1. Pendahuluan
Sukacita (Ing.: joy; Yun. chara) merupakan salah satu sifat buah Roh (Galatia 5:22-23). Itu berarti sukacita merupakan ciri khas (trademark) orang Kristen. Orang Kristen yang kehilangan sukacita kehilangan sesuatu yang sangat berarti, yaitu hakekat kekristenan itu sendiri. Dalam tulisan ini kita akan merenungkan bersama beberapa bentuk sukacita yang seharusnya kita miliki di dalam mengiring Tuhan kita Yesus Kristus.
2. Sukacita Berkat Tuhan
Ini adalah jenis sukacita yang pertama, yaitu ketika Tuhan memberkati kita dengan limpahnya. Ini sukacita yang paling mudah dan paling sering dialami oleh setiap anak Tuhan. Ada berkat-berkat jasmani yang boleh dinikmati dengan penuh sukacita. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Kita dapat bersukacita bersama dengan alam ciptaan yang dijadikan dan diciptakan Tuhan dengan begitu indahnya (Mazmur 96:7-13).
- Kita dapat bersukacita karena Tuhan telah memberikan pasangan hidup yang sepadan dengan kita (Amsal 5:18).
- Kita dapat bersukacita karena Tuhan mengaruniakan anak-anak kepada kita. Mereka bukan beban, melainkan berkat yang Tuhan percayakan kepada kita (Amsal 23:24-25).
- Kita dapat bersukacita karena kesembuhan dan pemulihan yang dikerjakan-Nya dalam hidup kita sehingga kita memiliki kesehatan yang baik, atau karena penghiburan yang diberikan-Nya ketika kita berkain kabung atau berdukacita (Mazmur 30:12).
- Kita juga dapat bersukacita karena Tuhan memberikan kemampuan dan bakat-bakar tertentu kepada kita sehingga kita dapat bekerja keras dan memperoleh berkat-berkat-Nya (Pengkhotbah 5:18)
Biasanya jenis sukacita yang pertama ini dialami bersama dengan keluarga dan orang lain. Kita dapat mengundang orang-orang lain untuk bersukacita bersama kita, sama seperti saudara Lazarus yang mengadakan perjamuan ucapan syukur dan bersukacita atas kebangkitan Lazarus. Dalam perjamuan semacam itu yang penting bukan meriahnya acara atau mewahnya peralatan atau banyaknya dan lezatnya makanan serta minuman, melainkan kehadiran Yesus di dalamnya (Yohanes 12:1-2).
3. Sukacita Proses Pembentukan
Jenis sukacita yang kedua adalah ketika kita menerima proses pembentukan dari Tuhan. Ini merupakan sesuatu yang sangat sulit dialami, tetapi pasti akan terjadi dalam kehidupan kita. Kadang-kadang ketika kita berjalan di luar jalur yang telah ditetapkan Tuhan, Ia menghajar kita dengan kasih-Nya dan membentuk kita agar lebih taat kepada-Nya. Memang pada saat disiplin ini diberikan mendatangkan dukacita namun di ujung sana akan berakhir dengan sukacita. Adalah lebih baik berdukacita karena hajaran Tuhan tetapi kemudian bersukacita karena Ia membuat kita lolos dari masalah dan bencana yang lebih mengerikan (Ibrani 12:7-11).
Nabi Habakuk misalnya, tetap bersukacita walaupun ia belum dapat memahami mengapa Tuhan mengijinkan orang Kasdim (Babilonia) menyerbu bangsanya (Yehuda) dan memorak-porandakan segalanya. Demikian pula ketika segala hasil ladang mengecewakan dan ternak-ternak pun terhalau dari kurungan. Mengapa? Karena Habakuk menjadikan Tuhan sendiri sebagai sumber sukacitanya (the true source of joy).
Habakuk tidak menjadikan semua materi dan harta benda yang sementara itu sebagai sukacitanya. Inilah yang Tuhan kehendaki, sehingga sekalipun segalanya Tuhan ijinkan tidak lagi menjadi milik kita, kita bisa tetap bersukacita dan mengucap syukur (Habakuk 3:17-19).
4. Sukacita Pertobatan
Jenis sukacita berikutnya adalah sukacita yang dimiliki oleh malaekat di sorga, yaitu sukacita karena ada orang yang bertobat. Ada jiwa yang terhilang dan ditemukan kembali. Yesus menggunakan perumpamaan tentang domba yang hilang, uang dirham yang hilang dan anak yang hilang (Lukas 15), dari 1% menjadi 10% dan menjadi 50%. Yesus menyatakan adanya sukacita yang tak terkatakan ketika seorang kembali ke jalan yang benar.
Mencari jiwa terhilang harus menjadi komitmen kita dalam menaati Amanat Agung Tuhan kita (Matius 28:19-20). Kita tidak boleh menjadi orang yang egois dengan hanya menikmati keselamatan di dalam Yesus Kristus, sementara yang lain masih tinggal dalam kegelapan. Save the lost at any cost, selamatkan jiwa berapa pun harganya.
