
Injil Matius, yang merupakan kitab pertama dalam Perjanjian Baru, adalah salah satu dari empat Injil Sinoptik (bersama Markus dan Lukas). Kitab ini menyajikan riwayat kehidupan, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus dengan penekanan kuat pada penggenapan nubuat Perjanjian Lama.
1. Penulis
Menurut tradisi Gereja Kristen yang konsisten sejak abad ke-2 M (dimulai dari Papias dari Hierapolis sekitar 130 M, kemudian Irenaeus, Origen, Eusebius, dan Bapa Gereja lainnya), Injil ini ditulis oleh Matius, seorang pemungut cukai (Levi) yang dipanggil menjadi salah satu dari dua belas rasul Yesus (Matius 9:9; 10:3). Tradisi ini menyatakan bahwa Matius awalnya menulis dalam bahasa Ibrani (atau Aram) untuk orang Yahudi, sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Namun, konsensus mayoritas sarjana modern menganggap Injil ini anonim, ditulis oleh seorang Kristen Yahudi yang bukan saksi mata langsung, karena ketergantungan besar pada Injil Markus (sekitar 90% materi Markus digunakan) dan sumber Q, yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang rasul yang eyewitness. Meski demikian, atribusi kepada Matius tetap diterima secara universal dalam manuskrip-manuskrip awal dan kanon Alkitab.
2. Waktu dan Tempat Penulisan
Tanggal penulisan tidak disebutkan secara eksplisit dalam teks, sehingga bergantung pada bukti internal dan eksternal. Konsensus sarjana modern memperkirakan sekitar 80–90 M, setelah kehancuran Bait Allah di Yerusalem pada 70 M (karena referensi seperti Matius 22:7 dan 24:1-2 dianggap merujuk pada peristiwa itu, serta ketergantungan pada Markus yang ditulis sekitar 70 M). Beberapa pandangan konservatif dan tradisional mempertahankan tanggal lebih awal, sekitar 50–70 M (bahkan 40–60 M menurut minoritas seperti N.T. Wright), sebelum 70 M, karena tidak ada penyebutan eksplisit kehancuran Bait Allah sebagai peristiwa masa lalu, dan kesaksian Ireneus bahwa Matius menulis saat Petrus dan Paulus masih berkhotbah di Roma (sekitar 60–65 M). Versi Yunani yang ada saat ini kemungkinan besar merupakan komposisi asli atau terjemahan akhir abad ke-1.
Tempat Penulisan
Lokasi pasti tidak diketahui, tetapi bukti internal (penekanan pada isu Yahudi, hukum Taurat, dan komunitas Kristen-Yahudi yang menghadapi konflik dengan sinagoga) menunjuk ke wilayah dengan populasi Yahudi signifikan di luar Yudea. Antiokhia di Siria sering dianggap sebagai tempat paling mungkin, karena: (1) bahasa Yunani dominan di sana; (2) referensi unik Matius tentang Yesus dikenal di Siria (Matius 4:24); (3) kutipan awal dari Injil ini oleh Ignatius, uskup Antiokhia sekitar 110 M; serta (4) banyak orang Kristen awal bermigrasi ke sana setelah penganiayaan (Kisah 11:19). Alternatif lain termasuk Palestina atau Siria secara umum.
3. Tujuan Penulisan
Injil Matius ditujukan terutama kepada pembaca Kristen Yahudi atau komunitas campuran Yahudi-non-Yahudi yang sedang mengalami ketegangan dengan Yudaisme rabinis pasca-70 M. Tujuan utama adalah:
- Membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan: Melalui lebih dari 60 kutipan dan alusi Perjanjian Lama (misalnya, frasa “supaya genaplah” muncul 10 kali), silsilah dari Abraham dan Daud (Matius 1), serta penekanan Yesus sebagai “Putra Daud” (12 kali).
- Menegaskan Kerajaan Allah/Surga: Yesus sebagai Raja Mesianis yang mendirikan Kerajaan baru, dengan struktur lima khotbah utama (mirip lima kitab Taurat) untuk mengajar murid-murid tentang etika Kerajaan (misalnya, Khotbah di Bukit, pasal 5–7).
- Mendorong ketaatan dan misi universal: Menekankan ketaatan pada hukum yang benar (bukan legalisme Farisi), pengampunan, dan Amanat Agung untuk memberitakan Injil ke segala bangsa (Matius 28:18–20), sambil memperingatkan penghakiman bagi yang menolak.
Secara keseluruhan, Injil ini berfungsi sebagai apologetika bagi orang Yahudi untuk menerima Yesus sebagai penggenapan harapan Mesianis, sekaligus panduan bagi gereja awal dalam menghadapi perpecahan dengan Yudaisme dan ekspansi misi.
