
Kitab Mazmur adalah salah satu kitab terpenting dalam Perjanjian Lama, termasuk dalam kategori Kitab Kebijaksanaan dan sering disebut sebagai “buku puji-pujian” atau “himpunan puisi rohani” Israel. Kitab ini berisi 150 mazmur yang mencakup doa, pujian, keluhan, dan renungan teologis. Berikut adalah ulasan mengenai penulis, waktu dan tempat penulisan, serta tujuan penulisan Kitab Mazmur:
1. Penulis
Kitab Mazmur tidak ditulis oleh satu orang, melainkan merupakan kumpulan karya dari berbagai penulis yang terinspirasi oleh Roh Allah. Berdasarkan catatan dalam teks Alkitab, beberapa penulis yang dikaitkan dengan Mazmur meliputi:
- Daud: Disebut sebagai penulis sekitar 73 mazmur (misalnya, Mazmur 3, 23, 51). Daud, sebagai raja dan “penyanyi indah di Israel” (2 Samuel 23:1), dikenal karena puisi-puisi rohaninya yang mengungkapkan iman, pertobatan, dan puji-pujian kepada Allah.
- Asaf: Seorang pemimpin musik pada masa Daud, dikaitkan dengan 12 mazmur (misalnya, Mazmur 50, 73-83).
- Bani Korah: Kelompok penyanyi Lewi yang menulis 11 mazmur (misalnya, Mazmur 42, 44-49).
- Salomo: Dihubungkan dengan setidaknya 2 mazmur (Mazmur 72, 127).
- Musa: Dianggap menulis Mazmur 90, mazmur tertua dalam kitab ini.
- Penulis Lain dan Anonim: Beberapa mazmur dikaitkan dengan Heman (Mazmur 88) dan Etan (Mazmur 89), sementara banyak mazmur lainnya tidak mencantumkan penulis (dikenal sebagai mazmur “yatim”).
Karena Kitab Mazmur adalah kumpulan karya dari berbagai generasi, kemungkinan besar kitab ini disusun secara bertahap oleh para penyunting (mungkin imam atau cendekiawan Lewi) hingga mencapai bentuk finalnya.
2. Waktu dan Tempat Penulisan
- Waktu Penulisan: Mazmur-mazmur dalam kitab ini ditulis dalam rentang waktu yang sangat panjang, mencakup beberapa abad:
- Zaman Awal: Mazmur 90, yang dikaitkan dengan Musa, mungkin berasal dari abad 15-13 SM (zaman keluaran Israel dari Mesir).
- Zaman Daud dan Salomo: Banyak mazmur ditulis pada masa kejayaan kerajaan Israel (sekitar abad 10 SM), terutama yang dikaitkan dengan Daud dan Asaf.
- Zaman Pasca-Pembuangan: Beberapa mazmur, terutama yang mencerminkan pengalaman pembuangan ke Babel dan pemulihan (misalnya, Mazmur 126, 137), kemungkinan ditulis pada abad 6-5 SM.
- Penyusunan Akhir: Kitab Mazmur dalam bentuk finalnya kemungkinan disusun pada masa pasca-pembuangan, sekitar abad 5-4 SM, mungkin pada masa Ezra dan Nehemia, ketika ibadah di bait Allah dipulihkan.
- Tempat Penulisan: Sebagian besar mazmur kemungkinan ditulis di Yerusalem atau wilayah Yehuda, pusat ibadah dan kegiatan keagamaan Israel. Beberapa mazmur yang berkaitan dengan pembuangan mungkin ditulis di Babel (seperti Mazmur 137). Latar penulisan sering kali terkait dengan Bait Allah, karena banyak mazmur digunakan dalam ibadah liturgi.
3. Tujuan Penulisan
Kitab Mazmur memiliki beberapa tujuan utama, baik secara rohani maupun praktis, yang relevan bagi umat Israel dan gereja masa kini, termasuk pemimpin Kristen:
- Puji-pujian dan Ibadah: Mazmur berfungsi sebagai buku nyanyian rohani untuk ibadah Israel, baik dalam konteks pribadi maupun komunal. Mazmur memuji kebesaran, kuasa, dan kasih setia Allah (misalnya, Mazmur 100, 150).
- Doa dan Pengakuan Iman: Mazmur menyediakan pola doa bagi umat untuk mengungkapkan sukacita, kesedihan, keluhan, pertobatan, dan harapan kepada Allah (misalnya, Mazmur 51 untuk pertobatan, Mazmur 23 untuk penghiburan).
