13. KITAB 1 TAWARIKH

1. Penulis

Kitab 1 Tawarikh secara tradisional dianggap ditulis oleh Ezra, seorang imam dan ahli kitab, meskipun penulisnya tidak disebutkan secara eksplisit dalam teks. Tradisi Yahudi dan Kristen awal mengaitkan Ezra sebagai penulis karena gaya penulisan, fokus pada sejarah keimaman, dan kesamaan gaya dengan Kitab Ezra dan Nehemia. Beberapa sarjana modern menyebut penulisnya sebagai “Penulis Tawarikh” (Chronicler), yang mungkin Ezra atau sekelompok penulis di bawah pengaruhnya. Bukti internal, seperti penekanan pada garis Daud dan keimaman Lewi, mendukung pandangan bahwa penulis adalah seseorang yang terlatih dalam tradisi keimaman dan memiliki akses ke dokumen sejarah Israel.

2. Waktu dan Tempat Penulisan

  • Waktu Penulisan: Kitab 1 Tawarikh kemungkinan besar ditulis sekitar abad ke-5 hingga ke-4 SM, tepatnya antara 400-350 SM. Ini didasarkan pada fakta bahwa kitab ini mencakup silsilah hingga masa setelah pembuangan ke Babel dan menyebutkan beberapa generasi setelah kembalinya bangsa Israel dari Babel (1 Taw. 3:17-24). Kitab ini tampaknya ditulis setelah dekret Koresh (538 SM) yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke Yerusalem, namun sebelum periode Helenistik.
  • Tempat Penulisan: Kitab ini kemungkinan ditulis di Yerusalem atau wilayah Yehuda, karena fokusnya pada Bait Allah, ibadah, dan sejarah kerajaan Yehuda menunjukkan bahwa penulis berada di pusat keagamaan dan politik Israel pasca-pembuangan. Konteksnya adalah komunitas Yahudi yang sedang membangun kembali identitas mereka setelah kembali dari Babel.

3. Tujuan Penulisan

Kitab 1 Tawarikh memiliki beberapa tujuan utama, yang mencerminkan kebutuhan rohani, sosial, dan teologis komunitas Yahudi pasca-pembuangan:

a. Mengukuhkan Identitas dan Silsilah Bangsa Israel:

  • Kitab ini dimulai dengan silsilah panjang (1 Taw. 1-9), yang menghubungkan umat Allah dari Adam hingga generasi pasca-pembuangan. Tujuan ini adalah untuk memperkuat identitas bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, terutama setelah trauma pembuangan ke Babel, dengan menegaskan kontinuitas sejarah mereka.
  • Silsilah juga menegaskan hak waris atas tanah Kanaan dan peran suku-suku, khususnya Lewi, dalam ibadah.

b. Menyoroti Pentingnya Bait Allah dan Ibadah:

  • Penulis Tawarikh sangat menekankan peran Bait Allah, keimaman Lewi, dan ibadah yang teratur (1 Taw. 15-16, 23-26). Ini mencerminkan kebutuhan untuk memotivasi umat pasca-pembuangan agar memprioritaskan pembangunan kembali Bait Allah dan memulihkan ibadah yang benar sesuai hukum Taurat.

c. Menegaskan Legitimasi Dinasti Daud:

  • Kitab ini berfokus pada kerajaan Yehuda, khususnya garis Daud, dengan sedikit menyebutkan kerajaan Israel utara (yang dianggap menyimpang). Tujuannya adalah untuk menegaskan janji Allah kepada Daud (1 Taw. 17) tentang dinasti yang kekal, memberikan harapan mesianik bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya melalui keturunan Daud di masa depan.

d. Memberikan Pelajaran Teologis dari Sejarah:

  • Berbeda dengan Kitab Samuel dan Raja-raja, 1 Tawarikh menulis ulang sejarah Israel dengan perspektif teologis, menekankan ketaatan kepada Allah sebagai kunci berkat dan ketidaktaatan sebagai penyebab hukuman. Misalnya, dosa-dosa Daud seperti perzinaan dengan Batsyeba tidak disebutkan, untuk menonjolkan teladan positifnya.
  • Tujuannya adalah mengajarkan umat pasca-pembuangan untuk setia kepada Allah agar terhindar dari penghakiman seperti pembuangan.

e. Mendorong Harapan dan Pemulihan:

  • Kitab ini ditulis untuk komunitas yang sedang berjuang membangun kembali kehidupan di Yehuda setelah pembuangan. Dengan menyoroti kebesaran masa lalu (zaman Daud dan Salomo), penulis ingin menginspirasi umat untuk percaya bahwa Allah tetap setia dan dapat memulihkan mereka jika mereka bertobat dan setia.

