GIDEON

Seorang pahlawan adalah seorang yang memiliki kerinduan mendatangkan pembaharuan, termasuk pembebasan bagi orang lain yang terbelenggu atau terjajah. Ia memiliki ciri sebagai seorang yang pemberani dan rela berkorban. Ia tidak memikirkan dirinya sendiri apakah akan tetap dikenang atau dilupakan. Seorang pahlawan pada umumnya berjuang tanpa pamrih. Ia tidak pernah mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, melainkan selalu berusaha bagaimana caranya menolong orang lain.

Gideon adalah salah satu pahlawan yang dikisahkan dalam Alkitab yang bersama-sama akan kita pelajari dari Kitab Hakim-hakim 6-8, baik pribadi maupun sepak terjangnya dalam membebaskan bangsanya, yaitu bangsa Israel, umat pilihan Allah.

1. Pahlawan Yang Tahu Diri

Gideon adalah seorang yang ‘tahu diri’. Apa artinya? Pertama, ia tahu siapa TUHAN yang telah menciptakan dirinya. Ia tahu bahwa TUHAN telah melakukan karya-karya besar di masa lalu (Hak. 6:13). Pengenalan atau pengetahuan akan Allah semacam ini sangat penting untuk mempersiapkan diri dipakai oleh-Nya.

Kedua, ia tahu siapa dirinya sendiri. Ketika Malaikat TUHAN menjumpainya saat ia sedang bersembunyi ia disebut sebagai ‘pahlawan yang gagah perkasa’ dan menyatakan bahwa TUHAN mengutusnya untuk menyelamatkan bangsanya dari tekanan bangsa Midian dan Amalek, ia justru berkata bahwa ia berasal dari suku Manasye yang kecil, dan ia juga merasa dirinya masih begitu muda, sangat tidak berpengalaman.

Tuhan mampu melihat sesuatu yang tersembunyi dalam diri Gideon yang belum dilihat oleh orang lain. Tuhanlah yang menciptakan Gideon, dan Ia tahu persis kemampuan yang ada dalam diri Gideon. Itulah sebabnya Tuhan mengutus Gideon. Pahlawan sejati tidak langsung berkata, “Memang benar Tuhan, aku adalah pahlawan yang bisa Kauandalkan.” Melainkan ia akan merendahkan dirinya dan menyatakan ketidaklayakannya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita selalu merasa mampu, merasa hebat, merasa memiliki kelebihan dari orang lain, sehingga kemudian menyombongkan diri. Ataukah, kita selalu merasa tidak layak dan tidak mampu. Sehingga ketika kita mencapai suatu prestasi kita berkata bahwa itu semua karena anugerah Tuhan, bukan karena kemampuan kita sendiri. Bandingkan dengan ucapan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 3:5, bahwa kesanggupan tim pelayannya adalah pekerjaan Allah!

2. Pahlawan Yang Meminta Konfirmasi

Gideon tidak mau menduga-duga sembarangan dengan panggilan Tuhan atas dirinya. Ia meminta tanda yang jelas. Pertama, konfirmasi bahwa yang datang kepadanya adalah Tuhan sendiri atau bukan! Istilah ‘Malaikat TUHAN’ dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada penampakan Tuhan sendiri kepada umat-Nya. Gideon tidak mau langsung memastikan bahwa itu adalah Tuhan secara gegabah. Itulah sebabnya ia meminta tanda keilahian yang dipenuhi oleh Malaikat Tuhan itu (Hak. 6:17-24). Kedua, ia meminta tanda sebagai konfirmasi bahwa Tuhan benar-benar mengutusnya, yaitu dengan tanda guntingan bulu domba (Hak. 6:36-40). Tuhan pun memberikan peneguhan terhadap tanda ini!

Mempertanyakan suara Tuhan dan memastikan panggilan Tuhan bukan tanda keraguan atau kebimbangan, melainkan justru tindakan pemastian agar tidak sampai keliru. Ada orang yang mengatakan bahwa begitu sering ia mendengar suara Tuhan. Pengalamannya digembar-gemborkan kepada orang lain tanpa terlebih dahulu meminta konfirmasi tertentu dari Tuhan. Konfirmasi semacam ini penting guna pemastian. Jangan gegabah mengatas-namakan Tuhan hanya karena ingin dinilai orang sangat rohani. Lebih baik mencari kepastian melalui beberapa konfirmasi, baik melalui hamba Tuhan, rekan, keluarga, jemaat yang dilayani, pimpinan, bawahan, dan sebagainya.

