38. KITAB ZAKHARIA

Kitab Zakharia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama, bagian dari Kumpulan Nabi-nabi Kecil (Minor Prophets). Berikut adalah uraian tentang penulis, waktu dan tempat penulisan, serta tujuan penulisan Kitab Zakharia:

1. Penulis

Kitab Zakharia secara tradisional dianggap ditulis oleh Nabi Zakharia, yang namanya berarti “Tuhan mengingat” dalam bahasa Ibrani. Zakharia disebut sebagai anak Berekya dan cucu Ido (Zakharia 1:1), dan ia juga disebut sebagai seorang imam (berdasarkan tradisi yang menghubungkannya dengan garis keturunan imam dalam Nehemia 12:4, 16). Dalam Kitab Zakharia, ia menerima wahyu dari Tuhan melalui penglihatan-penglihatan profetik dan menyampaikan pesan-pesan ini kepada umat Israel. Tidak ada bukti kuat yang menyangkal kepenulisan Zakharia atas kitab ini, meskipun beberapa sarjana modern berpendapat bahwa bagian-bagian tertentu (terutama pasal 9–14) mungkin ditulis oleh penulis lain karena perbedaan gaya dan konteks sejarah. Namun, pandangan tradisional Kristen dan Yahudi mempertahankan bahwa Zakharia adalah penulis utama.

2. Waktu dan Tempat Penulisan

  • Waktu Penulisan: Kitab Zakharia ditulis sekitar 520–518 SM, selama periode pasca-pembuangan Babel. Tanggal-tanggal spesifik disebutkan dalam kitab ini, seperti “tahun kedua pemerintahan Darius” (Zakharia 1:1, 7), yang merujuk pada Raja Darius I dari Persia (522–486 SM). Penglihatan-penglihatan utama Zakharia dicatat antara bulan kedelapan tahun 520 SM hingga bulan keempat tahun 518 SM. Bagian-bagian lain (pasal 9–14) mungkin ditulis kemudian, tetapi tidak ada konsensus pasti tentang waktu penulisannya.
  • Tempat Penulisan: Kitab ini kemungkinan besar ditulis di Yerusalem, karena Zakharia aktif di antara umat Yahudi yang kembali dari pembuangan Babel ke Yehuda. Konteks kitab ini menunjukkan bahwa Zakharia berkarya di tengah upaya pembangunan kembali Bait Allah (Bait Suci Kedua) setelah kehancuran pada 586 SM, yang menempatkannya di Yerusalem atau wilayah Yehuda.

3. Tujuan Penulisan

Kitab Zakharia memiliki beberapa tujuan utama, yang mencerminkan konteks sejarah, spiritual, dan mesianik umat Israel pada masa itu:

  • Mendorong Pembangunan Bait Allah: Salah satu tujuan utama Zakharia adalah memotivasi umat Israel untuk menyelesaikan pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem, yang terhenti karena tantangan ekonomi, politik, dan spiritual (Zakharia 1:16–17; 4:9). Bersama dengan Nabi Hagai, Zakharia mendorong pemimpin seperti Zerubabel (gubernur) dan Yosua (imam besar) untuk memimpin usaha ini, menegaskan bahwa Tuhan menyertai mereka (Zakharia 4:6).
  • Membangkitkan Harapan Mesianik: Kitab Zakharia kaya akan nubuat-nubuat mesianik, yang menunjuk pada kedatangan Mesias yang akan membawa keselamatan dan kerajaan Tuhan (misalnya, Zakharia 9:9 tentang Mesias yang masuk Yerusalem dengan keledai, yang digenapi oleh Yesus dalam Perjanjian Baru). Tujuan ini adalah untuk memberikan harapan kepada umat bahwa Tuhan tetap setia pada janji-Nya meskipun situasi sulit.
  • Menyerukan Pertobatan dan Pembaruan Rohani: Zakharia menyerukan umat Israel untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan kembali kepada Tuhan (Zakharia 1:3–4). Ia mengingatkan mereka bahwa ketidaktaatan nenek moyang mereka menyebabkan pembuangan, dan ketaatan kepada Tuhan akan membawa berkat.
  • Menggambarkan Penghakiman dan Pemulihan: Kitab ini berbicara tentang penghakiman Tuhan atas bangsa-bangsa yang menindas Israel (Zakharia 9–12) dan pemulihan akhir umat Tuhan, termasuk visi tentang Yerusalem sebagai pusat penyembahan global (Zakharia 8:20–23; 14:16). Tujuannya adalah untuk meyakinkan umat bahwa Tuhan berdaulat atas sejarah dan akan memenuhi rencana-Nya.
  • Memperkuat Identitas Umat Tuhan: Dalam konteks pasca-pembuangan, ketika umat merasa kecil dan lemah, Zakharia ingin menegaskan bahwa mereka tetap dipilih Tuhan untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa, dengan Yerusalem sebagai pusat rencana Tuhan (Zakharia 2:11).