Kesimpulan

Pertama, penting untuk memahami bahwa 1 Tawarikh bukan sekadar pengulangan dari kitab Samuel dan Raja-raja. Kitab ini ditulis setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel (sekitar abad ke-5 SM). Tujuannya adalah untuk memulihkan identitas, ibadah, dan harapan bangsa yang sedang patah semangat. Penulis (tradisi menyebut Ezra) menulis dengan sudut pandang teologis yang kuat, menekankan pemilihan Daud dan Yerusalem sebagai pusat penyembahan yang sah kepada Allah.

Dari sudut pandang ini, kepemimpinan tidak dinilai terutama Kitab 1 Tawarikh, kemungkinan ditulis oleh Ezra atau seorang penulis terinspirasi di Yerusalem sekitar 400-350 SM, bertujuan untuk memperkuat identitas rohani dan nasional bangsa Israel pasca-pembuangan. Dengan menekankan silsilah, peran Bait Allah, dinasti Daud, dan pelajaran teologis dari sejarah, kitab ini mengajak umat untuk setia kepada Allah, memulihkan ibadah, dan berharap pada janji pemulihan Allah. Kitab ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi panggilan rohani untuk hidup dalam ketaatan dan pengharapan akan rencana Allah yang kekal.

Tafsiran 1 Tawarikh tentang Kepemimpinan Kristen

Berikut adalah beberapa prinsip kepemimpinan Kristen yang dapat ditarik dari 1 Tawarikh:

1. Kepemimpinan Berdasarkan Pemilihan dan Panggilan Allah (Divine Calling)

  • Teks Kunci: 1 Tawarikh 17:7-8 (“…Aku mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.”)
  • Tafsiran: Kenaikan Daud bukan karena ambisi pribadi atau kekuatannya, tetapi karena pilihan Allah. Penulis Tawarikh dengan sengaja memulai dengan daftar silsilah yang panjang (pasal 1-9) untuk menunjukkan bahwa sejarah Israel berjalan di bawah kedaulatan Allah. Semua pemimpin ada dalam rencana-Nya.
  • Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
    • Seorang pemimpin Kristen harus pertama-tama menyadari bahwa posisinya adalah amanah (stewardship) dari Allah, bukan hak yang diperoleh sendiri.
    • Kepemimpinan dimulai dengan mencari dan memahami panggilan Allah, bukan dengan mengejar jabatan.
    • Ini menanamkan kerendahan hati dan ketergantungan pada Allah, bukan pada kemampuan diri sendiri.

2. Kepemimpinan yang Memprioritaskan Ibadah dan Ketaatan (Heart for Worship)

  • Teks Kunci: 1 Tawarikh 13, 15-16 (Pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem).
  • Tafsiran: Peristiwa utama dalam pemerintahan Daud menurut Tawarikh adalah pemulihan ibadah yang benar. Daud menjadikan Yerusalem bukan hanya pusat politik, tetapi terutama pusat ibadah. Perhatiannya yang detail terhadap tata cara ibadah, penunjukan imam, dan penyanyi (pasal 23-26) menunjukkan bahwa kepemimpinan spiritual adalah intinya. Bandingkan dengan kegagalan Saul, yang lebih peduli pada dirinya sendiri daripada pada Allah.
  • Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
    • Pemimpin Kristen yang sejati adalah pemimpin ibadah yang memprioritaskan hubungan dengan Allah di atas segalanya.
    • Tujuannya adalah memimpin orang-orang yang dipimpinnya untuk mengalami hadirat Allah, bukan hanya mencapai target organisasi.
    • Kepemimpinan melibatkan “memindahkan tabut”—memulihkan hal-hal yang sentral dalam iman (Firman, Doa, Komunitas) ke tempat yang seharusnya.

