
1. Pendahuluan
Tidaklah berlebihan jika Rasul Paulus mengungkapkan visinya tentang manusia di akhir zaman saat ia menuliskan suratnya kepada anak rohaninya, Timotius. Dalam Surat 2 Timotius 3:1-5 dinyatakan bahwa manusia akan berada pada zaman edan (Yun.: kalepoV, kalepos), di mana manusia akan: mencintai dirinya sendiri (egois) dan menjadi hamba uang, membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, dan lain-lain.
Semua perbuatan manusia yang dinyatakan dalamayat-ayat di atas adalah perbuatan dosa. Bagi orang-orang yang berpaham fatalisme, setelah melihat kondisi di atas ia akan berkata, “Ya, mau apa lagi, wong di Alkitab sudah ditulis demikian. Bukankah kalau Alkitab sudah menyatakannya, tidak ada satu pun yang bisa membatalkannya?” Di satu sisi memang benar bahwa apa yang telah dinubuatkan oleh firman Tuhan pasti terjadi. Namun Yesus Kristus sendiri juga menyatakan bahwa pengkhiatan atau dosa-dosa semacam itu memang akan ada, tetapi celakalah mereka yang melakukannya ( ). Itu berarti bahwa Tuhanbisa menolong kita untuk melepaskan diri dari dosa, dan juga menolong sesama kita terlepas dari keberdosaan itu.
Dalam tulisan ini penulis mengungkapkan mutlaknya kebutuhan pertobatan bagi manusia masa kini, dengan terlebih dahulu memberikan pemahaman tentang dosa dan pertobatan seperti yang dimaksudkan oleh Alkitab.
2. Dosa dan Solusinya
Apakah dosa itu? Apakah solusi terhadap dosa? Apabila kita mencoba mencari pengertian kata-kata ini dari kamus atau pandangan manusia pada umumnya, maka kita tidak akan memiliki pemahaman yang seutuhnya. Ada baiknya kita memahami makna kata-kata tersebut dari Alkitab.
Alkitab menggunakan beberapa istilah untuk dosa, yang intinya adalah: “kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak menaati hokum, kelaliman atau ketidakadilan.” Dosa ialah kejahatan dalam segala bentuknya. Ciri utama dosa dalam segala seginya ialah tertuju kepada Allah. Setiap pengertian tentang dosa yang tidak dilatari penentangan yang tertuju kepada Allah, merupakan penyimpangan dari arti yang digambarkan Alkitab. Jadi secara konkret Alkitab menyatakan bahwa, “dosa ialah pelanggaran hokum Allah” (1 Yohanes 3:4). Pelanggaran di sini berarti: membuang kekuasaan Allah, meragukan kebaikan hati-Nya, menengkari hikmat-Nya, menolak keadilan-Nya, memutarbalikkan kebenaran-Nya, dan menghinakan kasih karunia-Nya[1]
Dosa tidak bermula pada tindakan yang terang-terangan; dosa timbul dari hati dan pikiran (Markus 7:21-23).
Sejak Adam dan Hawa tidak menaati perintah Allah, dosa masuk ke dalam dunia. Alkitab menyatakan bahwa dosa telah menyebabkan manusia terpisah dari Allah yang Mahakudus (Roma 3:23). Melalui nabi-nabi-Nya dalam Perjanjian Lama, Allah menghendaki agar manusia – yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya –
kembali kepada-Nya, memiliki persekutuan yang indah dengan-Nya. Allah menyediakan solusi atas dosa. Dalam solusi itu ada bagian yang harus dikerjakan manusia dan ada yang merupakan bagian Allah.
Bagian manusia dalam solusi atas dosa-dosanya adalah: merendahkan diri guna mengaku dosa dan mengaku percaya, menyesal, dan meninggalkan dosa-dosanya (bertobat); bagian Allah adalah memberikan pengampunan, pemulihan dan pengudusan (1 Yohanes 1:9). Bagian Allah ini diwujudkan dengan mengaruniakan Anak-Nya Yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus, untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Matius 1:21).
Jadi pertobatan merupakan salah satu bagian penting dalam solusi atas dosa manusia. Solusi ini telah ditetapkan Allah sendiri, bersifat mutlak. Tidak ada alternatif lain bagi manusia untuk dapat melepaskan diri dari upah dosa, yaitu maut, selain hidup dalam pertobatan dengan menerima anugerah Allah yaitu keselamatan di dalam Yesus Kristus (Roma 3:23-24).