Ringkasan

Kitab Zakharia, yang ditulis oleh Nabi Zakharia sekitar 520–518 SM di Yerusalem, bertujuan untuk mendorong umat Israel yang kembali dari pembuangan untuk membangun kembali Bait Allah, bertobat, dan mempercayai janji Tuhan tentang Mesias dan pemulihan akhir. Kitab ini memadukan pesan penghiburan, harapan mesianik, dan seruan untuk pembaruan rohani, menjadikannya relevan bagi umat Israel saat itu dan memiliki signifikansi teologis bagi iman Kristen hingga kini, terutama karena nubuat-nubuatnya yang menunjuk kepada Yesus sebagai Mesias.

Prinsip-prinsip Kepemimpinan Kristen dalam Kitab Zakharia

Kitab Zakharia, salah satu kitab nabi-nabi kecil di Perjanjian Lama, kaya akan visi, simbol, dan pesan teologis yang sangat relevan untuk memahami kepemimpinan dari perspektif Kristen. Ditulis dalam masa pasca-pembuangan, kitab ini bertujuan untuk membangkitkan semangat umat Israel yang sedang memulihkan diri secara fisik dan spiritual.

Prinsip-prinsip Kepemimpinan Kristen yang dapat dipetik dari Kitab Zakharia sangat dalam dan praktis. Berikut adalah paparan prinsip-prinsip tersebut, dilengkapi dengan referensi ayat:

1. Kepemimpinan yang Bergantung Sepenuhnya pada Tuhan (Bukan pada Kekuatan Sendiri)

Prinsip ini adalah fondasi dari semua prinsip lainnya. Seorang pemimpin Kristen dipanggil untuk memimpin dengan mengandalkan Roh Tuhan, bukan kecakapan, strategi, atau kekuatannya sendiri.

  • Zakharia 4:6: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”
    • Aplikasi: Ayat ini, yang ditujukan kepada Zerubabel (pemimpin politik), mengingatkan bahwa proyek-proyek besar (seperti membangun Bait Allah) tidak akan selesai dengan mengandalkan kemampuan manusiawi. Pemimpin Kristen harus rendah hati, mengakui ketergantungan mutlak mereka pada Tuhan dalam setiap keputusan dan tindakan.

2. Kepemimpinan yang Melayani dan Merendahkan Hati

Zakharia menubuatkan kedatangan seorang Raja yang benar, namun Raja ini tidak datang dengan kekuatan militer dan kesombongan, tetapi dengan kerendahan hati.

  • Zakharia 9:9: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai putri Sion! Bersorak-sorailah, hai putri Yerusalem! Lihat, Rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.”
    • Aplikasi: Yesus sendiri menggenapi nubuat ini saat memasuki Yerusalem (Matius 21:5). Pemimpin Kristen diteladani Kristus yang memimpin dengan melayani, lemah lembut, dan mudah didekati. Mereka tidak mencari status atau kemuliaan bagi diri sendiri.

3. Kepemimpinan yang Membangun dan Memulihkan

Latar belakang kitab Zakharia adalah pembangunan kembali Bait Allah dan komunitas Yudea. Pemimpin dilihat sebagai seorang “tukang bangunan” yang memulihkan apa yang telah rusak.

  • Zakharia 1:16: “Sebab itu beginilah firman TUHAN: Aku kembali kepada Yerusalem dengan kasih sayang. Rumah-Ku akan didirikan lagi di sana… dan tali pengukur akan direntangkan lagi atas Yerusalem.”
  • Zakharia 4:9: “Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya.”
    • Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen adalah agen pemulihan. Tugasnya adalah membangun kehidupan pengikutnya, memulihkan hubungan, dan memperkuat fondasi komunitas di atas Kristus. Ia tidak menyerah di tengah jalan tetapi berkomitmen untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai.