3. Pahlawan Yang Berani

Tugas pertama Gideon sebagai seorang pemimpin adalah melaksanakan tugas dari TUHAN untuk meruntuhkan mezbah Baal dan meruntuhkan tiang berhala yang ada di dekatnya (Hak. 6:25). Ia melakukannya dengan penuh keberanian, walaupun dilakukan di malam hari. Keberanian Gideon di sini bukan diperhadapkan dengan tua-tua bangsanya atau dengan orang Amalek, melainkan dengan kuasa Iblis yang menyesatkan bangsa Israel dengan penyembahan berhala. Tuhan menyertai Gideon sehingga tidak ada serangan balik dengan kuasa kegelapan yang menimpa ke atasnya. Karena Baal hanyalah berhala maka ia tidak dapat melakukan pembalasan apa-apa.

Tuhan menghendaki agar kita tidak takut terhadap kuasa apa pun, sebab Roh Allah yang ada di dalam kita jauh lebih besar dari roh-roh lain dalam dunia ini (1 Yoh. 4:4b). Tuhan telah memberikan kepada kita kelengkapan kuasa Allah untuk membungkam kuasa kegelapan.  Tuhan telah menjanjikan kemenangan bagi setiap orang yang percaya. Jadi keberanian itu datang dari Roh Kudus yang menyertai kita sehingga hidup kita lebih dari pemenang.

4. Pahlawan Yang Selektif

Selanjutnya Gideon harus berperang melawan orang Amalek dan Midian. Ia membutuhkan sejumlah tentara guna menghadapi musuh-musuhnya. Tetapi dari 32.000 orang yang berhasil dikumpulkannya terseleksi awal menjadi 10.000 orang dan kemudian terseleksi lagi sehingga tersisa 300 orang saja! Tuhan berkata kepadanya bahwa dengan ke-300 orang itulah Tuhan akan menyerahkan musuh ke tangan mereka (Hak. 7:7).

Siapa yang tidak menginginkan jumlah tim yang cukup besar guna keberhasilan pekerjaan dan pelayanan kita? Siapa pimpinan gereja yang tidak rindu melihat begitu banyaknya jemaat yang ikut serta dalam pelbagai bentuk pelayanan? Namun sebenarnya masalahnya bukan pada jumlah melainkan pada komitmen. Allah lebih menghargai kualitas dan integritas dari pada sekedar jumlah. Jumlah atau kuantitas itu pasti akan menyusul kemudian jika pelayanan dijalankan oleh orang-orang yang berkualitas.

Tindakan penyeleksian semacam ini harus terus dilakukan, sebagai filter guna memperoleh orang-orang yang berkomitmen dan konsisten dalam melayani Tuhan. Pada awalnya memang akan ada yang tersingkirkan dan bisa menimbulkan kekecewaan. Tetapi jika seleksi yang ketat tidak dilakukan, maka pelayanan akan menjadi kacau dan tidak ada ketertiban. Pelayanan di gereja dan ditengah masyarakat akan dapat berjalan dengan baik jika dilakukan oleh orang-orang yang mau membayar harga, yaitu mau berkomitmen!

5. Pahlawan Yang Bersahaja

Yang unik dalam kepahlawanan Gideon adalah peralatan yang digunakannya dalam berperang, yaitu: sangkakala dengan buyung kosong dengan suluh di dalam buyung itu (Hak. 7:16). Ini adalah peralatan yang sangat bersahaja atau sederhana. Tetapi ketika itu digunakan oleh orang-orang yang penuh dengan Roh Allah dan berkomitmen, maka mampu mendatangkan kemenangan yang luar biasa.

Keberhasilan pekerjaan, keluarga, dan pelayanan kita bukan terletak pada banyaknya fasilitas yang kita miliki, melainkan pada strategi yang Tuhan berikan dalam menggunakan peralatan itu. Biasanya, keterbatasan peralatan menghasilkan kreativitas yang luar biasa. Sebaliknya, mereka yang memiliki banyak fasilitas sering kali menjadi kurang kreatif.

Jangan mengeluh dengan terbatasnya fasilitas di kantor atau gereja Saudara, melainkan berdoalah dan mohon hikmat Tuhan agar dengan apa yang ada di tangan Saudara, tetap bisa mencapai keberhasilan yang luar biasa.

Dari tulisan ini kita belajar banyak dari kepahlawanan Gideon yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita. Tuhan mengajar kita untuk belajar mengenal Allah dan pribadi kita dengan lebih baik lagi, bekerja dan melayani dengan penuh hati-hati dalam konfirmasi Tuhan yang jelas, melangkah dengan penuh keberanian, berani menyeleksi rekan sepelayanan yang berkomitmen tinggi, dan mau menerima apa yang ada serta mampu menggunakannya bagi kemuliaan nama Tuhan …

pdt. petrus f. setiadarma

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s