Prinsip-prinsip Kepemimpinan dalam Injil Matius
Berikut akan dipaparkan prinsip-prinsip Kepemimpinan Kristen yang dapat ditemukan dalam Injil Matius. Injil Matius sangat kaya dengan ajaran Yesus tentang kepemimpinan, yang seringkali bertolak belakang dengan konsep kepemimpinan duniawi. Berikut adalah prinsip-prinsip utama Kepemimpinan Kristen berdasarkan Injil Matius, disertai dengan ayat-ayat kunci:
1. Kepemimpinan sebagai Pelayanan (Servant Leadership)
Ini adalah prinsip inti dan paling revolusioner yang diajarkan Yesus. Pemimpin bukanlah penguasa, melainkan pelayan.
- Matius 20:25-28: Yesus memanggil mereka dan berkata, “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
- Matius 23:11: “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”
Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen mencari cara untuk melayani dan memenuhi kebutuhan orang yang dipimpinnya, bukan untuk dilayani.
2. Kerendahan Hati (Humility)
Yesus sangat menekankan kerendahan hati sebagai lawan dari kesombongan dan keinginan untuk dihormati.
- Matius 18:1-4: Pada waktu itu murid-murid itu datang kepada Yesus dan bertanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata, “…barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”
- Matius 23:12: “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Aplikasi: Pemimpin Kristen tidak mencari pujian atau posisi. Mereka mengakui ketergantungan mereka pada Tuhan dan menghargai setiap orang.
3. Keteladanan Hidup (Leading by Example)
Pemimpin harus menjadi contoh dalam perkataan dan perbuatan, bukan hanya memberi perintah.
- Matius 5:16: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
- Matius 7:15-20: Yesus mengajarkan untuk mengenali nabi-nabi palsu dari buahnya. “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (ay. 16). Seorang pemimpin dinilai dari hasil dan integritas hidupnya.
Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ia ajarkan, sehingga hidupnya sendiri menjadi “injil yang terbuka” bagi orang lain.
4. Kepemimpinan yang Melayani dengan Kasih dan Pengampunan
Yesus menekankan kasih sebagai hukum yang terutama dan pentingnya pengampunan.
- Matius 22:37-39: Yesus berkata kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
- Matius 18:21-22: Kemudian Petra datang dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Aplikasi: Pemimpin Kristen memimpin dengan hati yang mengasihi, tidak mudah menyimpan dendam, dan selalu membuka pintu untuk rekonsiliasi.
5. Visi dan Fondasi yang Kokoh
Pemimpin yang bijaksana membangun di atas fondasi yang benar.
- Matius 7:24-27: Perumpamaan tentang dua orang yang membangun rumah, satu di atas batu dan satu di atas pasir. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” (ay. 24).
Aplikasi: Kepemimpinan Kristen harus berlandaskan pada kebenaran firman Tuhan dan dilakukan dalam ketaatan, sehingga kepemimpinan itu kuat dan tahan menghadapi badai.
6. Ketaatan dan Pertanggungjawaban kepada Tuhan (Stewardship)
Pemimpin Kristen menyadari bahwa mereka adalah “pengurus” (steward) yang Suatu hari harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan Tuhan.
- Matius 25:14-30 (Perumpamaan tentang Talenta): Pemimpin dipercayakan “talenta” (sumber daya, pengaruh, kesempatan) oleh Tuannya dan diharapkan untuk mengelolanya dengan setia dan bertanggung jawab.
- Matius 24:45-51 (Perumpamaan tentang Hamba yang Setia dan Bijaksana): “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?” (ay. 45).
Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen memegang amanah dengan serius, mengetahui bahwa ia pada akhirnya bertanggung jawab kepada Tuhan, bukan hanya kepada manusia.
7. Keseimbangan antara Tegas dan Murah Hati (Firm yet Compassionate)
Yesus adalah pribadi yang tegas terhadap kemunafikan (Matius 23) tetapi penuh belas kasihan kepada orang yang lemah dan tersesat (Matius 9:36).
- Matius 9:36: “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
Aplikasi: Pemimpin Kristen harus tegas dalam kebenaran dan prinsip, tetapi juga lembut dan penuh pengertian dalam menghadapi kelemahan orang lain.
Ringkasan
Kepemimpinan menurut Injil Matius adalah kepemimpinan yang terbalik (upside-down leadership). Dunia mengatakan “pimpinlah dari atas,” tetapi Yesus berkata “pimpinlah dari bawah dengan melayani.” Dunia mencari kuasa dan kehormatan, tetapi Yesus menawarkan kerendahan hati dan salib. Prinsip-prinsip ini, yang dipersonifikasikan dalam hidup Yesus sendiri, menawarkan sebuah model kepemimpinan yang transformatif, berpusat pada Kristus, dan berorientasi pada pelayanan bagi kemuliaan Tuhan.