4. Kepemimpinan yang Berdasarkan Keadilan dan Kebenaran

Pemimpin menurut standar Allah harus menolak ketidakadilan dan memimpin dengan integritas.

  • Zakharia 7:9: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing orang!”
  • Zakharia 8:16: “Berlakulah benar dan adil, dan bicaralah benar masing-masing dengan sesamanya.”
    • Aplikasi: Keputusan seorang pemimpin harus adil, tidak memandang muka. Ia harus menjadi suara bagi yang tidak bersuara dan menjunjung tinggi kebenaran dalam perkataan dan tindakannya.

5. Kepemimpinan yang Mengarahkan Pandangan pada Masa Depan dan Pengharapan (Visioner)

Zakharia dipenuhi dengan penglihatan-penglihatan simbolis yang kompleks tentang masa depan mesianik. Seorang pemimpin adalah seorang visioner yang memberikan harapan.

  • Zakharia 2:1-5: Penglihatan tentang Yerusalem yang baru, tanpa tembok karena Tuhan sendiri akan menjadi “tembok berapi” baginya.
  • Zakharia 8:1-8: Janji tentang pemulihan dan kemakmuran Yerusalem di masa depan.
    • Aplikasi: Di tengah kesulitan dan keputusasaan, pemimpin Kristen dipanggil untuk mengangkat mata pengikutnya kepada janji-janji Allah. Ia membagikan visi tentang apa yang Tuhan dapat dan akan lakukan, menginspirasi orang untuk maju dengan iman.

6. Kepemimpinan yang Mencari Kekudusan dan Membersihkan Dosa

Penglihatan Zakharia tentang Yosua, Imam Besar, yang berdiri di hadapan Malaikat Tuhan dengan pakaian kotor, lalu dikenakan pakaian bersih, adalah gambaran yang powerful.

  • Zakharia 3:1-5: Proses penggantian pakaian kotor Yosua dengan pakaian bersih melambangkan pengampunan dan pembaruan spiritual.
    • Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen harus memiliki kehidupan moral dan spiritual yang terjaga. Ia harus cepat untuk bertobat dari dosa dan membiarkan Tuhan “membersihkannya” secara berkala. Kekudusan pribadi adalah prasyarat untuk memimpin umat Tuhan dengan otoritas yang murni.

7. Kepemimpinan yang Mengandalkan Firman Tuhan sebagai Pedoman

Zakharia berulang kali menekankan pentingnya mendengarkan firman Tuhan dan para nabi.

  • Zakharia 7:7, 12: Menegur mereka yang tidak mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya.
    • Aplikasi: Seorang pemimpin harus menjadi pelajar Firman Tuhan yang tekun. Firman Tuhan adalah kompas dan pedoman bagi arah kepemimpinannya, bukan tren duniawi atau filosofi manusia.

8. Kepemimpinan yang Mengarahkan Orang kepada Sang Gembala Sejati

Zakharia menubuatkan tentang “Gembala” yang akan datang, yang sekaligus akan “ditikam” (Zakharia 12:10; 13:7), sebuah nubuat tentang penyaliban Kristus.

  • Zakharia 11:16-17 & 13:7-9: Menggambarkan gembala yang tidak berguna dan datangnya gembala sejati.
    • Aplikasi: Tugas utama seorang pemimpin Kristen adalah mengarahkan semua orang yang dipimpinnya kepada Yesus, Gembala Agung. Ia harus rendah hati untuk mengakui bahwa dirinya hanyalah “gembala bawah” yang bekerja di bawah otoritas Gembala Utama.

Kesimpulan

Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Kitab Zakharia menekankan bahwa kepemimpinan yang sejati bersifat spiritual dan transformasional. Pemimpin Kristen bukanlah seorang bos yang diktator, melainkan:

  • Seorang hamba yang bergantung pada Tuhan (Zak 4:6).
  • Seorang tukang bangun yang memulihkan (Zak 4:9).
  • Seorang visioner yang memberi harapan (Zak 8).
  • Seorang teladan dalam keadilan dan kerendahan hati (Zak 7:9; 9:9).

Dengan menjadikan Yesus—yang menggenapi nubuat-nubuat dalam Zakharia—sebagai model utama, seorang pemimpin Kristen dapat memimpin dengan kuasa, kasih, dan hikmat yang berasal dari Allah.

KITAB HAGAI

KITAB MALEAKHI