
Kitab Kisah Para Rasul (bahasa Yunani: Praxeis Apostolōn, “Perbuatan Para Rasul”) adalah kitab kelima dalam Perjanjian Baru, yang melanjutkan narasi Injil Lukas. Berikut uraian singkat dan sistematis mengenai penulis, waktu dan tempat penulisan, serta tujuan penulisan:
1. Penulis
- Lukas, seorang dokter dan sahabat dekat Rasul Paulus (Kolose 4:14; 2 Timotius 4:11; Filemon 24).
- Bukti internal:
- Gaya penulisan sama dengan Injil Lukas (keduanya ditujukan kepada “Teofilus”).
- Bagian “kami” (Kis. 16:10–17; 20:5–15; 21:1–18; 27:1–28:16) menunjukkan Lukas ikut dalam perjalanan misi Paulus.
- Lukas bukan salah satu dari 12 rasul, tetapi seorang Yunani (atau mungkin Yahudi Helenis) yang terpelajar, teliti, dan berlatar belakang medis.
2. Waktu Penulisan
- Sekitar tahun 60–64 M.
- Alasan:
- Kitab berakhir dengan Paulus di bawah tahanan rumah di Roma (Kis. 28:30–31), tanpa menyebut kematiannya (yang terjadi sekitar 64–67 M).
- Tidak ada penyebutan penghancuran Yerusalem (70 M) atau penganiayaan Nero (64 M), yang seharusnya relevan jika sudah terjadi.
- Ditulis setelah Injil Lukas (yang diperkirakan sekitar 58–60 M).
3. Tempat Penulisan
- Kemungkinan besar di Roma.
- Alasan:
- Lukas berada bersama Paulus selama tahanan di Roma (Kis. 28; Kol. 4:14).
- Kitab ditulis saat Paulus masih hidup dan berkhotbah bebas di Roma.
4. Tujuan Penulisan
Kitab ini ditulis dengan tujuan teologis, historis, dan apologetik:
| Tujuan | Penjelasan | Ayat Kunci |
|---|---|---|
| Menunjukkan penyebaran Injil dari Yerusalem ke Roma | Melacak perjalanan Injil dari Yahudi ke bangsa-bangsa lain (Kis. 1:8). | “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8) |
| Membela kekristenan sebagai kelanjutan agama Yahudi yang sah | Menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan, dan gereja adalah Israel sejati. | Khotbah Petrus (Kis. 2:14–36; 3:12–26). |
| Memperlihatkan karya Roh Kudus dalam gereja mula-mula | Roh Kudus adalah penggerak utama misi, mujizat, dan pertumbuhan gereja. | Pentakosta (Kis. 2); pengurapan Stefanus, Filipus, Paulus, dll. |
| Memberi teladan bagi gereja tentang misi, penderitaan, dan kesatuan | Menghibur jemaat yang menghadapi penganiayaan; menegaskan bahwa penderitaan adalah bagian dari panggilan. | Paulus: “Melalui banyak penderitaan kita harus masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Kis. 14:22) |
| Menghubungkan Paulus dengan para rasul lain | Membela pelayanan Paulus di hadapan gereja Yahudi-Kristen yang curiga. | Konsili Yerusalem (Kis. 15). |
Kesimpulan
Kitab Kisah Para Rasul adalah jilid kedua karya Lukas (Lukas–Kisah) yang ditulis oleh Lukas sekitar 60–64 M di Roma, dengan tujuan utama:
Membuktikan bahwa Injil Yesus Kristus, yang dikuatkuasakan oleh Roh Kudus, menyebar dari Yerusalem hingga ke pusat kekaisaran Roma, dan bahwa gereja adalah umat Allah yang baru, terbuka bagi semua bangsa.
Kitab ini bukan hanya sejarah, tetapi teologi misi yang relevan hingga kini bagi setiap pemimpin Kristen.
Prinsip-prinsip Kepemimpinan Kristen dalam Kitab Kisah Para Rasul
Pendahuluan
Kitab Kisah Para Rasul merupakan dokumen historis yang merekam kelahiran gereja perdana dan perkembangan kepemimpinan Kristen pada masa formative. Buku ini memberikan model kepemimpinan yang transformatif, komunitas, dan dipimpin oleh Roh Kudus.
A. DASAR TEOLOGIS KEPEMIMPINAN KRISTEN
1. Kristosentris
Kepemimpinan berpusat pada Kristus sebagai Kepala Gereja
- Kisah 2:36 – “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.”
- Kisah 4:12 – “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
2. Pneumatologis
Dipimpin dan diurapi oleh Roh Kudus
- Kisah 1:8 – “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku…”
- Kisah 13:2 – “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.'”