3. Dosa Manusia Modern
Sebenarnya tidak ada yang baru di muk abumi ini. Dosa yang dilakukan manusia modern pada masa kini pada hakekatnya sama dengan dosa yang dilakukan manusia purba, hanya “kemasannya” saja yang berbeda. Misalnya, kalau dulu daud melakukan dosa percabulan dengan mengintip Betsheba mandi, dan melakukan dosa perzinahan dengan mengambil Betseba menjadi isterinya, maka pada masa kini orang “mengintip” bahkan “memelototi” wanita tanpa busa di Internet, dan berzinah melalui perselingkuhan yang semakin marak.
Berpijak pada uraian Rasul Paulus tentang keadaan manusia modern dalam bagian Pendahuluan di atas, maka penulis menganalisa dosa-dosa yang telah begitu nyata-nyata dilakukan oleh manusia modern. Analisa ini bukan merupakan bentuk penghakiman, melainkan memaparkan fakta yang ada, agar kita semua menyadarinya dan segera memperoleh solusinya. Untuk mudahnya analisa ini, penulis merujuk pada Sepuluh Perintah Allah (Dasatitah), dan pelanggaran apa saj ayang telah dilakukan oleh manusia modern.
Dasatitah dalam Keluaran 20:1-17 dibagi dalam dua kelompok besar: Hukum yang mengatur hubungan umat dengan Allah (4 hukum), dan hukum yang mengatur hubungan umat dengan sesama (6 hukum).
(1) Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku – manusia modern memiliki “allah” lain dalam kehidupannya, yaitu “mammon” atau harta benda kekayaan dunia ini. Orang modern terus berkata, “Time is … more, more, more, money!” Manusia telah menjadi hamba uang. Uang menjadi segala-galanya. Terbukti pula dari ucapan yang sering kita dengar, “Uang adalah segalanya! Dengan uang kita bisa melakukan apa saja!” Tuhan telah diletakkan di urutan yang kesekian, bukan yang pertama dan utama.
(2) Jangan membuat patung untuk menyembahnya – manusia modern masa kini memiliki benda-benda tertentu yang dipandang memiliki kesaktian (jimat-jimat) untuk memberikan perlindungan bagi dirinya, berkat bagi usaha bisnisnya, dan sebagainya. Juga ada orang-orang tertentu yang begitu diidolakan dan dipuja begitu rupa (baik tokoh politik, tokoh agama, artis, dan sebagainya), sehingga mereka mau mati bagi orang yang dipujanya.
(3) Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan – manusia modern secara tidak patut menyebut, menggunakan, bahkan melecehkan nama Tuhan dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Ungkapan “Jesus!” atau “My God” yang muncul di film-film atau infotainment dan diterjemahkan dengan “Astaga!” atau ungkapan “Tuhan menghendaki terjadinya perceraian ini,” bukankah merupakan suatu pelecehan? Anehnya nama Tuhan juga diusung oleh orang-orang yang menyebut dirinya pemimpin agama (bahkan pendeta) hanya untuk membenarkan pandangannya sendiri. Ungkapan “Tuhan berkata langsung kepada saya …” harus diuji kebenarannya, dan tidak boleh diterima begitu saja karena sifatnya yang sangat subyektif.
(4) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat – manusia modern malah terjangkit dengan apa yang disebut workaholic atau gila kerja. Tak ada waktu untuk beribadah. Kalau pun ia secara fisik ada di tempat ibadah, tetapi pikiran dan hatinya ada di tempat lain. Ibadah hanya merupakan fomrlitas belaka.
(5) Hormatilah orang tuamu – manusia modern juga merasa tidak memiliki waktu lagi untuk menghormati orang tua. Memang dari hasil kerja mereka, mereka memboyong orang tua mereka dari rumah yang sederhana ke rumahnya yang serba mewah, tetapi selanjutnya tak ada komunikasi. Jadi sekarang orang tua mereka seperti burung dalam sangkar. Mengenaskan, tinggal menunggu saat kematian.
(6) Jangan membunuh – manusia modern malah senang dengan kebencian dan kekerasan. Pelbagai film dan tayangan media lainnya, bahkan game untuk anak-anak mengarah kepada kebencian dan kekerasan. Tak ada belas kasihan, tak ada pengampunan. Homo homini lupus pun terjadi di mana-mana.
(7) Jangan berzinah – manusia modern malah sepertinya melegalkan perzinahan (termasuk percabulan). Di Internet pornografi merajalela, dosa sejauh klik dari mouse belaka! Belum lagi perceraian dan perselingkuhan. Itu terjadi bukan hanya di kota-kota besar, tetapi sudah merebak sampai ke daerah-daerah. Dari orang tua hingga anak muda. iFree sex terjadi di mana-mana.