3. Kepemimpinan yang Dijalankan dengan Integritas dan Ketertiban (Order and Integrity)

  • Teks Kunci: 1 Tawarikh 23-27 (Organisasi para imam, orang Lewi, panglima, dan pegawai Daud).
  • Tafsiran: Daud tidak menjalankan pemerintahan secara serampangan. Ia mengorganisir dengan sangat rapi berdasarkan tugas dan panggilan masing-masing orang. Setiap orang memiliki peran yang jelas dalam mendukung ibadah dan pemerintahan.
  • Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
    • Kepemimpinan yang efektif memerlukan delegasi, struktur, dan ketertiban yang baik. Ini adalah wujud kasih dan penghargaan terhadap anggota tim.
    • Seorang pemimpin harus mengenali karunia dan kemampuan orang lain serta menempatkan mereka pada posisi yang tepat (“team building”).
    • Integritas dalam mengelola sumber daya (manusia, keuangan) sangat penting.

4. Kepemimpinan yang Mencari Tuhan dalam Setiap Keputusan (Dependence on God’s Guidance)

  • Teks Kunci: 1 Tawarikh 14:10, 14 (“Lalu bertanyalah Daud kepada Allah…”). Setiap kali akan berperang, Daud selalu bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu.
  • Tafsiran: Penulis Tawarikh dengan sengaja menyoroti kebiasaan Daud untuk berkonsultasi dengan Allah. Ini menjadi kontras dengan banyak raja lainnya yang mengandalkan kekuatan sendiri atau sekutu asing.
  • Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
    • Seorang pemimpin Kristen harus membangun disiplin spiritual untuk mencari kehendak Tuhan melalui doa dan Firman-Nya sebelum mengambil keputusan besar.
    • Ketergantungan ini mencegah sikap arogan dan keputusan yang gegabah.

5. Kepemimpinan yang Mempersiapkan Penerus (Succession Planning)

  • Teks Kunci: 1 Tawarikh 22, 28-29 (Daud mempersiapkan bahan bangunan dan memberikan tugas kepada Salomo untuk membangun Bait Suci).
  • Tafsiran: Daud memahami bahwa visi besar (membangun Bait Suci) tidak akan dapat ia selesaikan sendiri. Ia dengan rendah hati menerima bahwa Tuhan memilih Salomo, anaknya, untuk tugas itu. Karena itu, ia melakukan segala persiapan yang mungkin untuk memastikan keberhasilan penerusnya.
  • Aplikasi Kepemimpinan Kristen:
    • Pemimpin yang baik bukanlah yang ingin diingat selamanya, tetapi yang mempersiapkan generasi berikutnya untuk melanjutkan bahkan melampaui pencapaiannya.
    • Kepemimpinan melibatkan mentoring dan pemberdayaan orang lain.

Kesimpulan: Daud sebagai “Teladan” dan “Bayangan” dari Kepemimpinan Kristus

Secara keseluruhan, 1 Tawarikh menggambarkan Daud sebagai pemimpin ideal—seorang raja yang hatinya sesuai dengan hati Allah. Namun, gambaran ini juga bersifat propetik. Daud adalah bayangan (type) dari Yesus Kristus, Sang Raja yang sempurna.

  • Yesus adalah keturunan Daud yang sah yang memerintah selamanya (1 Taw. 17:11-14 digenapi dalam Matius 1:1).
  • Yesus adalah Pemimpin Ibadah yang sejati, yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna.
  • Yesus memimpin dengan integritas, ketergantungan pada Bapa, dan pelayanan yang sempurna.

Oleh karena itu, tafsiran kepemimpinan Kristen dari 1 Tawarikh mencapai puncaknya dalam Kristus. Seorang pemimpin Kristen dipanggil untuk mencerminkan kepemimpinan Yesus, dengan Daud sebagai contoh sejarah yang menunjukkan prinsip-prinsip yang pada akhirnya hanya dapat digenapi secara sempurna di dalam Sang Raja segala raja. Kepemimpinan Kristen adalah tentang melayani, menyembah, dan mempersiapkan jalan bagi Tuhan, sama seperti yang dilakukan Daud dalam kapasitasnya yang terbatas.

KITAB 2 RAJA-RAJA

KITAB 2 TAWARIKH