B. PRINSIP-PRINSIP KEPEMIMPINAN DALAM KISAH PARA RASUL
1. Kepemimpinan yang Melayani (Servant Leadership)
Prinsip:
- Kepemimpinan sebagai pelayanan, bukan dominasi
- Meneladani Kristus yang datang untuk melayani
Contoh Praktis:
- Kisah 6:1-6 – Pengangkatan tujuh orang untuk melayani meja
- Kisah 20:35 – “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah…”
2. Kepemimpinan yang Berbasis Karakter
Kualifikasi Pemimpin:
- Kisah 6:3 – “Pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang penuh Roh dan hikmat”
- Kisah 16:2 – Timotius disaksikan baik oleh saudara-saudara di Listra dan Ikonium
Karakter Esensial:
- Penuh Roh Kudus
- Berhikmat
- Terbukti integritasnya
- Diakui komunitas
3. Kepemimpinan yang Visioner
Memiliki Visi Ilahi:
- Kisah 16:9-10 – Visi Makedonia memimpin pelayanan lintas budaya
- Kisah 26:19 – Paulus setia pada penglihatan surgawi
Ciri Visioner:
- Mendengar suara Tuhan
- Berani mengambil inisiatif
- Memimpin perubahan strategis
4. Kepemimpinan yang Pemberani
Keberanian dalam Penghadapan:
- Kisah 4:13 – Petrus dan Yohanes berbicara dengan berani
- Kisah 5:29 – “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”
Sumber Keberanian:
- Pengenalan akan Allah
- Kuasa Roh Kudus
- Keyakinan akan kebenaran
5. Kepemimpinan yang Adaptif dan Kontekstual
Strategi Kontekstual:
- Kisah 17:22-34 – Paulus di Atena: pendekatan berbeda untuk audiens berbeda
- Kisah 15:19-20 – Keputusan adaptif untuk jemaat non-Yahudi
Fleksibilitas:
- Menyesuaikan metode tanpa mengkompromikan pesan
- Sensitif terhadap kebutuhan budaya lokal
C. MODEL KEPEMIMPINAN YANG PLURAL
1. Kepemimpinan Tim
- Kisah 13:1-3 – Beberapa nabi dan guru di Antiokhia
- Kisah 15:6 – Para rasul dan penatua berkumpul
- Prinsip: Tidak ada pemimpin tunggal; kolaborasi tim
2. Delegasi dan Pemberdayaan
- Kisah 6:1-7 – Pendelegasian tanggung jawab
- Kisah 14:23 – Penunjukkan penatua di setiap jemaat
- Prinsip: Membangun pemimpin baru
3. Akuntabilitas
- Kisah 11:1-18 – Petrus mempertanggungjawabkan tindakannya
- Kisah 15:1-35 – Konsili Yerusalem: proses pengambilan keputusan terbuka
D. TANTANGAN KEPEMIMPINAN DAN PENANGANANNYA
1. Konflik Internal
- Kisah 6:1-7 – Konflik distribusi makanan
- Solusi: Transparan, melibatkan komunitas, solusi kreatif
2. Oposisi Eksternal
- Kisah 4:1-31 – Penghadapan dengan otoritas agama
- Respons: Berani, bijaksana, terus memberitakan
3. Perbedaan Pandangan
- Kisah 15:36-41 – Perselisihan Paulus dan Barnabas
- Penanganan: Tetap fokus pada misi, menghargai perbedaan
E. PROSES PENGEMBANGAN PEMIMPIN
1. Pemuridan (Discipleship)
- Kisah 9:26-30 – Barnabas membimbing Paulus
- Kisah 16:1-3 – Paulus membimbing Timotius
- Prinsip: Investasi dalam generasi berikutnya
2. Pengalaman Lapangan
- Kisah 13-14 – Perjalanan misi pertama Paulus dan Barnabas
- Metode: Learning by doing dengan pendampingan
3. Ujian dan Penderitaan
- Kisah 14:19-22 – Paulus dilempari batu tetapi terus melanjutkan
- Prinsip: Ketahanan melalui penderitaan
F. PERAN DOA DAN PUASA
Praktik Spiritual:
- Kisah 1:14 – Bertekun dalam doa
- Kisah 13:2-3 – Beribadah dan berpuasa sebelum pengutusan
- Kisah 6:4 – Para rasul bertekun dalam doa dan pelayanan Firman
Signifikansi:
- Mendengar suara Tuhan
- Menerima arahan ilahi
- Mengalami kuasa transformatif
G. APLIKASI KONTEMPORER
1. Gereja Modern:
- Kepemimpinan sebagai pelayanan, bukan posisi
- Kolaborasi tim daripada hierarki tunggal
- Keteladanan karakter di atas kompetensi
2. Organisasi Kristen:
- Visi yang dipimpin Roh, bukan hanya strategi manusia
- Akuntabilitas dan transparansi
- Pengembangan pemimpin generasi berikutnya
3. Pemimpin Individu:
- Ketergantungan pada Roh Kudus
- Keberanian menghadapi tantangan
- Fleksibilitas dalam metode, kesetiaan pada kebenaran
Kesimpulan
Prinsip kepemimpinan dalam Kisah Para Rasul menampilkan paradigma yang radikal berbeda dengan model duniawi:
- Sumber Kuasa: Roh Kudus, bukan posisi
- Tujuan: Kemuliaan Allah dan perluasan Kerajaan, bukan keuntungan pribadi
- Metode: Pelayanan dan pengorbanan, bukan dominasi
- Struktur: Komunitas dan kolaborasi, bukan hierarki kaku
- Pengukuran: Kesetiaan dan buah, bukan kesuksesan eksternal
Model kepemimpinan ini tetap relevan dan transformatif bagi gereja dan organisasi Kristen di segala zaman, menawarkan pendekatan yang berpusat pada Kristus, dipimpin oleh Roh, dan berorientasi pada pelayanan untuk memenuhi misi Allah di dunia.