Untuk itulah Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini. Meninggalkan sorga yang mulia dan masuk ke dalam duni ayang fana … untuk mencari dan menyelamatkan yang sesat. Zacheus, seorang pemungut cukai, sekalipun kaya raya dengan kelimpahan harta, tetaoi jiwanya terhilang. Yesus datang ke Yerikho untuk Zakheus (Lukas 19:1-10). Zakheusu memberikan respons yang positif terhadap kerinduan Tuhan Yesus untuk menumpang di rumahnya. Ia begitu bersukacita, terlebih malaikat di sorga. Pertobatan Zakheus begitu nyata. Ia mengalami perubahan yang sangat radikal dari seorang yang begitu egois menjadi seorang yang altruis, yang peduli terhadap orang lain. Ia membagikan hartanya kepada orang miskin, dan mengembalikan empat kali lipat harta orang yang pernah dirugikannya.
Hati Allah adalah hati misi, hati yang merindukan agar semua manusia diselamatkan(1 Timotius 2:3-4). Oleh sebab itu miliki hati Allah agar malaikat di sorga terus bersukacita.
5. Sukacita Penuaian
Pertobatan orang dari kegelapan kepada terang merupakan sebuah tuaian. Pertobatan itu tidak datang begitu saja. Pada umumnya pertobatan seseorang merupakan hasil dari sebuah proses yang panjang. Sebelum seseorang memberikan respons yang positif terhadap Injil, sebelumnya tentu telah ada orang yang mau menabur benih Injil, melalui doa-doa yang dinaikkan bagi orang itu, traktat yang dibagikan, teman-teman yang bersaksi tentang kasih Allah, dan seterusnya. Mereka semua penabur-penabur yang bekerja keras dalam menabrkan firman Allah, bahkan tidak jarang dengan airmata yang berlinang-linang. Tetapi pada saatnya, sesuai dengan waktu Allah sendiri, Roh Kudus menginsyafkan dia akan dosa-dosanya dan membawanya kepada pertobatan. Inilah sukacita tuaian (Mazmur 126:5-6).
Siapa yang berhak mendapatkan upah: penabur, penyiram, atau penuai? Semuanya akan mendapatkan upahnya sesuai dengan kesetiaan seseorang akan tugas yang Tuhan percayakan kepadanya, sentah sebaga penabur, penyiram atau penuai. Rasul Paulus menyatakan bahwa tuaian itu merupakan hasil kerja sejumlah orang yang perannya sama pentingnya. Oleh sebab itu jika kita memberitakan Injil kepada seseorang dan orang itu belum memberikan respons yang positif bahkan menentang, jangan kecewa dan putus asa. Nantinya akan ada orang lain yang akan melanjutkan apa yang telah dilakukan sehingga tidak akan pernah menjadi sia-sia (1 Korintus 15:58).
6. Sukacita Kekekalan
Jenis sukacita yang terakhir adalah sukacita yang Tuhan Yesus janjikan kepada murid-murid-Nya dalam kekekalan. Ketika ketujuh puluh orang murid-Nya memberikan laporan pelayanan mereka kepada Tuhan, mereka bersukacita sebab ketika mereka mendoakan orang yang sakit, orang itu sembuh. Ketika mereka mengusir setan, setan-setan lari tunggang-langgang (Lukas 10:17-20).
Yesus tentu ikut bersukacita ketika mendengar bahwa pelayanan murid-murid-Nya berhasil. Tetapi Ia memberitahu kepada mereka tentang sukacita yang lebih besar yang disediakan Bapa bagi mereka yang melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Sukacita itu berkaitan dengan terdaftarnya nama mereka di sorga.
Keberhasilan dalam pelayanan tidak memberikan jaminan nama terdaftar di sorga, karena ada orang yang memiliki motivasi dan dasar yang keliru dalam menjalankan pelayanan tersebut (Matius 7:21-23). Yang lebih utama adalah melakukan kehendak Bapa di sorga, maka pelayanan itu akan berkenan di hadapan-Nya. Ketaatanlah yang membuat nama mereka terdaftar di sorga, bukan sekedar aktivitas luar belaka.
Oleh sebab itu jika sekarang kita sedang melayani, kita meminta agar Roh Kudus menolong kita agar kita memiliki hati yang tulus dan murni di hadapan Tuhan. Tidak melayani dengan motivasi yang keliru, seperti motivasi uang, pujian, popularitas, dan sebagainya. Mungkin saja pelayanan kita tersembunyi dari banyak orang. Namun Bapa yang di sorga melihat dan mencacat nama kita. Sukacita dalam kekkekalan ini lebih indah dari pada sukacita sementara karena keberhasilan pelayanan kita. Karisma dalam pelayanan harus dibarengi dengan karakter seperti Yesus Kristus sendiri.
7. Penutup
Miliki sukacita sejati yang telah Allah sediakan bagi Anda, baik sukacita dalam menikmati segala berkat Tuhan yang telah dilimpahkannya dalam kehidupan kita, sukacita dalam proses pembentukan Tuhan atas hidup kita, sukacita atas pertobatan seseorang, juga sukacita dalam kekekalan. Ketika orang lain melihat kita selalu bersukacita, maka mereka akan melihat adanya perbedaan yang nyata hidup sebagai anak-anak Tuhan. Selamat bersukacita di dalam dan oleh Roh Kudus-Nya …
—– 00000 —–
pdt. petrus f. setiadarma