal dan Asyera. Kata “Baal” sendiri berarti “tuan,” merupakan dewa kesuburan orang Kanaan dan bangsa-bangsa di sekitarnya. Sedangkan “Asyera” adalah dewi kesuburuan yang dipercaya sebagai isteri Baal.
Ahab ikut menyembah baal. Ia membuat mezbah untuk Bal di kuil baal yang didirikannya di Samaria, ibukota kerajaan Israel. Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati Tuhan, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya (1 Raja 16:32-22).
Nabi Elia yang melayani Tuhan pada masa itu diutus oleh Tuhan untuk menantang 450 nabi Baal dan 400 nabi Asyera di Gunung Karmel (1 Raja 18:19). Bentuk tantangannya adalah barang siapa yang bisa mengirimkan api dari langit dan membakar lembu korban persembahan, maka dialah Allah yang hidup, Allah yang sejati. Tantangan itu disambut baik oleh para nabi berhala tersebut. Mereka diberi kesempatan terlebih dahulu. Merek aberseru kepada dewa Baal, tetapi tidak ada jawabab. Nabi Elia mengejek mereka dengan mengatakan agar mereka berseru semakin keras, mungkin saja dewa Baal sedang merenung, atau ada urusan, atau sedang bepergian, atau sedang tidur. Bahkan para nabi Baal itu mulai menorah diri mereka dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka saat beribadah kepada dewa Baal, sampai mereka kerasukan, namun tetap … tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian! (1 Raja 18:25-29).
Akhirnya tibalah giliran Elia. Ia berseru kepada Yahweh (TUHAN), Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan Ia pun menjawab dengan api dari langit yang menyambar habis korban persembahan Elia. Akhirnya umat Israel sadar, bahwa TUHAN-lah Allah yang hidup. Mereka pun akhirnya berseru, “TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!” (1 Raja 18:39). Beberapa waktu kemudian Ahab mati dalam peperangan dan darahnya dijilat anjing (1 Raja 22:34-38), Izebel mati dijatuhkan dari jendela istananya, mayatnya terinjak-injak sehingga tubuhnya tidak utuh lagi karena sebagian besar dimakan anjing (2 Raja 9:30-36). Sedangkan Nabi Elia tidak mengalami kematian. Ia diangkat hidup-hidup ke sorga (2 Raja 2:1-12). Ada beberapa langkah penting yang dilakukan oleh Elia sehingga ia memperoleh kemenangan dalam peperangan rohani itu, yang dapat kita lihat dari 1 Raja-raja 18:30-39.
Pertama, Elia menyuruh orang Israel mendek ke mezbah Tuhan. Ini adalah kerinduan Tuhan sendiri agar umat-Nya dating mendekat kepada-Nya. Hanya orang yang mau dating mendekat kepada Tuhan yang akan memperoleh kemenangan. Tuhan, Allah kita adalah Allah yang transenden atau begitu agung dan mulia, namun Ia juga imanen, yaitu dekat dengan umat-Nya. Oleh sebab itu datanglah kepada-Nya, dan Tuhan membuka tangan-Nya menyambut kita. Tuhan tak pernah membuang siapa pun yang datang kepada-Nya (Yoh. 6:37).
Kedua, Elia memperbaiki mezbah Tuhan yang telah diruntuhkan. “Memperbaiki mezbah Tuhan” berarti memperbaiki kehidupan yang telah rusak, atau bertobat. Ketika seseorang datang kepada Tuhan, ia bisa saja datang dalam keadaan berdosa. Namun kemudian ketika Tuhan menyampaikan firman-Nya, ia sadar dan mau bertobat. Zakheus, misalnya, ketika berjumpa dengan Tuhan, lalu memperbaiki hidupnya. Ia tidak memeras orang lagi. Ia tidak egois lagi (Luk. 19:1-10).