- Pendidikan Teologis: Mazmur mengajarkan doktrin-doktrin penting, seperti kedaulatan Allah, keadilan-Nya, kasih setia-Nya, dan peran-Nya sebagai Pencipta dan Penebus (Mazmur 19, 119).
- Menghadapi Penderitaan dan Konflik: Banyak mazmur (disebut mazmur ratapan, seperti Mazmur 13, 22) membantu umat mengungkapkan penderitaan mereka kepada Allah sambil tetap mempercayai-Nya. Ini sangat relevan bagi pemimpin Kristen dalam mengelola konflik dan membimbing jemaat melalui masa sulit.
- Menunjuk pada Mesias: Beberapa mazmur bersifat mesianik, menubuatkan penderitaan, kemenangan, dan kerajaan Mesias (misalnya, Mazmur 2, 22, 110). Ini memberikan pengharapan akan kedatangan Kristus dan relevansi bagi iman Kristen.
- Membangun Identitas Umat Allah: Mazmur memperkuat hubungan perjanjian antara Allah dan Israel, mengingatkan umat akan sejarah keselamatan mereka (misalnya, Mazmur 78, 105).
- Panduan bagi Pemimpin: Bagi pemimpin Kristen, Mazmur memberikan teladan bagaimana memimpin dengan kerendahan hati, kebergantungan pada Allah, dan kepekaan terhadap kebutuhan rohani jemaat. Mazmur Daud, misalnya, menunjukkan bagaimana seorang pemimpin menghadapi kegagalan, musuh, dan konflik dengan iman.
Kesimpulan
Kitab Mazmur adalah kumpulan puisi rohani yang ditulis oleh berbagai penulis, termasuk Daud, Asaf, dan bani Korah, dalam rentang waktu dari abad 15 hingga 5 SM, terutama di Yerusalem atau wilayah Yehuda. Kitab ini disusun secara bertahap hingga mencapai bentuk finalnya pada masa pasca-pembuangan. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi ibadah, doa, dan pengajaran teologis, serta memberikan penghiburan dan panduan dalam menghadapi penderitaan dan konflik. Bagi pemimpin Kristen, Mazmur menawarkan wawasan berharga tentang kepemimpinan yang berpusat pada Allah, kemampuan mengelola konflik dengan iman, dan pentingnya memuji Allah dalam segala keadaan.
1. Kepemimpinan yang Berakar pada Ketergantungan Mutlak pada Allah (Mazmur 20, 21, 127:1)
Kitab Mazmur, yang sering disebut sebagai “hati yang berdetak” dari Alkitab, menawarkan sumber daya rohani yang sangat kaya bagi para pemimpin. Berbeda dengan kitab-kitab yang memberikan narasi atau instruksi langsung, Mazmur memberikan sekolah kepemimpinan di ruang singgasana Allah, di mana seorang pemimpin belajar memimpin pertama-tama dari postur sebagai seorang yang dipimpin oleh Tuhan.
Berikut adalah beberapa tema utama Mazmur yang membentuk kepemimpinan Kristen:
Pemimpin Kristen sering kali tergoda untuk mengandalkan kekuatan, strategi, atau sumber dayanya sendiri. Mazmur dengan tegas mengingatkan:
- Mazmur 20:8: “Orang-orang ini mengandalkan kereta dan orang-orang itu mengandalkan kuda, tetapi kita mengandalkan nama TUHAN, Allah kita.”
- Mazmur 127:1: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”
Aplikasi untuk Kepemimpinan Kristen:
Seorang pemimpin sejati adalah seorang yang bergantung, bukan self-made. Kepemimpinan dimulai dengan pengakuan bahwa tanpa Tuhan, segala usaha dan strategi kita adalah sia-sia. Ini melahirkan kepemimpinan yang rendah hati dan berdoa.
2. Kepemimpinan yang Otentik: Memimpin dengan Seluruh Emosi (Mazmur 13, 22, 42-43, 73)
Mazmur adalah masterclass dalam keotentikan. Pemazmur tidak menyembunyikan perasaan mereka dari Tuhan: rasa takut, kesepian, kecemburuan, kemarahan, dan keputusasaan semuanya dituangkan dengan jujur.
- Mazmur 13:2-3: “Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?”
- Mazmur 73 menggambarkan pergumulan seorang pemimpin (Asaf) yang hampir tersandung karena melihat kesenangan orang fasik.
Aplikasi untuk Kepemimpinan Kristen:
Pemimpin Kristen tidak harus “tampil sempurna” setiap saat. Mereka diajar untuk membawa seluruh beban dan emosi mereka kepada Tuhan dalam doa yang jujur. Kepemimpinan yang otentik adalah ketika seorang pemimpin dapat berkata, “Saya juga bergumul, tetapi saya membawa pergumulan saya kepada Tuhan.” Ini menciptakan budaya kejujuran dan empati, bukan budaya “semu harus baik-baik saja”.
