
Kitab Keluaran (Exodus) adalah kitab kedua dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Berikut adalah ulasan mengenai penulis, waktu dan tempat penulisan, serta tujuan penulisan berdasarkan tradisi dan penelitian akademis:
1. Penulis
- Tradisi Keagamaan: Menurut tradisi Yahudi dan Kristen, Kitab Keluaran ditulis oleh Musa, yang dianggap sebagai nabi dan pemimpin bangsa Israel. Tradisi ini berdasarkan referensi dalam Alkitab, seperti Keluaran 17:14, 24:4, dan Ulangan 31:9, yang menyatakan bahwa Musa menuliskan hukum dan peristiwa-peristiwa penting.
- Pandangan Akademis: Beberapa sarjana modern, terutama yang menganut hipotesis dokumenter (Documentary Hypothesis), berpendapat bahwa Kitab Keluaran disusun oleh beberapa sumber atau redaktor (seperti sumber Yahwist, Elohist, dan Priestly) pada periode yang berbeda, bukan hanya oleh satu orang. Namun, tidak ada konsensus mutlak, dan pandangan tradisional tentang Musa sebagai penulis tetap kuat di kalangan komunitas keagamaan.
2. Waktu dan Tempat Penulisan
- Waktu Penulisan:
- Tradisi: Jika Musa adalah penulisnya, Kitab Keluaran kemungkinan ditulis sekitar abad ke-13 atau ke-15 SM, sesuai dengan perkiraan waktu peristiwa Keluaran dari Mesir (sekitar 1446 SM menurut kronologi tradisional berdasarkan 1 Raja-raja 6:1, atau sekitar 1290 SM menurut beberapa sarjana).
- Pandangan Akademis: Sarjana modern cenderung menempatkan penyusunan akhir Kitab Keluaran pada periode pasca-pembuangan (setelah 587 SM) atau selama periode pembuangan di Babel (abad ke-6 SM), meskipun tradisi lisan dan tulisan awal mungkin sudah ada jauh sebelumnya.
- Tempat Penulisan:
- Tradisi: Kitab ini kemungkinan ditulis di padang gurun selama perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Kanaan, mungkin di wilayah Sinai atau sekitarnya.
- Pandangan Akademis: Penyusunan akhir mungkin terjadi di Israel atau Yehuda, atau bahkan di Babel selama masa pembuangan, tergantung pada teori sumber yang dianut.
3. Tujuan Penulisan
Kitab Keluaran memiliki beberapa tujuan utama, baik dari perspektif teologis maupun historis:
- Teologis:
- Penyelamatan Allah: Menggambarkan kuasa dan kasih setia Allah dalam membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, menegaskan bahwa Allah adalah Pembebas yang setia pada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.
- Pembentukan Identitas Bangsa: Kitab ini menceritakan pembentukan Israel sebagai umat pilihan Allah melalui pemberian Hukum (Sepuluh Perintah dan hukum-hukum lainnya) di Gunung Sinai, yang menjadi dasar identitas spiritual dan sosial mereka.
- Penyembahan kepada Allah: Menekankan pentingnya penyembahan yang benar, seperti terlihat dalam instruksi pembangunan Kemah Suci (Tabernakel) dan penetapan sistem ibadah.
- Historis:
- Mencatat peristiwa-peristiwa penting seperti keluarnya Israel dari Mesir, perjalanan di padang gurun, dan pemberian Taurat, yang menjadi fondasi sejarah dan iman Israel.
- Moral dan Hukum: Memberikan pedoman hidup melalui Hukum Taurat, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan sesama.
- Inspirasi dan Harapan: Memberikan harapan kepada umat Israel, terutama selama masa pembuangan, bahwa Allah tetap setia dan mampu membebaskan mereka dari kesulitan.
Ringkasan
Kitab Keluaran adalah narasi fundamental yang mencatat pembebasan Israel dari Mesir dan pembentukan mereka sebagai umat Allah. Ditulis secara tradisional oleh Musa sekitar abad ke-13 atau ke-15 SM di padang gurun, kitab ini bertujuan untuk menegaskan kuasa Allah, membentuk identitas bangsa Israel, dan memberikan pedoman hukum serta ibadah. Pandangan akademis mungkin menempatkan penyusunan akhir pada periode yang lebih belakangan, tetapi esensi teologis dan historisnya tetap relevan bagi umat Yahudi dan Kristen hingga kini.
Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Kristen dari Kitab Ulangan
Tafsiran Kitab Keluaran mengenai Kepemimpinan Kristen sangat kaya dan mendalam. Kitab Keluaran bukan hanya catatan sejarah pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, tetapi juga merupakan blueprint atau cetak biru ilahi tentang bagaimana seorang pemimpin yang dipilih dan diurapi Tuhan seharusnya bertindak.
Pemimpin utama dalam kitab ini adalah Musa, dan perjalanan kepemimpinannya memberikan pelajaran yang sangat relevan bagi kepemimpinan Kristen masa kini.
Berikut adalah tafsiran dan prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen yang dapat kita pelajari dari Kitab Keluaran:
1. Pemimpin Dipanggil dan Diutus oleh Tuhan (Keluaran 3-4)
- Naratif: Musa mengalami panggilan Tuhan melalui peristiwa semak duri yang terbakar namun tidak hangus (Kel. 3:1-10). Ia awalnya menolak dengan berbagai alasan (tidak mampu, tidak layak, tidak tahu nama Tuhan), tetapi Tuhan mengutusnya dengan jaminan kuasa dan penyertaan-Nya (“Aku akan menyertai engkau” – Kel. 3:12).
- Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
- Panggilan Ilahi: Kepemimpinan Kristen bukanlah tentang ambisi pribadi, melainkan tentang menanggapi panggilan Tuhan. Seorang pemimpin Kristen pertama-tama adalah seorang hamba yang dipanggil.
- Ketergantungan pada Tuhan: Seorang pemimpin tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi pada penyertaan dan otoritas Tuhan. Kelemahan manusiawi justru menjadi ruang bagi kemuliaan Tuhan dinyatakan (2 Kor. 12:9).
2. Pemimpin adalah Perantara antara Tuhan dan Umat-Nya (Keluaran 5, 17, 32)
- Naratif: Musa berulang kali menjadi jembatan. Ia menyampaikan firman Tuhan kepada Firaun (Kel. 5:1), membawa keluhan umat kepada Tuhan (Kel. 5:22-23), dan berdoa syafaat untuk umat yang berdosa (seperti dalam peristiwa lembu emas, Kel. 32:11-14).
- Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
- Komunikasi Dua Arah: Seorang pemimpin harus mahir “mendengar dari Tuhan” melalui doa dan Firman, dan kemudian “menyampaikan kepada umat” dengan setia. Ia juga harus mendengarkan keluhan dan kebutuhan umat dan membawanya dalam doa syafaat kepada Tuhan.
- Pendoa Syafaat: Kepemimpinan rohani memikul beban doa bagi orang yang dipimpinnya, bahkan ketika mereka berbuat salah.
3. Pemimpin yang Melayani (Servant Leadership) (Keluaran 18:13-27)
- Naratif: Musa awalnya mencoba melakukan segalanya sendirian, mengadili semua perkara bangsa Israel dari pagi hingga petang. Mertuanya, Yitro, menasihatinya untuk mendelegasikan tugas dengan membangun struktur kepemimpinan yang bertingkat (pemimpin seribu, ratus, lima puluh, dan sepuluh).
- Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
- Delegasi dan Pemberdayaan: Pemimpin yang efektif bukanlah yang mengerjakan semua hal sendiri, tetapi yang mempercayai dan memberdayakan orang lain. Ini mencegah kelelahan (burnout) dan memungkinkan pertumbuhan gereja atau organisasi.
- Kepemimpinan yang Melayani: Model Yesus adalah “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat. 20:28). Musa melayani umat dengan mengadili perkara mereka. Seorang pemimpin Kristen melihat posisinya sebagai platform untuk melayani, bukan untuk dilayani.
4. Pemimpin yang Membawa Umat kepada Ketaatan pada Firman Tuhan (Keluaran 19-24)
- Naratif: Setelah keluar dari Mesir, peran utama Musa adalah memimpin umat ke Gunung Sinai untuk menerima Hukum Tuhan (10 Perintah Allah) dan perjanjian. Ia menjadi pengajar firman Tuhan.
- Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
- Pemuridan dan Pengajaran: Tujuan akhir kepemimpinan Kristen bukan hanya membawa “kebebasan” (seperti dari Mesir), tetapi membawa umat kepada hubungan perjanjian dengan Tuhan, yang ditandai dengan ketaatan pada firman-Nya. Seorang pemimpin harus memprioritaskan pengajaran Alkitab yang benar.
- Pembangunan Sistem (Konstitusi): Musa membantu bangsa yang kacau untuk memiliki sistem hukum yang berdasarkan prinsip-prinsip Tuhan. Pemimpin Kristen bertugas membangun budaya dan struktur yang alkitabiah dalam gereja atau komunitasnya.
5. Pemimpin yang Bergantung pada Hadirat Tuhan (Keluaran 33:7-11, 15)
- Naratif: Musa mendirikan Kemah Pertemuan di luar perkemahan untuk mencari Tuhan. Keluaran 33:11 mencatat, “Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka, seperti seorang berbicara kepada temannya.” Musa menolak untuk memimpin jika Tuhan tidak menyertai (Kel. 33:15).
- Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
- Keintiman dengan Tuhan: Sumber otoritas dan hikmat sejati seorang pemimpin berasal dari hubungan yang intim dan pribadi dengan Tuhan, bukan hanya dari jabatannya.
- Penyertaan Tuhan sebagai Prioritas: Keberhasilan pelayanan bukan ditentukan oleh strategi atau sumber daya manusia semata, tetapi oleh penyertaan Tuhan. Seorang pemimpin harus terus-menerus “berkonsultasi” dengan Tuhan.
6. Pemimpin yang Rendah Hati (Bilangan 12:3 – catatan dalam konteks Keluaran)
- Naratif: Kitab Bilangan, yang merupakan lanjutan dari perjalanan Keluaran, secara khusus menyebutkan bahwa Musa adalah seorang yang sangat rendah hati, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.
- Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
- Kerendahan Hati: Meskipun memiliki akses dan otoritas yang luar biasa, Musa tetap rendah hati. Kerendahan hati adalah sifat yang sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan (authority) dan menjadikan pemimpin bisa diajar dan dikoreksi (seperti oleh Yitro).
Kesimpulan
Kitab Keluaran menggambarkan bahwa Kepemimpinan Kristen pada hakikatnya adalah kepemimpinan yang bersumber dari panggilan Tuhan, dimodelkan oleh perantaraan dan doa syafaat, dijalankan dengan semangat melayani dan mendelegasikan, diarahkan untuk membawa umat taat kepada Firman, dan digerakkan oleh keintiman serta ketergantungan penuh pada penyertaan Tuhan.
Musa adalah prototype (contoh awal) dari Pemimpin yang sempurna, yaitu Yesus Kristus, yang memimpin umat-Nya keluar dari perbudakan dosa menuju perjanjian yang baru. Setiap pemimpin Kristen dipanggil untuk meneladani Musa, yang pada akhirnya meneladani Kristus.