Ketiga, Elia mengambil dua belas batu menurut jumlah suku Israel dan mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama Tuhan. Itu berarti Elia mengingat kembali perjanjian Allah kepada umat-Nya dan mengutamakan kesatuan. Di mana ada kesatuan, di situ ada mukjizat Tuhan. Beberapa puluh tahun sebelumnya umat Tuhan terpecah menjadi dua: Kerajaan Utara (Israel) dengan 10 suku yang beribukota di Samaria, dan Kerajaan Selatan (Yehuda) dengan 2 suku yang beribukota di Yerusalem. Tuhan menghendaki umat-Nya bersatu. Demikian pula dengan setiap keluarga. Memang bisa muncul ada perbedaan satu dengan yang lain, tetapi perbedaan itu justru melengkapi kita. Dalam kesatuan ada kuasa mendatangkan mukjizat Tuhan.
Keempat, Elia memotong kayu api dan memotong lembu. Ini berbicara tentang pengorbanan. Ketika seseorang rela berkorban maka ia akan mengalami kemenangan. Jika kita rela berkorban untuk mengalah, maka mukjizat pemulihan atas keluarga: suami dengan isteri, mertua dan menantu, orang tua dan anak, pasti akan terjadi. Bukankah Tuhan Yesus Kristus sendiri telah rela berkorban bagi kita? Ia telah rela meninggalkan kemuliaan-Nya dating ke dalam dunia yang hina. Ia rela menjadi manusia, bahkan sebagai hamba, dan taat sampai mati. Itulah sebabnya Allah meninggikan Dia sehingga setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan! (Filipi 2:1-11).
Kelima, Elia menyuruh orang menyiramkan air sebanyak-banyaknya atas korban itu sehingga tidak ada peluang rekayasa datangnya api yang membakar korban. Pada masa itu ibadah terhadap Baal penuh dengan rekayasa. Elia mau mematahkan anggapan orang terhadap rekayasa dalam ibadah semacam itu. Ia mau hidup dalam ketulusan dan kemurnian, tidak ada maksud-maksud tersembunyi dalam hidup dan pelayanan. Kita pun hendaknya demikian. Kita harus menjadi pengikut, bahkan murid Tuhan, dengan menjaga hati dan pengiringan kita tetap murni dan tulus. Melayani Tuhan benar-benar tulus, berbuat baik juga tulus, menyapa orang lain juga tulus. Inilah nasihat yang diberikan Rasul Paulus kepada Timotius agar hatinya tetap tulus dan murni (2 Tim. 2:22).
Keenam, Elia menaikkan doa yang benar di hadapan Allah. Mukjizat terjadi bukan karena kita memaksa Allah melakukan sesuatu yang kita mau, melainkan dengan menaikkan doa yang benar dalam penyerahan total kepada kehendak-Nya. Isi doa Elia adalah agar dengan menjawab doanya ini Tuhan dipermuliakan. Biar semua orang tahu siapa Tuhan dan siapa Elia sebagai hamba Tuhan, dan mereka tahu bahwa Tuhanlah yang mendatangkan pertobatan atas mereka. Jika kita berdoa meminta mukjizat terjadi, apakah tujuan akhirnya? Jangan supaya kita yang dipuji dan ditinggikan, atau nama hamba Tuhan tertentu yang disanjung, melainkan hanya nama Tuhan kita Yesus Kristus semata-mata.
Melalui peristiwa kemenangan Elia melawan nabi-nabi Baal ini, kita melihat bahwa Allah meneguhkan kesaksian iman Elia oleh tanda-tanda dan mukjizat. Hal serupa banyak terjadi di lading misi, di mana sering terjadi ‘adu kekuatan” antara kuasa gelap dengan kuasa Terang, antara roh Iblis dengan Roh Tuhan, antara kejahatan dan kebenaran. Kita harus yakin bahwa mukjizat kemenangan pasti terjadi, sebab … Roh yang di dalam kita lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh. 4:4b).