3. Kepemimpinan yang Dibimbing oleh Kebenaran Firman (Mazmur 1, 19, 119)
Fondasi dari karakter dan keputusan seorang pemimpin adalah Firman Tuhan.
- Mazmur 1:2-3: “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
- Mazmur 19:8-10: Taurat Tuhan digambarkan sebagai sesuatu yang “memulihkan jiwa”, “memberi hikmat”, “menyukakan hati”, dan “mencerahkan mata”.
Aplikasi untuk Kepemimpinan Kristen:
Kesuksesan kepemimpinan jangka panjang ditentukan oleh disiplin untuk “merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Pemimpin yang berakar pada Firman akan memiliki kebijaksanaan, stabilitas emosi, dan kompas moral yang dapat diandalkan, terutama ketika menghadapi situasi yang ambigu dan penuh tekanan.
4. Kepemimpinan yang Adil dan Memperjuangkan Keadilan (Mazmur 72, 82)
Banyak Mazmur, terutama Mazmur Raja (seperti Mazmur 72), menggambarkan pemimpin ideal yang memerintah dengan keadilan dan membela yang lemah.
- Mazmur 72:1-4, 12-14: “Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!… Ia akan membebebkan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin.”
- Mazmur 82:3-4: “Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!”
Aplikasi untuk Kepemimpinan Kristen:
Tugas seorang pemimpin Kristen bukan hanya memimpin organisasi, tetapi juga menjadi agen kerajaan Allah yang membawa keadilan, membela yang tidak bersuara, dan memastikan sistem yang dipimpinnya tidak menindas yang lemah. Kepemimpinan adalah pelayanan bagi common good (kebaikan bersama).
5. Kepemimpinan yang Dipulihkan oleh Pengampunan (Mazmur 32, 51)
Pemimpin bukanlah orang yang tidak pernah gagal, tetapi orang yang tahu bagaimana kembali kepada Allah setelah gagal. Mazmur 32 dan 51 adalah contoh sempurna dari kepemimpinan yang dipulihkan.
- Mazmur 51:12-13: “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku sukacita dari keselamatan-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!”
- Mazmur 32:5: “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.”
Aplikasi untuk Kepemimpinan Kristen:
Seorang pemimpin yang bertumbuh adalah seorang yang memiliki hati yang “mampu diampuni” (forgivable heart). Mereka cepat untuk mengakui kesalahan, bertobat, dan menerima pemulihan Tuhan. Proses ini justru memampukan mereka untuk memimpin dengan belas kasih dan memahami kelemahan orang lain (Ibrani 5:2).
6. Kepemimpinan yang Bermuara pada Penyembahan dan Pengutamaan Tuhan (Mazmur 27:4, 84:11, 145)
Tujuan akhir dari segala kepemimpinan Kristen adalah memuliakan Tuhan. Mazmur mengarahkan hati pemimpin kepada satu hal yang utama.
- Mazmur 27:4: “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.”
- Mazmur 84:11: “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain.”
Aplikasi untuk Kepemimpinan Kristen:
Kesibukan kepemimpinan dapat dengan mudah menggantikan keintiman dengan Tuhan. Pemimpin sejati adalah seorang penyembah yang hatinya rindu akan hadirat Tuhan lebih dari segala kesuksesan atau pencapaian duniawi. Ketika Tuhan menjadi pusat, maka kepemimpinan menjadi sebuah ibadah, bukan sekadar pencarian prestise.
Kesimpulan: Profil Pemimpin Menurut Kitab Mazmur
Kitab Mazmur membentuk seorang pemimpin Kristen yang:
- Bergantung pada Tuhan, bukan pada diri sendiri.
- Otentik dalam pergumulan, membawa segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa.
- Berakar pada Firman, sehingga keputusannya bijaksana dan karakternya kokoh.
- Adil dan berbelas kasih, menjadi pembela bagi yang lemah.
- Dapat Dipulihkan, dengan hati yang rendah untuk mengaku dosa dan bertobat.
- Berpusat pada Tuhan, yang memandang kepemimpinannya sebagai ibadah dan kerinduan terbesarnya adalah kemuliaan Tuhan.
Singkatnya, Kepemimpinan Kristen menurut Mazmur adalah tentang “memimpin dari bawah”—di bawah naungan Tuhan Yang Mahatinggi (Mazmur 91:1), di bawah otoritas Firman-Nya, dan dengan hati hamba yang melayani.