(8) Jangan mencuri – manusia modern begitu liciknya, sehingga kegiatan mencuri pun diselimuti dengan kemasan agamaawi. Bagaimana mungkin pejabat dari departemen yang seharusnya menyampaikan kebenaran seperti Departemen Agama dan Departemen Pendidikan malah penuh dengan koruptor? Bahkan para rohaniwan pun tidak sedikit yang juga “mencuri”, yaityu mencuri kemuliaan Tuhan ketika ia memperoleh pujian karena pelayanan khotbah dan mujizat yang terjadi dalam pelayanannya.
(9) Jangan mengucapkan saksi dusta – manusia modern malah berkata. “Bohong untuk kebaikan itu tidak apa-apa!”, membajak produk asli dengan bajakan kemudian memberi label “asli’, padahal dengan jelas Alkitab berkata bahwa bapa dari segala dusta adalah Ibli1 (Yohanes 8:44).
(10) Jangan mengingini milik sesamamu manusia – di kalangan manusia modern justru sekarang sering terjadi “bajak manajer”. Mereka enggan melatih seseorang dari awal, dan kemudian menginginkan manajer perusahaan orang lain, dan merebutnya tanpa merasa berdosa. Etika bisnis semacam ini telah terjadi di mana-mana.
Lengkaplah sudah dosa yang dilakukan manusia modern terhadap Allah. Jika pelanggaran terhadap salah satu hukum saja berarti melanggar semuanya, apalagi jika kesepuluh hukum itu semuanya dilanggar!
Karena dosa-dosa ini terus dilakukan bahkan terjadi eskalasi yang cukup signifikan, maka akibatnya kita lihat sekarang: bencana alam terjadi lebih dahsyat dibandingkan masa lalu (termasuk di dalamnya global warming – pemanasan global), sakit penyakit seperti HIV/AIDS, kejahatan dan terorisme, serta hedonisme dan kemaksiatan. Bahkan sekali kelak, semuanya akan berakhir dengan kebinasaan.
Ucapan lantang Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus sendiri, “Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat!” harus terus kita sampaikan, dan Roh Kudus menolong kita untuk menginsyafkan mereka, sehingga terhindar dari murka Allah. Dan jangan lupa! Kita pun yang telah mengerti kebenaran harus bertobat .. sekarang juga!
—– 00000 —–
Pdt. Drs. Petrus F. Setiadarma, MDiv.
Your blog is excellence pak !
I believe this will touch and bless many people.
GBU
Terima kasih pak Peter telah mengunjungi blog ini. Saya bersyukur kepada Tuhan jika blog ini telah menjadi berkat bagi Bapak. beritahukan kepada yang lain, ya pak. GBU.
Artikel yang bagus, pasti menjadi berkat. Boleh ijin kalau artikel bapak saya masukkan ke dalam warta gereja kami (GBT Kristus Alfa Omega – Jemaat Ngesrep). Selamat Berkarya, Tuhan terus memakai bapak! Thanks.GBU
Salam kenal,
Senang dengan tulisan ini.
Gbu.
Sdr. Imankristen, Terima kasih untuk komentarnya. Saya juga diberkati oleh blog anda. GBU.
Trims pa..Tulisan ini membuka hati nurani saya.JLU..
Terimakasih kembali, pak Hartono. Doakan terus pertobatan bangsa kita, agar Tuhan segera memulihkan negeri ini. JBU
thanks untk tulisannya.GBU
artikel anda sangat menyentuh dan luar biasa, sayang saya terlambat membacanya, saya baru membacanya setelah saya melanggar hukum ke (7), saya menyesali dan memohon ampun kepada Tuhan Yesus Kristus, tapi sampai saat ini saya tidak bisa damai sejahtera, adakah yang bisa saya lakukan untuk bisa mendapat pengampunan dari Tuhan Yesus. Saya tidak mau masuk neraka dan saya tidak mau mati dalam dosa. Apakah pertobatan harus dilayani oleh hamba Tuhan dan disaksikan jemaat dan keluarga atau bagaimana?, apakah anda melayani konseling atau mengenal orang yg melayani konseling
Salam kenal ya Pak Pendeta. Bapak ada bakat menjadi seorang penulis lho… Btw,kpn bikin buku Pak? Saya tnggu y tulisan berikutnyaq
Terima kasih Pa utk Renungannya…..
Puji Tuhan sy di berkati….
Saya ingin kembali bangkit dari keterpurukan yang sy alami….
Sy ingin Kembali pd jln2-Nya…
dan berada pada PERTOBATAN yang SEJATI….
Tuhan Yesus Memberkagi Bapak…..
Thank’s for ALL…
Smoga mnjadi pngetahuan ‘n plajaran bagi yg lainnya…
I hope God always bless you…